Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTTIKUM

KIMIA DASAR 1

“KESETIMBANGAN KIMIA”

DESY HARLINA PUTRI


H1031211054

PRODI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi kesetimbangan kimia yang terkait dengan prinsip Le Chatelier’s dan
mengamati kesetimbangan senyawa besi (III) tiosianat dengan gangguan yang berbeda.
Metode percobaan yang dilakukan pada praktikuum ini dalah mencampurkan senyawa,
menguji konsentrasi, dan menguji suhu dalam beberapa larutan. Hasil yang tampak pada
percobaan ini adalah perubahan warna dan perubahan suhu yang disebabkan oleh faktor
luar. Berikut salah satu contoh hasil reaksi kesetimbangan kimia pada percobaan ini :
FeCl3(aq) + KSCN(aq) (FeSCN)Cl2(aq) + KCl(aq)

1.2 Tujuan percobaan


Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk:
a. Mempelajari prinsip kesetimbangan kimia (Azas Le Chatelier’s).
b. Mengamati kelarutan kalsium hidroksida dengan bermacam gangguan
yang diberikan.
c. Mengamati kesetimbangan besi(III) tiosianat dengan bermacam
gangguan yang diberikan.
1.3 Dasar Teori
1.3.1 Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia merupakan salah satu hal yang kompleks dan sulit untuk
dipelajari dalam konsep kimia (Koushathana dkk. 2002; Quilez. 2004). Materi
kesetimbangan kimia meliputi konsep yang telah ditentukan, konsep abstrak, perhitungan
matematis, dan grafik. Pemahaman konsep kesetimbangan kimia melibatkan kemampuan
dalam menerjemahkan konsep pada tingkat makro yang meliputi sifat-sifat yang teramati,
tingkat sub-mikro yang merupakan identitas dari zat spesifik yang terlibat, dan tingkat
simbolik yang digunakan untuk memanipulasi dan memahami persamaan kesetimbangan
(Johnstone, 1991; Justi, dkk.. 2009).
Kesetimbangan kimia mengacu pada keadaan di mana laju reaksi sebelum dan sesudah
zat cepat, dan konsentrasi reaktan (reaktan) dan produk (reaktan) tidak berubah dari
waktu ke waktu (Purba, 2007). Kesetimbangan kimia juga mencakup penjelasan tentang
perubahan dalam proses perubahan molekul materi. Ini dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi, tekanan, atau volume molekul-molekul ini, dan perubahan suhu. Untuk
menjelaskan cara kerja proses modifikasi , Kita perlu memiliki pemahaman mendalam
tentang untuk memahami cara kerja proses tersebut.

2
1.3.2 Akuades
Akuades adalah pelarut yang jauh lebih baik daripada hampir semua cairan umum
yang ditemukan. Senyawa yang mudah larut dalam air suling mencakup berbagai macam
senyawa organik netral yang memiliki gugus fungsi polar seperti gula, alkohol, aldehida
dan keton. Kelarutan disebabkan oleh kecenderungan molekul air untuk membentuk
ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida
dan keton (Lehninger, 1982).
Akuades adalah air suling tanpa kotoran, sehingga murni laboratorium. Warna air
suling jernih, tidak berbau, tidak berasa. Air biasa digunakan untuk membersihkan
peralatan laboratorium dari kotoran (Petrucci, 2008).

1.3.3 Analisis bahan


a. Akuades (H2O)
Akuades adalah air suling tanpa kotoran, sehingga murni
laboratorium. Warna air suling jernih, tidak berbau, tidak berasa. Air biasa
digunakan untuk membersihkan peralatan laboratorium dari kotoran
(Petrucci, 2008).

b. Asam klorida (HCl)


Asam Klorida merupakan senyawa senyawa asam kuat yang stabil dan
mudah larut atau dapat berdisosiasi penuh dalam air sehingga sering
digunakan dalam analisis kimia untuk mendestruksi sampel analisis
(RoyGM, 1985). Sifat fisika asam klorida yaitu rumus molekul HCl, berat
molekul 36,5 g/mol cair tidak berwarna. Sifat kimia HCl yaitu gas
berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang, oksidator kuat,dapat
larut dalam alkali hidroksida (Pubchem,2018).

c. Besi (III) Klorida (FeCL3)


Rumus kimia feri klorida atau besi klorida adalah FeCl3, senyawa yang
terdiri dari beberapa unsur kimia. Besi klorida dapat mengikis bahan
padat, termasuk besi murni, yang ditemukan di beberapa padatan yang
ada, seperti aluminium, tembaga, timah, dan besi, tetapi beberapa padatan
memiliki sejumlah kecil unsur besi. Mengandung padatan yang hanya
digunakan. Besi (III) klorida umumnya digunakan sebagai katalis dalam
pengolahan air limbah, produksi air minum, dan industri maupun
laboratorium (Nelly Rofiatul Umah & Tri Joko, 2018). Ferri klorida yang
dilarutkan dalam air mengalami hidrolisis, yang merupakan reaksi
eksotermik yang menghasilkan panas.

3
d. Kalium tiosianat (KSCN)
Kalium tiosianat yaitu senyawa kimia dengan rumus molekul KSCN
ini merupakan garam penting dari tiosianat anion, salah satu
pseudohalides. Senyawa ini memiliki titik leleh rendah relative terhadap
kebanyakan garam anorganik lainnya. Sifat fisik KSCN yaitu memiliki
bentu kristalin, berwarna putih ,memiliki bauyang tak berbau ,dengan pH
5,3 - 8,5 pada 50 g/l 20 °C , dan memiliki titik lebur 177 °C pada 1.013
hPa (Merck, 2019).

e. Natrium tiosulfat (Na2S2O3)


Natrium tiosulfat adalah salah satunya produksi biasa yang dapat
disimpan dalam waktu lama tanpa mengalami oksidasi udara. Garam ini
berbentuk kristal putih dan terbuat dari bentuk pentahidratnya Na2S2O3.
5H2O dimana bentuk keadaan ini BE = BM (248,17) sehingga
memudahkan penimbangannya (Day,1989). Natrium tiosulfat memiliki
massa molar 248,21 g/mol. Natrium tiosulfat berbentuk padat,tidak
berwarna dan tidak berbau serta mempunyai titik didih 48 0C
(Merck,2017).

f. Perak nitrat (AgNO3)


Perak nitrat (AgNO3) merupakan senyawa organik yang bisa menjadi
prekursor serbaguna untuk banyak senyawa perak lainnya. Hal ini disebabkan
karena senyawa ini relatif stabil terhadap cahaya, sehingga bisa larut dalam
banyak pelarut, termasuk air. Perak nitrat ini merupakan hasil reaksi dari logam
perak dengan larutan asam nitrat pekat (HNO3) (Yanti dan Astuti, 2018).

4
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah aluminium foil, batang
pengaduk, botol semprot, bulb, bunsen, gelas beaker, kaca arjoli, kaki tiga, kawat kasa,
label, labu ukur (25mL,50mL,dan 100mL),neraca analitik,penjepit tabung (krustang),
pipet volume,plastic urrap,rak tabung reaksi, tabung reaksi.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah akuades (H2O), asam
klorida (HCl), besi (III) klorida (FeCl3), kalium tiosianat (KSCN), natrium tiosulfat
(Na2S2O3), dan perak nitrat (AgNO3).
2.2 Prosedur kerja
2.2.1 Kesetimbangan Besi (III) Tiosianat
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama besi (III) klorida 1 M, kalium
tiosianat 1 M dan perak nitrat 0,1 M ditimbang masing-masing menggunakan neraca
analitik, dimasukkan ke dalam gelas beaker secara terpisah. Padatan kalium tiosianat 1
M, besi (III) klorida 1 M, dan perak nitrat 0,1 M dilarutkan dengan akuades hingga
homogen. Ketiga larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL secara terpisah
dan ditambahkan akuades hingga tanda batas, lalu dikocok hingga homogen. Larutan
KSCN sebanyak 0,5 mL dipipet digunakan pipet volume dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 25 mL. Larutan FeCl3 1 M sebanyak 0,5 mL digunakan pipet volume dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan akuades sampai tanda batas,
dikocok hingga homogen. Lima tabung reaksi diberi label dari nomor 1 sampai 5, tabung
reaksi tersebut ditambahkan 1mL campuran KSCN dan FeCl3. Pada tabung 1 tidak
ditambahkan apapun, tabung 2 ditambahkan 1 mL FeCl3 1 M, pada tabung 3 ditambahkan
0,5 mL KSCN 1 M, pada tabung 4 ditambahkan 5 tetes AgNO3 0,1 M, pada tabung 5
dipanaskan dalam penangas air digunakan bunsen. Diamati hasil dari kelima tabung
reaksi tersebut.

2.2.2 Pengaruh Konsentrasi terhadap Kesetimbangan


Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama ditimbang Na2S₂03 digunakan neraca
analitik, padatan tersebut dimasukkan ke dalam gelas beaker dan dilarutkan dengan
akuades, diaduk hingga homogen. Larutan Na₂S₂O3 dimasukkan ke dalam labu ukur 100
Ml, ditepatkan digunakan akuades hingga tanda batas, dikocok hingga homogen.
Dilakukan pembuatan larutan Na2S2O3 0,1N; 0,05 N, 0,01 N; dan 0,005 N. Pada
pembuatan larutan Na2S2O3 0,1 N diambil 2,5 mL larutan Na₂S₂O3 0,1 N, pada pembuatan
larutan. Na2S2O3 0,05 N diambil 12,5 mL dari larutan Na2S2O3 0,1 N, pada pembuatan
larutan Na2S2O3 0,01 N diambil 5 mL dari larutan Na₂S2O3 0,05 N, pada pembuatan
larutan Na2S2O3 0,005 N diambil 12,5 mL dari larutan Na₂S₂O3 0,1 N. Larutan-larutan

5
tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL secara terpisah dan ditambahkan akuades
hingga tanda batas, larutan dikocok hingga homogen. Dilakukan pembuatan larutan HCl
0,1N; 0,05 N; 0,01 N; 0,005 N. Pada pembuatan larutan HCl 0,1 N diambil 0,2 m dari
larutan HCl pekat, pada pembuatan larutan HCl 0,05 N diambil 12,5 ml dan larutan HCl
0,1 N, pada pembuatan larutan HCl 0,01N diambil 5mL dari larutan HCl 0,05 N ,pada
pembuatan larutan HCl 0,005 N diambil 12,5 mL dari larutan HCl 0,01 N. Masing-masing
larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan akuades hingga tanda
batas, dikocok hingga homogen. Larutan Na2S2O3 dan larutan HCl yang sudah dibuat
tadi, ditambahkan HCl 0,1 N sebanyak 5 mL ke dalam masing-masing tabung berisi
larutan Na2S2O3, diamati dan dicatat waktu yang diperlukan untuk bereaksi. Lakukan hal
yang sama seperti prosedur larutan Na₂S2O3 diatas, yaitu larutan HCl ditambahkan 5 mL
larutan Na2S2O3 0,1 N ke dalam masing-masing tabung berisi HCl, diamati dan dicatat
waktu yang diperlukan untuk bereaksi.

2.2.3 Pengaruh Temperatur terhadap Kesetimbangan


Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama disiapkan 6 tabung reaksi, lalu 3
buah tabung reaksi tersebut diisi dengan Na2S2O3 0,1 N sebanyak 5 mL, sedangkan 3
buah tabung lainnya diisi dengan larutan HCl 0,1 N sebanyak 5 mL. Tabung reaksi HCl
dan Na2S2O3 pertama dimasukkan ke dalam air panas, tabung reaksi Na2S2O3 dan HCl
yang kedua dimasukkan ke dalam air es, dan tabung reaksi Na2S2O3 dan HCl yang ketiga
dibiarkan pada suhu ruangan. Dibiarkan beberapa saat kedua larutan tersebut
dicampurkan, lalu diamati perubahan dan dicatat waktu yang diperlukan untuk bereaksi.

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Data pengamatan modul Kesetimbangan Kimia
1. Kesetimbangan Besi Tiosianat
No. Pengamatan Hasil
1 Pembuatan larutan KSCN Putih bening, encer, homogen
2 Pembuatan larutan FeCl3 Merah bata kekuningan
3 Larutan KSCN + FeCl3 + Larutan pekat berwarna merah kehitaman
akuades
4 Larutan dimasukkan ke Larutan berwarna kehitaman
dalam 5 tabung reaksi
5 Tabung 1 tetap - Merah kehitaman
Tabung 2 + FeCl3 - Merah kehitaman
Tabung 3 + KSCN - Hitam
Tabung 4 + AgNO3 - Merah fanta + endapan berwarna abu-abu
Tabung 5 dipanaskan - Merah fanta + adanya gelembung gas

2. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan

No. Pengamatan Hasil


1 Larutan HCl dan Na2S2O3 L. HCl : cair, homogen, bening
L. Na2S2O3 : cair, homogen, bening
2 4 buah tabung reaksi + - Setelah 11 menit terjadi perubahan warna
Na2S2O3 keruh dan larutan jernih.
4 buah tabung reaksi + - Setelah 10 menit berubah warna keruh
HCl dan jenuh.
3 4 buah tabung reaksi - Larutan 0,1 N : lebih pekat, sangat keruh
Na2S2O3 + 4 buah tabung - Larutan 0,05 N : agak pekat,agak keruh
reaksi HCl, amati - Larutan 0,01 N : pekat biasa, keruh biasa
perubahan perkonsentrasi - Larutan 0,005 N : putih bening, encer

3. Pengaruh Temperatur Terhadap Kesetimbangan


No. Pengamatan Hasil
1 3 buah tabung reaksi + - Putih bening, homogen
Na2S2O3
3 buah tabung reaksi + HCl - Putih bening, homogen
2 2 tabung di air es - Agak keruh, ada embun ,dingin
2 tabung suhu kamar - Putih bening, homogen
2 tabung air panas - Agak keruh dan panas
Perubahan yang terjadi di
amat

7
3.2 Pembahasan
3.2.1 Kesetimbangan Besi (III) Tiosianat
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama, besi (III) klorida 1 M, kalium
tiosianat 1 M dan perak nitrat 0,1 M ditimbang masing-masing menggunakan neraca
analitik, lalu dimasukkan ke dalam gelas beaker secara terpisah. Masa yang didapat dari
perhitungan tersebut adalah massa kalium tiosianat 2,429 gram, besi (III) klorida sebesar
4, 055 gram, dan massa perak nitrat sebesar 0,425 gram. Selanjutnya ketiga senyawa
tersebut dilarutkan dengan akuades dan diaduk hingga larut. Akuades merupakan pelarut
yang jauh lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai
(Lehuinger, 1982). Kemudian ketiga larutan tersebut dipindahkan ke masing-masing labu
ukur 25 mL secara terpisah dan ditambahkan akuades hingga tanda batas, lalu dikocok
hingga homogen. Hal ini dilakukan karena untuk menyetabilkan warna larutan. Setelah
itu diambil 0,5 mL larutan KSCN 1M menggunakan pipet volume yang berfungsi
memindahkan cairan dengan volume tertentu (Khamadinal, 2009), selanjutnya
dimasukkan labu ukur 25 mL dan ditambahkan akuades hingga tanda batas, lalu dikocok
hingga homogen. Kemudian dilakukan hal yang sama dengan larutan FeCl3 1M. Setelah
itu disiapkan 5 tabung reaksi yang diberi label nomor 1 sampai 5, lalu setiap tabung reaksi
ditambahkan 1 mL campuran KSCN dan FeCl3 . Larutan KSCN ini digunakan untuk
pengompleksan besi (III). Pengompleksan ini terjadi bergantung pada warna merah yang
terjadi pada larutan. Hasil yang diperoleh adalah pada tabung 1 larutan tidak ditambahkan
apapun. Reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut : FeSCN2+ + AgNO3 Fe (NO3)2
+ AgSCN . Setelah itu pada tabung ke-5 larutan dipanaskan yang dicelupkan ke dalam
penangas air di atas bunsen dan dihasilkan perubahan warna yaitu warna merah fanta dan
sedikit gelumbung gas. Pembentukan gelembung gas disebabkan karena pada tabung ke-
5 terjadi kenaikan suhu yang menyebabkan penguapan pada larutan sehingga reaksi
berlangsung secara cepat dan bersifat reaksi endotermik, akibatnya kesetimbangan
bergeser ke arah kiri (Syukri, 1999). Reaksi yang terjadi yaitu : Fe 3+ + SCN- FeSCN.

3.2.2 Pengaruh Konsentrasi terhadap Kesetimbangan


Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama ditimbang menggunakan neraca
analitik dan dimasukkan ke dalam beaker lalu dilarutkan akuades. Fungsi akuades
sebagai pelarut dalam melarutkan padatan senyawa, kemudian larutan tersebut
dipindahkan menggunakam ke labu ukur 100 ml, dan ditepatkan menggunakan akuades
hingga tanda batas, lalu dikocok hingga homogen. Selanjutnya dilakukan pembuatan
larutan Na2S2O3 0,1 N; 0,05 N; 0,01N; dan 0,005 N. Kemudian pembuatan larutan ini
dilakukan secara pengenceran bertingkat yang mana pada larutan Na2S2O3 0,1 N setelah
didiamkan selama 11 menit terjadi perubahan menjadi keruh, hal ini dikarenakan posisi
kesetimbangan akan berubah ke arah konsentrasi yang lebih tinggi menurut prinsip Le
Chatulier (J. Bord, 1966). Perubahan ini dapat diamati dengan jelas larutan akan semakin

8
keruh pada larutan berkonsentrasi tinggi yaitu Na2S2O3 0,1 N. Hal ini menyebabkan tidak
ada perubahan warna dan masih terlihat warna awal yaitu merah kehitaman. Warna merah
disebabkan adanya ion yang terhidrasi yaitu FeSCN 2+. Kesetimbangan antara ion-ion Fe3+
dan SCN- dituliskan sebagai berikut (chang,2005) : FeSCN2+(aq) Fe3+(aq) + SCN-(aq)
Merah kuning pusat tidak berwarna

Kemudian untuk tabung yang ke dua larutan ditambahkan 1 mL FeCl3 1 M dan


menghasilkan warna merah kehitaman, hal ini dikarenakan ion Fe 3+ dari FeCl3 akan
menggeser kesetimbangan dari kanan ke kiri (Chang, 2005). Setelah itu pada tabung ke
tiga larutan ditambahkan 0,5 mL KSCN 1M dan menghasilkan perubahan warna dari
warna awal berwarna merah kegelapan menjadi hitam pekat. Hal ini terjadi karena
penambahan konsentrasi SCN- dari penguraian KSCN young menggeser kesetimbangan
dari kanan ke kiri (Chang, 2005). FeSCN2+(aq) Fe3+(aq) + SCN-(aq)

Sehingga apabila konsentrasi tiosianat diberikan yang semakin tinggi maka semakin
pekat warna yang dihasilkan. Pada tabung ke-4 larutan ditambahkan 5 tetes AgNO3 0,1
M mengalami perubahan warna menjadi merah fanta dan terdapat endapan berwarna abu-
abou. Endapan terbentuk apabila larutan besi (III) tiosianat ditambahkan larutan perak
nitrat dan membentuk endapan keabu-abuan (putih) perak nitrat (AgSCN), yang mana
endapan ini merupakan padatan yang tidak larut young terpisah dari larutan (Chang,
2004).
Kemudian pada larutan HCL mengalami perubahan yang sama dengan larutan Na 2S2O3,
yang mana semangkin tinggi konsentrasi larutan semakin keruh yaitu pada larutan HCL
0,1 N. Reaksi tersebut terjadi sebagai berikut :
Na2S2O3 + 2HCl 2 NaCl + SO2 + S + H2O

3.2.3 Pengaruh Temperatur terhadap Kesetimbangan


Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama disiapkan 6 tabung reaksi, lalu 3
buah tabung reaksi tersebut diisi dengan Na2S2O3 0,1 N sebanyak 5 mL. Sedangkan 3
buah lainnya diisi dengan larutan HCl 0,1N sebanyak 5mL. Kemudian Sepasang tabung
yang berisi HCl dan Na2S2O3 yang pertama dimasukkan ke dalam air panas dan
mengalami perubahan warna menjadi keruh dan cairan larutan menjadi panas, hal ini
didasarkan pada prinsip Le Chatier yaitu perubahan konsentrasi, tekanan, atau volume,
suhu dapat mengubah posisi kesetimbangan, namum tidak mengubah nilai konstanta
kesetimbangan nya. Selanjutnya tabung Na2S₂O3 dan HCl yang kedua dimasukkan ke
dalam air es sehingga larutan mengalami perubahan terdapat embun disekitar dinding luar
tabung reaksi (chang, 2005). Hal ini dikarenakam udara berrentuhan yang dengan tabung
akan menurun sulunya, jika suhunya dingin, maka akan mengembun membentuk tetes-
tetes air di bagian luar. Setelah itu sepasang tabung Na2S₂O3 dan HCl dibiarkan di suhu
kamar tidak akan mengalami perubahan арарun.

9
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan titrasi asam basa adalah :


1. Faktor-faktor yang dapat. mempengaruhi kesetimbangan yaitu volume, konsentrasi,
suhu dan tekanan.
2. Kesetimbangan yang terjadi pada besi (III) tiosianat disebabkan oleh konsentrasi
larutan. Semakin tinggi konsentrasi tiosianat yang diberikan maka warna merah akan
semakin pekat bahkan berubah menjadi merah. Untuk mempermudah dalam menentukan
10ystem10 mana reaksi kesetimbangan bergeser yang dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi, tekanan, suhu, dan volume yaitu mengikuti prinsip Le Chatalier yang
menyata kan bahwa “ jika suatu larutan eksternal diberikan kepada suatu 10ystem yang
setimbang, maka 10ystem akan menyesuaikan diri sedemikian rupa mengimbangi
10ystem10n tekanan pada saat 10ystem mencoba setimbang Kembali”.

10
DAFTAR PUSTAKA
Dewi , L. E. (2009, Juli). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN REAKSI
KESETIMBANGAN KIMIA, 6.

Khotimah, H., Anggraeni, E. W., & Setianingsih, A. (2017). KARAKTERISASI


HASIL PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN ALAT DESTILASI.

Maharani, T. Y., Effendy, & Yahmin. (2016). Kajian Dual Situated Learning Model
(DSLM) untuk Mengatasi Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia, 1.

Nengsih, S. (2021, Februari). Perbandingan Kedalaman Pengikisan Logam Dalam


Larutan Feri Klorida, 5.

Supiati, Yudi, M. H., & Chadijah, S. (n.d.). PENGARUH KONSENTRASI


AKTIVATOR ASAM KLORIDA (HCl) TERHADAP KAPASITAS
ADSORPSI ARANG AKTIF KULIT DURIAN (Durio zibethinus) PADA ZAT
WARNA METHANIL YELLOW.

Yanti, W. R., & Astuti. (2018, Juli). Sintesis Nanokristal Perak Menggunakan Ekstrak
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), 7.

11
LAMPIRAN

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai