Anda di halaman 1dari 21

IIIF 2020: Perkuat Kerja Sama Ekonomi Indonesia-

Perancis untuk Atasi Dampak Pandemi


30 Jun 2020 22:25 WIB

Sebagai salah satu mitra kerja sama ekonomi yang strategis, pemerintah
senantiasa menjaga dan meningkatkan hubungan bilateral dengan
Perancis yang telah terjalin selama 70 tahun (1950-2020). Investasi dari
pengusaha Perancis telah masuk dalam beberapa lini bisnis di Indonesia.
Terlebih sejak kunjungan Presiden Perancis ke Indonesia pada 29 Maret
2017, telah dihasilkan sejumlah kesepakatan bilateral dalam bidang
maritim dan perikanan, ekonomi kreatif dan pembangunan perkotaan
berkelanjutan.

Selain itu, negeri yang terkenal akan Menara Eiffel ini merupakan salah
satu pasar utama ekspor Indonesia di Eropa. Komoditas unggulan kita
terdiri atas komoditas sawit, mesin dan peralatan listrik, karet, alas kaki,
furnitur, dan sebagainya. Perancis juga menjadi salah satu mitra
penting kerja sama pembangunan dan lingkungan hidup. Pada Kuartal
I – 2020 investasi yang digelontorkan Perancis ke Indonesia sebesar
US$754 juta, meningkat dari US$702 juta pada periode sama tahun
lalu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto


menerangkan, dalam krisis global akibat pandemi Covid-19, menjaga
hubungan erat antar satu negara dengan negara lainnya, pun
hubungan antara pemerintah dan dunia usaha di satu negara menjadi
lebih penting daripada lainnya.

“Kami percaya, Indonesia dan Perancis perlu menguatkan kerja sama


ekonomi untuk menghadapi tantangan yang disebabkan pandemi
Covid-
19. Antara lain dengan selalu menjaga dialog, termasuk menjaga aliran
barang, khususnya makanan, obat-obatan, dan peralatan medis,”
ungkap Menko dalam Webinar Indonesia Infrastructure Investment
Forum (IIIF) 2020, yang diadakan atas kerja sama Medef International
dan Kedutaan Besar RI di Paris, Selasa (30/6).

Menko Airlangga pun mengapresiasi bantuan pengembangan infrastruktur


kesehatan dalam pandemi Covid-19 yang terjadi atas kerja sama
antara Agence Française de Développement (AFD) dan PT Sarana
Multi Infrastruktur (SMI).
Dari segi investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat
realisasi investasi Perancis di Indonesia mencapai US$16,89 juta untuk
255 proyek (2019). Ini naik signifikan dibandingkan periode sama
tahun 2018 yang senilai US$13,10 juta untuk 186 proyek.

Dalam kesempatan tersebut juga, Menko Perekonomian


menyampaikan perkembangan implementasi kebijakan Indonesia
dalam menghadapi pandemi Covid-19, antara lain Exit Strategy,
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan RUU Cipta Kerja.

“Pemerintah Indonesia selalu berkomitmen mengutamakan kesehatan


publik dan menghidupkan kembali perekonomian. Jadi, kami
menyadari pentingnya kerja sama dengan berbagai pihak. Dari dalam,
kami akan senantiasa menerapkan tata kelola pemerintah yang baik dan
mengurangi birokrasi yang tidak efisien, serta menghilangkan aturan
yang tumpang tindih,” pungkas Menko Airlangga.

Turut berpartisipasi dalam webinar tersebut antara lain Menteri


PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Duta Besar Indonesia
untuk Perancis Arrmanatha Christiawan Nasir, Duta Besar Perancis
untuk Indonesia Olivier Chambard, Chairman of the France-Indonesia
Business Council of MEDEF International Philippe Louis-Dreyfus, serta
perwakilan pemerintah dan pengusaha dari kedua negara. (rep/iqb)
KLIPPING

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Geografi


“Kerja Sama Negara Maju dan Negara Berkembang”

Disusun Oleh

NAUFAN GHANI ALGHIFARI


NISN 0045535099

XII IPS 4

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA


BARAT DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1
TANJUNGSIANG 2022
Indonesia-Korea Selatan Perkuat Kerja Sama
Hadapi Pandemi
Biro Humas, Hukum dan Kerjasama,16 Februari 2021

Jakarta - Wabah pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap


perekonomian secara global, membuat penurunan yang sangat signifikan
terhadap investasi antar negara. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Menkumham), Yasonna H. Laoly saat menerima kunjungan Duta Besar
(Dubes) Korea Selatan untuk Indonesia, H.E. Mr. Park Tae-sung
mengatakan pentingnya memperkuat kerja sama di antara negara-negara
dalam menghadapi wabah Covid-19 ini.
Yasonna mengatakan diperlukan kemudahan regulasi untuk dapat
secepatnya memulihkan kembali perekonomian.
“Para investor tidak perlu ragu lagi untuk berinvestasi di Indonesia. Potensi
investasi di Indonesia tahun ini akan lebih besar daripada sebelumnya.
Semua proses dan regulasi untuk berinvestasi pun akan dipermudah,’’ ujar
Yasonna, Selasa (16/02/2021) siang di ruang kerjanya.
Kunjungan ini merupakan pertemuan perdana Mr. Park sebagai Dubes Korea
Selatan untuk Indonesia ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Kemenkumham). Selain melakukan kunjungan silaturahmi, sesi ini juga
bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea
Selatan yang selama ini telah terjalin dengan baik.
Salah satu contoh kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan yang berjalan
saat ini adalah Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership
Agreement (IK-CEPA). Kerja sama ini memiliki tujuan untuk memaksimalkan
potensi ekonomi kedua negara, yang antara lain melalui peningkatan arus
perdagangan barang, jasa, investasi dan perpindahan perseorangan berupa
tenaga kerja.
Selain kerja sama dalam menciptakan regulasi yang dapat meningkatkan
investasi, Dubes Korea Selatan juga mendorong adanya transfer teknologi
dalam bidang hukum.
“Di Korea (Selatan) terdapat sistem informasi yang dapat diakses
menggunakan handphone, sehingga masyarakat dapat mengakses informasi.
Diharapkan kedepannya Indonesia dan Korea (Selatan) dapat bekerja sama
untuk mewujudkan sistem tersebut,“ ungkap Mr. Park.
Pertemuan perwakilan kedua negara ini juga diharapkan dapat menghasilkan
kerja sama dalam pembentukan sistem informasi dan database yang
terintegrasi. Sehingga semua elemen masyarakat dapat dengan mudah
mengakses informasi terkait hukum dan regulasi, termasuk peraturan daerah,
kasus, peradilan, dan nota kesepahaman (MoU).
Selain itu, pertemuan ini juga membahas tentang berbagai kerja sama antara
Indonesia dan Korea Selatan di bidang pemasyarakatan, keimigrasian,
peraturan perundang-undangan, mutual legal assistance (MLA), ekstradisi,
serta perlindungan warga negara Korea Selatan di Indonesia.
Di akhir percakapannya, Dubes Korea Selatan menyampaikan terima kasih
dan apresiasi terhadap Kemenkumham yang telah membantu berbagai
proses hukum yang melibatkan warga negara Korea Selatan. (Safira, Rizki,
foto: Aji)
Babak Baru Kerja Sama RI-Singapura:
Sepakati Penyesuaian Batas Layanan
Navigasi Udara Indonesia, Hingga
Kesepakatan Soal Ekstradisi dan
Pertahanan
Biro Komunikasi Selasa, 25 Januari 2022

Marves—Bintan, Hubungan kerja sama antara Indonesia dan Singapura semakin


harmonis. Terbaru, kedua negara sepakat untuk melaksanakan tiga perjanjian kerja sama
strategis bidang politik, hukum dan pertahanan keamanan yang dilaksanakan secara
bersamaan. Pada penyelenggaraan pertemuan Leaders’ Retreat di Bintan, Selasa (25-1-
2022), Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong kembali
menegaskan komitmen Indonesia dan Singapura untuk memperkuat kerja sama yang
saling menguntungkan antara kedua negara bersahabat.
Pada pertemuan itu, kedua kepala negara menyaksikan penandatanganan tiga dokumen
kerja sama strategis yakni: persetujuan tentang penyesuaian batas wilayah informasi
penerbangan Indonesia – Singapura (realignment Flight Information Region – FIR);
perjanjian tentang Ekstradisi Buronan (Extradition Treaty); dan Pernyataan Bersama
(Joint Statement) Menteri pertahanan RI dan Singapura tentang kesepakatan untuk
memberlakukan perjanjian pertahanan 2007 (joint statement MINDEF DCA).
Sebagaimana persetujuan penyesuaian batas wilayah Informasi penerbangan Indonesia –
Singapura, pemberlakukan DCA 2007 juga menunjukkan komitmen Indonesia dan
Singapura untuk melaksanakan ketentuan Konvensi Hukum Laut PBB 1982 terkait
batasbatas kedaulatan dan hak berdaulat negara sesuai prinsip negara kepulauan maupun
akomodasi terhadap berbagai kepentingan dari negara yang saling bertetangga dan
bersahabat dengan Indonesia. Lebih jauh, selain ketiga dokumen perjanjian tersebut,
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia dan Senior
Minister / Coordinating Minister for National Security Singapura juga melakukan
pertukaran surat (exchange of letter) yang akan menjadi kerangka pelaksanaan ketiga
dokumen kerja sama strategis Indonesia – Singapura secara simultan.
“Penandatanganan tiga dokumen perjanjian strategis Indonesia – Singapura ini
memperkuat dan menyempurnakan kerja sama bidang hukum dan pertahanan keamanan
serta merefleksikan penyelesaian konstruktif long-standing issues di antara kedua negara
bersahabat,” ujar Menko Luhut di Bintan.
Menko Luhut juga menyebutkan bahwa penandatanganan dokumen kerja sama bilateral
Indonesia – Singapura ini turut menunjukan komitmen Pemerintah kedua negara dalam
menindaklanjuti kesepakatan Leaders’ Retreat 2019 melalui koordinasi level kebijakan
yang dikomandani oleh Menteri Koordinator kedua negara. Indonesia Akhirnya Kelola
Navigasi Udara Diatas Wilayah Kepulauan Riau dan Natuna Pada kesempatan yang
sama, Menteri Perhubungan Republik Indonesia dan Menteri Transportasi Singapura di
hadapan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong menandatangani
persetujuan penyesuaian batas FIR (Flight Information Region) Jakarta – Singapura.
Penandatanganan persetujuan ini menandakan telah selesainya negosiasi bilateral
Indonesia – Singapura untuk penyesuaian batas Wilayah Informasi Penerbangan
(realignment Flight Information Region – FIR) sesuai hukum internasional. Negosiasi
realignment FIR sendiri telah dilakukan Indonesia dan Singapura sejak 1990an, namun
baru bisa menuju penyelesaian komprehensif sejak beberapa tahun terakhir. Dengan
penandatanganan kesepakatan ini, kedua negara masih harus secara bersama
menyampaikan kesepakatan batas FIR ini kepada Organisasi Penerbangan Sipil
internasional/ICAO untuk disahkan.

“Persetujuan penyesuaian batas FIR Jakarta dan Singapura telah turut menegaskan
kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia. Sebagai negara pihak UNCLOS 1982, Singapura
juga mengakui penerapan prinsip negara kepulauan dalam penentuan batas wilayah
negara dan yurisdiksi Indonesia di perairan serta ruang udara di kepulauan Riau dan
Bintan,” tutur Menhub Budi Karya Sumadi. Ada lima elemen penting dari kesepakatan
tersebut. Pertama, Penyesuaian batas FIR Jakarta yang melingkupi seluruh wilayah
teritorial Indonesia sehingga perairan sekitar Kepulauan Riau dan Natuna yang
sebelumnya masuk dalam FIR Singapura menjadi bagian dari FIR Jakarta. Kedua,
Indonesia berhak dan bertanggung jawab atas Penyediaan Jasa Penerbangan (PJP) pada
wilayah informasi penerbangan yang merupakan FIR Indonesia yang selaras dengan
batas-batas laut teritorial. Terkait hal ini, Menhub Budi Karya menjelaskan bahwa
Indonesia akan bekerja sama dengan Singapura memberikan PJP di sebagian area FIR
Indonesia yang berbatasan dengan FIR Singapura. Indonesia akan memberikan delegasi
pelayanan jasa penerbangan pada area tertentu di ketinggian 0-37.000 kaki kepada
otoritas penerbangan Singapura. Di area tertentu tersebut, ketinggian 37.000 kaki ke atas
tetap dikontrol Indonesia.
Hal ini agar pengawas lalu lintas udara kedua negara, dapat mencegah fragmentasi dan
mengkoordinasikan secara efektif lalu lintas pesawat udara yang akan terbang dari dan
menuju Singapura pada ketinggian tertentu tersebut. Pendelegasian PJP secara terbatas
pada area tertentu FIR Jakarta kepada Singapura tentu tidak mengecualikan kewenangan
Indonesia untuk melaksanakan aktivitas sipil dan militer sesuai kedaulatan dan hak
berdaulat di ruang udara Indonesia. Otoritas penerbangan Indonesia tetap
mengoordinasikan penerbangan di seluruh area FIR Jakarta. Ketiga, selain menyepakati
pengelolaan ruang udara untuk penerbangan sipil, Singapura juga menyepakati
pembentukan kerangka kerja sama Sipil dan Militer guna Manajemen Lalu Lintas
Penerbangan (Civil Military Coordination in ATC – CMAC).
Tujuannya, untuk memastikan terbukanya jalur komunikasi aktif yang menjamin tidak
terjadinya pelanggaran kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia. Untuk itu, Pemerintah
Indonesia akan menempatkan beberapa orang personil sipil dan militer di Singapore Air
Traffic Control Centre (SATCC). Hal ini telah tertuang di dalam perjanjian FIR yang
telah ditandatangani. Selain itu, sebagai bagian dari delegasi PJP terbatas ini, Otoritas
Penerbangan Udara Singapura juga berkewajiban mencegah dan menginformasikan
kemungkinan pelanggaran wilayah udara oleh pesawat asing kepada otoritas pertahanan
udara Indonesia. Keempat, Singapura juga berkewajiban menyetorkan kutipan biaya jasa
pelayanan penerbangan yang diberikan kepada pesawat yang terbang dari dan menuju
Singapura kepada Indonesia.

Pendelegasian PJP ini juga akan diawasi dan dievaluasi secara ketat oleh Kementerian
Perhubungan. Evaluasi terhadap delegasi PJP akan dilakukan terhadap Singapura secara
berkala maupun secara melekat dengan penempatan personil Indonesia pada menara
pengawas penerbangan udara Singapura. Kelima, Indonesia juga berhak untuk melakukan
evaluasi operasional atas pemberian pelayanan navigasi penerbangan yang dilakukan oleh
Singapura guna memastikan kepatuhan terhadap ketentuan ICAO. Sebagai informasi,
penyesuaian batas FIR Jakarta dan Singapura mutlak dilakukan berdasarkan hukum
internasional, terutama Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (re: UNCLOS 1982).
Peraturan perundangan nasional seperti terdapat dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun
2009 juga menghendaki agar wilayah informasi penerbangan di atas wilayah Indonesia
selaras dengan ruang udara sesuai prinsip negara kepulauan. Sebagaimana diketahui,
seiring berlakunya rezim negara kepulauan dalam hukum internasional, batas wilayah
informasi penerbangan di atas perairan di sekitar kepulauan Riau dan Natuna yang semula
berada dalam tanggung jawab Singapura harus disesuaikan dengan batas kedaulatan dan
hak berdaulat Indonesia. Pada tahun 1973, ICAO menetapkan batas FIR Singapura
melingkupi sebagian ruang udara di atas perairan di sekitar kepulauan Riau dan Natuna.
Hal ini dimungkinkan karena ruang udara di atas perairan di sekitar kepulauan Riau dan
Natuna, sesuai hukum internasional, masih merupakan laut bebas (high seas) dan ruang
udara Internasional. Perlu diketahui bahwa, sebelum pemberlakuan (entry into force)
UNCLOS 1982 di tahun 1994, perairan dan ruang udara yang melampaui 3 Mil dari
pulau- pulau Indonesia di sekitar kepulauan Riau dan Natuna belum merupakan laut
teritorial (wilayah) atau bagian dari perairan kepulauan Indonesia di mana terdapat
kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia. Perjanjian Ekstradisi Disepakati, Buronan Tak
Lagi Bisa Ubah Kewarganegaraan untuk Akali Proses Hukum Selain meraih keberhasilan
mendapatkan hak pengelolaan ruang udara, Indonesia juga berhasil mencapai kesepakatan
dalam kerja sama di bidang hukum. Pimpinan negara berhasil meyakinkan Singapura
untuk menyepakati perjanjian ekstradisi yang progresif, fleksibel, dan antisipatif terhadap
perkembangan bentuk dan modus tindak kejahatan di masa sekarang dan masa depan.
Penandatanganan perjanjian ekstradisi akan membuka babak baru kerja sama bidang
hukum Indonesia – Singapura. Perjanjian ekstradisi ini juga akan melengkapi dan
menyempurnakan komitmen kedua negara sebagai sesama negara ASEAN terkait
perjanjian bantuan timbal balik dalam masalah pidana (ASEAN Mutual Legal Assistance
Treaty) yang mengharuskan kerja sama di antaranya terkait pencarian pelaku kejahatan,
penggeledahan, maupun penyitaan asset.
Perjanjian ekstradisi yang ditandatangani oleh kedua negara memungkinkan dilakukannya
ekstradisi terhadap pelaku 31 jenis tindak pidana serta pelaku kejahatan lainnya yang telah
diatur dalam sistem hukum kedua negara. Perjanjian ini juga menyepakati pemberlakukan
masa retroaktif hingga 18 tahun terhadap tindak kejahatan yang berlangsung sebelum
berlakunya perjanjian ekstradisi Indonesia Singapura. Perjanjian ekstradisi buronan
Indonesia – Singapura ini juga memiliki fitur khusus yang secara efektif akan
mengantisipasi celah hukum dan muslihat pelaku kejahatan. Misalnya, perubahan status
kewarganegaraan untuk menghindari penegakan hukum. Dalam perjanjian ekstradisi ini,
status warga negara pelaku kejahatan yang berubah tidak dapat mengecualikan
pelaksanaan ekstradisi mengingat pelaksanaan ekstradisi harus dilakukan berdasarkan
status kewarganegaraan pelaku ketika tindak kejahatan terjadi.

Dengan demikian, pemberlakukan perjanjian ekstradisi buronan akan menciptakan efek


gentar (deterrence) bagi pelaku tindak kriminal di Indonesia dan Singapura. Secara
khusus, bagi Indonesia, pemberlakuan perjanjian ekstradisi diyakini dapat menjangkau
secara efektif pelaku kejahatan di masa lampau dan memfasilitasi implementasi
Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 2021 tentang Satuan Tugas Penanganan Hak
Tagih Negara Dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Keberhasilan tim
negosiasi pemerintah Indonesia dalam mendorong perjanjian ekstradisi kedua negara
merupakan buah komitmen, konsistensi, dan kerjasama lintas pemangku kepentingan di
tingkat Kementerian/Lembaga. Kesepakatan kedua negara terkait ekstradisi ini
menyempurnakan secara utuh skema ekstradisi yang pernah didiskusikan secara serius
sejak masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Diharapkan dengan penandatanganan perjanjian ekstradisi buronan Indonesia –
Singapura, kerja sama bidang hukum dan pencegahan kejahatan lintas negara akan
semakin efektif, dan menjamin kepentingan serta membawa kemaslahatan bagi kedua
negara bersahabat. RI-Singapura Sepakati Skema Konkrit Kerja Sama Pertahanan Tahun
2007 Melengkapi paket kerja FIR dan Ekstradisi, Menteri Pertahanan kedua negara
menandatangani Joint Statement (pernyataan bersama) yang menuangkan prinsipprinsip
dasar kerja sama di bidang pertahanan yang saling menguntungkan; menghormati
kedaulatan, hukum internasional dan nasional. Pernyataan Bersama ini juga meneguhkan
komitmen konkrit skema persetujuan kerja sama pertahanan 2007 (Defence Cooperation
Agreement /DCA 2007).
Secara singkat DCA 2007 menjadi payung kerjasama kedua negara untuk Dialog dan
konsultasi kebijakan bilateral secara regular mengenai isu-isu keamanan, Pertukaran
informasi intelijen, termasuk penanggulangan terorisme, kerja sama iptek bidang
pertahanan, peningkatan SDM, pertukaran personil militer secara regular, latihan dan
operasi bersama, kerja sama SAR dan bantuan kemanusiaan, pembangunan daerah latihan
bersama, dan akses latihan militer di wilayah yang diberikan izin oleh Indonesia.
Indonesia melalui Komite Kerjasama Pertahanan yang dibentuk dalam skema DCA akan
mengawasi serta mengendalikan berbagai implementasi kerjasama tersebut.
Biro Komunikasi
Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI
SIARAN PERS
No.SP-24/HUM/ROKOM/SET.MARVES/I/2022
China dan Jerman Sepakati Kerjasama Bilateral di
Tengah Pandemi COVID-19
Oleh pada 12 Jun 2020

Liputan6.com, Jakarta- Perdana Menteri China, Li Keqiang


melakukan pembicaraan secara virtual dengan Kanselir Jerman, Angela
Merkel. Keduanya sepakat untuk memperdalam rasa saling percaya
sekaligus meningkatkan kerjasama segala bidang.Di tengah pandemi Corona
COVID-19, Keqiang mengemukakan kerjasama bilateral China dan Jerman
terus berlangsung.

Keqiang menjelaskan, sangat mementingkan hubungan antara China dengan


Jerman. China bersedia memperdalam rasa saling percaya, tetap berdialog,
dan mempromosikan kerjasama di berbagai bidang dalam kerangka saling
menghormati, kesetaraan dan saling menguntungkan yang mendorong
kemajuan baru dalam hubungan dengan Jerman.Dia juga
mengatakan, China bersedia memperkuat kerjasama dengan Jerman untuk
memerangi Corona COVID-19.China bersama Jerman harus melakukan
upaya melalui kerjasama multilateral, memperluas keterbukaan dalam
menciptakan kemudahan penyelenggaraan bisnis, dan menjaga stabilitas
produksi dan rantai pasokan. Hal tersebut dipaparkan Keqiang terkait
pemulihan ekonomi setelah pandemi.Selain itu, Keqiang menyatatan China
memberi dukungan terhadap proses integrasi Eropa dan menambahkan
bahwa memperdalam kerja sama China-Jerman dan China-Eropa yang
saling menguntungkan, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat
(12/6/2020)
Singapura dan Thailand Jalin Kerja Sama
Pembayaran Digital
Bisnis.com
05 Oct 2017, 18:55 WIB - Oleh: Yustinus Andri DP

JAKARTA — Singapura dan Thailand tengah menjajaki kerja sama


untuk menghubungkan sistem pembayaran digital nasional mereka,
di tengah upaya kedua negara membatasi penggunaan uang tunai.

Kedua negara dalam hal ini berambisi menjadi pelopor dalam


mengembangkan sistem pembayaran digital lintas negara di Asia
Tenggara. Adapun kerja sama tersebut nantinya akan
mempertemukan dua platform pembayaran digital nasional PayNow
miliki Singapura dan PromptPay di Thailand.

"Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Bank of Thailand tengah


menjajaki kemungkinan untuk menghubungkan
kedua platform tersebut. Kami ingin menjadi yang pertama,” kata
Naphongthawat Phothikit, Direktur Sistem Pembayaran Bank of
Thailand, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (5/10/2017).

Akan tetapi, Naphongthawat menambahkan bahwa kerja sama


tersebut saat ini masih berada dalam tahap penjajakan dan diskusi
awal. Dia menilai terlalu dini untuk menargetkan kapan kerja sama
tersebut terwujud atau mulai dilakukan.

Seperti diketahui, digitalisasi pembayaran dan transaksi keuangan


telah menjadi program utama sejumlah negara di Asia. Pasalnya
pembayaran digital dipandang lebih efisien dan mudah dilacak
daripada uang fisik dan transaksi konvensional.

PayPal Holdings Inc. dalam surveinya mengatakan, untuk saat ini


transaksi dengan menggunakan uang fisik masih mendominasi di
Asia. Sekitar 57% dari 4.000 konsumen di tujuh pasar Asia
masih bergantung pada transaksi tunai dan menggunakan uang
fisik. Sebaliknya, transaksi digital banyak terjadi di Eropa.

Bank of Thailand sendiri telah meluncurkan layanan pembayaran


digital nasinonal PromptPay pada Januari 2017. Platform tersebut
telah diadopsi oleh seluruh bank nasional. Saat ini, terdapat 24
juta orang yang mendaftarkan diri atau setara dengan sepertiga
populasi Thailand.

Adapun platform PayNow, yang diperkenalkan oleh asosiasi


perbankan Singapura pada Juli 2017, telah memiliki lebih dari
500.000 pendaftar, menurut data dari Otoritas Moneter Singapura
(MAS) per 29 Agustus.

Kedua platform tersebut nantinya akan bekerja sama dengan


metode transfer dengan memanfaatkan peer-to-peer melalui bank
kedua negara. Kerja sama ini juga memungkinkan pembayaran
dilakukan dengan menggunakan telepon seluler penerima atau
mengunakan nomor kartu identitas nasional.
Indonesia-Arab Saudi Gali Potensi Kerja Sama
Sektor Parekraf
Bisnis.com
14 Jul 2021, 11:53 WIB - Oleh: Iim Fathimah Timorria

KemenparekrafMenparekraf Sandiaga Uno.

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan


Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan Duta
Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia Syekh Essam bin Abed Al-Thaqafi secara
virtual. Dalam pertemuan tersebut, keduanya menjajaki potensi perluasan kerja sama
bidang pariwisata dan ekonomi kreatif antara Indonesia dengan Arab Saudi.

Peluang kerja sama tersebut mencakup pelaksanaan program internship ke Arab


Saudi untuk enam perguruan tinggi negeri pariwisata yang dinaungi Kemenparekraf
dan pemberian dukungan Indonesia dalam upaya pemindahan kantor pusat World
Tourism Organization (WTO) dari Madrid ke Riyadh.

Sandiaga mengharapkan potensi dan peluang perluasan kerja sama ini akan
mempererat hubungan bilateral antara kedua negara, khususnya pada
sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Saya sangat optimistis pascapandemi ini kita bisa menghasilkan kerja sama dan
saling berkolaborasi dalam mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif di kedua
negara, serta dapat membantu mempromosikan dan menghadirkan pariwisata yang
berkualitas dan berkelanjutan," kata Sandiaga dikutip dari siaran pers, Rabu
(14/7/2021).

Sandiaga mengatakan peluang kerja sama ini diharapkan dapat menjadi tindak lanjut
bagi payung kesepakatan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pasalnya saat ini
belum ada MoU dan perjanjian kerja sama yang aktif di bidang ekonomi kreatif antara
Indonesia dan Arab Saudi.

"Draf terbaru MoU pariwisata antara dua negara diterima oleh pihak Indonesia per
2019 dan masih proses review sebelum ditandatangani. Untuk saat ini, belum ada
MoU dan perjanjian kerja sama yang aktif di bidang ekonomi kreatif," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia Niscaya


berharap kedua negara dapat pula bekerja sama pada program pertukaran kebijakan
promosi dan pemasaran, misalnya pertukaran kemudahan melakukan aktivitas sales
mission sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Arab Saudi.
Spanyol & Italia Ingin Tingkatkan Kerja Sama
Maritim
Bisnis.com
28 Jan 2015, 19:20 WIB - Oleh: Hadijah Alaydrus

Bisnis.com, JAKARTA—Dua negara Eropa, Spanyol dan Italia, berambisi tingkatkan


kerjasama maritim dengan Indonesia, termasuk kepelabuhanan, perkapalan dan
galangan kapal.

Keseriusan ini ditandai dengan pertemuan antara Menko Kemaritiman, Indroyono


Soesilo dengan Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Franciso Jose Viqueira Niel dan
Duta besar Italia untuk Indonesia,Federico Failla di Kantor Kemenko Kemaritiman,
Rabu (28/1)

“Kami akan segera menginventarisasi beberapa program kerjasama dengan


pemerintah Spanyol, termasuk kaji ulang program pembangunan kapal kapal ikan
Mina Jaya pada dekade 1990an lalu,” kata Indroyono, dalam rilis kepada Bisnis,
Rabu (28/1/2015).

Pada dekade terakhir, kerjasama pembangunan kapal antara Indonesia-Spanyol terus


berlangsung, diantaranya pembangunan kapal latih perikanan untuk Sekolah Tinggi
Perikanan dan pembangunan kapal layar tiang tinggi pengganti kapal layar KRI
Dewaruci, sebagai kapal latih Taruna Akademi Angkatan Laut TNI AL.

Tim lintas kementerian dari Indonesia telah dikirim ke Spanyol guna studi banding ke
galangan kapal Rodman di Vigo, Spanyol, sekaligus menyiapkan kedatangan empat
kapal patroli untuk memperkuat Badan Keamanan Laut RI (Bakamla).

Indroyono mengharapkan ada investasi pembangunan galangan kapal oleh Spanyol di


Indonesia, utamanya di Kuala Tanjung, Sumatera Utara dan di Sorong, Papua.

Dalam kesempatan terpisah, Indroyono Soesilo kepada Duta Besar Italia untuk
Indonesia Federico Failla menginformasikan tentang keikutsertaan Indonesia dalam
World Expo Milan, Italia 2015, pada Mei – Oktober 2015.

Disampaikan pula, Indonesia akan mengirimkan kapal perang TNI-AL yang


ditumpangi para taruna Akademi Angkatan Laut, taruna Sekolah Tinggi Pelayaran
dan Taruna Sekolah Tinggi Perikanan untuk berpartisipasi dalam World Ocean Day
di Expo Milan 2015, pada 8 Juni 2015.

Selain itu, Indonesia dan Italia akan bekerjasama dalam penyamakan kulit ikan nila
untuk pembuatan sepatu, tas, dompet dan sabuk khas Italia guna meningkatkan usaha
kecil dan menengah di bidang pengolahan hasil laut.
Peningkatan Kerja Sama Indonesia - Jepang
sebagai Mitra Strategis Terus Berlanjut
Kategori Berita Pemerintahan | adhi004

Jakarta, Kominfo - Negara Jepang merupakan mitra yang sangat penting bagi Indonesia.
Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan global, termasuk Pandemi Covid-19,
hubungan antar kedua negara tetap terjalin kuat bahkan masih terbuka ruang untuk
penguatan hubungan yang bisa digali.
Nilai perdagangan bilateral Indonesia-Jepang pada tahun 2020 mencapai USD24,3 miliar.
Selama periode 2018 hingga 2020 Jepang konsisten menduduki peringkat ke-3 sebagai
tujuan ekspor utama Indonesia dengan nilai ekspor di Tahun 2020 mencapai USD13,6
miliar. Kondisi ini terus berlanjut, dimana pada semester 1 - 2021, nilai ekspor Indonesia
ke Jepang telah mencapai nilai USD7,9 miliar.
“Saya percaya kerjasama ekonomi yang kuat ini akan tetap terjalin baik saat ini di masa
yang akan datang. Bahkan akan terus meningkat yang didorong oleh pemanfaatan
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) dan Regional Comprehensive
Economic Partnership (RCEP) secara maksimal bagi kesejahteraan rakyat kedua negara
khususnya sebagai upaya pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 ini,” ujar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada kegiatan Indonesia-
Japan Business Network (IJBNet) secara virtual dari Jakarta,, Selasa (10/08/2021).
Dari sisi investasi, selama periode 2018 hingga Semester I - 2021 Penanaman Modal
Asing (PMA) dari Jepang yang masuk ke Indonesia mencapai 12,9 miliar USD. Adapun
Jepang menjadi negara terbesar ke-3 PMA yang masuk ke Indonesia selama periode
tersebut. Sementara itu, total proyek PMA asal Jepang selama periode tersebut mencapai
lebih dari 19 ribu proyek.
Hingga paruh pertama tahun 2021, PMA asal Jepang yang masuk ke Indonesia telah
mencapai 1,04 miliar USD. Pemerintah Indonesia mengharapkan PMA asal Jepang yang
masuk di Tahun 2021 akan mampu melampaui realisasi di tahun 2020 yang mencapai 2,6
miliar USD.
Membaiknya perekonomian Indonesia membawa dampak positif di sektor investasi. Dari
sektor investasi, data Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 7,54
persen (year-on-year) di triwulan II-2021.
Kenaikan PMTB sejalan dengan naiknya investasi di sektor riil. Berdasarkan data dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada triwulan II-2021
mencapai Rp. 223,0 triliun atau meningkat 16,2 persen dibandingkan triwulan II-2020
yang didorong oleh kinerja PMA yang mencapai Rp 116,8 triliun atau meningkat 19,6
persen year on year. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki daya tarik
tinggi bagi investor asing, salah satunya Jepang.
Dalam rangka meningkatkan iklim investasi, Pemerintah Indonesia telah melakukan
launching Online Single Submission (OSS) Berbasis Risiko atau dikenal dengan OSS
versi RBA pada tanggal 9 Agustus 2021 lalu. Diharapkan dengan keberadaan OSS
Berbasis Risiko akan dapat mempermudah para pelaku usaha untuk memperoleh
perizinan, serta mengurangi inkonsistensi dan interlocking regulasi antara pusat dan
daerah. Tujuan utamanya tentunya, sejalan dengan UU Cipta Kerja, adalah kemudahan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan kompetensi pencari kerja dan kesejahteraan
pekerja, peningkatan produktivitas pekerja, serta peningkatan investasi.
Terkait fenomena kebijakan beberapa negara yang merelokasi pabriknya dari Tiongkok
ke negara lain, perusahaan Jepang juga melakukan relokasi ke negara lain, khususnya
Indonesia. Dari total tujuh perusahaan multinasional yang telah berkomitmen untuk
masuk ke Indonesia, terdapat tiga perusahaan Jepang yang akan merelokasi pabriknya
dari Tiongkok ke Indonesia.
“Selamat ulang tahun yang ke-3 bagi IJBNET. Semoga ke depannya IJB dapat terus
melaksanakan program-program kerjasama bisnis Indonesia-Jepang demi mendorong
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan kedua negara,” pungkas Airlangga.
Turut hadir dalam kegiatan Indonesia-Japan Business Network (IJBNet) antara lain, Mr.
Kenji Kanasugi Duta Besar Jepang untuk RI, Heri Akhmadi Duta Besar RI untuk Jepang,
Suyoto Rais Ketua Umum IJBNet.
Kerja Sama Pendidikan Vokasi Indonesia-
Jerman, Hambatannya?
Safira Aditia Lestari
Politik | Sunday, 26 Dec 2021, 05:46 WIB

Kerjasama internasional adalah yang membentuk studi Hubungan Internasional,


karena pada awalnya semua negara itu memiliki perbedaan kondisi, akhirnya
dibutuhkanlah yang namanya kerjasama untuk saling membantu. Selain, karena
adanya perbedaan ada juga karena globalisasi, padahal dahulu kerjasama hanya
dilakukan untuk menyelesaikan konflik saja, tetapi dikarenakan dengan adanya
globalisasi maka sebuah kerjasama itu meluas ke ranah yang berbeda, seperti
kerjasama dalam bidang ekonomi, bidang sosial, bidang budaya, bidang politik,
bidang pendidikan, dan lain sebagainya. Seperti halnya adanya kerjasama antara
Indonesia dengan salah satu negara anggota Uni Eropa yaitu Jerman. Indonesia
dengan Jerman sudah melakukan hubungan secara diplomatik sejak tahun 1952, yang
menunjukkan bahwa hubungan tersebut termasuk yang terlama dengan negara di luar
Eropa yaitu Indonesia.

Kerjasama Indonesia dengan German meliputi bidang ekonomi, pembangunan,


militer, teknologi, politik, kesehatan, dan pendidikan. Dalam kerjasamanya dalam
bidang pendidikan, Jerman merupakan negara yang paling banyak diminati bagi
mahasiswa dan para ilmuwan (Sekilas Hubungan Bilateral Indonesia dan Jerman).
Hubungan diplomatik Indonesia dengan Jerman sendiri kembali kesepakatan dengan
menyepakati dokumen the German – Indonesian Joint Declaration for a
Comperhensive Partnership oleh Presiden Susilo Bambang yudhoyono dengan
Kanselir Anglea M di Jakarta pada tahun 2012. Mereka menyepakatai 5+3 area
kerjasama yaitu ekonomi, pendidikan, riset dan teknologi, kesehatan, pertahanan,
ketahanan pangan, energi pangan, dan transportasi.

Dalam perkembangannya hubungan Indonesia dengan Jerman semaik membaik,


terutama saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Berlin pada April 2016, saat itu
Presiden Joko Widodo dengan Kanselir Angela M menyepakati kerjasama dengan
fokus pada bidang pendidikan vokasi, pembaharuan energy, dan kerjasama dalma
bidang maritime untuk masa mendatang. Dalam kerjasama di bidang pendidikan ini
yang terlibat bukan hanya aktor negara saja, tetapi aktor non-negara juga bergabung
seperti Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH atau lebih
dikenal dengan GIZ, yaitu perusahaan internasional Jerman. Kerjasama tersebut
termasuk kedalam soft diplomacy dalam regionalisme, dikarenakan adanya kerjasama
antar aktor negara dengan aktor non - negara.

Kerjasama dalam bidang pendidikan antara Indonesia deng jerman memang sudah
banyak dilakukan dikarenakan adanya pertukaran mahasiswa atau student
exchange, summit, camp dan lainnya antar kedua negara ini. Jumlah mahasiswa yang
berkuliah di Jerman sendiri setiap tahunnya memang mengalami peningkatan, data
dari lapor diri KBRI Berlin pada bulan Oktober tahun 2017 terdapat 6.371 mahasiswa
Indonesia yang menempuh pendidikan nya di Jerman. Kerjasama kali ini memiliki
perbedaan yaitu, bukan hanya pertukaran belajar, tetapi kerjasama kali ini justru
Jerman ingin menerapkan caranya dalam pendidikan vokasi di Indonesia. Dalam
kerjasama bidang pendidikan vokasi ini, tidak selamanya berjalan dengan mudah dan
pastinya terdapat beberapa tantangan-tantangan dikarenakan kedua negara yang
berbeda. Salah satu tantangan nya isalah di Indonesia sendiri masih ada kesenjangan
antara kemampuan orang yang memiliki lulusan pendidikan dengan kejuruan, hal
tersebut yang menghambat perkembangan dikarenakan sulitnya mencari tenaga kerja
dengan kualifikasi yang telah ditentukan. Sedangkan di Jerman sendiri, pendidikan
vokasi adalah kewajiban dan hal tersbutlah point keberhasilannya dikarenakan
adanya kerjasama dengan private sector. Di Indonesia sendiri masih minimal yang
melakukan hal tersebut, contohnya ialah sekolah di Solo yaki ATMI, para pelajar
dapat melakukan magang sebelum lulus di perusahaan.

Sebenarnya Indonesia sendiri dapat mengikuti jejak yang telah diterapkan oleh
Jerman dalma pendidikan vokasi, tetapi memang harus dipersiapkan dengan baik juga
sistematis, struktur nya harus dibangun terlebih dahulu. Selain hal tersebut, ada
tantangan yang membuat Indonesia lebih sulit dalam membangun pendidikan
tersebut, yakni dikarenakan Indonesia sendiri ialah negara kepualauan yang cukup
besar, untuk meratakan pendidikan saja masih terjadi ketimpangan yang lumayan
jauh dari Sabang hingga Merauke pendidikan yang tidak merata, bagaimana jika
harus menerapkan pendidikan vokasi seperti Jerman. Pendidikan di daerah timur
Indonesia saja sudah tertinggal jauh dengan pendidikan di daerah Pulau Jawa sendiri,
tetapi hal tersebut dapat berjalan dengan baik jika pemerintah dapat bekerjasama
dengan baik dengan sektor swasta, dan sektor - sektor yang lainnya untuk
membangun Indonesia agar lebih maju. Jadi bukan hanya pemerintah saja, tetapi
sektor swasta juga dapat membantu pemerintah.

Stigma di Indonesia melihat bahwa sekolah kejuruan tidak lebih baik dengan sekolah
jurusan tertentu, hal tersebut juga yang masih menghambat Indonesia, juga masih
adanya stereotipe gender. Sehingga GIZ menyelenggarakan webinar dengan
berkolaborasi dengan pemerintah Jerman dan juga Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan dan perusahaan Intel Indonesia, dalam webinar tersebut para perempuan
dilatih belajar pola piker yang berfokus pada solusi, inovasi agar dapat memecahkan
suatu masalah.

Anda mungkin juga menyukai