Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan
tubuh yang lain (Mansjoer, 2002). Penyakit ini merupakan penyakit darah dan organ-
organ yang disebabkan karna pertumbuhan yang subur atau proliferasi sel-sel darah
putih yang imatur sehingga mempengaruhi produksi sel-sel darah merah lainnya.
Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah
yaitu pada sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam
memproduksi sel-sel darah tapi sel darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang
tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah normal terhambat.
Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan
kesehatan yang optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien.
Misalnya, memantau kondisi pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang
dapat membuat penyakit leukemia yang pasien derita bertambah parah.
1.2    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan leukemia?
2.    Apa saja manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia?
3.    Apa patofisiologi dari leukemia?
4.    Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi pasien leukemia?

1.3    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang leukemia.
2.    Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia.
3.    Untuk memahami patofisiologi dari leukemia.
4.    Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Anatomi Fisiologi Organ


Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan yang terdapat dalam
pembuluh darah, dan termasuk dalam sistem hematologi. Jumlah darah setiap
individu berbeda-beda tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan
pembuluh darah. Normalnya pada orang sehat 1/13 dari berat badan atau 4 sampai 5
Liter. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut dan sebagai pertahanan tubuh serta
penyebar panas keseluruh tubuh.
Darah mengandung:
1.    Air 91%
2.    Protein 8% (Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinogen)
3.    Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium
dan Asam Amino)
Darah itu sendiri terbagi atas :
·       Eritrosit
Merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak
berinti. Normalnya 5.000/mm3 darah. Eritrosit ini mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin (Hb). Hb normal wanita 11,5 mg% dan Hb normal laki_laki 13 mg%.
Eritrosit berfungsi sebagai pengikat oksigen dari paru-paru lalu diedarkan keseluruh
tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh lalu dikeluarkan malalui paru-paru.
·       Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang terbagi atas dua kategori : granolosit
sebanyak 60% san sel mononuklear (agranosit) sebanyak 40%. Leukosit memiliki inti
dan bentuk yang berubah-ubah. Leukosit berfungsi sebagai pertahan tubuh terhadap
benda asing yang menyerang tubuh. Contoh infasi bakteri
Normal leukosit : 5.000-10.000 mm3
·       Trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada
bulat dan lonjong. Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000 –
450.000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam
pembekuan darah

2.2  Landasan Teoritis Penyakit


A.       Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and
Bare, B.G, 2002).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan
tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk darah
dalam sum – sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum –
sum tulang yang ditandai oleh proliferasi sel – sel darah putih dengan manifestasi
adanya sel – sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam
pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam darah berfloreferasi secara tidak teratur dan
tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut
fungsi – fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga menimbulkan
gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang
sangat cepat (poliferasi) sel darah putih yang abnormal pada jaringan pembentuk
darah.
Klasifikasi Leukemia
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit
atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang
mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia
mielositik.

1.      Leukemia Mielogenosa Akut


AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2.      Leukemia MielogenosaKronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan.CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan
gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa
gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar
biasa, limpa membesar.
3.      Leukemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-
anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun,
setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel
normal.
4.      Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
B.       Etiologi
Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi
& Rita Yuliani, 2001), yaitu :
a.         Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar
monozigot.
b.        Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi
leukemia timbul bertahun – tahun kemudian.
c.         Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti
neoplastik.
d.        Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya
leukemia.
e.         Obat – obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat – obatan kardiogenik seperti
diethylstilbestrol
f.         Neoplasma
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya
proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ.
Selain dari itu kelainan sum – sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi
leukemia akut, misalnya polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia plastik.
g.        Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.

C.       Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia menurut
Suriadi & Rita Yuliani (2001) adalah sebagai berikut :
a.         Pilek tidak sembuh – sembuh
b.        Demam dan anorexia
c.         Pucat, lesu, mudah terstimulasi
d.        Berat badan menurun
e.         Ptechiae, memar tanpa sebab
f.         Nyeri pada tulang dan persendian
g.        Nyeri abdomen
h.        Lumphedenopathy
i.          Hepatosplenomegaly
j.          Abnormal WBC
Manifestasi klinik lainnya, yaitu:
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak
yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.

2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi


Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan
daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.

3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering
disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.

4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.

5. Penurunan nafsu makan

6. Kelemahan dan kelelahan fisik


D. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita
leukemia adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum – sum
tulang yaitu adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan gambaran
darah tepi terdapat sel blas yang merupakan gejala patonomenik untuk leukemia.
b. Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam urat
dapat meningkat dan hipogamaglobinemia.
c. Sum – sum Tulang
Dari pemeriksaan sum – sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri
dari sel limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat pula
adanya liatus leukemia yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa
sel tua (segment) dan sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya
(promielost, mielosil, metamielosit dan sel batang).
2. Biopsi Limpa
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal
dari jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES, Granulosit, pulp
cell.
3. Cairan Serebropinalis
Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.
4. Sistogenik
Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya
kelainan kromosom yaitu pada kromosom 21.
Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu :
a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit
lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang
umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia
normositik.
b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
c.  Retikulosit : jumlah biasaya rendah
d.  Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
e.   SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
f.   PTT : memanjang
g.  LDH : mungkin meningkat
h.  Asam urat serum : mungkin meningkat
i.  Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j.  Copper serum : meningkat
k.      Zink serum : menurun
l.        Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
m.    Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
n.      Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
o.      Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
p.      Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
q.      Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
r.        Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Pelaksanaan kemoterapi
2.  Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis
dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a)      Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
·         Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi.
Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³,
maka diperlukan transfusi trombosit.
·         Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b)  Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi
prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
·         Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering
disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud
untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal
sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
·         Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
·         Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar
pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun
remisi terus menerus.

5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa,


sambiloto, daun pegagan dan buah mengkudu.

F. Komplikasi
Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
1.      Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah,
maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut.
Proses terapi Leukemia juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.

2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah


(trombositopenia) pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses
hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis,
pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.
3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau
sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit
abnormal yang berkembang pesat.
4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi
saat keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan
limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien
dengan kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak
dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis)
dapat menyebabkan clot yang abnormal dan mengakibatkan stroke.
6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal,
tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga
dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun
tidak efektif.
7. Kematian.

G. WOC (terlampir)
2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Data biografi pasien

Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada
usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah,
lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya
tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Adanya tanda-tanda
leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda
trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya
tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami gangguan
hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

c. Pemerikasaan Fisik

  1. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat
composmentis selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3. Pemeriksaan fisik head to toe
a.       Pemeriksaan kepala
Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada
penderita leukemia betuk kepala simetris.
Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak ada
nyeri tekan.
b.      Pemeriksaan mata
Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan
konjungtiva yang anemis.
Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.
c.       Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip.
Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d.      Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan
gusi. Biasa papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut – sudut bibir pecah
– pecah.
e.       Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi
pendengaran dan keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak ditemukan
kelainan dan bersifat normal.
f.       Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya
5-2. Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g.      Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia,
iktus terlihat
Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : tentukan batas jantung.
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru – paru
Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya
normal.
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi :
Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h.      Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat
nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
i.        Pemeriksaan Ekstremitas
inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah.
Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.

d. Pemeriksaan Penunjang
1.      Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit
lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang
umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia
normositik.
2.      Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3.      Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4.      Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5.      SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6.      PTT : memanjang
7.      LDH : mungkin meningkat
8.      Asam urat serum : mungkin meningkat
9.      Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10.  Copper serum : meningkat
11.  Zink serum : menurun
e. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1.      Persepsi dan Penanganan Kesehatan
-          Mengkaji kesehatan klien secara umum.
-          Menanyakan alasan klien datang ke RS dan harapannya.
-          Mengkaji gambaran/pandangan klien terhadap sakit dan cara penangannya.
-          Kepatuhan terhadap obat.
-          Mengkaji riwayat kesehatan keluarga klien.
-          Mengkaji tindakan dalam menjaga kesehatan.

2.      Nutrisi dan Metabolik


-          Mengkaji intake makanan dan cairan klien.
-          Mengkaji gambaran komposisi makan.
-          Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan.
-          Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.
-          Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.
-          Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.
-          Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.
Biasanya klien dengan leukemia mengalami penurunan nafsu makan, sehingga berat
badannya juga menurun.

3.      Eliminasi
-          Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
-          Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
-          Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
-          Mengkaji pola defekasi yang meliputi : frekuensi, warna,dan karakteristiknya.
-          Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
-          Mengkaji pengeluaran melalui IWL .

4.      Aktivitas dan Latihan


-          Mengkaji gambaran aktivitas sehari-hari klien sebelum dan sesudah merasakan
sakit.
-          Pola olahraga yang biasa dilakukan.
-          Mengkaji aktivitas yang dilakukan waktu senggang.
Biasanya klien mengalami kelelahan, dan tidak dapat beraktivitas dengan baik.

5.      Tidur dan Istirahat


-          Mengkaji pola tidur klien yang meliputi lama waktu tidur, dan keefektifan.
-          Mengkaji apakah mempunyai kebiasaan sebelum tidur.
-          Menanyakan apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
-          Mengkaji kebiasaan jam berapa tidur dan bangun klien.
Biasanya tidur klien terganggu karena penyakit yang dideritanya.
6.      Kognitif dan Persepsi
-          Mengkaji kemampuan membaca, menulis dan mendengar klien.
-          Menanyakan pada klien atau keluarga apakah mengalami kesulitan dalam
mendengar.
-          Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu lihat atau dengar.
-          Mengkaji apakah ada keluhan pusing atau sebagainya.
Biasanya klien sering mengalami pusing.
7.      Persepsi Diri- Konsep Diri
-          Mengkaji bagaimana gambaran diri klien.
-          Mengkaji apakah sakit yang ia alami mengubah gambaran diri klien.
-          Hal-hal apa saja yang membebani pikiran klien.
-          Mengkaji apakah klien sering merasa cemas, depresi, dan takut.
Biasanya klien merasa cemas dan takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan.
8.      Peran – Hubungan
-          Mengkaji pekerjaan klien.
-          Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan lingkungan
sekitar berjalan dengan baik.
-          Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
-          Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
-          Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
-          Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.

9.      Seksualitas dan Reproduksi


-          Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.
-          Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat
melakukan hubungan seks.
-          Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena terjadinya
perdarahan.
10.  Koping – Toleransi Stress
-          Mengkaji apa yang menjadi visi klien kedepan.
-          Mengkaji apakah klien biasa mendapatkan apa yang diinginkannya.
-          Mengkaji sejauh mana klien harus berusaha untuk mendaptkan apa yang
diinginkan.
-          Mengkaji bagaimana penanganan klien tentang stress yang mungkin ia hadapi.
11.  Nilai- Kepercayaan
-          Mengkaji agama klien.
-          Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
-          Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi
kehidupannya.
-          Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang penting
dalam kehidupan klien.
Perumusan NANDA, NOC, NIC
No. Diagnosa (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Resiko infeksi b.d Status imun Manajemen lingkungan
penurunan sistem Klien diharapkan mampu: Intervensi yang dilakukan :
kekebalan tubuh          Tidak adanya infeksi         Ciptakan lingkungan yang
berulang aman untuk pasien.
         Tidak adanya tumor          Identifikasi kebutuhan
         Status pencernaan dari keamanan pasien, berdasarkan
skala yang diharapkan tingkat fisik, dan fungsi
         Status pernapasan dari kognitif dan pengalaman masa
skala yang diharapkan lalu.
         Berat badan dalam batas         Hindari lingkungan yang
normal berbahaya (ex : permadani
         Suhu tubuh normal lepas dan kecil, perabotan
         Tidak adanya kelelahan rumah yang dapat dipindah-
secara terus menerus pindahkan).
         Jumlah sel darah putih         Hindari objek yang
dalam batas normal berbahaya dari lingkungan.
Status nitrusi          Usaha perlindungan dengan
Klien diharapkan mampu pinggir jeruji/pinggir lapisan
menormalkan: jeruji, dengan tepat.
         Pemasukan nutrisi          Dampingi pasien selama
         Pemasukan makanan dan
cairan aktivitas di luar bangsal.
         Energi          Atur tinggi rendahnya
         Masa tubuh tempat tidur.
         Berat badan          Sediakan peralatan yang
adaptif (ex : tangga yang dapat
disandarkan dan susuran
tangan), dengan tepat.
         Tempatkan furniture dalam
ruangan dengan susunan yang
tepat.
         Sediakan tabung panjang
untuk membuat gerakan lebih
leluasa.
         Tempatkan objek yang
digunakan dalam batas
jangkauan.
         Sediakan kamar untuk 1
orang.
         Sediakan tempat tidur yang
bersih dan nyaman.
         Sediakan tempat tidur yang
kokoh/kuat.
         Tempatkan perubahan posisi
tempat tidur dalam kondisi
yang mudah dijangkau.
         Kurangi rangsangan dari
lingkungan.
         Hindari pencahayaan yang
tidak penting, sirkulasi udara,
keadaan yang terlalu panas,
ataupun dingin.
         Atur suhu lingkungan sesuai
kebutuhan pasien, jika suhu
tubuhnya berubah.
         Kontrol/cegah bising yang
berlebihan, bila
memungkinkan.
         Kontrol pencahayaan untuk
manfaat terapeutik.
         Batasi jumlah pengunjung.
         Batasi kunjungan secara
personal kepada pasien,
keluarga, kebutuhan penting
lainnya.
         Lakukan rutinitas sehari-hari
sesuai kebutuhan pasien.
Manajemen nutrisi
Intervensi yang dilakukan :
         Tanyakan apakah pasien
mempunyai alergi terhadap
makanan.
         Pastikan makanan kesukaan
pasien.
         Dorong kenaikan
pemasukan zat besi makanan,
dengan tepat.
         Dorong kenaikan
pemasukan protein, zat besi,
vitamin C, dengan tepat.
         Berikan pasien dengan
protein tinggi, kalori tinggi,
nutrisi makanan cemilan dan
minuman itu bisa dengan
mudah mengonsumsi denagn
tepat.
         Ajarkan pasien bagaimana
menafkahkan buku harian
makanan, sesuai dengan
kebutuhan.
         Kontrol catatan pemasukan
untuk kandungan nutrisi dan
kalori.

2. Resiko perdarahan b.d Pembekuan darah Pencegahan perdarahan


trombositopenia Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan :
menormalkan :          Monitor kemungkinan
         Gumpalan pembentukan terjadinya perdarahan pada
         Waktu protrombin pasien
         Hb          Catat kadar HB dan Ht
         Perdarahan setelah pasien mengalami
         Memar kehilangan banyak darah
         Petechiae          Pantau gejala dan tanda
timbulnya perdarahan yang
berkelanjutan 9cek sekresi
pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari
perawat)
         Pantau factor koagulasi,
termasuk protrombin (Pt),
waktu paruh tromboplastin
(PTT), fibrinogen, degradasi
fibrin, dan kadar platelet dalam
darah)
         Pantau tanda-tanda vital,
osmotic, termasuk TD
         Atur pasien agar pasien
tetap bed rest juka masih ada
indikasi pendarahan
         Atur kepatenan/ kualitas
produk / alat yang
berhubungan dengan
perdarahan
         Lindungai pasien dari hal-
hal yang menimbulkan trauma
dan bias menimbulkan
perdarahan
         Jangan lakukan injeksi
         Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral
pasien
         Gunakan alat ukur elektrik
yang memiliki pinggiran tepi
saat pasien mencukur
         Hindari tindakan invasive
         Cegah memasukkan sesuatu
kedalam lubang daerah yang
mengalami perdarahan
         Hindari pengukuran suhu
secar rectal
         Jauhkan alat-alat berat
disekitar pasien
         Instruksikan pasien untuk
menghindari/ menjauhi aspirasi
atau anti koagulan yang lain
         Instruksikan pasien untuk
menghindar aspirin/
antikoagulan yang lain
         Instruksikan pasien untuk
emngkonsumsi makanan yang
mengandung vit K
         Cegah terjadi konstipasi
         Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda-gejala
terjadinya perdarahan dan
tindakan pertama untuk
penanganan selama perdarahan
berlangsung

3. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas


b.d kelemahan umum Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
(anemia) untuk menormalkan:          Kolaborasi dengan terapis
         Saturasi oksigen ketika dalam merncanakan dan
beraktivitas memonitor program aktivitas
         Denyut nadi ketika         Tingkatkan komitmen
beraktivitas pasien dalam beraktivitas
         Laju pernapasan ketika         Bantu mengekplorasi
beraktivitas aktivitas yang bemanfaat bagi
         Tekanan darah sistolik pasien
         Tekanan darah diastolic          Bantu mengidentifikasi
sumberdaya yang dimiliki
         Pemeriksaan EKG dalam beraktivitas
         Warna kulit          Bantu pasien/keluarga
         Kekuatan tubuh atas dalam beradaptasi dengan
         Kekuatan tubuh bawah lingkungan
Daya tahan          Bantu menyusun aktivitas
Klien diharapkan mampu fisik
untuk menormalkan:          Pastikan lingkungan aman
         Kinerja dari rutinitas untuk pergerakan otot
         Aktivitas          Jelaskan aktivitas motorik
         Konsentrasi untuk meningkatkan tonus otot
         Kepulihan energy setelah         Berikan reinforcemen positif
beraktivitas selama beraktivitas
         Tingkat oksigen darah          Monitor respon emosional,
fisik, sosial dan spiritual
Tingkat kegelisahan
Klien diharapkan mampu Manajemen energy
untuk menormalkan: Intervensi yang dilakukan
         Nyeri          Tentukan pembatasan
         Cemas aktivitas fisik pasien
         Mengerang          Jelaskan tanda yang
         Stress menyebabkan kelemahan
         Takut          Jelaskan penyebab
         Kegelisahan kelemahan
         Nyeri otot          Jelaskan apa dan bagaimana
         Meringis aktivitas yang dibutuhkan
         Sesak nafas untuk membangun energi
         Mual          Monitor intake nutrisi yang
         Muntah adekuat
         Monitor respon
kardiorespirasi selama aktivitas
         Monitor pola tidur
         Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
         Batasi stimulus lingkungan
         Anjurkan bedrest
         Lakukan ROM aktif/pasif
         Bantu pasien membuat
jadwal istirahat
         Monitor efek obat stimulan
dan depresan
         Monitor respon oksigenasi
pasien

4. Nyeri b.d agen cedera Tingkat Kecemasan : Mengurangi rasa cemas:


biologis (efek Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
fisiologis dari untuk :          Tenangkan klien dan
leukemia)          Menghindari perasaan melakukan pendekatan.
gelisah.          Kaji perspektif situasi stress
         Menghindari serangan klien.
panik          Berikan informasi faktual
         Menghindari Rasa cemas mengenai diagnosis, terapi, dan
yang berlebihan. prognosis.
         Mengontrol tekanan         Bantu pasien untuk untuk
darah. meminimalisir rasa cemas yang
         Mengontrol peningkatan timbul.
denyut nadi.          Kaji tanda-tanda kecemasan
         Mengontrol peningkatan baik secara verbal maupun non
jumlah pernafasan. verbal.
         Menghindari hal-hal yang Menajemen nyeri
bisa mengganggu tidur.
Tingkatan nyeri Intervensi yang dilakukan:
Klien diharapkan mampu         Ajarkan klien tentang
untuk: bagaimana cara mengontrol
         Mengendalikan rasa nyeri. rasa nyeri.
         Mengontrol diri dari         Ajarkan klien teknik-teknik
kehilangan nafsu makan. relaksasi.
         Ajarkan klien bagaimana
cara menghindari diri dari rasa
cemas.
5. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:
nutrisi kurang dari Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh b.d untuk menormalkan:          Anjurkan asupan kalori
faktor biologi         Pemasukan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
(anoreksia)          Pemasukan makanan dan gaya hidup.
         Pemasukan cairan          Kontrol asupan nutrisi dan
         Energy kalori.
         Berat badan          Anjurkan kepada klien
         Tonus otot untuk mengkonsumsi nutrisi
         Hidrasi yang cukup.
Pengontrolan nutrisi
Nafsu makan Intervensi yang dilakukuan:
Klien diharapkan mampu         Tanyakan apakah pasien
untuk menormalkan: mempunyai alergi terhadap
         Menyeimbangkan nafsu makanan
makan          Tentukan makanan pilihan
         Menyeimbangkan pasien
Pasokan cairan tubuh          Tentukan jumlah kalori dan
         Menyeimbangkan jenis zat makanan yang
Pasokan nutrisi tubuh diperlukan untuk memenuhi
nutrisi, ketika berkolaborasi
Weight gain behavior : dengan ahli makanan, jika
Klien diharapkan mampu : diperlukan
         Mengidentifikasi         Tunjukkan intake kalori
penyebab kehilangan berat yang tepat sesuai tipe tubuh
badan dan gaya hidup
         Memilih sebuah target         Timbang berat badan pasien
sehat berat badan. pad jarak waktu yang tepat
         Mengidentifikasi Terapi Nutrisi
pemasukan kalori Intervensi yang dilakukan :
         Memilihara suplai nutrisi         Monitor pemasukan cairan
makanan dan minuman yg dan makanan dan menghitung
adekuat pemasukan kalori sehari-hari
         Meningkatkan nafsu         Bantu pasien membentuk
makan posisi duduk yang benar
sebelum makan
         Ajarkan pasien dan kelurga
tentang memilih makanan
6. Kerusakan integritas Intregitas jaringan : kulit dan Pengawasan kulit
kulit b.d zat kimia membran mukosa Intervensi yang dilakukan:
(kemoterapi, Klien diharapkan mampu         Amati warna kulit,
radioterapi) menormalkan : kehangatan (suhu), bengkak,
         Temperatur getaran, tekstur kulit, udem.
         Sensasi          Pantau area yang tidak
         Elastisitas berwarna dan memar kulit
         Pigmentasi serta membran mukosa.
         Warna          Pantau kelainan kekeringan
         Ketebalan dan kelembaban kulit.
         Jaringan bebas lesi.          Catat perubahan kulit atau
membran mukosa.
         Periksa keketatan pakaian.
         Pantau warna kulit.
         Pantau suhu kulit.
         Instruksikan anggota
keluarga / pemberi perawatan
tentang tanda – tanda dari
kerusakan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari


2013.
www.news-medical.net/health/What-is-Leukemia-(Indonesian).aspx akses tanggal
20 Januari 2013
TUGAS
MAKALAH LEUKEMIA

OLEH KELOMPOK 11

YOSEFA MILLENIUM NONA 18061030

REISA ARDIANTI TONENGAN 18061096

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO

2019

Anda mungkin juga menyukai