Anda di halaman 1dari 15

Pandangan Tentang Manusia 1

MATERI PERTEMUAN-1
Topik:
PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Maksud dari Pandangan tentang manusia adalah agar kita, para


pendidik tahu tentang apakah manusia itu dan perangkat apa saja yang
dimiliki manusia. Dengan mengetahui ini, maka akan menimbulkan
pandangan, pemikiran-pemikiran jauh kedepan dan berusaha untuk
melaksanakan konsep tentang manusia. Akan dibahas tentang hakekat
manusia dan pengembangannya, sehingga kita mengetahui apakah
manusia lengkap dengan dimensi-dimensinya. Dengan pandangannya
yang utuh, seseorang yang bijaksana selalu mempertimbangkan
pandangan-pandangan yang ada, agar langkahnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Sebagai pendidik dapat memiliki kebijaksanaan pendidikan
dengan mengetahui apakah hakekat manusia, dapat mendorong
pembawaan-pembawaan yang dibawa peserta didik untuk
dikembangkan.

A. Hakekat manusia dan Pengembangannya


Dengan mengetahui hakekat manusia dan pengembangnnya
diharapkan kita mampu menumbuhkembangkan pembawaan yang
ada pada peserta didik dan mengarahkan kepada kebaikan-kebaikan
serta dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Akan
dibahas tentang hakekat manusia dengan dimensi-dimensinya.

1. Hakekat manusia
Pembahasan tentang hakekat manusia:
a. Pengertian-pengertian hakekat manusia ada beberapa
pendapat
(1) Notonagoro memandang hakekat manusia adalah makhluk
monopluralis: jiwa raga merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Aspek jiwa manusia mempunyai
cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan untuk membuat
keputusan-keputusan apakah sesuatu itu benar atau tidak
benar, apakah baik atau tidak baik.
Manusia bersifat anorganis, vegetatif dan animal, sehingga
tingkah lakunya dikuasai hukum alam dan didorong naluri.
2 Pengantar Ilmu Pendidikan

Manusia makhuk individu, sosial, mandiri dan ber Tuhan


Pandangan Tentang Manusia 3

(2) Ahli biologi hakekat manusia dilihat dan jasmaninya,


dengan teori evolusi Darwin berpendapat hakekat manusia
termasuk jenis hewan yang bertulang belakang dan
menyusui, berevolusi dan jenis hewan yang paling rendah
ke paling tinggi. Sedang jiwa manusia itu sebagai
sejumlah fungsi otak. Manusia tidak dapat lepas dari alam
sekitarnya. Manusia bersama dengan makhluk organik lain
adalah suatu produk dan suatu proses perkembangan
evolusioner, perkembangan secara berangsur-angsur
dalam jangka yang lama sekali, semua yang hidup,
manusia dan organisme-organisme yang lain itu berasal
dari makhluk hidup yang berasal hanya satu molekul yang
muncul di bumi kita ini dimasa lampau yang jauh.
(3) Sigmund Freud seorang ahli psikologi memahami hakekat
manusia adalah jiwa sedang jasmani merupakan bagian
dan rokhani. Pendapat psikoanalitik tradisional yang
dipelopori Warner menyatakan bahwa tingkah laku
manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam
yang bersifat instingtif (insting biologis). Tingkah laku
manusia diarahkan untuk memuaskan kebutuhan biologis.
Sigmund Freud menyatakan struktur kepribadian manusia
meliputi 3 komponen ialah id, ego dan super ego.

Penjelasan:
1. das uber ich = Super ego
2. das ich = ego
3. Pra concius = ambang kesadaran
4. das Es = id
5. Kompleks yang terdesak.

Id meliputi berbagai insting yang mendasari


perkembangan seseorang, sedang insting yang paling
penting atau berperan insting seksual dan agresi, dua
insting ini yang menggerakkan seseorang hidup dalam
lingkungannya dengan maksud pemuasan.
Fungsi id mendorong seseorang untuk memuaskan
kebutuhan setiap waktu dan sepanjang hidupnya. Apabila
ingin berhasil dalam pemuasan insting, maka harus
4 Pengantar Ilmu Pendidikan

mempertimbangkan lingkungan yang ada diluar dirinya.


Ego yang mengatur gerak-gerik id agar dalam
memuaskan insting selalu memperhatikan lingkungan,
Ego berfungsi atas dasar prinsip realitas, sehingga tingkah
laku seseorang dijalankan oleh ego. Super Ego berfungsi
mengawasi agar tingkah laku seseorang sesuai dengan
aturan-aturan misalnya perintah, larangan, nilai-nilai,
moral dan adat. Dinamika seseorang berpusat pada
interaksi antara id, ego dan super ego.
Neoanalitik mengakui adanya id, ego dan super ego
sebagai pusat kepribadian seseorang adalah ego.
Selain ego sebagai pengarah perwujudan id, juga
sebagai fungsi pokok yang bersifat rasional dan
bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial
seseorang.
4) Pandangan humanistik bersifat kemanusiaan dikemukakan
(1) Oleh Rogers manusia mampu mengarahkan dirinya ke
tujuan-tujuan yang posotif, mampu mengawasi,
mengatur diri, sesudah itu baru manusia bebas dari
kecemasan dan kegelisahan. Gambaran pribadi manusia
dalam proses menjadi, merupakan satu kesatuan yang
terus menerus berubah, berkembang, tidak pernah
selesai dan tidak pernah sempurna.
(2) Manurut Adler manusia dalam hidupnya digerakkan
oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu, oleh tanggung
jawab sosial dalam membantu orang lain dan membuat
dunia ini lebih baik untuk ditempati.
Kedua pendapat ini perlu pendidikan untuk
pengembangannya.
Menurut pandangan agama hakekat manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan dan akan kembali kepada
pencipta.

b. Hakekat Manusia Menurut Pancasila


Bangsa Indonesia memandang hakekat manusia dari segi, 1)
monodualistik, 2) monopluralistik, 3) Keselarasan, keserasian dan
keseimbangan, 4) integralistik.
1) berdasar pandangan monodualistik hakekat manusia ialah:
(1) ciptaan Tuhan dan mempunyai hubungan serasi
dengan penciptanya antara lain manusia bertaqwa kepada
Tuhan (2) manusia mempunyai unsur jasmani dan rokhani
Pandangan Tentang Manusia 5

yang tidak dapat dipisahkan, hanya dapat dibedakan (3)


makhluk yang mengalami rangkaian kehidupan dunia dan
akhirat (4) sebagai anggauta yang tidak dapat dipisahkan
dari masyarakat dan bangsanya.
2) Pandangan monopluralistik bangsa Indonesia merupakan
satu kesatuan dan unsur-unsur yang bermacam-macam
suku bangsa, budaya, bahasa, adat istiadat, agama dan
kepercayaan, namun kita tetap satu diikat oleh Bhineka
Tunggal Ika
3) Prinsip keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara
manusia dengan Tuhan, antara individu dengan
masyarakat.
4) Pandangan integralistik tiap individu atau manusia diakui hak
dan kewajibannya, diakui dan dihormati keberadaannya.
Dengan kebersamaan kita dapat mencapai kesejahteraan
dan kebahagiaan lahir batin.
Tata nilai integralistik antara lain, keberadaan tiap unsur
hanya berarti dalam hubungannya dengan keseluruhan, tiap
individu, golongan mempunyai tempat dan kewajiban
masing-masing, mengutamakan keselamatan, kesejahteraan
dan kebahagiaan seluruh bangsa dan negara, adanya
kerukunan bangsa dan negara, adanya kerukunan, persatuan,
dan kesatuan kesetiakawanan sosial, gotong royong, saling
membantu.

2. Ujud sifat hakekat manusia


Menurut Umar Tirtarajaharja, La Sulo: dikatakan faham
eksistensialisme:
a. Kemampuan menyadari diri
Kaum rasionalis bahwa manusia mempunyai kemamapuan
menyadari diri sehingga dapat membedakan dengan yang
yang lain, bahkan dapat membuat jarak dengan lingkungan,
berupa pribadi maupun bukan pribadi/benda. Kemampuan
membuat jarak lingkungan ada dua ialah arah keluar dan
kedalam. Arah keluarga menjadikan lingkungan sebagai
obyek, ini dipandang sebagai egoisme. Arah kedalam
memandang lingkungan sebagai subyek peradaban dengan
aku sebagai obyek, yang isinya berwujud pengabdian,
pengorbanan, tenggangrasa.
Pengembangan arah keluar merupakan pembinaan aspek
sosialitas, sedang kearah dalam pembinaan aspek
6 Pengantar Ilmu Pendidikan

individualitas manusia.
b. Kemampuan bereksistensi
Kemampuan menempatkan diri dan menembus ke masa
depan disebut kemamapuan bereksistensi. Manusia
mempunyai kemampuan kereksistensi inilah manusia
mempunyai kebebasan menurut Dwiyarkara: adanya manusia
bukan berada seperti. hewan dan tumbuh-tumbuhan,
melainkan mengada dimuka bumi. Kemampuan bereksistensi
perlu dibina melalui pendidikan, agar peserta didik belajar
dan pengalamannya, belajar melihat masa depan dan sesuatu
dan mengambangkan daya kreasi sejak masa kanak-kanak.
c. Kata hati
Istilah kata hati sering disebut hati nurani. Kata hati
merupakan kemampuan pada diri manusia yang memberi
penerangan baik buruknya perbuatannya Kriteria baik/benar
dan buruk/salah dikatakan Dwiyarkara dengan baik yang
integral.
Kesimpulan bahwa kata hati adalah kemampuan membuat
keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/ salah
bagi manusia sebagai manusia.
d. Moral
Istilah moral adalah perbuatan itu sendiri sedang kata hati
sebagai bentuk yang menyertai perbuatan. Seseorang yang
memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya
merupakan realisasi kata hatinya, perlu ada kemampuan.
Banyak orang memiliki kecerdasan akal, tetapi tidak cukup
memiliki moral.
e. Tanggung jawab
Kesetiaan menanggung resiko akibat perbuatannya. Ujud
tanggung jawab pada diri sendiri, tanggung jawab pada
masyarakat, dan tanggung jawab pada diri sendiri berarti
menanggung tuntutan hati nurani, misalnya dalam bentuk
penyesalan. Bertanggung jawab pada masyarakat berarti
menanggung tuntutan norma-norma masyarakat. Bentuk
tuntutan sosial berupa sangsi-sangsi seperti cemoohan
masyarakat hukuman penjara, bertanggung jawab pada Tuhan
berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, misalnya
perasaan berdosa, terkutuk.
f. Rasa kebebasan
Rasa bebas/merdeka sesuai dengan tuntutan kodrat
manusia, sesuai dengan kodrat manusia yang berarti ada
Pandangan Tentang Manusia 7

ikatan. Kemerdekaan yang sebenarnya memang berlangsung


dalam keterkaitan. Orang merasakan adanya kebebasan
apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya
dan menjiwai segenap perbuatannya.
g. Kewajiban dan hak
Kewajiban dan hak adalah dua gejala yang timbul sebagai
manifestasi diri manusia sebagai makhuk sosial. Ada
seseorang yang mempunyal hak untuk menuntut orang lain
berarti ada kewajiban orang lain untuk memenuhinya.
Realisasi dalam kehidupan sehari-hari hak diasosiasikan
sesuatu yang menyenangkan, sedang kewajiban dipandang
suatu beban.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan istilah yang terdapat pada kehidupan
manusia. Ada yang menganggap rasa senang merupakan
aspek kebahagiaan, sebab kebahagiaan sifatnya lebih
permanen dan pada perasaan senang. Kebahagiaan lebih
merupakan integrasi atau rentetan dan sejumlah kesenangan.
Ada yang berpendapat kebahagiaan tidak cukup digambarkan
hanya sebagai himpunan dan pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan saja, tetapi menupakan integrasi dan segenap
kesenangan, kegembiraan, kepuasan dll. Proses integrasi dan
kesemuanya itu menghasilkan bentuk penghayatan hidup
yang disebut bahagia.

B. Dimensi-dimensi Manusia

1. Dimensi keindividuan manusia


Sejak lahir anak membawa pembawaan-pembawaan, anak
yang satu tidak sama dengan anak yang lain meskipun anak
kembar sekalipun.
Tiap anak mempunyai sifat kepribadian yang unik. Setiap
orang akan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki:
pikir, perasaan, kehendak dan nafsu-nafsu, intuisi, bakat-bakat
umum dan khusus.
Dengan pertumbuhan bayi itu akan menjadi anak yang makin
lama dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain atau
sekitarnya. Manusia mempunyai potensi-potensi yang dapat
dikembangkan, kebutuhan-kebutuhan material dan spiritual
yang harus dipenuhi. Dalam perkembangannya dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain pendidikan. Untuk mengembangkan
8 Pengantar Ilmu Pendidikan

dirinya, untuk mengaktualisasi-kan dirinya sebagai makhluk


individu anak memerlukan pendidikan.

2. Dimensi kesosialan manusia


Manusia disamping sebagal makhluk individu, juga makhluk
sosial. Pada waktu bayi anak merasa menyatu dengan orang-
orang dalam lingkungan keluarga. Anak tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan manusia. Manusia membutuhkan
lingkungan hidup berkelompok untuk mengembangkan dirinya.
Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu yang
memiliki adat istiadat, kebudayaan tertentu, sebagai anggota
masyarakat mempunyai hak dan kewajiban serta untuk
berperanan. Secara kenyataan antara manusia dengan
masyarakatnya saling memajukan dan memperkembangkan.
Dimensi kesosialan tumbuh berkat adanya saling membutuhkan
dan saling membantu, saling tergantung antara satu dengan lain.
Atas dasar saling membantu atau menolong maka timbul rasa
harga diri kebahagiaan dan kesejahteraan akan dirasakan apabila
kebahagiaan dan kesejahteraan itu dapat dinikmati bersama.
Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan berhasil
sebagai anggota kelompoknya, anak manusia memerlukan
pendidikan.

3. Dimensi kesusilaan manusia


Dengan akal dan nalarnya manusia dapat membedakan mana
yang baik dan mana yanag tidak baik, mana yang pantas dan
mana yang tidak pantas. Driyarkara manusia susila adalah
manusia yang memiliki, menghayati dan melaksanakan nilai-
nilai kemanusiaan. Manusia mengkristalisasikan dan
mengintegrasikan pengalaman dan penghayatannya mengenai
hal-hal yang berharga bagi kehidupan, menjadi satu pandangan
hidup sehingga tersusun dalam kesatuan hirarkhis yang disebut
sistem nilai. Sedang hirarkhis nilai adalah: (1) nilai jasmani;
makan, minum, pakaian, perumahan (2) nilai keindahan
misalnya senang melihat barang indah dan bagus. (3) nilai
kebenaran; pengertian dan pengetahuan (4) nilai kesusilaan
misalnya cinta sejati kepada sesama manusia, menghormat,
menghargai sesama manusia (5) nilai religius misalnya
pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai jasmani sampai dengan nilai kebenaran disebut nilai
sarana, sedang nilai kesusilaan sampai dengan nilai religius
Pandangan Tentang Manusia 9

disebut nilai fundamental atau nilai final.


Menurut Soeprapto bangsa Indonesia mempunyal sistem nilai
adalah nilai dasar Pancasila, secara operasional dijabarkan
menjadi norma moral merupakan ukuran bagi perbuatan
manusia yang beradab atau tidak beradab. 1. Norma susila
berhubungan dengan perbuatan yang dinilai dan segi susila dan
asusila. 2. Norma hukum berkaitan dengan perbuatan adil dan
tidak adil 3. Norma pembangunan dengan perbuatan berkaitan
dengan penyejahteraan dan pemakmuran bangsa Indonesia yang
mendambakan suatu kehidupan yang adil, makmur, merata
berdasar Pancasila dan UUD 1945.
Perlu adanya norma-norma untuk dijadikan pedoman,
pegangan, petunjuk dan aturan sikap dan bertingkah laku dalam
kehidupan bermasyarakat. Pedoman dan pengalaman Pancasila
yang memiliki 45 butir merupakan norma moral. Manusia
mempunyai Karsa dalam kepribadiannya yang mampu
menuntun kearah realisasi diri sesuai dengan apa yang telah
diketahui. Dengan bimbingan orang tua, bantuan orang
sekitarnya memungkinkan peserta didik mengindentifikasi,
membedakan, menyamakan nilai, menarik kesimpulan, timbul
perhatian, keinginan dan kemauan untuk melakukan perbuatan
berdasarkan keputusan sebagai keputusan kesusilaan.

4. Dimensi keagamaan manusia


Di luar jangkauan melalui alat indera kita ada kekuatan yang
disebut supernatural. Dahulu manusia membuat mitos-mitos
untuk memahami kekuatan-kekuatan itu. Manusia dianugerahi
dengan ajaran-ajaran yang dipercayai adalah wahyu Tuhan
melalui nabi-nabi. Nabi membangkitkan beberapa sifat jiwa
manusia dan meninggikan derajat kejiwaan. Karena tuntutan
nabi orang biadab menjadi beradab, orang yang kejam menjadi
lunak, orang terhina menjadi orang berharga bagi sekitarnya,
orang kasar menjadi orang halus.
Menurut Santi Arbi, manusia dianugerahi ajaran-ajaran yang
dipercayai yang didapatkan melalui bimbingan nabi-nabi demi
kemaslahatan dan keselamatan. Pada dasarnya manusia adalah
homo religius (beragama), sehingga mampu menghayati
pengamalannya tentang dirinya dan dunianya menurut agama
masing-masing. Pemahaman agama masing-masing.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran, agama,
bersembahyang berdoa, praktek ritual, semua ini membutuhkan
10 Pengantar Ilmu Pendidikan

bimbingan atau pendidikan.

C. Pengembangan Dimensi-dimensi.
Pengembangan dimensi pada kelompok-kelompok manusia/bangsa
tertentu meliputi.

1. Pengembangan dimensi yang tidak utuh


Artinya dan keempat dimensi diatas hanya dipentingkan
salah satu saja misalnya:
a. mementingkan pengembangan individu saja, ini akan
mengakibatkan menjadikan manusia yang hanya memikirkan
diri sendiri saja (individualistik) tidak memikirkan orang lain
(masyarakat).
b. pengembangan hanya pada dimensi kesosialan saja, tidak
memikirkan kepentingan individu.
c. mengembangkan dimensi kesusilaan saja, akan menjadikan
manusia susila saja, tanpa memikirkan duniawi,
d. mengembangkan dimensi keagamaan saja, akan menjadikan
manusia yang sangat fanatik, tidak menghargai dan
menghormati pemeluk agama lain, tidak ada toleransi
terhadap pemeluk agama lain.

2. Pengembangan yang utuh


Semua dimensi manusia dikembangkan, sehingga menjadi
manusia yang utuh.
Semua dimensi dikembangkan, Depdikbud: pengembangan
manusia sebagai makhluk:
a. Individu, pendidikan harus berusaha mengembangkan
peserta didik mampu menolong diri sendiri untuk dapat
menolong diri sendiri peserta didik perlu mendapatkan
berbagai pengalaman di dalam pengembangan konsep,
prinsip, generalisasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak.
emosi, tanggung jawab, keterampilan dan lain-lain.
Mengalami perkembangan kognitif, afektif dan spikomotor.
Sebagai makhluk individu, manusia perlu pola tingkah laku
yang bukan tindakan instingtif, ini dapat diperoleh melalui
pendidikan dan proses belajar.
b. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial, disamping
sebagai makhluk individu juga makhuk sosial. Manusia
berorientasi dengan masyarakatnya, manusia dapat mencapai
sesuatu dibantu orang lain, dan merupakan sarana
Pandangan Tentang Manusia 11

pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Kehidupan


sosial antara manusia satu dengan lainnya dimungkinkan
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan, tetapi karena
adanya bahasa sebagai alat komunikasi melalui pendidikan
dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara
perkembangan aspek individu dengan aspek sosial.
Menurut Thomson The problem of finding the golden mean
between education for the individual life and education for
communal service is one of the most important questions for
the educator.
c. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila, hanya
manusialah yang dapat menghayati norma-norma dan nilai-
nilai dalam kehidupannya sehingga manusia dapat
menetapkan tingkah lakunya yang baik dan bersifat susila.
Tidak dapat dibayangkan kalau manusia tidak punya nilai-
nilai melalui pendidikan, kita harus mampu membuat
manusia susila. Kita mengusahakan peserta didik menjadi
manusia pendukung norma, kaidah dan nilal susila, mi
semua menjadi manunggal dan menjadi bagian yang integral
dalam pribadi setiap warga masyarakat atau selalu
dipersonitifikasikan dalam setiap aspek dan tingkah laku
setiap pribadi susila. Penghayatan dan personifikasi atas
norma, nilai dan kaidah-kaidah ini penting dalam rangka
mewujudkan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat.
Aspek susila ini tidak hanya memerlukan pengetahuan atas
norma, nilai dan kaidah yang terdapat dalam masyarakat,
tetapi dituntut untuk melaksanakan secara nyata, apa yang
telah diketahui dalam bentuk tingkah laku yang nyata dalam
masyarakat.
d. Manusia sebagai makhluk religius. Sebagai anggauta
masyarakat dan bangsa yang memiliki Pancasila dituntut
mampu menghayati dan mengamalkan sebaik-baiknya.
Sebagai warga negara dituntut untuk menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama masingmasing dengan
sebaik-baiknya. Manusia dituntut dapat melaksanakan
hubungan dengan Tuhan dengan sebaik-baiknya, melaksa-
nakan hubungan sebaik-baiknya dengan sesama manusia
sebagai telah diperintahkan oleh agama yang telah dianut.
Ini semua dapat terwujud dan dilaksanakan dengan baik
melalui pendidikan, tanpa pendidikan tidak mungkin
diwujudkan keempat aspek eksistensi kehidupan manusia.
12 Pengantar Ilmu Pendidikan

D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya


Keempat dimensi manusia dikembangkan secara integral,
selaras serasi dan seimbang, manusia seutuhnya berdasarakan
Pancasila, memiliki pandangan integralistik yang sesuai dengan
struktur sosial masyarakat Indonesia. Pengembangan kepribadian
manusia yang utuh hanya terwujud, apabila manusia dalam
hidupnya selalu mengalami perkembangan yang selaras, serasi dan
seimbang dalam konteks enam dasar hubungan menurut Retno
Sriningsih Satmoko

1. Hubungan dalam hidupnya sebagai pribadi, mi menyangkut


(1) pengembangan jasmani dan rokhani, manusia yang utuh
selalu mampak sehat jasmani dan rokhani. Dalam kehidupan
modern sering ada manusia yang menderita bermacam masalah
tantangan hidup yang menekan jiwanya dan akan terganggu
badannya. Ditengah-tengah kesibukan kerja, butuh hiburan
(rekreasi), olah raga agar kelelahan jiwa jadi segar kembali, (2)
keseimbangan dalam pengembangan daya cipta, rasa dan karsa.
Manusia yang utuh perlu dikembangkan secara selaras, serasi
dan seimbang. Pengembangan pikir yang tinggi tanpa diimbangi
pengembangan rasa dan karsa menjadi manusia intelektual
manusia yang terlalu kuat rasanya tanpa diimbangi cipta dana
karsa akan menjadi manusia emosional, sedang manusia yang
terlalu kuat karsanya tanpa diimbanagi daya cipta dan rasa akan
menjadi manusia yang gegabah.

2. Hubungan dengan masyarakat


Sejak lahir dan dalam proses perkembangannya, manusia tidak
ada yang mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Kekuatan
manusia tidak terletak pada kemampuan fisik dan spikis saja,
melainkan terletak pada kemampuan untuk bekerja sama.
Hubungan manusia dengan masyarakat diharapkan selaras,
serasi dan seimbang.
Selaras menggambarkaan keadaan hubungan yang tertib, teratur,
aman dan damai, dalam mengejar kebahagiaan selalu terpelihara
ketenteraman lahir dan batin.
Serasi menggambarkan keadaan terpadunya unsur-unsur yang
terlibat dalam kehidupan bersama, antara individu dengan
masyarakatnya. Hubungan seimbang menggambarkan keadaan
bahwa masing-masing unsur yang terlibat dalam hidup bersama
diperlakukan dengan sepantasnya, sesuai dengan kodrat, harkat,
Pandangan Tentang Manusia 13

martabat, tugas dan kewajibannya. Manusia diharapkan mampu


mengendalikan diri menjadi pangkal tolak timbulnya sikap
hidup yang utuh.

3. Manusia yang utuh dalam hubungannya dengan alam


Alam kodrat diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa bukan
untuk dimusuhi manusia. Alam memberi nikmat, kemudahan
dan juga tantangan hidup manusia. Lingkungan alam bukan
bermakna kebendaan semata, melainkan telah bermakna
psikologis artinya manusia menangkap dan menyadap arti
lingkungan selaras dengan persepsinya.
Dwiyarkara hubungan manusia dengan alam ada dua cara (1)
secara mensatu manusia merasa bersatu dengan dunianya
banyak menyelaraskan diri dengan lingkungan sehingga tampak
tingkah laku manusia ditentukan alam (2) secara mendua tidak
semata-mata tunduk pada lingkungan, tetapi harus menghadapi
tantangan lingkungan. Contoh udara panas dirumah, dibuat AC,
kekurangan air dengan menggali sumur.

4. Hubungan manusia dengan Tuhan


Pada hakekatnya manusia adalah makhluk Tuhan, dekat dan
jauhnya hubungan dengan Tuhan, terlihat pada tingkat keimanan
dan ketaqwaan manusia yang bersangkutan. Keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa sesuai agama dan
kepercayaan masin-masing. Setiap manusia Indonesia dituntut
untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya
berdasar agama masing-masing.

5. Hubungan manusia dengan bangsa


Alinea pertama, pembukaan UUD 1945; Kemerdekaan itu
adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan peri keadilan.

6. Hubungan dengan kemajuan lahir dan kebahagiaan rokhani


Manusia Indonesia yang mendasarkan diri pada pendangan
hidup Pancasila dalam mewujudkan tujuan hidupnya, memiliki
kasadaran bahwa setiap gerak, arah dan cara-cara melaksanakan
tujuan hidupnya harus senantiasa dijiwai oleh Pancasila.
Harkat dan martabat manusia ditentukan oleh terwujudnya
secara utuh dan seimbang kemanjuan lahiriah dan kebahagiaan
14 Pengantar Ilmu Pendidikan

rokhani.
Dampak gelagat pada manusia sebagai pribadi berupa pola pikir
dan pola hidup yang semakin materialistik dan konsumtif,
disertai makin menipisnya rasa kesetiawkawanan sosial dan
keimanan.
Dampak hubungan dengan, masyarakat makin terjadinya
kesenjangan sosial antara yang kaya dengan yang miskin. Kedua
dampak diatas hakekatnya akan menimbulkan kekacauan dan
ketegangan sosial akan mengganggu proses pembangunan.
Sedang tujuan kita menurut Alinea keempat UUD 1945, untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasaran
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kesimpulan pendidikan yang mengembangkan manusia
seutuhnya adalah pendidikan yang secara dini, diupayakan
dengan sadar dan sestematis, terus menerus untuk
mengembangkan tingkat kemampuan, sifat-sifat, sikap-sikap
supaya semakin mampu mewujudkan kebahagiaan hidup
didasarkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam
hidup manusia sebagai pribadi dalam hubungan manusia dengan
masyarakat, dengan alam, bangsa-bangsa dalam hubungannya
dengan Tuhan.

Daftar Pustaka

Dewantara, Ki Hajar, 1977, Bagian Pertama Pendidikan, Majelis


Luhur Taman Siswa, Yogyakarta.

Dwiyarkara, 1980, Tentang Pendidikan, Yayasan Kanisius,


Yogyakarta

Noeng Muhadjir, 1987, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial,


Rakesarasis, Yogyakarta

Notonagoro, 1962, Pancasila Filsafat Negara Republik Indonesia I,


II.

Retno Sriningsih Satmoko, Pengantar Pendidikan, U.T. Jakarta

Sekretariat Kabinet R.I., 1989, Undang-undang Republik Indonesia


Pandangan Tentang Manusia 15

No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Soeprapto, 1992, Pancasila sebagai Idiologi terbuka Dalam


Menghadapi Transformasi Sosial menuju Masyarakat
Industri, Mimbar BP7, Media Pembudayaan P-4 No. 59
tahun T Jakarta

Sumitro, 1989, Pengantar Ilmu Pendidikan, Purbo, Yogyakarta

Sutan Santi Arbi dkk, 1991, Dasar-dasar Pendidikan, Proyek


Pembinaan tenaga kependidikan Depdikbud, Jakarta

Sutari Imam Barnadib, 1989, Pengantar Ilmu Pendidikan


Sistematis, Andi Offset, Yogyakarta.

Tim Dosen FIP IKIP Malang, 1980, Pengantar dasar-dasar


Kependidikan, Usaha Nasional Surabaya.

Umar Tirtarahardja, La Sub, 1994, Pengantar Pendidikan, Proyek


Pembinaan dan Peningkatan mutu tenaga Kependidikan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, D epartemen
Pendidikan dan kebudayaan.

Zahara Idris H, Lisma jamah , 1992, Pengantar Pendidikan, PT.


Grasindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai