PENDAHULUAN
1
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-
bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat
sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik
dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-
orang yang lemah, Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada anak bronkopneumonia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian bronkopneumonia
b. Mengetahui etiologi/penyebab anak bronkopneumonia
c. Mengetahui patofisiologi anak bronkopneumonia
d. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada anak
bronkopneumonia
e. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan anak
dengan bronkopneumonia berdasarkan prioritas masalah
f. Dapat menentukan intervensi, melakukan tindakan dan evaluasi pada anak
dengan bronkopneumonia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran
gas setempat (Zul, 2003).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2003).
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi:
1. Peningkatan diameter anteroposterior dada.
2. Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis (peningkatan
kurvatura konveks tulang belakang).
3. Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.
4. Penurunan efisiensi otot pernapasan.
5. Peningkatan rigiditas paru.
6. Penurunan luas permukaan alveoli.
B. ETIOLOGI
1. Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana
pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-
anak dan bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M.
Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.
2. Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori
sinsisial.
3. Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
4. Protozoa : Pneumokistis karinii.
3
5. Bahan kimia :
a. Aspirasi makanan/susu/isi lambung
b. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2003) :
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus atau lobularis.
b) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis
a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang
terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia
dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran
atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai
konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
4
1. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
2. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan
hanya menurut lokasi anatominya saja.
3. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak.
5
9. Menderita penyakit kronis
10. Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang
salah
F. PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus
ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif,
6
ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan
penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam
rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan
peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal
napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema
antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan
alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
7
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semula.
H. PENATALAKSANAAN
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin
4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari. Obat-obatan ini
8
meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat.
Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin)
dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik
seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab
yang mempunyai spektrum sempit
I. KOMPLIKASI
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
J. PENGKAJIAN
1. Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita
pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan
sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
9
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah
dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem
imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
3. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi
pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan
ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan
anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu
ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
4. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
6. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
7. Pemeriksaan persistem.
10
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif
atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak
teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua
mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi
dehidrasi (ringan sampai berat).
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis
terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
11
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi bronkus
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis.
3. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan
4. Defisit perawatan diri : mandi, makan, toileting berhubungan dengan
kelemahan.
Diagnosis Perencanaan
NOC NIC
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan perawatan NIC: airway manajement
tidak efektif 3x24 jam klien dapat: Aktifitas:
berhubungan dengan mempertahankan 1.Buka jalan nafas
sekresi bronkus kepatenan jalan nafas. 2.Atur posisi yang
Mempertahankan memungkinkan ventilasi
ventilasi berkurang maximum
Dg Indikator: 3.dengarkan suara nafa
Tidak ada spasme 4.Monitor dan oksigenasi
Tidak ada cemas 5.pantau kelembaban
Tidak ada suara oksigenasi pasien
tambahan 6.Kaji status pernafasan
RR normal 7.minta pasien tidur/duduk
Mampu bernafas dalam dengan kepala fleksi,
Ekspansi dan simetris otot bahu rileks dan lutut
Tidakada retraksi dada menekuk
Mudah bernafas 8.Anjurkan paien nafas
Tidak dyspnea dalam dan batuk efektif
Berikan terapi sesuai
12
program
Diagnosis Perencanaan
NOC NIC
Ketidakseimbangan NOC: Status nutrisi, NIC: Eating disorder
nutrisi kurang dari setelah diberikan manajemen
kebutuhan tubuh penjelasan dan Aktifitas:
berhubungan dengan perawatan selama 4x 24 1. Tentukan kebutuhan
ketidakmampuan jam kebutuhan nutrisi kalori harian
pemasukan b.d faktor ps terpenuhi dg: 2. Ajarkan klien dan
biologis.(Sesak nafas) Indikator: keluarga tentang
Pemasukan nutrisi yang pentingnya nutrient
adekuat 3. Monitoring TTV dan
Pasien mampu nilai Laboratorium
menghabiskan diet yang 4. Monitor intake dan
dihidangkan output
Tidak ada tanda-tanda 5. Pertahankan kepatenan
malnutrisi pemberian nutrisi
Nilai laboratorim, parenteral
protein total 8-8 gr%, 6. Pertimbangkan nutrisi
Albumin 3.5-5.4 gr%, enteral
Globulin 1.8-3.6 gr%, 7. Pantau adanya
HB tidak kurang dari 10 Komplikasi GI
gr % NIC: terapi gizi
Membran mukosa dan Aktifitas:
konjungtiva tidak pucat 1. Monitor masukan
makanan/ minuman dan
hitung kalori harian
secara tepat
2. Kaloborasi ahli gizi
3. Pastikan dapat diet TKTP
13
4. Berikan perawatan mulut
5. Pantau hasil labioratoriun
protein, albumin,
globulin, HB
6. Jauhkan benda-benda
yang tidak enak untuk
dipandang seperti urinal,
kotak drainase, bebat dan
pispot
7. Sajikan makanan hangat
dengan variasi yang
menarik
Diagnosis Perencanaan
NOC NIC
Kekurangan volume NOC: Hidrasi, Manajemen cairan
cairan b.d kegagalan keseimbangan cairan o Hitung kebutuhan cairan
mekanisme adekuat, selama dilakukan harian klien
pengaturan atau tindakan keperawatan 5x24 o Pertahankan intake output
regulasi jam keseimbangan cairan tercatat secara adekuat
pasien adekuat o Monitor status hidrasi
Indikator: o Monitor nilai laboratorium
Urine output 30ml/jam yang sesuai
TTV dalam batas normal o Monitor TTV
Turgor kulit baik, membran o Berikan cairan secara tetap
mukosa lembab, urine jernih o Tingkatkan masukan
peroral
o Libatkan keluargadalam
membantu peningkatan
masukan cairan
Monitoring cairan
14
1. Pantau keadaan urine
2. Monitor nilai lab urine
3. Monitor membran mukosa,
turgor, dan tanda haus
4. Monitor cairan per IV line.
Pertahankan pemberian
terapi cairan peri infus.
Diagnosis Perencanaan
NOC NIC
Defisit perawatan NOC: Perawatan diri : NIC: Membantu perawatan
diri : mandi, makan, (mandi, berpakaian), diri pasien
toileting setelah diberi motivasi Aktifitas:
berhubungan dengan perawatan selama 2x24 1. Tempatkan alat-alat mandi
kelemahan. jam, ps mampu disamping TT ps
melakukan mandi dan 2. Libatkan keluarga dan ps
berpakaian sendiri dg: 3. Berikan bantuan selama ps
Indikator: masih mampu
Tubuh bebas dari bau dan mengerjakan sendiri
menjaga keutuhan kulit
Menjelaskan cara mandi NIC: ADL berpakaian
dan berpakaian secara
Aktifitas:
aman
1. Informasikan pd ps dlm
memilih pakaian selama
perawatan
2. Sediakan pakaian di
tempat yg mudah
dijangkau
3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy ps
15
Berikan pakaian pribadi yg
digemari dan sesuai
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 12 Januari 2017 Jam : 10.00
Tanggal pengkajian : 12 Januari 2017 Jam : 11.00
1. Identitas
a. Identitas Klien
1) Nama : An.R.I I
2) No.MR : 167244
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Tempat/tanggal lahir : Lubuk Basung, 13 Juni 2009
5) Alamat : Titisan tunggang, Lubuk Basung
6) Suku bangsa : Minang/ Indonesia
7) Agama : Islam
8) Pendidikan : D3
9) Anak : I (pertama)
10) Diagnosa : bronkopneumonia
16
2. Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan utama : ibu mengatakan anaknya batuk sejak 1 minggu yang
lalu, batuk hilang timbul, demam sejak 10 hari sebelum masuk rumah
sakit, demam tinggi terus meneru.
b. Riwayat kesehatan sekarang : ibu mengatakan anaknya demam dan
batuk.
c. Riwayat kesehatan yang lampau :.ibu mengatakan anak pernah batuk
dan sesak. Dan sudah pernah dirawat di Rumah Sakit setahun yang lalu
dengan penyakit yang sama.
d. Faktor pencetus kekambuhan : ibu mengatakan jika kondisi kesehatan
anak menurun maka anak cepat demam, batuk dan pilek.
e. Riwayat kehamilan dan kelahiran :
1) Prenatal : ibu mengatakan tidak ada masalah selama hamil
2) Natal : ibu mengatakan ia melahirkan di rumah sakit secara operasi
3) Post Natal : BB lahir : 2900gr PB: 47 cm ibu mengatakan
tidak ada kelainan pada anak.
f. Neonatal (Imunisasi) :
Hepatitis B 1 : tiga kali pada umur 1,2,6 bulan
Hepatitis B 2 : umur 6 bulan
BCG : umur 0 bulan
DPT 1 : umur 1 bulan
DPT 2 : umur 2 bulan
DPT 3 : umur 4 bulan
DPT 4 : umur 6 bulan
Polio 1 : umur 1 bulan
Polio 2 : umur 2 bulan
Polio 3 : umur 4 bulan
Polio 4: umur 6 bulan
Campak 1 : umur 9 bulan
17
g. Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Motorik
a) Mengguling, umur : 7 bulan
b) Duduk, umur : 8 bulan
c) Merangkak, umur : 8 bulan
d) Berdiri, umur : 12 bulan
e) Berjalan, umur : 15 bulan
2) Sosial Kognitif
1) Tersenyum, umur : 2 bulan
2) Mengucapkan kata pertama, umur : 10 bulan
3) Bermain, umur : 5 bulan
4) Sekolah, umur : anak belum sekolah
h. Riwayat kecelakaan/cedera : anak tidak pernah mempunyai riwayat
kecelakaan maupun cedera.
i. Riwayat alergi : anak tidak memiliki alergi terhadap debu. Anak tidak
ada alergi terhadap makanan maupun obat-obatan
j. Riwayat Kesehatan Keluarga : Ibu klien memiliki riwayat penyakit
asma.
3. Genogram
Keterangan:
: laki-laki
18
: perempuan
: pasien
: meninggal
5. Nutrisi
Sebelum sakit Keadaan saat ini
Jenis makanan Nasi biasa Nasi lunak, sayur, susu,
lauk
19
Makanan yang tidak disukai sayur Anak tidak nafsu makan
Alat makan yang dipakai Piring, sendok Piring, sendok
6. Cairan
Sebelum sakit Keadaan saat ini
Intake Air putih hangat(2300 cc) Air putih (1000 cc) + infus 500
+susu(400 cc) = 2700 cc/24 jam cc +susu formula 450 cc =1950
cc/24 jam
20
7. Pola Eliminasi
Sebelum sakit Keadaan saat ini
Pola BAB Sehari 1x dengan Selama masuk RS anak
konsistensi lembek, kuning, belum BAB
bau khas feses
21
Sebelum sakit Keadaan saat ini
ADL Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu
Mandiri Mandiri
sebagian penuh sebagian penuh
Makan/Minum √ √ √
Berpakaian/Berdandan √ √
Toileting √ √
Mandi √ √
Mobilitas √ √
9. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Keadaan saat ini
Jam tidur Jam 21.00-06.00 WIB Jam 19.30-23.00/02.00 WIB
22
e. Kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi : baik, namun jika
ada orang baru anak malu-malu
f. Kebiasaan yang terlihat oleh orang tua: anak sangat aktif dirumah,
namun sejak dirumah sakit anak lebih banyak diam.
23
c. Menarche (perempuan) : -
d. Sirkumsisi (laki-laki) : anak belum di sunat
14. Pemeriksaan Fisik
1. Umum
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : CM GCS: …15. (E : 4, M : 6 , V:5 )
c. Tanda-tanda vital :Nadi :109 x/i RR : 29 x/i S : 37,9°C
d. Antropometri : Tinggi badan : 130 cm Berat badan : 25 kg
e. Status gizi :
IMT = BB/(TB)2 =25/(130)2 =25/16900 =0,001
-2 SD s/d +2 SD = normal
f. Nyeri : anak terlihat menangis saat diinjeksi obat oleh perawat
24
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan tekanan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Dada : Bentuk :
1) Paru- paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, ada
retraksi dada, bentuk dada normochest.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : terdengar suara tambahan “grok-grok”
2) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada interkosta 4 dan 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : s1dan s2 reguler
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak acites, tidak ada bekas operasi
Auskultasi : peristaltik usus 26x/mnt
Perkusi : suara tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Genetalia :tidak ada kelainan, tidak ada kemerahan, tidak ada
iritasi
j. Ekstremitas
Atas : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, kekuatan otot penuh,
tangan kiri terpasang infus
Bawah : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, kekuatan otot penuh
k. Integumen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
l. Refleks : respon terhadap rangsangan
25
15. Therapy
Jenis Dosis Melalui Indikasi
Infuse RL 10 tpm makro IV Memenuhi
kebutuhan cairan
26
Orang tua mengatakan Peningkatan produksi spasme jalan nafas
anaknya rewel sekret
Do: Ô
Suhu 37,9 °C Batuk berdahak
Nadi 109x/menit
RR 29 x/menit
Suara nafas ronkhi +/+
Do: Ô
Nadi 109x/menit
RR 29 x/menit
Kulit teraba hangat
Mukosa bibir kering
27
RR 29 x/menit
Mukosa bibir kering
Klien tampak letih
28
Orang tua kriteria : kulit
mengatakan Suhu tubuh dalam batas Anjurkan keluarga untuk
anaknya demam normal (36,5˚C- 37,5˚C) meningkatkan intake cairan
Orang tua Tidak ada sakit pusing dan nutrisi
mengatakan Tidak ada perubahan warna Kompres pasien pada lipat
anaknya rewel kulit paha dan aksila
Do: Nadi, respirasi dalam Berikan obat antipiretik
Suhu 38,4 °C rentang normal
RR 70 x/menit nyama
29
Membran mukosa dan 1. Monitor masukan makanan/
konjungtiva tidak pucat minuman dan hitung kalori
harian secara tepat
2. Kaloborasi ahli gizi
3. Pastikan dapat diet TKTP
4. Berikan perawatan mulut
5. Pantau hasil labioratoriun
protein, albumin, globulin,
HB
6. Jauhkan benda-benda yang
tidak enak untuk dipandang
seperti urinal, kotak
drainase, bebat dan pispot
7. Sajikan makanan hangat
dengan variasi yang menarik
30
menangis saat
diberikan terapi
inhalasi dan injeksi.
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Observasi ku
12-01-17 Hipertermia 1. Mengukur suhu tubuh Jam 12.00
09.00 b/d klien S:
peningkatan 2. Memonitor warna dan - Ibu mengatakan
metabolisme suhu kulit suhu tubuh anaknya
3. Mengukur nadi dan RR sudah mulai turun
12.00 4. Memberikan terapi - Ibu mengatakan
antipiretik paracetamol sudah mengompres
5. Menganjurkan anaknya
keluarga untuk - Ibu mengatakan
memberikan kompres sudah memberikan
hangat pada lipat paha minum air putih dan
dan aksila susu yang banyak
6. Menganjurkan O:
keluarga untuk - Anak terlihat tidur
meningkatkan intake setelah mnum obat
cairan dan nutrisi - Suhu : 36,8
- Paracetamol 250
mg masuk
A;
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
31
- Observasi suhu
tubuh
- Observasi warna
kulit
- Intake dan output
adekuat
32
untuk dipandang
seperti urinal, kotak
drainase, bebat dan
pispot
33
nutrisi O:
12.00 - Suhu : 36,6
- Paracetamol 250 mg
masuk
A;
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Observasi suhu
tubuh
- Observasi warna
kulit
- Intake dan output
adekuat
34
seperti urinal, kotak Masalah belum teratasi
drainase, bebat dan P:
pispot Lanjutkan intervensi
- Observasi intake
35
nutrisi susu yang banyak
O:
12.00 - Suhu : 36,3
- Paracetamol 250 mg
masuk
A;
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Observasi suhu
tubuh
- Observasi warna
kulit
- Intake dan output
adekuat
1. Memonitor intake dan
14-01-17 Resiko output Jam 12.00 wib
08.00 gangguan 2. Memonitor masukan S:
nutrisi kurang makanan/ minuman - Orang tua klien
dari dan hitung kalori mengatakan anaknya
kkebutuhan harian secara tepat sudah mulai mau
tubuh b/d 3. Kaloborasi ahli gizi makan,
nafsu makan 4. Memastikan dapat diet - Orang tua
yang TKTP mangatakan anaknya
menurun. 5. Memberikan perawatan makan pagi ½ porsi
mulut makannya.
6. Menjauhkan benda- O:
benda yang tidak enak Suhu 36,2 °C
untuk dipandang Nadi 100x/menit
seperti urinal, kotak Mukosa bibir tidak
drainase, bebat dan kering
36
pispot A;
8. Anjurkan makan sedikit Masalah teratasi
tapi sering sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Observasi intake
37
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini akan disajikan tentang kesenjangan antara bab 2 dan bab 3, dengan
prinsip pendekatan proses perawatan antara lain:
A. PENGKAJIAN
Pada bab tinjauan teori penkajian ditekankan pada adanya perubahan
suhu, nutrisi, bersihan jalan nafas dan deficit perawatan diri. Sedangkan
pada tinjauan kasus pengkajian yang didapat adalah adanya perubahan
hipertermia dan bersihan jalan nafas tidak efektif.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori di dapatkan empat diagnosa keperawatan
yakni :bersihan jalan tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi, kekurangan
volume cairan dan deficit perawatan diri. Sedangkan pada kasus nyata
penyusun hanya mendapatkan tiga diagnosa dari klien yakni Bersihan jalan
nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas
C. RENCANA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori rencana keperawatan ditekankan pada bersihan
jalan nafas , termoregulator / lingkungan yang nyaman, dan pelasanaan
tindakan septik dan aseptik. Pada tinjauan kasus rencana keperawatan juga
ditekankan pada hal tersebut di atas.
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Seperti halnya dengan intervensi yang direncanakan pada tinjauan
teori, tindakan keperawatan yang dilakukan baik dalan tinjauan teori dan
tinjauan kasus adalah bersihan jalan nafas , termoregulator / lingkungan
yang nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik.
38
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi pada tinjauan kasus ditekankan pada tiap – tiap diagnosa
sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan yang tercantum pada
tujuan rencana keperawatan. Memang pencapaian tujuan pada anak dengan
bronkopneumonia ini harus benar- benar prosedural .
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk
memberikan saran sebagai berikut:
40
3. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus
Bronchopneumonia alergi hendaknya perawat meningkatkan
pengetahuan tentang masalah bronkopneumonia
4. Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan anak dengan
bronkopneumonia perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti,
cermat, mempunyai pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan
yang memadai.
41
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC.
Kosasih, E.N. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ketiga.
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1.
EGC.
Staf Pengajar IKA FK-UI. 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.
Jakarta: EGC.
42