Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya
menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun telah ada
kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab
kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat. Munculnya organisme
nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik,
ditemukannya organisme-oeganisme yang baru (seperti Legionella),
bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya
penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan
penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia
masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok. Bayi dan anak kecil lebih
rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum
berkembang dengan baik. Pneumonia seringkali merupakan hal yang terakhir
terjadi pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu.
Pasien peminum alkohol, pasca bedah, dan penderita penyakit pernafasan kronik
atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini.

Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia


disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab non infeksi
yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Pneumonia digolongkan atas dasar
anatomi seperti pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia) dan
pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Tetapi, klasifikasi pneumonia infeksius
atas dasar etiologi dugaan atau yang terbukti secara diagnostik atau terapeutik
lebih relevan.

Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru


(alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia).

Bronkopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkioli


terminalis. Bronkopneumonia adalah nama yang diberikan untuk sebuah
inflamasi paru-paru yang biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus

1
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-
bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat
sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik
dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-
orang yang lemah, Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.

B.     TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada anak bronkopneumonia.

2. Tujuan Khusus
a.       Mengetahui pengertian bronkopneumonia
b.   Mengetahui etiologi/penyebab anak bronkopneumonia
c.       Mengetahui patofisiologi anak bronkopneumonia
d.     Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada anak
bronkopneumonia
e.      Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan anak
dengan bronkopneumonia berdasarkan prioritas masalah
f.      Dapat menentukan intervensi, melakukan tindakan dan evaluasi pada anak
dengan bronkopneumonia

C.    BATASAN MASALAH


Pada makalah ini masalah penulis batasi pada asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran
gas setempat (Zul, 2003).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2003).
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi:
1.      Peningkatan diameter anteroposterior dada.
2.     Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis (peningkatan
kurvatura konveks tulang belakang).
3.      Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.
4.      Penurunan efisiensi otot pernapasan.
5.      Peningkatan rigiditas paru.
6.      Penurunan luas permukaan alveoli.

B.     ETIOLOGI
1.      Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana
pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-
anak dan bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M.
Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.
2.      Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori
sinsisial.
3.      Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
4.      Protozoa : Pneumokistis karinii.

3
5.      Bahan kimia :
a.       Aspirasi makanan/susu/isi lambung
b.      Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).

C.    KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2003) :
1.      Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a)      Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus atau lobularis.
b)      Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2.      Berdasarkan faktor lingkungan
a.       Pneumonia komunitas
b.      Pneumonia nosokomial
c.       Pneumonia rekurens
d.      Pneumonia aspirasi
e.       Pneumonia pada gangguan imun
f.       Pneumonia hipostatik
3.      Berdasarkan sindrom klinis
a.       Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang
terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia
dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran
atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai
konsolidasi paru.
b.      Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2006) :


Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan
umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal
merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa
kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.

4
1.     Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini  aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
2.      Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan
hanya menurut lokasi anatominya saja.
3.      Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak.

D.    FAKTOR RESIKO


1.      Umur kurang dari 2 bulan
2.      Laki-laki
3.      Gizi kurang
4.      BBLR
5.      Tidak mendapat ASI memadai
6.      Polusi udara
7.      Kepadatan tempat tinggal
8.      Imunisasi yang tidak memadai
9.      Membedung anak berlebihan
10.  Defisiensi vitamin

Faktor resiko meningkatnya kematian karena pneumonia


1.      Umur kurang 2 bulan
2.      Tingkat sosio ekonomi rendah
3.      Kurang gizi
4.      BBLR
5.      Tingkat pendidikan ibu yang rendah
6.      Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
7.      Kepadatan tempat tinggal
8.      Imunisasi yang tidak memadai

5
9.      Menderita penyakit kronis
10.  Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang
salah

E.     MANIFESTASI KLINIS


 Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
         Nyeri pleuritik
         Nafas dangkal dan mendengkur
         Takipnea
         Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
-          Mengecil, kemudian menjadi hilang
-          Krekels, ronki, egofoni
-          Gerakan dada tidak simetris
 Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
 Diafoesis
 Anoreksia
 Malaise
 Batuk kental, produktif
 Gelisah
 Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan
 Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

F.     PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus
ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif,

6
ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan
penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam
rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan
peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal
napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses. 
1.      Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin. 
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema
antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan
alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
2.      Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi

7
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
3.      Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4.      Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semula.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.      Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari
etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
2.      Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000–40.000/mm3 dengan
pergeseran LED meninggi.
3.      Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi
pada satu atau beberapa lobus.

H.       PENATALAKSANAAN
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin
4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari. Obat-obatan ini

8
meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat.
Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin)
dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik
seperti :
1.      Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2.      Simptomatik terhadap batuk.
3.      Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
4.      Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5.      Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab
yang mempunyai spektrum sempit

I.      KOMPLIKASI
1.      Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
2.      Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3.      Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4.      Infeksi sitemik 
5.      Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6.      Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

J.    PENGKAJIAN
1.      Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita
pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan
sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun,  trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

9
2.      Riwayat Keperawatan.
a.       Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah
dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
c.       Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem
imun menurun.
d.      Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
3.      Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi
pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan
ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan
anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu
ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
4.      Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder.
5.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
6.      Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
7.      Pemeriksaan persistem.

10
a.       Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.      Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif
atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak
teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.       Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
d.      Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua
mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi
dehidrasi (ringan sampai berat).
e.       Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis
terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g.      Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.      Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering, .
i.        Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.

11
K.     DIAGNOSA KEPERAWATAN  YANG MUNGKIN MUNCUL
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi bronkus
2.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis.
3.      Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan
4.     Defisit perawatan diri : mandi, makan, toileting berhubungan dengan
kelemahan.

L.   RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosis Perencanaan
NOC NIC
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan perawatan NIC: airway manajement
tidak efektif 3x24 jam klien dapat: Aktifitas:
berhubungan dengan     mempertahankan 1.Buka jalan nafas
sekresi bronkus kepatenan jalan nafas. 2.Atur posisi yang
    Mempertahankan memungkinkan ventilasi
ventilasi berkurang maximum
Dg Indikator: 3.dengarkan suara nafa
    Tidak ada spasme 4.Monitor dan oksigenasi
    Tidak ada cemas 5.pantau kelembaban
    Tidak ada suara oksigenasi pasien
tambahan 6.Kaji status pernafasan
    RR normal 7.minta pasien tidur/duduk
    Mampu bernafas dalam dengan kepala fleksi,
    Ekspansi dan simetris otot bahu rileks dan lutut
    Tidakada retraksi dada menekuk
    Mudah bernafas 8.Anjurkan paien nafas
    Tidak dyspnea dalam dan batuk efektif
Berikan terapi sesuai

12
program

Diagnosis Perencanaan
NOC NIC
Ketidakseimbangan NOC: Status nutrisi,  NIC: Eating disorder
nutrisi kurang dari setelah diberikan manajemen
kebutuhan tubuh penjelasan dan Aktifitas:
berhubungan dengan perawatan selama 4x 24 1.  Tentukan kebutuhan
ketidakmampuan jam kebutuhan nutrisi kalori harian
pemasukan b.d faktor ps terpenuhi dg: 2.  Ajarkan klien dan
biologis.(Sesak nafas) Indikator: keluarga tentang
    Pemasukan nutrisi yang pentingnya nutrient
adekuat 3.  Monitoring TTV dan
    Pasien mampu nilai  Laboratorium
menghabiskan diet yang 4.  Monitor intake dan
dihidangkan output
    Tidak ada tanda-tanda 5.  Pertahankan kepatenan
malnutrisi pemberian nutrisi
    Nilai laboratorim, parenteral
protein total 8-8 gr%, 6.  Pertimbangkan nutrisi
Albumin 3.5-5.4 gr%, enteral
Globulin 1.8-3.6 gr%, 7.  Pantau adanya
HB tidak kurang dari 10 Komplikasi GI
gr % NIC: terapi gizi
Membran mukosa dan Aktifitas:
konjungtiva tidak pucat 1.  Monitor masukan
makanan/ minuman dan
hitung kalori harian
secara tepat
2.  Kaloborasi ahli gizi
3.  Pastikan dapat diet TKTP

13
4.  Berikan perawatan mulut
5.  Pantau hasil labioratoriun
protein, albumin,
globulin, HB
6.  Jauhkan benda-benda
yang tidak enak untuk
dipandang seperti urinal,
kotak drainase, bebat dan
pispot
7.  Sajikan makanan hangat
dengan variasi yang
menarik

Diagnosis Perencanaan
NOC NIC
Kekurangan volume NOC: Hidrasi, Manajemen cairan
cairan b.d kegagalan keseimbangan cairan o Hitung kebutuhan cairan
mekanisme adekuat, selama dilakukan harian klien
pengaturan atau tindakan keperawatan 5x24 o Pertahankan intake output
regulasi jam keseimbangan cairan tercatat secara adekuat
pasien adekuat o Monitor status hidrasi
Indikator: o Monitor nilai laboratorium
    Urine output 30ml/jam yang sesuai
    TTV dalam batas normal o Monitor TTV
Turgor kulit baik, membran o Berikan cairan secara tetap
mukosa lembab, urine jernih o Tingkatkan masukan
peroral
o Libatkan keluargadalam
membantu peningkatan
masukan cairan
Monitoring cairan

14
1. Pantau keadaan urine
2. Monitor nilai lab urine
3. Monitor membran mukosa,
turgor, dan tanda haus
4. Monitor cairan per IV line.
Pertahankan pemberian
terapi cairan peri infus.

Diagnosis Perencanaan
NOC NIC
Defisit perawatan NOC: Perawatan diri : NIC: Membantu perawatan
diri : mandi, makan, (mandi, berpakaian), diri pasien
toileting setelah diberi motivasi Aktifitas:
berhubungan dengan perawatan selama 2x24  1.   Tempatkan alat-alat mandi
kelemahan. jam, ps mampu disamping TT ps
melakukan mandi dan 2.   Libatkan keluarga dan ps
berpakaian sendiri dg: 3.   Berikan bantuan selama ps
Indikator: masih mampu
  Tubuh bebas dari bau dan mengerjakan sendiri
menjaga keutuhan kulit
 Menjelaskan cara mandi NIC: ADL berpakaian
dan berpakaian secara
Aktifitas:
aman
1.   Informasikan pd ps dlm
memilih pakaian selama
perawatan
2.   Sediakan pakaian di
tempat yg mudah
dijangkau
3.   Bantu berpakaian yg sesuai
4.   Jaga privcy ps

15
Berikan pakaian pribadi yg
digemari dan sesuai

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS      : 12 Januari 2017                                    Jam      : 10.00
Tanggal pengkajian     : 12 Januari 2017                                    Jam      : 11.00

1.      Identitas
a.      Identitas Klien
1)      Nama : An.R.I I
2)      No.MR : 167244
3)      Jenis kelamin                     : Laki-laki
4)      Tempat/tanggal lahir         : Lubuk Basung, 13 Juni 2009
5)      Alamat                               : Titisan tunggang, Lubuk Basung
6)      Suku bangsa                       : Minang/ Indonesia
7)      Agama                                : Islam
8)      Pendidikan                         : D3
9)      Anak                                  : I (pertama)
10)  Diagnosa                            : bronkopneumonia

b.      Identitas Penanggung Jawab Klien


1)      Nama ayah              : Tn. S
2)      Nama ibu                 : Ny. W
3)      Pekerjaan ayah        : Wiraswasta
4)      Pekerjaan ibu           : Pegawai honorer
5)      Pendidikan ayah      : SMA
6)      Pendidikan ibu         : D3
7)      Alamat                     : Titisan tunggang, Lubuk Basung

16
2.      Riwayat Kesehatan               :  
a.       Keluhan utama  : ibu mengatakan anaknya batuk sejak 1 minggu yang
lalu, batuk hilang timbul, demam sejak 10 hari sebelum masuk rumah
sakit, demam tinggi terus meneru.
b.       Riwayat kesehatan sekarang : ibu mengatakan anaknya demam dan
batuk.
c.       Riwayat kesehatan yang lampau   :.ibu mengatakan anak pernah batuk
dan sesak. Dan sudah pernah dirawat di Rumah Sakit setahun yang lalu
dengan penyakit yang sama.
d.      Faktor pencetus kekambuhan   : ibu mengatakan jika kondisi kesehatan
anak menurun maka anak cepat demam, batuk dan pilek.
e.       Riwayat kehamilan dan kelahiran :
1)      Prenatal  : ibu mengatakan tidak ada masalah selama hamil
2)      Natal  : ibu mengatakan ia melahirkan di rumah sakit secara operasi
3)      Post Natal    : BB lahir : 2900gr         PB: 47 cm ibu mengatakan
tidak ada kelainan pada anak.
f.       Neonatal (Imunisasi)         :                                              
 Hepatitis B 1 : tiga kali pada umur 1,2,6 bulan
 Hepatitis B 2 : umur 6 bulan
 BCG : umur 0 bulan
 DPT 1 : umur 1 bulan
 DPT  2 : umur 2 bulan
 DPT 3 : umur 4 bulan
 DPT 4 : umur 6 bulan
 Polio 1 : umur 1 bulan
 Polio 2 : umur 2 bulan
 Polio 3 : umur 4 bulan
 Polio 4: umur 6 bulan
 Campak 1 : umur 9 bulan

17
g.      Pertumbuhan dan Perkembangan
1)      Motorik                                              
a)      Mengguling, umur     : 7 bulan
b)      Duduk, umur              : 8 bulan
c)      Merangkak, umur       : 8 bulan
d)     Berdiri, umur              : 12 bulan
e)      Berjalan, umur            : 15 bulan
2)      Sosial Kognitif                       
1)      Tersenyum, umur                              : 2 bulan
2)      Mengucapkan kata pertama, umur    : 10 bulan
3)      Bermain, umur                                   : 5 bulan
4)      Sekolah, umur                                    : anak belum sekolah
h.      Riwayat kecelakaan/cedera  : anak tidak pernah mempunyai riwayat
kecelakaan maupun cedera.
i.        Riwayat alergi   : anak tidak memiliki alergi terhadap debu. Anak tidak
ada alergi terhadap makanan maupun obat-obatan
j.        Riwayat Kesehatan Keluarga  : Ibu klien memiliki riwayat penyakit
asma.

3. Genogram

Keterangan:  

                    : laki-laki

18
                    : perempuan

                    : pasien

                     : meninggal

        : garis perkawinan


                            
                  : garis keturunan

------    : tinggal serumah dengan pasien

4.      Riwayat Sosial


a.       Pengasuh : ibu, ayah, kakek, nenek, tante.
b.      Hubungan dengan anggota keluarga :  baik, anak paling dekat dengan
ibu, ibu mengatakan tidak ada masalah dengan hubungan anak dengan
anggota keluarga yg lain
c.       Teman sebaya  : baik, selama ini anak tidak ada maslah dengan teman
dirumah maupun dirumah sakit.
d.      Pembawaan secara umum : ibu mengatakan anak aktif, penampilan
bersih dan anak akan langsung menangis jika tidak suka dengan
sesuatu..

5.      Nutrisi
Sebelum sakit  Keadaan saat ini
Jenis makanan Nasi biasa Nasi lunak, sayur, susu,
lauk

Makanan 24 jam terakhir Nasi biasa Nasi lunak, sayur, susu,


lauk

Makanan yang disukai Sate Tidak ada

19
Makanan yang tidak disukai sayur Anak tidak nafsu makan
Alat makan yang dipakai Piring, sendok Piring, sendok

Jam makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore

Alergi makanan Tidak ada alergi Tidak ada alergi

6.      Cairan
Sebelum sakit Keadaan saat ini
Intake Air putih hangat(2300 cc) Air putih (1000 cc) + infus 500
+susu(400 cc) = 2700 cc/24 jam cc +susu formula 450 cc  =1950
cc/24 jam

Output BAB 1x Belum BAB selama masuk RS


 BAK 4-5 x/hari=800 cc BAK 3x sejak masuk = 500 cc

IWL 25 x 40 =1000 cc/24jam 24x 40 =960


10/100x 1 +960 =960,1 cc/24
jam

Kebutuhan BB =25 kg BB =24 kg


cairan 25x100 =2500 cc/kgBB/hari 24x100 =2400 cc/kgBB/hari
1x50=50 cc/kgBB/hari 1x50=50 cc/kgBB/hari
2500+ 50 =2550 cc/kgBB/hari 2400+ 50 =2450 cc/kgBB/hari
Ditambah kenaikan suhu 1oC
adl
10/100 x 2450 =245 cc
Jdi kebutuhan cairannya adl
 2450 + 245 =2695 cc/24 jam

20
7.      Pola Eliminasi
Sebelum sakit Keadaan saat ini
Pola BAB Sehari 1x dengan Selama masuk RS anak
konsistensi lembek, kuning, belum BAB
bau khas feses

Pola BAK Sehari 4-5 x sehari dengan BAK baru 3x dengan


warna kuning, bau khas kuning pekat, bau khas
urine urine

Perubahan Anak sering BAK Anak jarang BAK


pola
eliminasi

8.      Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum sakit Keadaan saat ini
Kegiatan sehari-hari Anak suka bermain Anak rewel dan sering
dengan aktif tidur

Tingkat perawatan Anak sudah biasa Semua kebutuhan


diri melakukan perawatan anak dipenuhi oleh ibu
diri dan neneknya

Penggunaan waktu Anak sering bermain Anak hanya sering


luang dan terkadang diajak tidur dan kadang-
jalan-jalan oleh kadang jalan-jalan
neneknya. keluar kamar.

21
Sebelum sakit Keadaan saat ini
ADL Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu
Mandiri Mandiri
sebagian penuh sebagian penuh
Makan/Minum  √    √    √
Berpakaian/Berdandan  √  √    
Toileting  √  √    
Mandi  √  √    
Mobilitas √  √
 
9.   Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Keadaan saat ini
Jam tidur Jam 21.00-06.00 WIB Jam 19.30-23.00/02.00 WIB

Pengantar Minum susu Ditemani ibu atau nenek


tidur
Teman tidur Anak tidur sendiri ditemani ibunya

Gangguan Tidak ada Anak sering terbangun


tidur karena batuk.

10.  Pola Persepsi dan Kognitif


a.       Fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, nyeri : seluruh
fungsi baik, pada saat anak dipasang infuse anak menangis karena sakit.
b.      Respon terhadap suara berisik, sentuhan, perbincangan dan music : anak
sering terbangun jika mendengar suara berisik dan jika akan melakukan
tindakan keperawatan.
c.       Pengalaman pendidikan: anak kelas 3 sekolah dasar.
d.      Pola berbicara : anak sudah bisa berkomunikasi dengan lancar

22
e.       Kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi : baik, namun jika
ada orang baru anak malu-malu
f.       Kebiasaan yang terlihat oleh orang tua: anak sangat aktif dirumah,
namun sejak dirumah sakit anak lebih banyak diam.

11.  Pola Persepsi dan Konsep diri


a.       Penampilan      : penampilan bersih dan rapi dengan menggunakan baju
da celana panjang
b.      Kebiasaan        : bermain dan aktif
c.       Interest            : anak senang menggambar
d.   Yang menyebabkan ketakutan dan marah, bagaimana mengatasinya :
anak takut jika melihat perawat dan ibu akan membujuk anak dan
memberinya pengertian.
e.       Humor             : anak tertawa jika bermain dengan adiknya.

12.  Pola Peran dan Hubungan


a.       Yang biasa mengasuh : kakek, nenek, ibu, ayah, tante
b.      Sibling  :  klien adalah anak pertama dan memiliki adik perempuan.
Hubungan mereka sangat baik. Klien sangant menyayangi adiknya dan
sering bermain bersama.
c.       Interaksi dengan teman sebaya :  baik, anak tidak ada kendala jika
bermain dengan teman sebaya, jika teman baru anak malu-malu.
d.      Respon terhadap perpisahan  : cukup, terkadang anak menangis jika
ditinggal ibunya.
e.       Kemandirian : anak sudah bisa makan dan mandi sendiri.
f.       Sekolah : anak kelas 3 sekolah dasar. Menurut orang tua anak tidak ada
hambatan belajar di sekolah.

13.  Pola Reproduksi Sosial


a.       Pengetahuan tentang jenis kelaminnya  : anak sudah bisa membedakan
laki-laki dan perempuan
b.      Teman dekat                          : belum memiliki teman dekat

23
c.       Menarche (perempuan)         :  -
d.   Sirkumsisi (laki-laki)            : anak belum di sunat
14.     Pemeriksaan Fisik
1.      Umum
a.    Keadaan umum :   sedang
b.    Kesadaran  : CM                 GCS: …15. (E : 4, M : 6  , V:5    )
c.    Tanda-tanda vital :Nadi :109 x/i       RR :  29 x/i        S : 37,9°C     
d.   Antropometri :  Tinggi badan : 130 cm     Berat badan : 25 kg
e.    Status gizi :
IMT = BB/(TB)2 =25/(130)2 =25/16900 =0,001
-2 SD s/d +2 SD = normal
f.     Nyeri  : anak terlihat menangis saat diinjeksi obat oleh perawat

2.      Head to toe


a.       Kepala
Inspeksi :bentuk mesoccephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi,
rambut hitam,
Palpasi :  tidak ada nyeri tekan
b.      Mata
Inspeksi : Ukuran pupil normal isokor kiri dan kanan,reaksi
terhadap cahaya baik, konjungtiva tidak anemis, sklera non
ikterik, fungsi penglihatan baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c.       Hidung
Inspeksi : hidung tampak simetris, perdarahan tidak ditemukan,
tidak ada polip pada lubang hidung, sekret (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d.      Telinga
Inspeksi :bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e.       Mulut
Inspeksi : tidak ada stomatitis, membrane mukosa lembab

24
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f.       Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan tekanan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g.      Dada : Bentuk :
1)      Paru- paru
Inspeksi           : pergerakan dinding dada simetris, ada
retraksi dada, bentuk dada normochest.
Palpasi             : tidak ada nyeri tekan
Perkusi            : pekak
Auskultasi       : terdengar suara tambahan “grok-grok”
2)      Jantung
Inspeksi           : ictus cordis tidak tampak
Palpasi             : ictus cordis teraba pada interkosta 4 dan 5
Perkusi            : pekak
Auskultasi       : s1dan s2 reguler
h.         Abdomen
Inspeksi    :  bentuk simetris, tidak acites, tidak ada bekas operasi
Auskultasi : peristaltik usus 26x/mnt
Perkusi     : suara tympani
Palpasi      : tidak ada nyeri tekan
i.           Genetalia  :tidak ada kelainan, tidak ada kemerahan, tidak ada
iritasi
j.           Ekstremitas
Atas      : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, kekuatan otot penuh,
tangan kiri terpasang infus
Bawah   : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, kekuatan otot penuh
k.         Integumen
Inspeksi    : warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis
Palpasi      :tidak ada nyeri tekan
l.           Refleks  : respon terhadap rangsangan

25
15. Therapy
Jenis Dosis Melalui Indikasi
Infuse RL 10 tpm makro IV Memenuhi
kebutuhan cairan

Inj amoxicilin 4 x 500 mg IV Antibiotik

Paracetamol 3 X 250 mg Oral Antipiretik

Inj gentamisin 1 x 80 mg IV Antibiotik

16. Pemeriksaan Penunjang


Hasil pemeriksaan tanggal 12 Januari 2017
No Jenis pemeriksaan  Hasil Satuan Normal Interpretasi
Hb 12,5 Gr% 12-14 normal
AL (angka leukosit) 12.500 /uL 4-10 tinggi
AE(angka eritrosit) 550.000 /uL 4,5-5,5 normal
AT(angka trombisit) 329.000 /uL 150-450 Normal
HMT (hematokrit) 36 % 42-52 Rendah

B.     ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : Proses infeksi pada Bersihan jalan nafas
 Orang tua mengatakan saluran pernafasan tidak efektif b.d
anaknya batuk berdahak Ô obstruksi jalan nafas :

26
 Orang tua mengatakan Peningkatan produksi spasme jalan nafas
anaknya rewel sekret
Do: Ô
 Suhu 37,9 °C Batuk berdahak
 Nadi 109x/menit
 RR 29 x/menit
Suara nafas ronkhi +/+

2 Ds : Proses infeksi di Hipertermia b/d

 Orang tua mengatakan saluran nafas peningkatan

anaknya demam Ô metabolisme

 Orang tua mengatakan Peningkatan


anaknya rewel metabolisme

Do: Ô

 Suhu 37,9 °C Thermoregulasi

 Nadi 109x/menit
 RR 29 x/menit
 Kulit teraba hangat
 Mukosa bibir kering

3 Nafsu makan menurun Nutrisi


S : Orang tua klien
Ô Dx: Resiko gangguan
mengatakan anaknya tidak
Intake nutrisi tidak nutrisi kurang dari k
mau makan, tetapi tidak
adekuat ebutuhan tubuh b/d
mual.
Ô nafsu makan yang
Makan pagi hanya mau 3
menurun.
Nutrisi kurang dari
sendok
kebutuhan tubuh
Do:
 Suhu 37,9 °C
 Nadi 109x/menit

27
 RR 29 x/menit
 Mukosa bibir kering
 Klien tampak letih

C.     RENCANA KEPERAWATAN


No Diagnose Tujuan ( NOC) Intervensi (NIC)
keperawatan
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindak-an  Anjurkan keluarga untuk
tidak efektif b.d perawatan selama 3 X 24 jam meningkatkan istirahat
obstruksi jalan nafas : jalan nafas efektif,  dengan  Posisikan pasien untuk
spasme jalan nafas kriteria : memaksimalkan ventilasi
Ds :  Mendemontrasikan batuk  Auskultasi suara nafas, catat
 Orang tua efektif dan suara nafas adanya suara tambahan
mengatakan yang bersih, tidak ada  Berikan oksigen binasal
anaknya batuk sianosis (mampu  Atur intake untuk cairan
berdahak dan sesak mengeluarkan sputum,  Jelaskan pada keluarga
nafas mampu bernafas dengan tentang kegunaan oksigen.
 Orang tua mudah)
mengatakan  Menunjukan jalan nafas
anaknya rewel yang paten (tidak merasa
Do: tercekik, frekuensi
 Suhu 38,4 °C pernafasan dalam rentang

 Nadi 120x/menit normal)

 RR 70 x/menit  Mampu mengidentifikasi


dan mencegah factor
 Suara nafas ronkhi
penyebab.
+/+

2 Hipertermia b/d Setelah dilakukan tindak-an  Monitor suhu tubuh


peningkatan perawatan selama 2 X 24 jam sesering mungkin
metabolisme suhu badan pasien dalam  Monitor  nadi dan respirasi
Ds : batas normal,  dengan  Monitor suhu dan warna

28
 Orang tua kriteria : kulit
mengatakan  Suhu tubuh dalam batas  Anjurkan keluarga untuk
anaknya demam normal (36,5˚C-  37,5˚C) meningkatkan intake cairan
 Orang tua  Tidak ada sakit  pusing dan nutrisi
mengatakan  Tidak ada perubahan warna  Kompres pasien pada lipat
anaknya rewel kulit paha dan aksila
Do:  Nadi, respirasi dalam      Berikan obat antipiretik
 Suhu 38,4 °C rentang normal

 Nadi 120x/menit  Pasien menyatakan  

 RR 70 x/menit nyama

 Kulit teraba hangat


 Mukosa bibir
kering
3. Resiko gangguan NOC: Status nutrisi, setelah  NIC: Eating disorder
nutrisi kurang dari k diberikan penjelasan dan manajemen
ebutuhan tubuh b/d perawatan selama 4x 24 Aktifitas:
nafsu makan yang jam kebutuhan nutrisi ps 1.  Tentukan kebutuhan kalori
menurun. terpenuhi dg: harian
S : Orang tua klien Indikator: 2.  Ajarkan klien dan keluarga
mengatakan anaknya     Pemasukan nutrisi yang tentang pentingnya nutrient
tidak mau makan, adekuat 3.  Monitoring TTV dan nilai 
tetapi tidak mual.     Pasien mampu Laboratorium
Makan pagi hanya menghabiskan diet yang 4.  Monitor intake dan output
mau 3 sendok dihidangkan 5.  Pertahankan kepatenan
Do:     Tidak ada tanda-tanda pemberian nutrisi parenteral
 Suhu 37,9 °C malnutrisi 6.  Pertimbangkan nutrisi
 Nadi 109x/menit     Nilai laboratorim, protein enteral
 RR 29 x/menit total 8-8 gr%, Albumin 3.5- 7.  Pantau adanya Komplikasi
 Mukosa bibir 5.4 gr%, Globulin 1.8-3.6 GI
kering gr%, HB tidak kurang dari NIC: terapi gizi
 Klien tampak letih 10 gr % Aktifitas:

29
Membran mukosa dan 1.  Monitor masukan makanan/
konjungtiva tidak pucat minuman dan hitung kalori
harian secara tepat
2.  Kaloborasi ahli gizi
3.  Pastikan dapat diet TKTP
4.  Berikan perawatan mulut
5.  Pantau hasil labioratoriun
protein, albumin, globulin,
HB
6.  Jauhkan benda-benda yang
tidak enak untuk dipandang
seperti urinal, kotak
drainase, bebat dan pispot
7.  Sajikan makanan hangat
dengan variasi yang menarik

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TGL/JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
12-1-2017 Bersihan 1.  Menganjurkan keluarga Jam 12.00
08.00 jalan nafas untuk meningkatkan S:
tidak efektif istirahat anak -       Ibu mengatakan
b.d obstruksi 2.   Memberikan posisi anak masih batuk
jalan nafas : semi fowler dengan berdahak
spasme jalan menggunakan bantal -      Ibu mengatakan
nafas untuk memaksimalkan mengerti tentang
ventilasi kegunaan diberikan
3.  Memberikan terapi oksigen
0ksigen binasal O:
4.   Memberikan terapi -     Suara tambahan
injeksi antibiotic : sudah mulai
12.00 -   Inj.Amoxicilin berkurang
500mg         -      Anak terlihat

30
menangis saat
diberikan terapi
inhalasi dan injeksi.
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
-   Observasi ku
12-01-17 Hipertermia 1.   Mengukur suhu tubuh Jam 12.00
09.00 b/d klien S:
peningkatan 2.  Memonitor warna dan -        Ibu mengatakan
metabolisme suhu kulit suhu tubuh anaknya
3.   Mengukur nadi dan RR sudah mulai turun
12.00 4.    Memberikan terapi -        Ibu mengatakan
antipiretik paracetamol sudah mengompres
5.     Menganjurkan anaknya
keluarga untuk -         Ibu mengatakan
memberikan kompres sudah memberikan
hangat pada lipat paha minum air putih dan
dan aksila susu yang banyak
6.     Menganjurkan O:
keluarga untuk -        Anak terlihat tidur
meningkatkan intake setelah mnum obat
cairan dan nutrisi -      Suhu : 36,8
-       Paracetamol 250
mg masuk
A;
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

31
-     Observasi suhu
tubuh
-       Observasi warna
kulit
-      Intake dan output
adekuat

12-01-17 Resiko 1.  Menentukan kebutuhan Jam 12.00 wib


08.00 gangguan kalori harian S : Orang tua klien
nutrisi kurang 2.  Mengajarkan klien dan mengatakan anaknya
dari keluarga tentang tidak mau makan,
kkebutuhan pentingnya nutrient tetapi tidak mual.
tubuh b/d 3.  Memonitor TTV dan Makan pagi hanya mau
nafsu makan nilai  Laboratorium 3 sendok
12.30 yang 4.  Memonito intake dan O:
menurun. output  Suhu 36,8 °C
5.  Memantau adanya  Nadi 109x/menit
Komplikasi GI  RR 29 x/menit
6.  Memonitor masukan  Mukosa bibir kering
makanan/ minuman
 Klien tampak letih
dan hitung kalori
A;
harian secara tepat
Masalah belum teratasi
7.  Kaloborasi ahli gizi
P:
8.  Memastikan dapat diet
Lanjutkan intervensi
TKTP
-     Observasi intake
9.  Memberikan perawatan
mulut
10.  Memantau hasil
labioratoriun protein,
albumin, globulin, HB
11.  Menjauhkan benda-
benda yang tidak enak

32
untuk dipandang
seperti urinal, kotak
drainase, bebat dan
pispot

13-01-17 Bersihan 1.   Menganjurkan Jam 12.00


09.00 jalan nafas keluarga untuk S:
tidak efektif meningkatkan istirahat         Ibu mengatakan anak
b.d obstruksi anak masih batuk
jalan nafas : 2.   Memberikan posisi O:
spasme jalan semi fowler dengan         oksigen I/ liter masuk
nafas menggunakan bantal         Anak terlihat
untuk memaksimalkan menangis saat
ventilasi diberikan terapi injeksi.
3.   Memberikan terapi A:
injeksi antibiotic : Masalah teratasi
12.00 -          Inj. Amoxicilin 500 sebagian
mg P:
Lanjutkan intervensi
-       Berikan terapi
antibiotik
-        Observasi ku
13-01-17 Hipertermia 1.   Mengukur suhu tubuh Jam 12.30
09.00 b/d klien S:
peningkatan 2.   Memonitor warna dan -     Ibu mengatakan
metabolisme suhu kulit suhu tubuh anaknya
3.   Mengukur nadi dan RR sudah tidak panas
4.   Memberikan terapi lagi
antipiretik paracetamol -   Ibu mengatakan
5.  Menganjurkan keluarga sudah memberikan
untuk meningkatkan minum air putih dan
intake cairan dan susu yang banyak

33
nutrisi O:
12.00 -      Suhu : 36,6
-      Paracetamol 250 mg
masuk
A;
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
-    Observasi suhu
tubuh
-     Observasi warna
kulit
-    Intake dan output
adekuat

13-01-17 Resiko 1.  Memonitor intake dan Jam 12.00 wib


08.00 gangguan output S:
nutrisi kurang 2.  Memantau adanya - Orang tua klien
dari Komplikasi GI mengatakan anaknya
kkebutuhan 3.  Memonitor masukan tidak mau makan,
tubuh b/d makanan/ minuman - Orang tua
nafsu makan dan hitung kalori mangatakan anaknya
yang harian secara tepat makan pagi hanya
menurun. 4.  Kaloborasi ahli gizi mau 4 sendok
5.  Memastikan dapat diet O:
TKTP  Suhu 36,8 °C
6.  Memberikan perawatan  Nadi 109x/menit
mulut  RR 29 x/menit
7.  Menjauhkan benda-  Mukosa bibir kering
benda yang tidak enak
 Klien tampak letih
untuk dipandang
A;

34
seperti urinal, kotak Masalah belum teratasi
drainase, bebat dan P:
pispot Lanjutkan intervensi
-     Observasi intake

14-01-17 Bersihan 1.  Menganjurkan keluarga Jam 13.00


jalan nafas untuk meningkatkan S:
tidak efektif istirahat anak -      Ibu mengatakan
b.d obstruksi 2. Memberikan posisi anak masih batuk
jalan nafas : semi fowler dengan O:
spasme jalan menggunakan bantal -       Anak terlihat
nafas untuk memaksimalkan menangis saat
ventilasi diberikan terapi
4.      Memberikan terapi injeksi.
injeksi antibiotic : A:
Inj. Amoxicilin 500mg Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
-       Berikan terapi
antibiotik
-       Observasi ku

14-01-17 Hipertermia 1.   Mengukur suhu tubuh Jam 12.00


09.00 b/d klien S:
peningkatan 2.   Memonitor warna dan -     Ibu mengatakan
metabolisme suhu kulit suhu tubuh anaknya
3.   Mengukur nadi dan RR sudah tidak panas
4.   Memberikan terapi lagi
antipiretik paracetamol -   Ibu mengatakan
5.  Menganjurkan keluarga sudah memberikan
untuk meningkatkan minum air putih dan
intake cairan dan

35
nutrisi susu yang banyak
O:
12.00 -      Suhu : 36,3
-      Paracetamol 250 mg
masuk
A;
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
-    Observasi suhu
tubuh
-     Observasi warna
kulit
-    Intake dan output
adekuat
1.  Memonitor intake dan
14-01-17 Resiko output Jam 12.00 wib
08.00 gangguan 2.  Memonitor masukan S:
nutrisi kurang makanan/ minuman - Orang tua klien
dari dan hitung kalori mengatakan anaknya
kkebutuhan harian secara tepat sudah mulai mau
tubuh b/d 3.  Kaloborasi ahli gizi makan,
nafsu makan 4.  Memastikan dapat diet - Orang tua
yang TKTP mangatakan anaknya
menurun. 5.  Memberikan perawatan makan pagi ½ porsi
mulut makannya.
6.  Menjauhkan benda- O:
benda yang tidak enak  Suhu 36,2 °C
untuk dipandang  Nadi 100x/menit
seperti urinal, kotak  Mukosa bibir tidak
drainase, bebat dan kering

36
pispot A;
8. Anjurkan makan sedikit Masalah teratasi
tapi sering sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
-     Observasi intake

37
BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini akan disajikan tentang kesenjangan antara bab 2 dan bab 3, dengan
prinsip pendekatan proses perawatan antara lain:

A. PENGKAJIAN
Pada bab tinjauan teori penkajian ditekankan pada adanya perubahan
suhu, nutrisi, bersihan jalan nafas dan deficit perawatan diri. Sedangkan
pada tinjauan kasus pengkajian yang didapat adalah adanya perubahan
hipertermia dan bersihan jalan nafas tidak efektif.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori di dapatkan empat diagnosa keperawatan
yakni :bersihan jalan tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi, kekurangan
volume cairan dan deficit perawatan diri. Sedangkan pada kasus nyata
penyusun hanya mendapatkan tiga diagnosa dari klien yakni Bersihan jalan
nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas

C. RENCANA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori  rencana keperawatan ditekankan pada bersihan
jalan nafas , termoregulator / lingkungan yang nyaman, dan pelasanaan
tindakan septik dan aseptik. Pada tinjauan kasus rencana keperawatan juga
ditekankan pada hal tersebut di atas.

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Seperti halnya dengan intervensi yang direncanakan pada tinjauan
teori, tindakan keperawatan yang dilakukan baik dalan tinjauan teori dan
tinjauan kasus adalah bersihan jalan nafas , termoregulator / lingkungan
yang nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik.

38
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi pada tinjauan kasus ditekankan pada tiap – tiap diagnosa
sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan yang tercantum pada
tujuan rencana keperawatan. Memang pencapaian tujuan pada anak dengan
bronkopneumonia ini harus benar- benar prosedural .

39
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia


ditekankan pada pada adanya perubahan suhu, nutrisi, dan bersihan jalan
nafas
2. Dalam perencanaan perlu dituliskan target waktu target waktu yang
digunakan dalam pelaksanan intervensi disesuaikan dengan keadaan
tempat praktek yakni di ruang anak sehingga  kurang maksimal.
3. Dalam melakukan pengkajian  dan implementasi keperawatan, perawat
harus benar-benar prosedural dan menciptakan lingkungan yang aman
dan nyaman bagi anak.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan suhu,
dan jalan nafas

B.     SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk
memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak boleh membeda-


bedakan status klien.
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan perlu adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin
hubungan saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan apa yang
dirasakan dan masalah keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.

40
3. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus
Bronchopneumonia alergi hendaknya perawat meningkatkan
pengetahuan tentang masalah bronkopneumonia
4.   Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan anak dengan
bronkopneumonia perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti,
cermat, mempunyai pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan
yang memadai.

41
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E., dkk . 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.

Jakarta: EGC.

Kosasih, E.N. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ketiga.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1.

Jakarta: Media Aesculapius.

Price, Sylvia A & Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Buku 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan

Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta:

EGC.

Staf Pengajar IKA FK-UI. 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.

Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik. Edisi 4.

Jakarta: EGC.

42

Anda mungkin juga menyukai