Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) adalah istilah yang mungkin sudah lama kita
kenal.KB artinya merencanakan jumlah anak sesuai kehendak kita, dan
menentukan sendiri kapan kita ingin hamil (Kesrepro, 1997).
Menurut WHO (World Health Organisation) KB adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri,
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi Hartanto, 2004). Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1996, setiap tahun lebih dari 600.000
wanita di dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan saat melahirkan, 99%
kematian itu terjadi di negara berkembang. Dalam jangka waktu yang sama, tak
kurang dari 50 juta aborsi akibat kehamilan tak diinginkan terjadi di muka bumi
ini (Dipo Handoko, 2001).
Saat ini diketahui jumah penduduk Indonesia sebesar 225,5 juta penduduk
dengan rata-rata petumbuhan penduduk sebesar 1,3%. Pemerintah merencanakan
untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk tersebut hingga 1,14% pada tahun
2009 (Depkes, 2008).
Komponen dalam pelayanan KB yang dapat diberikan adalah KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), konseling, pelayanan kontrasepsi (PK),
pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi
perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan, adopsi (Hanafi Hartanto, 2004).
Secara pendekatan sosioekonomi pengontrolan kelahiran penting untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memberi efek yang positif terhadap kebahagian
keluarga juga lingkungan sekitar (Cunningham, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor lama KB
AKBK menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada akseptor lama KB AKBK penulis
mampu:
a. Menjelaskan konsep dasar teori KB
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada akseptor lama KB
AKBK
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor lama KB AKBK dengan
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3) Identifikasi masalah potensial
4) Identifikasi kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada akseptor lama KB AKBK
dalam bentuk catatan SOAP.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian KB
Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO)
Expert Commite (1970) dalam Suratun dkk. (2008) adalah suatu tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami untuk:
a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu.
b. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan.
d. Mengatur interval diantara kehamilan.
e. Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan suami istri.
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
2. Pengertian Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) Suratun dkk.(2008), kontrasepsi berasal
dari kata kontra dan konsepsi.Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma yang mengakibatkan kehamilan.Kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel
telur dengan sel sperma.
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.Usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Syarat-syarat
kontrasepsi yang ideal antara lain:
a. Dapat dipercaya.
b. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan.
c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan.
d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.
e. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus.
f. Mudah pelaksanaannya.
g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur secara rasional
berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti:
a. Masa menunda kehamilan.
b. Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan.
c. Masa mengkhiri kesuburan atau tidak hamil lagi.
3. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
2) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran.
4. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak
keuntungan.Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat
mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium.
Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan
angka kematian maternal.Ini berarti program tersebut dapat memberikan
keuntungan ekonomi dan kesehatan.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang
nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker
uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat mencegah penularan penyakit
menular seksual, seperti HIV. Meskipun penggunaan alat/obat kontrasepsi
mempunyai efek samping dan risiko yang kadang-kadang merugikan
kesehatan, namun demikian benefit penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut
akan lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan
risiko kesakitan dan kematian maternal.
Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat
menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan
ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak
kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan
ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga
membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih
balk dengan merencanakan proses reproduksinya.
Program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung jawab
dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan
keuntungan seseorang mengikuti program KB.
5. Cara Kerja
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara
sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara:
a. Menekan keluarnya sel telur (ovum).
b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita sampai
mencapai ovum.
c. Mencegah nidasi

B. Konsep Dasar Teori AKBK


1. Definisi Implan
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari
sejenis karet silastik yang berisi hormone, dipasang pada lengan atas.Efektif 5
tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau
Implanon.Kesuburan segera kembali setelah impan dicabut.Efek samping
utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan
amenorea.Aman dipakai pada masa laktasi.
2. Jenis
a. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel
dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel
dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3. Cara Kerja
a. Lender serviks menjadi kental.
b. Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
c. Mengurangi transportasi sperma.
d. Menekan ovulasi.
4. Keuntungan Kontrasepsi
a. Daya guna tinggi.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e. Bebas dari pengaruh estrogen.
f. Tidak menganggu kegiatan senggama.
g. Tidak menganggu ASI.
h. Klien hanya perlu kembali ke klinik apabila ada keluhan.
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
5. Keuntungan Nonkontrasepsi
a. Mengurangi nyeri haid.
b. Mengurangi jumlah darah haid.
c. Mengurangi/memperbaiki anemia.
d. Melindungi terjadinya kanker endometrium.
e. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
f. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
g. Menurunkan angka kejadian endometriosis.3
6. Macam-macam efek samping atau masalah pada kontrasepsi
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spotting), hipomenorea, atau meningkatkan jumlah
darah haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan-keluhan seperti :
a. Nyeri kepala
b. Peningkatan atau penurunan berat badan.
c. Nyeri payudara.
d. Persaan mula.
e. Pening/pusing kepala.
f. Perubahan persaan atau kegelisahan.
g. Membutuhan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
h. Tidak memberikan efek protektif terhadap IMS termasuk AIDS.
i. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai
dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
j. Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis
(rifamfisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
k. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun).
7. Penanganan Efek Samping
Efek Samping/Masalah Penanganan
Amenorea 1. Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak
memerlukan penanganan khusu, cukup konseling saja.
2. Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan
anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
3. Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan,
cabut implant dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya
bagi janin. Bila di duga terjadi kehamilan ektopik, klien rujuk.
Tidak ada gunannya memberikan obat hormone untuk
memancing timbulnya pendarahan
bagi janin. Bila di duga terjadi kehamilan ektopik, klien rujuk.
Tidak ada gunannya memberikan obat hormone untuk memancing
timbulnya pendarahan.
Pendarahan Bercak 1. Jelaskan bahwa perdarahan dengan ditemukan terutama pada
(Spotting) Ringan tahun pertama. Bila tidakn ada masalah dank klien tidak hamil,
tidak perlu tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh
masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implan
dapat di berikan pil kpombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3x
800 mg selama lima hari. Terangkan kepada klien bahwa akan
terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi
pendarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian di lanjutkan dengan
satu siklus kombinasi, atau dapat juga di berikan 50 mg
etimilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk
14-21 hari .
Ekspulsi 1. Cabut kapsul yang ekspulsi periks apakah kapsul yang lain
masih di tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi
daerah insersi. Bila tida ada infeksi dan kapsul lain masih
berada pada tempatnya, pasang kapsul baru satu buah pada
tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh
kapsul yang ada
2. dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan
klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
Infeksi pada daerah 1. Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan
insersi air atau anti septik. Berikan anti biotik yang sesual untuk tujuh
hari. Implan jelas dilepas dan klien diminta kembali satu
minggu. Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang
yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari metode
kontrasepsi yang lain. Apabila di temukan abses, bersihkan
dengan ati septic insisi dann alirkan pus keluar, cabut implant,
laukan perawatan, dan berikan antibiotik oral tujuh hari.
Berat Badan Naik atau 1. Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2
turun kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi
perubahan–perubahan berat badan 2 kg atau lebih. Apabila
perubahan berat badan ini tidak dapat di terima, bantu klien
mencari metode lain.
9. Cara Pemasangan Implan
Persiapan Pemasangan
Langkah 1 : Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air
yang mengalir, serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa
sabun (sisa sabun menurunkan efektifitas antiseptic
tertentu).Langkah ini sangat penting bila klien kurang menjaga
kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah
penularan penyakit.
Langkah 2 : Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja
samping, bila ada) dengan kain bersih
Langkah 3 : persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang
digunakan (misalnya: lengan kiri) diletakkan pada lengan
penyangga atau meja samping. Lengan harus disangga dengan
baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai
dengan posisi yang disukai klinisi untuk memudahkan
pemasangan.
Langkah 4 : tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm diatas lipatan
siku.
Langkah 5 : siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa
menyentuh alat-alat di dalamnya
Langkah 6 : buka dengan hati-hati kemasan steril implant dengan menarik
kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhnya seluruh kapsul
dalam mangkok steril.  
Tindakan sebelum pemasangan
Langkah 1 : cuci tangan dengan sabun dan air mengalir keringkan dengan kain
bersih
Langkah 2 : pakai sarung tangang steril atau DTT
Langkah 3 : atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul
untuk memastikan jumlahnya.
Langkah 4 : persipakan tempat insisi dengan larutan aseptic. Gunakan klem
steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. Mulai
mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar
dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering
sekitar 2 menit sebelum memulai tindakan. Hapsu anti septic    
Yang berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak
terlihat.
Langkah 5 : bila digunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang
untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar
untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul. Dapat
juga dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan
dengan kain steril.
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Dengan AKBK
I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : usia PUS (20-55 tahun) Mempengaruhi bagaimana
mengambil keputusan dalam kesehatannya (Sarwono,
2005) Usia reproduktif (Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2010 : MK 75)
Agama :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluhan utama :
Timbul bercak/flek-flek
3. Riwayat Kesehatan Klien :
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit/ Kelainan Reproduksi :
- Riwayat Kehamilan Ektopik dapat menggunakan KB Implan
- Keganasan pada payudara tidak diperbolehkan menggunakan
Implan
Penyakit Kardiovaskuler :
- Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi
(>180/110 mmHg), kelainan tromboemboli, kelaianan pembuluh
darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain tidak boleh
mengunakan Implant
Penyakit Darah :
- Riwayat gangguan faktor pembekuan darah dan Anemia bulan
sabit boleh menggunakan metode Implan

Penyakit Paru-paru :
Penyakit Saluran Pencernaan :
Penyakit Ginjal & Saluran Kencing :
Penyakit Endokrin :
- Ganguan toleransi glukosa (DM) tidak boleh menggunakan
metode implant
Penyakit Saraf :
Penyakit Jiwa :
Penyakit Sistem imunologi :
Penyakit Infeksi :
b. Riwayat Kesehatan sekarang:
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai klien merasakan keluhan s/d
pengkajian saat ini (sebelum diberikan asuhan)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Mengkaji riwayat penyakit menurun (asma, hipertensi, DM, hemofilia,
kanker payudara) menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS) menahun (jantung,
asma) (Fraser & Cooper, 2009)
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah siklus, lama haid, banyaknya,
warna, nyeri haid, keluhan waktu haid, dan amenore.
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N
U J BB/
o. Suami Ank Peny Jns Pnlg Tmpt Peny H M Abn Laktasi Peny
K K PB

7. Riwayat Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi yang perlu dikaji adalah jenis alat kntrasepsi,
lama, kapan awal pemakaian, dan pelepasan, serta komplikasi yang
terjadi selama pemakaian.Pemakaian kontrasepsi sebelumnya dapat
menjadi tolak ukur penggunaan kontrasepsi sellanjutnya.

8. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Tingkat aktivtas seseorang dapat mempengaruhi
Aktivitas
pengambilan keputusan dalam kesehatannya (Arikunto:2002)
Personal Hygiene
Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat tertentu (epilepsy
dan tuberculosis) dapat mempengaruhi penetapan pemilihan
Kebiasaan
metode kontrasepsi. (Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi : 2011)
Seksualitas
9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual
Masih kuat kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa setiap
mahluk yang diciptakan tuhan pasti diberi rezeki untuk itu tidak khawatir
memiliki jumlah anak yang banyak. (Prawirohardjo, S. 2003)

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
TD :
Nadi : 60 – 100 kali permenit
Pernafasan : 20 kali permenit
Suhu : 36,5 – 37,2 0C
Antropometri :
Berat badan sekarang :
- Berat badan mencapai 70 kg perlu dilakukan tindakan
evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penggunaan alat
kontrasepsi Implant
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : tidak tampak lesi, tampak bersih, tidak tampak benjolan,
distribusi rambut merata.
Wajah : tidak tampak pucat, tampak simetris
Mata : Sklera berwarna kuning menandakan kemungkinan
indikasi adanya/penyakit hati pemilihan alat
kontrasepsi nonhormonal lebih diutamakan
Hidung : tampak simetris, tidak tampak pengeluaran/secret, tidak
tampak benjolan
Mulut : tampak simetris, tampak lembab, tampak bersih, tidak
tampak stomatitis, lidah tampak bersih
Telinga : tampak simetris, tidak tampak secret/serumen
Leher : tidak tampak pembesaran pada kelenjar tiroid, getah
bening, dan vena jugularis
Dada : Tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding dada.
Nyeri dada dan paha perlu dilakukan tindakan
evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penggunaan
alat kontrasepsi implant
Payudara : Tampak bersih. Tampak simetris, tidak tampak retraksi
Abdomen : tidak tampak pembesaran, tidak tampak luka bekas operasi.
Genitalia :
Ekstermitas : Edema dan nyeri tungkai, dada dan paha perlu
dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut untuk
menentukan penggunaan alat kontrasepsi AKBK
Palpasi
Kepala : tidak teraba benjolan, tidak ada lesi
Wajah : tidak teraba oedema
Mata : tidak teraba oedema pada konjungtiva
Hidung : tidak teraba benjolan
Telinga : tidak teraba benjolan
Leher : tidak teraba oedema pada vena jugularis, kelenjar tiroid,
dan kelenjar getah bening
Payudara : Teraba tumor / benjolan pada payudara yang
menandakan adanya kanker payudara atau riwayat
kanker payudara tidak boleh menggunakan metode
AKBK (implant)
Abdomen : tidak teraba massa/ benjolan
Genitalia :
Ekstermitas : Edema dan nyeri tungkai, dada dan paha perlu
dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut untuk
menentukan penggunaan alat kontrasepsi Implant.
Auskultasi :
Dada : Nafas terdengar vesikuler, Tidak terdengar suara nafas
tambahan
Abdomen : Bising usus 5-35 x/menit
Perkusi :
Ekstremitas :
- Refleks Ekstremitas atas
Refleks Bisep (+)
Refleks Trisep (+)
- Refleks Ekstremitas Bawah
Patella (+)
Cavilari Refil kembali dalam waktu < 2 detik
Homan Sign (-)
3. Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Laboraturium :
- HB:
Anemia bulan sabit dan anemia defisiensi zat besi boleh
menggunakan metode suntikan progestin dan implant

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : PAPAH usia ……. Dengan Akseptor lama KB AKBK
Masalah : hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang
dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.

V. INTERVENSI

1. Melakukan pendekatan Terapautik


Rasional : Hubungan yang baik dan komunikai yang lancar, akan
memudahkan dalam melakukan pengkajian.
2. Jelaskan prosedur pelaksanaan yang akan dilakukan pada klien
Rasional : Klien mengerti mengenai dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan dan mau diajak bekerjasama
3. Berikan KIE
Rasional : Klien mengerti akan saran dan konseling yang diberikan
petugas kesehatan
4. Lakukan persiapan alat
Rasional : Agar memudahkan pelepasan IUD

5. Lakukan pelepasan IUD


Rasional : Agar tercapai kebutuhan dan keinginan klien

6. Membereskan alat
Rasional : Alat yang telah digunakan segera dilakukan
dekontaminasi

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari asuhan kebidanan pada
Akseptor lama kontrasepsi AKBK sebagai berikut:
1) Pengkajian data yang dilakukan dalam kasus tersebut telah terfokus pada
data-data yang dibutuhkan dalam membantu menegakkan diagnosis.
2) Proses analisis data atau interpretasi data, telah sesuai dengan data-data
yang menunjang serta sesuai dengan ketetapan nomenklatur dalam
kebidanan.
3) Rencana dan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan dalam kasus
pada Akseptor lama kontrasepsi AKBK ini telah sesuai dengan kebutuhan
klien dan terfokus terhadap kebutuhan klien.
4) Evaluasi yang dilakukan dalam asuhan kebidanan dilakukan secara
langsung setelah pelaksanaan asuhan kebidanan, hal ini dilakukan untuk
menilai secara langsung keberhasilan dan keefektifan asuhan yang
diberikan.

B. Saran
1) Pelayanan yang baik telah diberikan, akan tetapi pelayanan berupa
konseling perlu ditingkatkan lagi.
2) Diharapkan bidan dapat terus memotivasi untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono.

Prawiroharjo,Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

The essential of contraceptive technology, johns hopkins population information


program, Baltimore, 1997

Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Vol. 2 Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai