Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
PT AGUS ARIAWAN (2129071020)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak
boleh hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus
membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini
dengan mengajar dengan cara yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi
peserta didik, dengan memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan atau
menerapkan sendiri gagasan dengan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Guru dapat memberi tangga untuk mencapai suatu pemahaman, namun peserta didiklah
yang harus menaiki tangga tersebut. Teori pembelajaran yang didasarkan pada gagasan
Teori konstruktivis melihat pembelajar sebagai orang yang terus menerus memeriksa
informasi baru terhadap aturan lamadan kemudian merevisiaturan apabila hal tersebut tidak
lagi berguna. Pandangan ini memiliki implikasi yang sangat besar terhadap pengajaran
karena hal ini menyarankan peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Karena hal
inilah teori konstruktivis sering disebut pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik.
Dalam ruang kelas yang berpusat kepada peserta didik, guru lebih berperan sebagai
“pemandu disamping” dan bukan “orang bijaksana di atas panggung” dengan membantu
siswa menemukan makna mereka sendiri dan bukan mengajari dan mengendalikan semua
kegiatan di kelas.
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan
yang berupa karya dan karsa manusia tersebut untuk menjadi yang lebih baik ke depan.
bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan
keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von Glaserfeld dalam Pannen dkk,
pengembagan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampun untuk
pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran berpusat pada
siswa.Siswa tidak lagi diposisikan bagaikan bejana kosong yang siap diisi. Dengan sikap
pasrah siswa disiapkan untuk dijejali informasi oleh gurunya. Atau siswa dikondisikan
sedemikian rupa untuk menerima pengatahuan dari gurunya. Siswa kini diposisikan sebagai
mitra belajar guru. Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru
hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain
bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.
Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi
siswa. Mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan pengalaman untuk
Oleh karena itu, guru harus menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak
mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa sehingga para siswa
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori konstruktivisme?
C. Tujuan
Makalah ini tentunya bertujuan menyuguhkan informasi-informasi keilmuan yang
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti bersifat
membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa Inonesia
berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya
pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini
mereka
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya
Menurut Wheatley (1991: 12) berpendapat dengan mengajukan dua prinsip utama
dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi
kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang
dimiliki anak.
aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan
telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru,
pengalamanbelajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar
tersebut.
Revolusi Konstruktivis memiliki akar yang jauh dalam sejarah pendidikan dan
mengandalkan karya Piaget dan Vygotsky sebagai sumber, dimana menekankan bahwa
perubahan kognisi hanya terjadi ketika konsepsi sebelumnya mengalami proses ketidak
seimbangan dari sudut informasi baru. Keduanya juga menekankan hakikat sosial
pembelajaranserta menyarankan penggunaan kelompok belajar dengan kemampuan
campuran untuk meningkatkan perubahan konsep.
Empat Prinsip utama yang berasal dari gagasan Vygotsky adalah :
1. Pembelajaran Sosial
Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih
mampu. Vygotsky mencatat bahwa orang yang berhasil menyelesaikan masalah
mengungkapkan diri melalui masalah yang sulit. Dalam kelompok kooperatif, siswa
dapat mendengarkan pembeicaraan batin dengan lantang dan dapat mempelajari cara
orang yang berhasil menyelesaikan masalah berfikir melalui pendekatan mereka.
2. Zona Perkembangan Proximal
Siswa berada pada zona perkembangan proximal ketika mereka terlibat kedalam
tugasyang tidak bisa mereka kerjakan sendirian, tetapi dapat mengerjakannya
dengan bantuan teman sebaya atau orang dewasa
3. Pemagangan kognitif
Istilah ini merujuk ke proses ketika pembelajar secara bertahap memperoleh keahlian
melalui interaksi dengan ahli.
4. Pembelajaran termediasi
Penekanan Vygotsky pada penanganan(scaffolding) atau pembelajaran termediasi
(Kozulin &Presseisen, 1995)berperan penting pada pemikiran konstruktivis modern.
Dimana menekankan bahwa siswa hendaknya diberikan tugas yang rumit, sulit dan
realitis dan kemudian diberi cukup bantuan untuk mencapai tugas tersebut.
C. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
tersebut berpusat kepada peserta didik dan peserta didiklah yang aktif membangun
pengetahuan tersebut dengan berbagai macam cara. Ada beberapa pendekatan yang umum
1. Pengolahan Atas-Bawah
atas-bawah berarti bahwa siswa mulai menyelesaikan soal yang rumit dan kemudian
2. Pembelajaran Kooperatif
besarnya pembelajaran kooperatif, berdasarkan teori bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka dapat berbicara satu sama
3. Pembelajaran Penemuan
tentang siswa ideal sebagai pebelajar yang mengatur diri sendiri (Paris&Paris,2001).
(Bandura, 1991; Dembo & Eaton, 2000; Schunk & Zimmerman, 1997; Winne,
1997).
5. Penanggaan (scaffolding)
mengarahkan memori dan perhatian secara sengaja dan berfikir dalam simbol, adalah
prilaku yang termediasi. Dengan termediasi secara eksternal oleh budaya, perilaku
ini dan perilaku lain akhirnya dinternalisasikan kedalam pemikiran pebelajar sebagai
sarana psikologis. Dalam istilah praktis penanggaan dapat meliputi pemberian lebih
banyak struktur kepada siswa pada awal serangkaian pelajaran dan secara bertahap
menyerahkan tanggung jawab kepada mereka untuk bekerja sendiri (Puntambekar &
D. Karakteristik Konstruktivisme
wacana, dialog, pengalaman fisik, dll. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah
dilihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian
2. Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, siswa akan selalu mengadakan
rekonstruksi.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui siswa, yaitu
yang dipelajari.
Inti dari konstruktivisme di atas berkaitan erat dengan beberapa teori belajar, yaitu;
teori perubahan konsep, teori belajar bermakna Ausubel, dan teori Skemata (Suparno,
1997:49).
1. Teori Perkembangan Mental Piaget
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga
belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam
mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir
pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi.
adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga
adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan
ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan
bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor
dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam
interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam
belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi,
1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti
konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang
Teori belajar perubahan konsep merupakan suatu teori belajar yang menjelaskan
adanya proses evolusi pemahaman konsep siswa dari siswa yang sedang belajar.
Pada mulanya siswa memahami sesuatu melalui konsep secara spontan. Pengertian
spontan merupakan pengertian yang tidak sempurna, bahkan belum sesuai dengan
konsep ilmiah, dan harus mengalami perubahan menuju pengertian yang logis dan
berlangsung melalui dua bentuk yaitu tanpa melalui perubahan yang besar dari
pengertian spontan tadi (asimilasi), atau sangat perlu adanya perubahan yang radikal
perubahan konsep yang mencakup dua tahap, yaitu tahap asimilasi dan akomodasi
yang telah mereka punyai untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Dengan
akomodasi peserta didik mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan
fenomena baru yang mereka hadapi. Proses dalam akomodasi oleh kaum
Teori perubahan konsep cukup senada dengan teori konstruktivisme dalam arti
berkembang yang terus menerus. Dalam perkembangan itu ada yang mengalami
perubahan besar dengan mengubah konsep lama melalui akomodasi, ada pula yang
hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi.
lingkungannya.
yang lebih tepat. Teori perubahan konsep sangat membantu karena mendorong
konsep yang kuat pada peserta didik sehingga pemahaman mereka lebih sesuai
digunakan untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan keluar, atau memecahkan
disimpan dalam suatu paket informasi atau skema yang terdiri atas suatu set atribut
yang menjelaskan objek tersebut, maka dari itu membantu kita untuk mengenal objek
atau kejadian itu. Hubungan skema yang satu dengan yang lain memberikan makna
dan arti kepada gagasan kita. Belajar menurut teori skema adalah mengubah skema
Teori skema berpendapat bahwa pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket
informasi, atau skema, yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Skema
adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan untuk mengerti sesuatu hal,
atribut skemanya dengan informasi yang benar agar dapat membentuk kerangka
pemikiran yang benar. Kerangka pemikiran inilah yang menurut Jonassen dkk.(
skema yang ada, baik dengan menambah maupun dengan mengganti skema itu. Ini
seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba
melalui belajar konsep, dan perubahan konsep yang telah ada, yang akan
pentingnya asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah
dimiliki siswa, dan keduanya mengasumsikan adanya keaktifan siswa dalam belajar.
Menurut Bruner, “pembelajaran adalah proses yang aktif dimana pelajar membina
ide baru berasaskan pengetahuan yang lampau”. Selanjutnya Bruner (Nur, 2000:10)
menyatakan bahwa “mengajarkan suatu bahan kajian kepada siswa adalah untuk
membuat siswa berfikir untuk diri mereka sendiri, dan turut mengambil bagian dalam
pengetahuan di dasarkan kepada dua asumsi yaitu :asumsi pertama adalah perolehan
pengetahuan merupakan suatu proses interaktif yaitu orang yang belajar akan
berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi
dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar yang
membuat informasi lebih bermakna dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide mereka. Guru dapat memberi siswa tangga
yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus
diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Oleh karena itu agar
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan pendidik maka pendekatan konstruktivisme
merupakan solusi yang baik untuk dapat diterapkan. Berikut akan dipaparkan perbedaan
Dalam pelaksanaan teori belajar konstruktivisme ada beberapa saran yang berkaitan
siswa.
Dalam penerapannya ada beberapa metode konstruktivis dibidang isi pembelajaran. Adapun
2. Mempertanyakan Penulis
Dalam metode ini, siswa di kelas 3-9 diajarkan memandang penulis yang
menyususn bahan faktual sebagai manusia sejati yang dapat salah yang
teman kecil ((small peer-response team) di mana mereka bekerja sama untuk
menerbitkan karangan.
Siswa bekerja sama dalam kelompok kelompok kecil, guru mengajukan soal
kooperasi dan tetap bertahan dalam kelompok tersebut selama berminggu-minggu atau
bekerja sama dengan baik, seperti mendengarkan edngan aktif, memberikan penjelasan yang
baik, menghindari tindakan yang mengecilkan peran dan menyertakan orang lain.
yang bercampur tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku bangsa. Siswa
2. Pembelajaran Bersama.
satu sama lain. Ketika satu siswa merangkum, yang lain mendengarkan dan
PENUTUP
dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara
dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan
tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya siswa mengorganisasi
dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana
memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya benar atau
tidak benar. Namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide
seseorang dan saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat
berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu
dengan lainnya, berfikir secara kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap
bahwa observasi dan mendengar aktivitas dan pembicaraan matematika siswa adalah
sumber yang kuat dan petunjuk untuk mengajar, untuk kurikulum, untuk cara-cara dimana
Slavin, Robert E (2009). Educational Psychology: Theory and Practice, 9th ed. New Jersey: