Anda di halaman 1dari 2

Konsep diri orang dewasa berubah, dari seseorang yang tergantung menjadi mengatur diri sendiri

Orang dewasa memiliki sejumlah pengalaman dan pemahaman yang semakin banyak, yang
berfungsi sebagai sumber daya pembelajaran yang kaya, walau diakui bisa juga menjadi penghambat
proses pembelajaran

Kebutuhan untuk belajar akan lebih banyak berorientasi pada tugas perkembangan dari peran sosial

Perspektif orang dewasa dalam menggunakan pengetahuan berubah dari penerapan yang tertunda
menjadi penerapan segera

Beberapa ciri pembelajaran orang dewasa

ingin terus belajar, dan bukan sebaliknya, walaupun diakui dalam beberapa hal ada yang bisa
menghalangi proses pembelajaran. Jelas ada banyak motivasi yang menggerakkan orang dewasa
untuk terus belajar

termotivasi untuk belajar dari beberapa sumber: pencarian kenikmatan atau harga diri, pencarian
jawaban dan pemenuhan kebutuhan yang dirasakan.

sering berorientasi masalah -- mereka mencari pengetahuan untuk menjawab masalah yang nyata
dalam hidup mereka

dapat belajar mandiri-- mereka ingin ikut berpartisipasi tentang bagaimana dan apa yang mereka
pelajari.

sudah memiliki rasa takutuntuk gagal dalam konteks pembelajaran

Perlu ada lingkungan yang aman bagi orang dewasa untuk bisa belajar

Perlu ada diagnosa tentang kebutuhan dan tujuan yang diharapkan bersama dari suatu proses
pembelajaran

Perlu ada interaksi dan partisipasi aktif dalam proses pembelajaran

Perlu ada kepekaan bagaimana menyusun suatu programpembelajaran yang efektif, yang
memikirkan bagaimana cara orang dewasa belajar, dan diorganisasikan untuk memaksimalkan
keinginan dan kemampuan orang dewasa dalam belajar.

Beberapa usulan yang ditawarkan adalah:

Harus dipersiapkan suatu wadah dan struktur yang sesuai dengan kebutuhan dan pembelajaran
orang dewasa
Guru harus memperlihatkan dalam waktu yang relatif singkatbagaimana proses pembelajaran dapat
memberikan keuntungan pada para peserta, apakah dalam memberi kesenangan, meningkatkan
harga diri, menjawab pertanyaan yang sering diajukan orang dewasa, atau memberi jawaban bagi
kebutuhan mereka.

Pembelajaran harus bersifat praktis dan sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh orang
dewasa, baik yang bersifat pribadi maupun komunitas.

Pembelajaran haruslah memperlihatkan relevansinya dengan kehidupan orang-orang dewasa -- di


mana teori dan doktrin memiliki tempat yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran haruslah mengikutsertakan keaktifan dan partisipasi para peserta dewasa, baik dalam
menentukan apa yang harus dipelajari, maupun bagaimana cara untuk mempelajarinya.

Pembelajaran haruslah mengupayakan agar para peserta dewasa dapat dianggap sebagai sumber
daya pengetahuan dan pengalamanyang dapat ditimba dan digali. Guru bukanlah satu-satunya
sumber pengetahuan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran perlu disusun untuk menjadi tempat yang aman bagi orang dewasa untuk bertumbuh.
Atmosfir yang tidak mengancam, dengan kompetisi yang tidak membahayakan, ada kejujuran,
kerendahan hati dan rasa hormat satu sama lain akan sangat membantu proses pembelajaran.

Orientasi belajar merupakan salah satu aspek gaya belajar, yaitu aspek metakognitif-afe yang dapat
mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini bersifat eksploratoris, yaitu peneliti ingin mengetahui
pola-pola keterkaitan antara orientasi belajar seseorang dengan hasil belajarnya. Penelitian ini
menggunakan adaptasi dari angket Vermunt's Learning Style yang menyajikan lima tipe orientasi belajar
(orientasi belajar ketertarikan personal, orientasi belajar terhadap sertifikat, orientasi belajar terhadap
pekerjaan, orientasi belajar pengujian diri, dan orientasi belajar ambivalen). Hasil belajar mahasiswa diukur
dalam capaiannya dalam berbagai jenis asesmen pendidikan yang dilakukan (IPK, kuis, presentasi, tugas
ke lapangan dan role play). Peneliti mengambil secara non-random 173 mahasiswa Fakultas Psikologi dari
tiga mata kuliah (Observasi dan Interview, Psikologi Kognitif, dan Asesmen Kepribadian). Pemilihan mata
kuliah berkaitan dengan perbedaan jenis asesmen yang dilakukan pada setiap kelas. Uji korelasi dilakukan
dengan menggunakan Spearman. Temuan dalam penelitian ini adalah adanya pola-pola keterkaitan antara
orientasi belajar dan hasil belajar mahasiswa. Artinya, ada pola-pola asesmen atau lingkungan belajar
tertentu yang mengakomodasi dan tidak mengakomodasi orientasi belajar tertentu. Penelitian juga
memperlihatkan bahwa selain dimensi kognitif, dimensi metakognitif-afektif juga memiliki peran dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa. Ada pula implikasi praktis dari hasil penelitian terhadap proses
pembelajaran

Dalam sosiologi, sistem sosial adalah jaringan terpola dari hubungan yang membentuk


keseluruhan yang koheren, yang ada antara individu, kelompok, dan institusi. [1] Ini
adalah struktur formal dari peran dan status yang dapat terbentuk dalam kelompok kecil yang
stabil.[1] Seorang individu dapat menjadi bagian dari banyak sistem sosial secara bersamaan;
[2]
 contoh sistem sosial meliputi unit keluarga inti, komunitas, kota, negara, kampus perguruan
tinggi, korporasi, dan industri. Organisasi dan definisi kelompok dalam sistem sosial bergantung
pada berbagai karakteristik bersama seperti lokasi, status sosial ekonomi, ras, agama, fungsi
sosial, atau fitur lain yang berbeda.[3]

Anda mungkin juga menyukai