Anda di halaman 1dari 8

Hari/ Tanggal : Rabu, 28 Juli 2021

Nama Pemateri : Bapak Daafi Armanda


Materi : Konstruksi Bangunan, Listrik Dan Penanggulangan Kebakaran
Nama : Muhammad Putra J Sani

Hasil Resume :
Konstruksi Bangunan Karakteristik proyek (kegiatan konstruksi) terdiri dari:
1. Kegiatannya dibatasi oleh waktu.
Dalam kontrak proyek terdapat perjanjian antara owner (pemilik) proyek dengan pelaksana
proyek, misalnya proyek tersebut harus diselesaikan dalam waktu 18 minggu. Sesuai dengan
kontrak maka pelaksana harus menyelesaikan proyek tersebut tepat atau kurang dari 18 minggu.
2. Sifatnya sementara, diketahui kapan mulai dan berakhirnya.
Proyek dilaksanakan dalam satuan waktu, sehingga dapat diketahui waktu mulai dan waktu kapan
proyek tersebut selesai. Misal proyek dilaksanakan mulai tanggal 19 Januari 2008 dan proyek
tersebut selesai pada 30
November 2009.
3. Dibatasi oleh biaya.
Nilai kontrak dimisalkan saja bernilai 5 milyar rupiah, sehingga Pelaksana proyek harus
mengelola uang tersebut bagaimanapun caranya agar proyek tersebut dapat selesai tepat pada
waktunya dengan nilai kontrak 5 milyar
rupiah tersebut.
4. Dibatasi oleh kualitas.
Dalam proyek konstruksi bangunan gedung misalnya, kolom-kolom bangunan tersebut harus
memiliki kuat tekan beton sebesar 25 MPa. Sehingga Pelaksana proyek harus membuat kolom
dengan mutu kuat tekan beton sebesar 25 MPa dan tidak boleh kurang dari nilai tersebut setelah
dilakukan uji tes kuat tekan beton di laboratorium.
5. Biasanya tidak berulang-ulang.
Suatu proyek misalnya membuat bangunan gedung untuk perumahan. Maka rumah yang
dibangun memiliki tipe yang berbeda-beda ada tipe 36 dan ada tipe 46. Kedua bangunan rumah
tersebut berfungsi sama yaitu perumahan tetapi memiliki spesifikasi, luas bangunan yang
berbeda
▪ Unsur – Unsur Yang Terkait Dalam Kegiatan Konstruksi :
1. Pemilik proyek
2. Kontraktor
3. Sub kontraktor
4. Pekerja proyek
5. Pekerja subkon
6. Pemasok
7. Instansi teknis
▪ Peraturan Perundang-Undangan K3 Bidang Konstruksi Bangunan :
a. UNDANG UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
b. PERMENAKERTRANS NO.PER. 01/MEN/1980 tentang K3 Pada Konstruksi
Bangunan
c. SKB MENAKER DAN MENTERI PU No. 174/MEN/1986 dan No. 104/KPTS/1986
tentang K3 Pada tempat kegiatan konstruksi beserta pedoman pelaksanaan k3 pada
tempat kegiatan konstruksi
Instalasi Listrik
▪ Dasar Hukum K3 Listrik :
- Undang Undang No. 1 Tahun 1970
- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 12 Tahun 2015
- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 33 Tahun 2015
- PUIL 2011
▪ Electrical Hazards terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Arus Kejut Listrik
2. Efek Termal (Suhu Berlebihan)
3. Efek Medan Listrik dan Medan Magnet
▪ Bahaya Kejut Listrik dapat disebabkan oleh :
1. Sentuhan Langsung
2. Sentuhan Tidak langsung
▪ Proteksi Bahaya Sentuhan Langsung Menggunakan Metode :
- Isolasi bagian aktif
- Penghalang atau selungkup
- Rintangan
- Jarak aman atau diluar jangkauan
- Isolasi lantai kerja
▪ Pengendalian Bahaya Sentuhan Tidak Langsung Menggunakan Metode :
- Grounding
- Menggunakan perlengkapan dengan isola ganda
- Menggunakan alat GFCI (Ground Fault Circuit Interrupter)
- Penggunaan alat pelindung diri
Petir
Sistem Proteksi Petir
▪ Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1989 Tentang instalasi penyalur petir Jo
Permenaker No.31 th 2015
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal / proteksi bahaya sambaran langsung.
▪ SNI 04- 0225 2000 (PUIL 2000)
Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal / proteksi bahaya sambaran tidak langsung
Penyalur petir konvensional
1. Penerima ( Air Terminal )
2. Hantaran penurunan ( Down Conductor )
3. Hantaran Pembumian ( Grounding ) Resisten pembumian maksimal 5 ohm

Konsep proteksi bahaya sambaran petir

1. Perlindungan sambaran langsung


Dengan memasang instalasi penyalur petir pada bangunan
Jenis instalasi :
▪ Sistem Franklin
▪ Sistem Sangkar Faraday
▪ Sistem elektro statis
2. Perlindungan sambaran tidak langsung
Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan pada jaringan instalasi listrik ( Arrester )
Syarat – syarat pemasangan penghantar penurunan
1. Dipasang sepanjang bubungan ke tanah.
2. Diperhitungkan pemuaian dan penyusutan.
3. Jarak antara alat pemegang penghantar maximal 1,5 meter.
4. Dilarang memasang penghantar penurunan dibawah atap dalam bangunan.
5. Jika ada, penurunan dipasang pada bagian yang terdekat pohon, menonjol.
6. Memudahkan pemeriksaan.
7. Jika digunakan pipa logam, pada kedua ujung harus disambung secara elektris.
8. Dipasang minimal 2 penurunan.
9. Jarak antar kaki penerima dan titik percabangan penghantar maximal 5 meter.

Syarat pembumian / tahanan pembumian

1. Dipasang sedemikian sehingga tahan pembumian terkecil.


2. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan
➢ Tulang baja dari lantai kamar, tiang pancang (direncanakan).
➢ Pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak.
➢ Pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara mendatar.
➢ Pelat logam yang ditanam.
➢ Bahan yang diperuntukkan dari pabrikan (spesifikasi sesuai standar)
3. Dipasang sampai mencapai permukaan air dalam bumi.
4. Masing-masing penghantar dari suatu instalasi yang mempunyai beberapa penghantar harus
disambungkan dengan elektroda kelompok.
5. Terdapat sambungan ukur.
6. Jika keadaan alam tidak memungkinkan,
➢ Masing-masing penghantar penurunan harus disambung dengan penghantar lingkar yang
ditanam dengan beberapa elektro tegak atau mendatar sehingga jumlah tahan pembumian
bersama memenuhi syarat.
➢ Membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang ditanam bersama dengan
elektroda sehingga tahan pembumian memenuhi syarat.
7. Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak boleh digunakan untuk
pembumian instalasi penyalur petir.
Bangunan yang mempunyai antena

1. Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir dengan penyalur tegangan lebih,
kecuali berada dalam daerah perlindungan.
2. Jika antena sudah dibumikan, tidak perlu dipasang penyalur tegangan lebih.
3. Jika antena dpasang pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi petir, antena harus
dihubungkan melalui penyalur tegangan lebih.
4. Pemasangan penghantar antara antena dan penyalur petir sedemikian menghindari percikan
bunga api.
5. Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut harus dihubungkan dengan instalasi
penyalur petir.
6. Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi, tiang besi ini harus dihubungkan
dengan bumi.

Pemeriksaan & Pengujian

1. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat, aman dan
memenuhi syarat.
2. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :
➢ Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.
➢ Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan atau instalasi)
➢ Secara berkala setiap dua tahun sekali.
➢ Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.
3. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3 Inspeksi.
4. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat).

Dalam setiap pemeriksaan & pengujian hal yang perlu diperhatikan :

1. Elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karat.
2. Kerusakan-kerusakan dan karat dari penerima, penghantar
3. Sambungan-sambungan
4. Tahanan pembumian dari masing-masing elektroda maupun elektroda kelompok.
5. Setiap hasil pemeriksaan dicatat dan diperbaiki.
6. Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm.
7. Dilakukan pengukuran elektroda pembumian.
Kebakaran
Api merupakan salah satu penyebab kebakaran. Penyebab adanya api dapat disebut sebagai Fire
Triangle & Tetrahedron dimana: Panas, Oksigen, Bahan Bakar, serta reaksi kimia.
▪ Unsur Terjadinya Api :
- Bahan bakar : Padat (kayu, kertas, kapas), Cair (minyak, bensin), Gas (gas alam, LPG)
- Oksigen minimal 12%
- Sumber Panas : api terbuka, gesekan, benturan Reaksi kimia
▪ Teknik Pemadaman Api Terdiri Dari :
1. Cooling (pendinginan)
2. Smothering (isolasi oksigen)
3. Starvation (stop suplai bahan bakar)
4. Breaking Chain Reaction (memecah reaksi kimia)

▪ Klasifikasi Kebakaran Ada 6, yaitu :


a. Kelas A => Kebakaran Bahan Padat (Kecuali Logam)
b. Kelas B => Kebakaran Bahan Cair Atau Gas Yang Mudah Terbakar
c. Kelas C => Kebakaran Instalasi Listrik Yang Bertegangan
d. Kelas D => Kebakaran Logam Padat
e. Kelas K => Kebakaran Konsentrasi Lemak Yang Tinggi
f. Kelas E => Kebakaran Arus Pendek Pada Peralatan Elektronik

▪ System Pengendalian Kebakaran :


Sumber => api => api tumbuh => kondisi api tumbuh dan membesar berbahaya Mencegah
pemadaman mencegah control evakuasi penyalaan tahap dini api tumbuh asap.
Eskalator & Elevator
Penerapan Syarat K3 Elevator & Eskalator meliputi :
➢ Perencanaan Elevator & Eskalator
➢ Pembuatan Elevator & Eskalator
➢ Pemasangan Elevator & Eskalator
➢ Perakitan Elevator & Eskalator
➢ Pemakaian Elevator & Eskalator
➢ Perawatan Elevator & Eskalator
➢ Pemeliharaan Elevator & Eskalator
➢ Perbaikan Elevator & Eskalator
➢ Pemeriksaan dan Elevator & Eskalator
➢ Pengujian Elevator & Eskalator (Pasal 4)
Syarat K3 Elevator berlaku untuk elevator jenis :
➢ Elevator Penumpang
➢ Elevator Panorama
➢ Elevator Rumah Tinggal
➢ Elevator Pelayanan
➢ Elevator Pasien
➢ Elevator Penanggulangan Kebakaran
➢ Elevator Disabilitas
➢ Elevator Barang
➢ Elevator Miring
➢ Dan semua Elevator sesuai dengan definisinya (Pasal 5)

Syarat K3 Eskalator berlaku untuk eskalator jenis ;

A. Eskalator yang memiliki sudut kemiringan 27,50 (dua puluh tujuh koma lima derajat) sampai
dengan 350 (tiga puluh lima derajat) dan memiliki anak tangga.
B. Eskalator yang memiliki sudut 00 (0 derajat) sampai paling tinggi 120 (dua belas derajat) dan
memiliki palet (Travelator).

Syarat K3 Perencanaan dan Pembuatan Elevator & Eskalator meliputi:

A. Pembuatan gambar rencana konstruksi dan instalasi listrik;


B. Persyaratan dan spesifikasi teknis bagian dan perlengkapan elevator;
C. Perhitungan teknis;
D. Pembuatan diagram panel pengendali;
E. Pemilihan dan penentuan bahan pada bagian utama elevator harus memiliki tanda hasil
pengujian dan/atau sertifikat bahan yang diterbitkan oleh badan yang berwenang. Pasal 6 (1)

Syarat K3 pemasangan, perakitan, perbaikan dan perawatan Elevator meliputi:

A. Pembuatan gambar rencana yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan K3;


B. Pembuatan dokumen gambar terpasang (as built drawing)
C. Pembuatan rencana ruang luncur atau lintasan luncur dan kamar mesin
D. Pemasangan bagian dan perlengkapan yang harus sesuai dengan perencanaan dan memiliki
sertifikat dan/atau dinyatakan memenuhi persyaratan K3 dari lembaga berwenang
E. Wajib menggunakan bagian atau perlengkapan elevator yang mempunyai spesifikasi yang sama
atau setara dengan spesifikasi yang terpasang apabila perbaikan atau perawatan memerlukan
penggantian bagian atau perlengkapan elevator dan
F. Wajib membuat dan melaksanakan prosedur kerja aman Pasal 6 (2)

Syarat K3 Pemakaian Elevator meliputi;

1. Tersedia prosedur pemakaian yang aman;


2. Pemakaian yang sesuai dengan jenis dan kapasitas dan
3. Pemeliharaan untuk memastikan bagian dan perlengkapan elevator tetap berfungsi dengan aman
Pasal 6 (3)

Anda mungkin juga menyukai