Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Pengertian Undang-Undang Dasar dan Konstitusi


1. Undang-Undang Dasar
Undang-Undang merupakan terjemahan dari bahasa belanda Grondwet dan
bahasa Jerman Grundgesetz. Undang-Undang hanya merupakan sebagian dari
pengertian konstitusi, yakni konstitusi yang ditulis. ECS Wade dalam Consitutional
Law, menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar adalah naskah yang memaparkan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan
cara kerja badan-badan tersebut. Undang-Undang dasar merupakan hukum dasar
yang tertulis dimana setiap produk hukum seperti Undang-Undang (UU), peraturan
pemerintah (PP), peraturan presiden (Perpres), dan kebijakan pemerintah lainnya
harus berlandaskan serta bersumber pada UUD NRI 1945 sehingga dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan UUD NRI 1945 dan pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara.
2. Konstitusi
Ferdinand Laselle dalam bukunya “Uber Verfassengswesen” membagi
konstitusi dalam 2 pengertian yaitu:
a. Pengertian Sosiologis/Politis
Konstitusi adalah sinthese faktor-faktor kekuatan yang nyata dalam
masyarakat dan menggambarkan hubungan antara kekuasaan-kekuasaan yang
nyata dalam suatu negara seperti raja, parlemen, kabinet, pressure groups,
parpol dan sebagainya.
b. Pengertian Yuridis
Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara
dan sendi-sendi pemerintahan.
Dari pengertian sosiologis atau politis di atas ternyata bahwa konstitusi
mengandung pengertian yang lebih luas dari Undang-Undang dasar. Konstitusi
dalam arti sempit dimaksudkan untuk memberi nama kepada suatu dokumen pokok
yang berisi aturan-aturan mengenai susunan organisasi negara beserta cara kerja
organisasi tersebut. Konstitusi dalam arti luas mencakup segala ketentuan yang
berhubungan dengan keorganisasian negara baik terdapat dalam Undang-Undang
dasar, Undang-Undang organik dan peraturan perundang lainnya, maupun
kebiasaan atau Konvensi (Ranuwijaya, 1960 : 184)

2.2 Fungsi Undang-Undang Dasar Bagi Negara


Fungsi Undang-Undang dasar terutama ditujukan untuk menjamin perlindungan
hukum atas hak-hak para warga negaranya. Dari segi pemerintahan, maka Undang-
Undang dasar berfungsi sebagai landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan
menurut suatu sistem ketatanegaraan yang pasti dan tertentu. Secara umum fungsi
Undang-Undang dasar adalah :
1. Sebagai simbol kemerdekaan dan keinginan rakyat untuk menyusun hak-haknya
jika terancam dan untuk membatasi tindakan tindakan penguasa

1
2. Sebagai lambang kesetiaan kepada NKRI dan lambang persatuan kesatuan bangsa
yang berkeinginan untuk menentukan suatu sistem ketatanegaraan tertentu dan
untuk menghindari tindakan sewenang-wenang dari penguasa di kemudian hari
3. Sebagai kontrol pemerintahan yang berlangsung dari keinginan para pembentuk
negara untuk menjamin adanya cara penyelenggaraan negara yang pasti dan dapat
mensejahterakan rakyatnya.

2.3 Undang-Undang Dasar yang Pernah Berlaku di Indonesia


Berikut merupakan Undang-Undang dalam 8 periode Tata perUndang-Undangan
di Indonesia :
1. Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sebagai alat pengontrol
lembaga pemerintahan karena situasi politik di Indonesia disibukkan dengan
proses Perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
2. Konstitusi RIS (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
Atas pengaruh PBB yang mendukung pengakuan kedaulatan RI dan
menyepakati hasil KMB di Den Haag maka naskah Konstitusi UUD NRI 1945
digantikan dengan naskah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS). Konstitusi
RIS merubah bentuk pemerintahan menjadi negara federasi yang memiliki
kedaulatan sendiri-sendiri sehingga negara Indonesia terpecah dalam dua visi
kenegaraan yaitu RI dan ris dengan sistem pemerintahan parlementer
3. UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)
Bentuk negara federal tidak berhasil membawa kesatuan bangsa Indonesia
sehingga lahirlah kesepakatan mendirikan NKRI dalam satu naskah persetujuan
bersama tanggal 19 Mei 1950 dan menetapkan UU Nomor 7 Tahun 1950 sebagai
UUD sementara. UUDS 1950 berisi 2 pasal yaitu :
a. ketentuan perubahan konstitusi RIS menjadi UUD 1950
b. ketentuan berlakunya UUD 1950 mulai tanggal 17 Agustus 1950
Pada masa ini pemerintahan berhasil melaksanakan Pemilu 1955 untuk
mewujudkan terbentuknya lembaga lembaga negara seperti MPR, DPR, DPD, dan
UUD baru yang gagal dihasilkan oleh Dewan Konstituante.
4. UUD NRI 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999)
Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 penyelenggaraan pemerintahan negara
dibagi menjadi 2 masa yaitu masa orde lama (1959-1966) dan masa orde baru
(1966-1999) memberlakukan kembali UUD NRI 1945 sebagai hukum dasar
pemerintahan. Periode UUD NRI 1945 masa orde baru pada tanggal 11 Maret
1966 sampai 21 Mei 1998 mampu menjalankan UUD NRI 1945 dan pancasila
secara sinergis murni dan konsekuen. Namun terdapat juga penyelewengan UUD
NRI 1945 yang mengakibatkan terlalu besarnya kekuasaan pada presiden
5. UUD NRI 1945 Amandemen Ke-1 (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000)
Perubahan Amandemen UUD NRI 1945 dimaksudkan untuk menambah atau
merubah sebagian redaksional isi dari UUD NRI 1945 yang tidak sesuai lagi
dengan tuntutan zaman perubahan ini untuk merinci dan menyusun ketentuan-
ketentuan dasar penyelenggaraan kehidupan ketatanegaraan Indonesia menjadi

2
lebih baik, jelas, tegas, dan sistematis. Hasil amandemen ke-1 tanggal 19 Oktober
1999 meliputi 9 pasal dan 16 ayat dalam batang tubuh UUD NRI 1945 untuk
membatasi kekuasaan presiden dan MPR pasal pasal UUD NRI 1945 yang
diamandemen adalah pasal 5 ayat (1), pasal 7, pasal 9, pasal 13 ayat (2), pasal 14,
pasal 15, pasal 17 ayat (2) dan 3, pasal 20, serta pasal 21.
6. UUD NRI 1945 Amandemen Ke-2 (18 Agustus 2000-9 November 2001)
Sidang tahunan MPR RI tahun 2000 menetapkan perubahan kembali pada
beberapa pasal dalam batang tubuh UUD NRI 1945. Ada 27 pasal dalam 7 bab
yang diubah untuk menata sistem lembaga negara dan identitas nasional bangsa
Indonesia Adapun bab yang diubah adalah bab VI (pemerintahan daerah), bab VII
(DPR), bab IXA (wilayah negara), bab X (WN dan penduduk), bab XA (HAM),
bab XII (hankam), dan bab XV (bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu
kebangsaan). Adapun pasal-pasal yang diamandemen antara lain pasal 18, pasal
18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20 ayat (5), pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, bab
IXA, pasal 25E, bab X, pasal 26 ayat (2) dan (3), pasal 27 ayat (3), bab XA, pasal
28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal 28G pasal 28H,
pasal 28I, pasal 28J, bab XII, pasal 30, bab XV, pasal 36A, pasal 36B, serta pasal
36C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
7. UUD NRI 1945 Amandemen Ke-3 (9 November 2001-10 Agustus 2002)
Amandemen ketiga disahkan MPR RI tanggal 10 November 2001 terdiri dari
3 bab dan 22 pasal yaitu Bab I (bentuk dan kedaulatan), bab II (MPR), kekuasaan
pemerintahan negara, kementerian negara, DPR, pemilu, BPK, dan MA. Adapun
pasal-pasal yang diamandemen antara lain pasal 1 ayat (2) dan (3), pasal 3 ayat
(1), (3), dan (4), pasal 6 ayat (1) dan (2), pasal 6A ayat (1), (2), (3), dan (5), pasal
7A, pasal 7B ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7), pasal 7C, pasal 8 ayat (1) dan
(2), pasal 11 ayat (2) dan (3), pasal 17 ayat (4) bab VIIA, pasal 22C ayat (1), (2),
(3), (4), (5), dan (6), pasal 23 ayat (1), (2), dan (3), pasal 23A, pasal 23C, bab
VIIIA pasal 23E ayat (1), (2), dan 3, pasal 23F ayat (1) dan (2), pasal 23G ayat
(1) dan (2), pasal 24 ayat (1) dan (2), pasal 24 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5), pasal
24B ayat (1), (2), (3), dan (4), pasal 24C ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
8. UUD NRI 1945 Amandemen Ke-4 (10 Agustus 2002-Sekarang)
Perubahan yang terjadi pada amandemen keempat terdiri dari 2 bab dan 13
pasal meliputi pasal 2, 6, 11, 16, 23-24, 31-34, 37, perubahan bab XII dan bab
XIV, dengan demikian secara keseluruhan naskah perubahan keempat dari UUD
NRI 1945 mencakup 19 pasal. Secara rinci dalam amandemen ini terjadi
penghapusan judul bab IV tentang Dewan Pertimbangan Agung, dan pengubahan
substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam bab III tentang kekuasaan
pemerintahan negara, pengubahan dan atau penambahan pasal 2 ayat (1), pasal 6A
ayat (5), pasal 8 ayat (3), pasal 11 ayat (1), pasal 16, pasal 23B, pasal 23D, pasal
24 ayat (3), bab XIII, pasal 31 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5), pasal 32 ayat (1) dan
ayat (2), bab XV, pasal 33 ayat (4) dan (5), Pasal 34 ayat (1), (2), (3), dan (4),
pasal 37 ayat (1), (2), (3), (4), dan ayat (5), aturan peralihan pasal I, II dan III,
serta aturan tambahan pasal I dan II Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945
2.4 Sistem Ketatanegaraan Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD NRI 1945

3
1. Dasar Pemikiran Amandemen Undang-Undang Dasar 1945
Gerakan reformasi tanggal 21 Mei 1998 mengagendakan adanya amandemen
terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Pemikiran pentingnya Undang-Undang
Dasar diamandemen adalah:
a. kelompok yang memandang Undang-Undang Dasar 1945 sebagai warisan
monumental dari founding father yang sudah baik dan tidak perlu diubah-ubah
lagi
b. kelompok yang memandang Undang-Undang Dasar 1945 itu warisan
monumental yang harus dipertahankan namun perlu diadakan perubahan
perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman
c. kelompok yang memandang Undang-Undang dasar 1945 itu sudah usang tidak
bisa dipakai lagi dan oleh karena itu perlu dibuat Undang-Undang dasar baru
Sementara itu, dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan
UUD NRI tahun 1945 antara lain :
a. UUD NRI tahun 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu
pada kekuasaan tertinggi ditangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan
kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada terjadinya saling mengawasi dan
saling mengimbangi pada institusi-institusi ketatanegaraan
b. UUD NRI 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar pada pemegang
kekuasaan eksekutif atau presiden
c. UUD NRI 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luas sehingga dapat
menimbulkan multitafsir
d. UUD NRI tahun 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kepada
kekuasaan presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang
e. Rumusan UUD NRI tahun 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara
belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar
tentang kehidupan yang demokratis supremasi hukum pemberdayaan rakyat
penghormatan hak asasi manusia HAM dan otonomi daerah
Tujuan Amandemen UUD NRI 1945 antara lain:
a. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai
tujuan nasional yang tertuang dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945 dan
memperkokoh negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila
b. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan
kedaulatan negara serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan
perkembangan paham demokrasi
c. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak
asasi manusia agar sesuai dengan perkembangan paham. Hak asasi manusia
dan peradaban umat manusia yang Sekaligus merupakan syarat bagi suatu
negara dan hukum yang dicita-citakan oleh UUD NRI 1945
d. Menyempurnakan aturan dasar mengenai penyelenggaraan negara secara
demokratis dan modern serta antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi yang lebih
ketat dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru

4
untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan
zaman
e. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan
kewajiban negara mewujudkan Kesejahteraan Sosial mencerdaskan
kehidupan bangsa menegakkan etika moral dan solidaritas dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara sejahtera
f. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan
negara bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan
demokrasi
g. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan
berbangsa sesuai dengan perkembangan aspirasi kebutuhan serta
kepentingan bangsa dan negara Indonesia dewasa ini sekaligus
mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang
Sebelum amandemen UUD NRI 1945, tepatnya dalam sidang umum MPR-RI
tahun 1999 terlebih dahulu diadakan kesepakatan dasar sebagai rambu-rambu
dalam melakukan perubahan, yaitu:
a. Tidak akan mengubah Pembukaan UUD NRI 1945
b. Tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan Republik Indonesia
c. Tetap mempertahankan sistem pemerintahan presidensial
d. Penjelasan UUD NRI 1945 yang memuat hal-hal normatif dimasukkan
kedalam pasal-pasal atau batang tubuh UUD
e. Perubahan dilakukan dengan cara adendum yaitu undang-undang Dasar
1945 yang asli dimuat secara penuh sedang perubahan-perubahan yang
diadakan di tempatkan atau ditambahkan di belakangnya

2. Sistematika UUD NRI 1945


Berikut adalah sistematika UUD NRI tahun 1945 sebelum dan sesudah
amandemen:
Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
Bagian pembukaan UUD 1945 terdiri Bagian pembukaan UUD 1945 tetap
dari dari 4 alinea terdiri dari dari 4 alinea
Batang UUD 1945: Batang UUD 1945:
- 16 bab - 21 bab
- 37 pasal - 73 pasal
- 49 ayat - 170 ayat
- 4 pasal aturan peralihan - 3 pasal aturan peralihan
- 2 ayat aturan tambahan - 2 ayat aturan tambahan

3. Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD NRI 1945


Sistem pemerintahan negara Indonesia dibagi menjadi 7 yang disebut sebagai
“Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara”. Berikut adalah sistem
pemerintahan negara menurut undang-undang NRI 1945 setelah amandemen:
a. Indonesia Adalah Negara yang Berdasarkan Atas Hukum

5
Artinya bahwa negara termasuk di dalamnya pemerintahan dan
lembaga-lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan tindakan
apapun harus dilandasi oleh peraturan hukum atau harus dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Prinsip dari sistem ini sejalan dan
merupakan pelaksanaan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUD NRI 1945 yang diwujudkan oleh cita-cita hukum yang
menjiwai UUD NRI 1945.
b. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi
(hukum dasar) tidak bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem
ini memberi penegasan bahwa cara pengendalian pemerintah dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan konstitusi dan hukum lain seperti produk
konstitusional, ketetapan MPR, undang-undang, dan sebagainya.
c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat
Menurut UUD NRI 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). Dengan
amandemen UUD ini telah terjadi reformasi kekuasaan yang tertinggi dan
juga reformasi kelembagaan negara. MPR menurut UUD 1945 hasil
amandemen tahun 2002 hanya memiliki kekuasaan melakukan perubahan
UUD, melantik Presiden dan Wakil Presiden, serta memberhentikan
Presiden/Wakil Presiden sesuai masa jabatannya atau jikalau melanggar
konstitusi. Oleh karena itu sekarang Presiden bersifat “neben” bukan
“Untergeordnet” karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
d. Presiden Ialah Penyelenggara Pemerintahan yang Tertinggi di Samping
MPR dan DPR
Berdasarkan UUD NRI 1945 hasil amandemen 2002 presiden
merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi di samping MPR dan
DPR, karena presiden dipilih langsung oleh rakyat UUD 1945 pasal 64 ayat
1, jadi presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR melainkan dipilih
langsung oleh rakyat. Presiden harus bekerja sama dengan dewan akan
tetapi presiden tidak bertanggung jawab kepada dewan artinya kedudukan
presiden tidak tergantung pada dewan.
e. Menteri Negara Ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara Tidak
Bertanggung Jawab Kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Sistem ini dijelaskan dalam UUD NRI 1945 hasil amandemen 2002
bahwa presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh
menteri-menteri negara (pasal 17 ayat 1 UUD 1945 hasil amandemen),
presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara (pasal 17
ayat 2 UUD NRI 1945 hasil amandemen 2002), menteri-menteri negara itu
tidak bertanggung jawab kepada dewan perwakilan rakyat kedudukannya
tidak bergantung kepada DPR.
f. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak-Terbatas
Dalam undang-undang Dasar NRI 1945 dijelaskan bahwa kekuasaan
kelembagaan negara presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR, hanya
jikalau presiden melanggar undang-undang maupun undang-undang dasar
maka MPR dapat melakukan impeachment.

6
g. Lembaga-Lembaga Dalam Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD NRI
Tahun 1945 Sebelum dan Sesudah Diamandemen
Berikut struktur ketatanegaraan RI sebelum amandemen UUD 1945:

MPR RI sebagai lembaga tertinggi negara menjadi pemegang dan


pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat DPR yang anggotanya dipilih oleh
rakyat melalui pemilu tidak dapat dibubarkan oleh Presiden karena DPR
memiliki kekuasaan legislatif, kedudukan presiden dan DPR yang sejajar
sehingga APBN harus mendapat persetujuan dari DPR sehingga presiden
tidak bertanggung jawab kepada dewan kekuasaan eksekutif presiden
dibantu oleh kabinet menterinya menteri diangkat dan diberhentikan oleh
presiden karena Presiden memiliki kekuasaan kepala negara yang tak
terbatas presiden hanya bertanggung jawab kepada MPR dan
memperhatikan arahan dari DPR sebagai pengawas kekuasaan eksekutif
presiden dalam menjalankan pemerintahan.
Berikut struktur ketatanegaraan RI sebelum amandemen UUD 1945:

7
UUD NRI 1945 hasil amandemen terakhir membawa perubahan besar
dalam ketatanegaraan Indonesia dengan pokok-pokok kunci pemerintahan
yaitu:
 Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas sehingga
wilayah Indonesia terdapat dalam bentuk provinsi
 Bentuk pemerintahan bersifat republik dengan sistem pemerintahan
presidensial
 Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
 Kabinet atau menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden
 Parlemen bersifat bikameral dua kamar yaitu DPR dan DPD
 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh ma dan badan peradilan
dibawahnya

8
DAFTAR PUSTAKA

Warsono, et al. 2019. Pendidikan Pancasila. Surabaya: Unesa University Press.


Kansil, CST. 1986. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Bina Aksra.
Asshidiqie, Jimly. 2006. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Konstitusi
Press.

Anda mungkin juga menyukai