Revisi Bab 1-3 Vina Ahyaning A-Dikonversi
Revisi Bab 1-3 Vina Ahyaning A-Dikonversi
PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah
sebagai garis besar Tugas Akhir ini. Bab ini terdiri dari lima sub bab yaitu latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan
masalah.
Penyakit rabies adalah salah satu penyakit endemik tertua di dunia. Data WHO
tahun 2013 menyatakan bahwa sebanyak 59.000 orang meninggal karena rabies
setiap tahunnya dalam selang waktu 10 menit. Penyakit ini termasuk dalam kategori
ensefalitis virus akut, progresif, dan hampir selalu berakibat fatal begitu gejala klinis
muncul. Agen penyebabnya adalah virus RNA neutropik dalam famili
Rhabdoviridae, genus Lyssavirus yang menyerang sistem saraf pusat (Made Sriasih,
2020). Penularan virus rabies biasanya menyebar melalui air liur ketika hewan yang
terinfeksi rabies menggigit hewan lain. Selain itu, adanya kontak dengan air liur atau
jaringan saraf melalui selaput lendir maupun luka di kulit juga menjadi salah satu cara
penularan virus rabies. Penyakit rabies menurut kementerian kesehatan, 98%
ditularkan oleh gigitan anjing dan 2% disebabkan oleh gigitan kucing dan monyet.
Secara global, anjing domestik adalah spesies yang signifikan atau host
reservoir utama penularan virus dan bertanggungjawab atas jutaan orang yang
dicurigai terpapar serta puluhan ribu kematian. Di Indonesia, dari 34 provinsi hanya 8
provinsi yang dinyatakan bebas rabies sementara 26 provinsi lainnya masih endemis
atau tertular virus rabies, provinsi Sulawesi Barat termasuk dalam kategorinya.
Berdasarkan data kemenkes 2020, dilaporkan kasus gigitan hewan penular rabies
berjumlah 404.306 kasus dengan 544 kematian pada tahun 2015-2019 yang saat itu
ada 5 provinsi dengan jumlah kematian tertinggi antara lain Sulawesi Utara,
Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
1
2
Pada penelitian ini, penyakit rabies dari anjing akan dianalisis secara dinamik
dengan menggunakan model matematika epidemiologi yang dipengaruhi vaksinasi
sehingga menimbulkan kekebalan sementara pada individu. Penelitian ini
menambahkan subpopulasi baru yakni variabel E (Eksposed) dimana anjing yang
telah terpapar akan mengalami masa inkubasi dan lama masa inkubasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Misalnya usia, jumlah strain virus atau varian virus yang
ditransmisikan, tempat inokulasi, kekebalan inang dan sifat luka. Model matematika
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model matematika tipe SVEI
(Susceptible, Vaccinated, Eksposed, Infected).
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas mengenai pemodelan matematika, persamaan dan
sistem persamaan diferensial, analisis kestabilan titik kesetimbangan, nilai eigen
dan vektor eigen, matriks Jacobian, kriteria Routh-Hurwitz, bilangan reproduksi
dasar, serta penyakit rabies dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Model merupakan representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam
bentuk yang disederhanakan dari suatu fenomena nyata. Model berisi informasi-
informasi terkait dengan fenomena-fenomena alam. Representasi matematika
yang dihasilkan dari pemodelan matematika disebut model matematika. Adapun
proses merepresentasikan dan menjelaskan permasalahan dunia nyata dalam
pernyataan matematis ialah alur dalam membuat suatu pemodelan matematika
(Widowati,2007).
4
5
Memformulasikan
Persamaan/Pertidaksamaan
3. Membuat asumsi.
Setelah menentukan masalah dunia nyata dan memformulasikan dalam bentuk
matematis maka membuat asumsi perlu dilakukan sebagai penggambaran dan
arahan dalam proses membangun model matematika.
4. Memformulasikan persamaan/pertidaksamaan.
Berdasarkan variabel dan asumsi yang telah ditentukan di tahap sebelumnya maka
terbentuklah persamaan dan apabila pada proses pengujian kembali pada model
ditemukan ketidaksesuaian maka asumsi sebelumnya perlu dicek kembali
kemudian membentuk asumsi yang baru agar persamaan dapat diselesaikan.
5. Menyelesaikan persamaan/pertidaksamaan.
Setelah model terbentuk dari formulasi asumsi ke persamaan selanjutnya adalah
menyelesaikan persamaan secara matematis untuk menentukan solusi.
6. Interpretasi hasil.
Setelah diperoleh model dan solusi kemudian dihubungkan kembali dengan
permasalahan dunia nyata, adapun penyajian interpretasi ini dilakukan dengan
bermacam cara seperti grafik yang digambarkan berdasarkan penyelesaian yang
diperoleh.
Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan dari satu atau lebih
variabel tak bebas tehadap satu atau lebih variabel bebas.
Suatu persamaan diferensial yang melibatkan turunan dari satu atau lebih variabel
tak bebas terhadap satu variabel bebas disebut sebagai persamaan diferensial
biasa.
dnx dnx dy
an (t ) n
+ an −1 (t ) n −1
+ an (t ) + an (t ) x = f (t ) (2.1)
dt dt dt
Suatu persamaan yang melibatkan turunan dari satu atau lebih variabel
terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas disebut persamaan diferensial
diferensial.
dx2
= f 2 ( x1 , x2 ,..., xn )
dt
⋮ (2.2)
dxn
= f1 ( x1 , x2 ,...., xn )
dt
dari n buah persamaan diferensial linear dengan n buah fungsi tak diketahui
berbentuk:
9
⋮ (2.2)
Sistem persamaan diferensial linear dengan dua fungsi yang tak diketahui
berbentuk:
dimana fungsi f1 dan f 2 merupakan fungsi t yang kontinu pada suatu selang I,
Persamaan yang terdiri atas lebih dari satu persamaan yang saling terkait
merupakan sistem persamaan diferensial non linear dimana dua sistem dari
persamaan diferensial tak linear dengan dua fungsi yang tidak diketahui
berbentuk:
dx
= F ( x, y , t )
dt
dy
= G ( x, y , t )
dt
Contoh 2.3.2
dy
a. 4 y + 8 xy = 0 merupakan persamaan diferensial nonlinear karena
dx
dy
terdapat perkalian variabel tak bebas dan turunannya (y ).
dx
dx1
= x1 x2 + x1
dt
b.
dx 2
= x12 − x2
dt
Suatu titik dimana sistem tidak akan berubah terhadap perubahan waktu
merupakan titik kesetimbangan dimana titik kesetimbangan ini dapat diperoleh
dengan mengambil turunan pertama yang sama dengan nol.
Contoh 2.4.1
dS
= −rSI
dt
dI
= rSI − aI
dt
dR
= aI
dt
dengan
N =S+I +R
Penyelesaian:
dS dI dR
Diperoleh dari = = =0
dt dt dt
− rSI = 0..........(1)
rSI − aI = 0.....(2)
aI = 0..............(3)
SI = 0
S = 0 atau I = 0
I (rS − a) = 0
a
I = 0 atau rS − a = 0 dimana S =
r
12
aI = 0
I =0
a
E1 = (0, 0) & E 2 = ( , 0)
r
dx
Misalkan x(t ) adalah solusi dari sistem = x = f ( x), x R n dengan
dt
x = ( x1 , x2 ,...xn ) dan x(t ) adalah solusinya serta x Rn adalah titik
ekuilibriumnya.
dx
2. x dikatakan tidak stabil jika memenuhi persamaan = x = f ( x), x R n
dt
dengan x = ( x1 , x2 ,...xn ) .
Ax = x (2.4)
untuk suatu skalar dimana skalar disebut nilai eigen dari A (atau dari TA ),
Adapun untuk memperoleh nilai eigen dari sebuah matriks Ann , maka persamaan
Ax = x
Ax = x (2.5)
( A − I )x = 0
dx
Diberikan = x = f ( x), x R n dengan f = ( f1 , f 2 ,..., fn) dengan fi C ( E ) ,
dt
i = 1, 2,..., n, E R n dan x merupakan titik ekuilibrium dari fungsi
f = ( f1 , f 2 ,..., fn)
f1 ( x ) f1 ( x ) f1 ( x )
x1 x2 xn
J ( f ( x ) = f2 ( x ) f2 ( x ) f2 ( x )
x1 x2 xn
fn ( x ) fn ( x ) fn ( x )
x1 x2 xn
Matriks tersebut adalah matriks Jacobian dari fungsi f = ( f1 , f 2 ,..., fn) di titik x .
Adapun nilai eigen dari matriks Jacobian adalah akar-akar yang diperoleh dari
persamaan
| J − I |= 0
dengan J adalah matriks Jacobian, I adalah matriks identitas, dan adalah akar
persamaan | J − I |= 0 yang selanjutnya disebut sebagai nilai eigen.
Teorema 2.6.1
dx
Misalkan x adalah ttik kesetimbangan = x = f ( x), x R n ,
dt
1. Jika bagian real semua nilai eigen Jf ( x ) negatif, maka x stabil asimtotik.
15
2. Jika terdapat nilai eigen dari Jf ( x ) dengan bagian real positif, maka x tidak
stabil.
dihilangkan).
2. Apabila terdapat koefisien yang bernilai nol atau negatif disamping adanya
koefisien positif, maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat satu akar atau
akar-akar imajiner yang memiliki bagian real positif (sistem tidak stabil).
Kondisi perlu tetapi belum cukup untuk stabil adalah semua koefisien
persamaan polinom positif dan lengkap.
3. Membuat tabel Routh seperti dibawah ini jika semua koefisien positif.
S n −1 a1 a3 a5 a7 an
S n−2 b1 b2 b3 b4 bn
S n −3 c1 c2 c3 c4 cn
S n−4 d1 d2 d3 d4 dn
S2 e1 e2
S1 f1
S0 g1
16
dengan koefisien-koefisien:
a1a2 − a0 a3
b1 = b1a3 − a1b2
a1 c1 =
a1
a1a4 − a0 a5 b1a5 − a1b3
b2 = c2 =
a1 a1
a1a6 − a0 a7 b1a7 − a1b4
b3 = c3 =
a1 a1
c1b2 − b1c2
d1 =
c1
c1b3 − b1c3
d2 =
c1
4. Kriteria kestabilan Routh yaitu banyaknya akar tak stabil sama dengan
banyaknya perubahan tanda pada kolom pertama tabel Routh Hurwitz.
(ii) semua suku pada kolom pertama tabel Routh bertanda positif.
Contoh 2.7
Penyelesaian:
s3 a0 a2
s2 a1 a3
s1 a1a2 − a0 a3
a1
s0 a3
a1a2 − a0 a3
0
a1
a1a2 − a0 a3 0
a1a2 a0 a3
Side,S.,dkk.,2016 yaitu:
populasi.
wabah.
18
R0 = (k ) = ( fv −1 ) (2.6)
dengan
fi v
f =[ ( x0 )]; v = [ i ( x0 )]
x j x j
dimana
Jenis penyakit rabies pada hewan dibedakan menjadi dua jenis yaitu rabies
ensefalitis (ganas) dan rabies paralitik. Bentuk rabies ensefalitis sering
menyerang, mengalami hiperaktif dan hidrofobia. Adapun bentuk rabies paralitik
menyebabkan kelumpuhan. Jenis rabies ganas lebih berkompetensi dalam
19
menyebarkan virus rabies daripada hewan dengan bentuk lumpuh. Bentuk rabies
lumpuh ditandai dengan adanya kelumpuhan progresif seperti kelumpuhan pada
wajah dan turunnya rahang bawah. Sedangkan bentuk rabies paralitik dikaitkan
dengan infeksi sistem limbik ditandai dengan adanya bentuk kemarahan.
Fase ini tidak merangsang respon imun tetapi rentan terhadap netralisasi jika
antibodi hadir sehingga fase ini adalah fase yang baik untuk menginaktivasi virus
rabies dengan pelarut lipid (larutan sabun, eter, kloroform) atau dinonaktifkan di
bawah sinar matahari. Dengan memberikan perlakuan inaktivasi berikut antibodi
cepat merespon, maka penyebaran virus dapat dicegah dengan cepat, apabila
antibodi lambat merespon namun tetap diberikan perlakuan inaktivasi maka
setidaknya dapat menghambat penyebaran virus dalam tubuh inang. Akan
berakibat fatal jika antibodi lambat merespon dan tidak diberikan perlakuan
inaktivasi, maka virus rabies mudah menyebar pada inang dan terjadi infeksi.
sehingga dapat dikatakan bahwa penyakit rabies merupakan penyakit yang tidak
dapat diobati begitu gejala klinis muncul namun 100% dapat dicegah.
Hewan yang terpapar virus dan tidak divaksinasi akan mengalami masa
inkubasi dengan lama masa inkubasi bervariasi berdasarkan pada faktor-faktor
tertentu. Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pajanan meliputi varian virus,
dosis virus, rute dan lokasi pajanan juga faktor pejamu seperti usia dan status
kekebalan. Lokasi gigitan yang lebih dekat dengan kepala memiliki masa inkubasi
yang lebih pendek. Pada anjing, masa inkubasi adalah 10 hari-6 bulan (CFSPH,
2009).
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, objek kajian, tempat
dan waktu penelitian, definisi operasional variabel, dan prosedur penelitian dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu studi literatur atau kepustakaan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi dengan berbagai materi yang berkenaan
dengan pemodelan matematika SVEI pada penyebaran penyakit rabies.
endemik.
5. Menganalisis kestabilan titik kesetimbangan model matematika SVEI
berdasarkan nilai eigen.
6. Melakukan simulasi numerik dengan menggunakan software Maple.
7. Menarik kesimpulan dan menginterpretasikan solusi matematis menjadi
solusi dunia nyata.
Alur penelitian dalam penyelesaian Tugas Akhir dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Menyelesaikan
model yang telah Interpretasi
dibuat
2. Membuat asumsi
Membuat asumsi diperlukan sebagai dasar dalam mengarahkan model
yang akan dibuat.
3. Membuat diagram pemodelan
Setelah membuat asumsi, maka diagram model matematika dapat
dibangun. Adapun diagram pemodelan tetap berdasar kepada asumsi yang
telah dibuat sebelumnya.
4. Menyelesaikan model matematika
Diagram pemodelan akan menghasilkan parameter-parameter yang akan
diselesaikan dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah matematika.
5. Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap akhir dalam penyelesaian Tugas Akhir ini,
dimana pada tahap ini akan dipaparkan mengenai hasil dari penelitian.
24
DAFTAR PUSTAKA
Side, S.,dkk,2016, Analisis dan Simulasi Model SITR pada Penyebaran Penyakit
Tuberkulosis di Kota Makassar, Journal Sainsmat, No.2, Vol.11,230-239.
Indrayani, S.W.,2017, Analisis Kestabilan Model SEIR dengan Vaksinasi pada
Penyebaran Penyakit Campak di Kabupaten Sleman Provinsi DIY, Skripsi,
univ. Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.