Anda di halaman 1dari 23

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP),

PENGELOLAAN BENDA ASING & HECTING


Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana

Disusun Oleh :
Nama : Dina Safitri
NIM : P1337420419106
Kelas : 3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat,
karunia serta hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Resusitasi
Jantung Paru (RJP), Pengelolaan Benda Asing & Hecting”. Terima kasih penulis ucapkan
kepada dosen Tim Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana yang telah
memberikan tugas kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Makalah ini dapat berguna bagi banyak orang, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi keilmuanya.
Aamiin.

Blora, 8 Februari 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang
tidak diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan
dan bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain
sementara jantung dan paru tidak berfungsi.
Benda asing adalah benda yang berasal dari dalam atau luar tubuh yang normalnya
tidak ada pada tubuh. Benda asing dalam suatu organ ini dibagi menjadi benda asing
eksogen yakni yang berasal dari luar tubuh dan endogen yang berasal dari dalam tubuh.
Benda asing eksogen dibagi menjadi zat organik seperti biji-bijian (dari tumbuhan) dan
tulang atau duri (dari hewan) dan zat anorganik seperti kapas,kertas,dan lain-lain. Benda
asing dapat ditemukan pada berbagai organ tubuh seperti telinga,hidung,faring,dan lain-
lain. Jenis benda asing yang banyak dijumpai pada berbagai organ tubuh seperti manik-
manik, cotton bud, duri ikan, serangga, kapas, dan lain-lain.
Tehnik menjahit jaringan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Meskipun saat ini,
tehnik dan bahan dalam melakukan penjahitan telah mengalami perubahan, tujuan
tindakan ini tetap sama yakni menutup ruang mati, mendukung dan memperkuat luka
sampai terjadi penyembuhan dan meningkatkan kekuatan kerenggangan luka sampai kira-
kira mendapatkan hasil estetika dan fungsional yang memuaskan, serta meminimalkan
resiko perdarahan dan infeksi.
Tehnik menjahit yang sesuai dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam
pembedahan kulit. Hasil postoperasi dengan desain tertutup yang cantik dapat
membahayakan jika tehnik jahitan yang dipilih tidak benar atau jika jahitannya terlalu
sedikit. Sebaliknya, jika jahitannya terlalu banyak juga tidak bisa dibenarkan. Selain itu,
insisi yang kurang baik pada kulit dengan tujuan untuk meregangkan garis tegangan kulit
dan pengangkatan jaringan yang terlalu banyak serta perkiraan batas yang tidak adekuat
dapat membatasi tindakan ahli bedah dalam penutupan luka dan penjahitan. Pegang
jaringan secara hati-hati dan lembut karena dapat mengoptimalkan penyembuhan luka.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian RJP (Resusitasi Jantung Paru)


Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan
sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian
biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier
resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih
hidup.
RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti
nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika
penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalm keadaan mantap
agar jalan nafas tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.
Pengertian Resusitasi Jantung Paru Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan
gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi
optimal guna mencegah kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal
dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan
pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan
nafas, tetapi masih hidup. Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban
mengalami pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang
keluar sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban
tidak segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia. RJP harus segera dilakukan
dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti nafas dan henti jantung untuk
mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika penderita ditemukan bernafas namun
tidak sadar maka posisikan dalam keadaan mantap agar jalan nafas tetap bebas dan sekret
dapat keluar dengan sendirinya.
1. Mati Klinis
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita
punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
2. Mati Biologis
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian
sel otak, bersifat irreversibel. (kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah
dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil).

Catatan:

Pada korban yang sudah tidak ada refleks mata dan terjadi kerusakan batang otak tidak
perlu dilakukan RJP.

B. Tujuan RJP
Untuk mengatasi henti napas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali.

C. Indikasi Melakukan RJP


1. Henti Napas (Apneu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan
baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan
suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada
keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akan memberikan kelelahan pada otot-
otot pernapasan. Kelelahan otot- otot napas akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2, kemudian mempengaruhi SSP
dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah yang dikenal sebagai henti nafas.
2. Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka
oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).
3. Infark Jantung
4. Serangan adam’s stroke
5. Hipoksia akut
6. Keracunan dosis obat
7. Tenggelam
8. Kecelakaan yang asih ada peluang untuk hidup.
D. Langkah-Langkah Sebelum Melakukan RJP
1. Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )
Dilakukan dengan menggoyangkan korban. Bila korban menjawab, maka ABC
dalam keadaan baik. Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki segera.Pada
pedoman sebelumnya (tahun 2005) yang dipergunakan adalah ABC : Airway,
Breathing dan Chest Compressions,yaitu Membuka jalan napas,Memberi bantuan
pernapasan dan Kompresi dada. Pada pedoman yang terbaru (tahun 2010),Kompresi
Dada didahulukan dari yang lainnya,baru kemudian Membuka jalan napas dan
Memberi bantuan pernapasan.Dengan memulai kompresi dada terlebih dahulu
diharapkan akan memompa darah yang masih mengandung oksigen ke otak dan jantung
sesegera mungkin,karena beberapa menit setelah terjadinya henti jantung masih
terdapat kandungan oksigen di dalam paru-paru dan sirkulasi darah.Kompresi dada
dilakukan pada tahap awal selama 30 detik sebelum melakukan pembukaan jalan napas
dan melakukan pemberian napas buatan.Untuk pada bayi yang baru lahir tetap
memakai pedoman ABC,jadi pada bayi yang baru lahir tidak terjadi perubahan.
Pedoman CAB hanya berlaku pada bayi,anak dan dewasa.
2. Memanggil bantuan (call for help)
Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil
bantuan. Jika sesuai panduan RJP tahun 2010 Dalam menyelamatkan seseorang yang
mengalami henti jantung adalah dengan bertindak dengan segera dan cepat,sehingga
tidak perlu dilakukannya lagi suatu penilaian. Segera hubungi ambulan ketika melihat
ada korban yang tidak sadarkan diri dan terlihat adanya gangguan pernapasan.Jika
dilakukan suatu penilaian bahwa korban masih bernafas atau tidak,itu boleh saja akan
tetapi perlu dipikirkan bahwa dengan melakukan tindakan Look,Listen dan Feel,ini
akan menghabiskan waktu yang ada.
3. Posisikan Korban
Korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long
board). Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaan trauma,
pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”
4. Posisi Penolong
Korban di lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban.
5. Pemeriksaan Pernapasan
a. Yang pertama harus selalu dipastikan adalah airway dalam keadaan baik.
b. Tidak terlihat gerakan otot napas
c. Tidak ada aliran udara via hidung Dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
lihat, dengan dan rasa, bila korban bernapas, korban tidak memerlukan RJP
6. Pemeriksaan Sirkulasi
a. Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
b. Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
c. Tidak ada tanda-tanda sirkulasi
d. Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi bila ada
pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila tidak ada
pulsasi, dilakukan RJP.

E. Macam-Macam Teknik RJP


1. Henti Napas
Pernapasan buatan diberikan dengan cara :
a. Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama hepatitis,
HIV) karena itu harus memakai ”barrier device” (alat perantara). Dengan cara ini
akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18 %.
1) Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan
jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
2) Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke
atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan-pelan
sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan
napas penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh
penolong itu masuk ke dalam paru-paru korban.
3) Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban.
Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semula.
b. Mouth to Stoma
Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian dihembuskan
udara melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur Krikotiroidektomi tadi.
c. Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan face mask.

d. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)


Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup. Untuk
mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang satu
petugas sedangkan petugas yang lain memompa.
e. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara otomatis akan
memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan.Bantuan jalan
napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas korban apakah
terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka hendaknya dibebaskan
terlebih dahulu.
2. Henti Jantung
RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong. Lokasi titik
tumpu kompresi:
a. 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus
b. Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari telunjuk
mengikuti
c. Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
d. Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik pijat
jantung
e. Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada korban
3. Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)
a. Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum
b. Tekan ke bawah sedalam 4-5 cm
c. Tekanan tidak terlalu kuat
d. Tidak menyentak
e. Tidak bergeser / berubah tempat
f. Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
g. Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
h. Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)
i. Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi untuk menyelamatkan nyawa
sampai korban dapat di bawa atau tunjangan hidup lanjutan sudah tersedia
Disini termasuk langkah-langkah RJP dari RKP Airway (jalan Nafas terbka),
Brething (pernafasan buatan),Circulation (sirkulasi buatan).Indikasi tunjangan hidup dasar
terjadi karena Henti napas dan henti jantung. Henti jantung di ketahui dari :

1. Hilangnya denyut nadi pada arteri besar


2. Korban tidak sadar
3. Korban tampak seperti mati
4. Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap.

Pada henti jantung yang tidak diketahui, penolong pertama-tama membuka jalan
nafas dengan menarik kepala ke belakang. Bila korban tidak bernafas, segera tiup paru
korban 3-5 kali lalu raba denyut nadi carotis. Perabaan denyut nadi carotis lebih
dianjurkan karena :

1. Penolong sudah berada di daerah kepala korban untuk melakukan pernafasan buatan 2.
2. Daerah leher biasanya terbuka
3. tidak perlu melepas pakaian korban 3.

Arteri karotis adalah sentral dan kadang-kadang masih berdenyut sekalipun daerah
perifer lainnya tidak teraba lagi. Bila teraba kembali denyut nadi, teruskan ventilasi. Bila
denyut nadi hilang atau diragukan, maka ini adalah indikasi untuk memulai sirkulasi
buatan dengan kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar harus disertai dengan
pernafasan buatan.

F. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Melakukan RJP


1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun.
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia sudah
stabil.
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat berakibat
robeknya hati.
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada sternum,
jari-jari jangan menekan iga korban.
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak terputus.
G. Komplikasi
1. Distensi lambung
2. Patah tulang kosta
3. Hemo thoraks
4. Rusak jaringan paru
5. Laserasi hati
6. Emboli otak
A. LUKA
1. Definisi
a. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang.
 b. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas fisik.
2. Macam -macam luka
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura
seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)  
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan  bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh  biasanya
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya diameternya kecil tetapi pada bagian
ujung biasanya lukanya akan melebar.
g. Luka Bakar (Combustio)
3. Proses Penyembuhan Luka
a. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera Tahap ini dimulai saat terjadinya luka.
Pada tahap ini, terjadi proses homeostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan
mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel
darah putih ke daerah yang rusak.  
b. Tahap destruktif Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag  polimorfonuklear dan makrofag.
c. Tahap poliferatif Pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi
luka.
d. Tahap maturasi Pada tahap ini, terjadi reepitelasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan
ikat.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
a. Vaskularisasi Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah
yang  baik untuk pertumbuh  baik untuk pertumbuhan sel atau perbaikan sel, an sel atau
perbaikan sel.
 b. Anemia Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikna sel
membutuhkan kadar protein yang cukup, oleh sebab itu orang yang mengalami
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami  proses penyembuhan lama.
c. Usia Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan denganpertumbuhan atau kematangan
susia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan
sel sehingga dapat memperlambat proses  penyembuan luka.
d. Penyakit lain Adanya penyakit lain seperti diabetes melitus dan ginjal dapat
memperlambat  proses penyembuhan luka.
e.  Nutrisi Unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena kandungan zat
gizi yang terdapat di dalamnya. Vitamin A untuk proses epitelisasi dan sintesis  protein,
protein, vitamin vitamin B kompleks kompleks sebagai sebagai fibroblas fibroblas dan
mencegah mencegah adanya infeksi infeksi serta membentuk kapiler-kapiler darah dan
vitamin K membantu sintesis  prorombin dan berfung  prorombin dan berfungsi sebagai
zat pembekuan dara si sebagai zat pembekuan darah.
f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress Orang yang terlalu gemuk, banyak
mengonsumsi obat-obatan, merokok atau stress akan mengalami proses penyembuhan
luka yang lebih lama.
B. Heacting
1. Definisi Heacting atau penjahitan
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan menghubungkan kembali
jaringan tubuh yang terputus atau terpotong (mendekatkan) dan mencegah kehilangan
darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat
proses penyembuhan.
2. Macam-macam jahitan luka
a. Jahitan Simpul Tunggal/Jahitan Terputus Sederhana/Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai dan dapat diaplikasikan pada semua
luka. Teknik :
1) Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi
luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan
jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
2) Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable dengan jarak antara 1cm.
3) Simpul di Simpul di letakkan ditepi letakkan ditepi luka pad luka pada salah a
salah satu tempat satu tempat tusukan tusukan
4) Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
 b. Jahitan terputus sederhana banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena
apabila ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang lain.
c. Jahitan Matras Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near and far to bar
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan
dilanjutkan dengan menjahit menjahit tepi-tepi tepi-tepi luka. Biasanya Biasanya
menghasilkan menghasilkan  penyembuhan  penyembuhan luka yang cepat karena di
dekatkannya dekatkannya tepi-tepi tepi-tepi luka oleh  jahitan  jahitan ini. Jahitan
Jahitan matras vertikal vertikal berguna berguna untuk mendapatkan mendapatkan
tepi luka secara tepat, tetapi tidak boleh dipakai di tempat-tempat yang
vaskularisasinya kurang. Langkah-langkah penjahitan matras vertikal pada prinsipnya
sama seperti  pada jahitan  pada jahitan kulit terputus, perbedaan r putus, perbedaan
beberapa je beberapa jenis jahitan adal jahitan adalah pada ah pada arah lintasan
benangnya dan mungkin juga letak simpulnya. Pada jahitan ini jarak antara kedua
penusukan lebih lebar karena akan dipakai untuk dua kali  penusukan,  penusukan,
dan sebelum sebelum dilakukan dilakukan pembuatan pembuatan simpul jarum
kembali kembali ditusukkan pada kulit dekat tepi luka, kemudian di arahkan keluar ke
tepi luka dengan tidak terlalu dalam. Selanjutnya dengan bantuan pinset chirurgis tepi
kulit di seberangnya diangkat untuk dilakukan penusukan dari arah dalam tepi luka
sejajar dengan tempat keluarnya jarum dari kulit seberangnya dan menembus ke arah
kulit luar dekat tepi luka dengan jarak sama dengan tempat penusukan kedua pada tepi
luka seberangnya. Pembuatan simpul dilakukan dengan mempertemukan dua ujung
benang panjang dan pendek, dengan teknik sama dengan pada  jahitan kulit terputus.
d. Jahitan matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan dilanjutkan dengan penusukan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari
tusuk sejajar sejauh 1 cm dari tusukan  pertama.Memberikan h  pertama.Memberikan
hasil jahitan jahitan yang kuat. yang kuat. Jahitan Jahitan matras horizontal horizontal
untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh digunakan untuk menjahit subkutis karena
kulit akan bergelombang. Teknik jahitan sama seperti pada jahitan matras vertikal
akan tetapi dengan arah horizontal.
f. Jahitan Jelujur sederhana/Simple running suture/ Simple continous/Continous over
and Dover
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan  penggunaanny
penggunaannya pada jaringan jaringan ikat yang longgar. Jahitan longgar. Jahitan
jelujur, jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus seluruhnya
akan terbuka. Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan membuat
satu jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat simpul, selanjutnya benang
panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan dengan  penusukan pada tepi luka
selanjutnya dengan tempat penusukan dan keluarnya  benang  benang yang sejajar,
sejajar, sehingga sehingga tampak dari luar arah benang miring, miring, tetapi dalam
posisi tegak lurus di dalam jaringan, seperti pada gambar. gambar.
g. Jahitan Jelujur Feston/Running locked suture/Interlocking suture
Jahitan kontinyu Jahitan kontinyu dengan mengaitkan dengan mengaitkan
benang pada jahitan benang pada jahitan sebelumnya, sebelumnya,  biasa sering
dipakai dipakai pada jahitan jahitan peritoneum. Merupakan peritoneum. Merupakan
variasi variasi jahitan jahitan  jelujur  jelujur biasa. Jahitan Jahitan jelujur jelujur
terkunci, terkunci, ini merupakan merupakan jahitan jahitan jelujur jelujur yang
menyelipkan benang di bawah jahitan yang telah terpasang.Cara ini efektif untuk
menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia. Pada
jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di atas, akan tetapi dilakukan
kuncian pada setiap satu jahitan, untuk kemudian dilakukan penusukan selanjutnya,
seperti pada gambar.
h. Jahitan Jelujur horizontal/Running Horizontal suture Jahitan kontinyu yang diselingi
dengan jahitan arah horizontal.
Jahitan Jelujur Intrakutan/Running subcuticular suture/Jahitan jelujur
subkutikular Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, tehnik ini dapat
diindikasikan pada luka di daerah yang memerlukan kosmetik karena jahitan terkenal
menghasilkan kosmetik yang baik, namun tidak disarankan pada luka dengan
tegangan besar.
3. Pemilihan Benang
Setiap jahitan merupakan benda asing di dalam luka.Karena alasan ini,maka untuk
mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat,pennjahitan harus dilakukan dengan ukuran
sekecil mungkin dan jumlah jahiatn sedikit mungkin. Pada luka terkontaminasi,tidak boleh
dilakukan penjahitan kecuali bila sangat diperlukan untuk mempertahankan kedudukan
jaringan. Pemilihan ukuran jarum dan benang tergantung dari ukuran,lokasi luka serta
ketelitian penutupan yang diinginkan. Jarum-jarum atraumatik (bulat atau runcing)
digunakan untuk menjahit fasia,otot,jaringan subkutan dan memperbaiki laserasi
pembuluh darah dan saraf.jarum tajam biasanya digunakan untuk penutupan dermis dan
epidermis diaman jaringan kolagen yang liat harus ditusuk dengan jarum sehingga
penjahitan  penjahitan lebih mudah. Benang berdiameter berdiameter besar (2-0,3-0) (2-
0,3-0) sangat baik digunakan untuk menjahit jaringan dan lapisan fasia utama di daerah
dengan regangan kuat (misalnya,luka di lutut atau siku).Kekuatan efektif dari benang
tersebut harus sama dengan kekuatan jaringan yang dijahit,bila benang halus digunakan
untuk menjahit luka dengan peregangan mekanis,dapat menimbulkan gangguan jika
benang tersebut tertarik ke dalam luka.
Biasanya,benang halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau bagiannya) yang
perlu dirapatkan secara tepat,untuk menutup laserasi di wajah digunakan  benang
berukuran  benang berukuran 5-0 dan 6-0.Untuk menutup 6-0.Untuk menutup lapisan-
lapisan lapisan-lapisan luka (fasia,dermis) (fasia,dermis) dapat digunakan benang
epidermis halus di setiap bagian tubuh.Daya regang dari epidermis sendiri biasanya rendah
dan tujuan penjahitan disini hanyalah agar tepitepi luka dirapatkan dengan baik.
Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di setiap bagian tubuh selain
wajah,sebaiknya menggunakan benang berukuran 3- 0 atau 4-0. Bekas jahitan merupakan
hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan dibiarkan di tempat tersebut.
4. Macam-Macam Macam-Macam Benang Dan Jarum Jahit Jarum Jahit
a. Macam-macam benang jahit Benang jahit untuk pembedahan dikenal dalam bentuk
yang dapat diserap Tubuh (absorbable) dan tidak diserap oleh Tubuh (absorbable) dan
tidak diserap oleh tubuh.
1) Diserap oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok polyglactin (misalnya Vicryl).
a) Catgut polos
Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal menjadi jalinan diukur
secara elektronik dan kemudian dipulas. Benang ini sangat  popular,  popular, tetapi
ada kecenderungan di kecenderungan digantikan ol gantikan oleh benang sintetik
sintetik yang dapat diserap pada tahun belakangan ini.
 b) Cromic catgut
Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi jalinan tepatnya menjadi
catgut polos. Dibuat sedemikian rupa sehingga kekuatan dari benang tersebut
dipertahankan untuk waktu yang lebih lama daripada catgut polos. Absorbsi benang
dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui pencernaan oleh enzim jaringan, misalnya
Vicryl dan Dexon
1) Dexon
Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan karena mereka larut,
bila dibandingkan dengan reaksi jaringan yang terjadi pada calgut. Tingkat
penyerapannya  penyerapannya lebih lambat mungkin mungkin
membutuhkan membutuhkan waktu beberpa beberpa Minggu. Merupakan
benang yang ideal untuk semua jahitan subnukleus, subkutikular, dan
penutupan luka. Melalui proses rejeksi immunologis, misalnya pada catgut.
2) Vicryl
Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena (prolene),
benang-benang baja yang dibu  benang-benang baja yang dibuat dari
komponen besi, at dari komponen besi, nikel, dan chronium. nikel, dan
chronium.
a. Benang sutera
Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang dapat diikat dengan
mudah.Benang ini sangat populer dan digunakan secara luas dalam  penutupan
luka.
b. Polipropilena
Keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman dan dapat
digunakan dengan mudah.Seperti benang monofilamen sintetik lainnya,
simpul  perlu diperkuat diperkuat denagn simpul tambahan tambahan dan
sebagai sebagai tambahan.Kerusakan yang didapat dari forsep dan pemegang
jarum harus dihindarkan untuk mencegah putusnya benang.Benang ini sangat
halus dan cocok untuk jahitan subkutikular.
c. Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam
Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah digunakan
bertahuntahun karena sifanya kaku.Pada luka terkontaminasi,bahan ini akan
meningkatkan kemungkinan infeksi.Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh
iritasi mekanis dari kekuatannya dan bukan karena korosi.Sifat kaku dari
benang metalik ini mempersulit.
d. Dakron
Merupakan poliester yang kurang menimbulkan reaksi jaringan
dibandingkan dengan sutera.Karena koefisien gesekannya tinggi,bahan ini
sulit digunakan untuk menjahit. Luka gesekan yang ditimbulkan dakron
terhadap jaringan ini dapat diatasi dengan melapisinya dengan teflon.
e. Nilo
Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila dibandingkan dengan
dakron dan bila digunakan pada luka kontaminasi akan menimbulkan
kemungkinan infeksi lebih rendah.
1) Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya regangnya kurang lebih
sebesar 20% setelah digunakan 1 tahun.Bentuk nilon monofilamen ini cukup
kaku sehingga tidak membentuk simpul dengan baik.
2) Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya regangnya setelah 6
bulan tetapi lebih mudah untuk mengikatnya dibadingkan benang
monofilamen. Catatan :
a. Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai benang-benang yang reaktif
(absorbable) dan yang multifilamen karena bakter-bakteri dapat bersarang
di sela-sela anyaman.  
b. Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang monofilamen dan yang tidak
dapat diserap.
c. Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena itu tembuskan
jahitan dari kulit untuk seluruh tebalnya luka,dan pada saatnya nanti
benangnya akan diangkat (dibuang).
5. Macam-macam jarum untuk menjahit luka
a) Taper . Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok digunakan
untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum,  pembuluh darah, katup.  
b)  Blunt . blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit daerah
usus besar, ginjal, limpa, hati
c) Triangular . Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa dipakai
untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.
d) Tapercut . Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang gepeng,
bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligam mulut, dan sebagainya. ents, uterus,
rongga Untuk jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan, kecuali untuk
organ yang berlubang.
A. Benda Asing
1. Definisi Benda Asing (CorpusAlienum)
Benda Asing dalam suatu organ yaitu benda baik yang berasal dari dalam
maupun luar tubuh yang normalnya tidak seharusnya ada dalam organ tersebut.
Jenis benda asing yang masuk dalam tubuh manusia dibagi menjadi dua yaitu benda
asing eksogen yang berasal dari luar tubuh dan benda asing endogen yang berasal
dari dalam tubuh. Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-
kacangan (dari tumbuhan), duri atau tulang (yang berasal dari kerangka binatang)
dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti dan lain-lain. Sedangkan benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah, nanah,cairan amniom ataupun
mekonium pada bayi saat proses persalinan.
2. Jenis BendaAsing
Jenis benda asing yang masuk kedalam tubuh manusia dibagi menjadi dua yaitu :
a. Benda asing endogen: yakni benda asing yang berasal dari dalam tubuh
manusia sendiri. Contohnya adalah seperti bekuan darah,nanah,sekret kental
ataupun cairan amnion dan mekonium yang dapat masuk dalam saluran nafas bayi
sewaktupersalinan.
b. Benda asing eksogen: yakni benda asing yang berasal dari luar tubuh manusia
yang seharusnya dalam keadaan normal tidak ada. Dapat dibagi menjadi duayaitu:
1) Benda asing organik:
yaitu benda asing yang berasal dari tumbuhtumbuhan ataupun binatang yakni
berupa serangga, tulang,duri ikan ataupun kacang-kacangan serta biji-bijian.
Benda asing organik berupa tulang atau duri ikan serta kacang dan biji-bijian
sering dijumpai pada anak-anak karena belum mempunyai gigi molar yang
lengkap dan belum dapat mengunyah makanan dengan baik,sedangkan pada
orang dewasa pada umumnya disebabkan oleh faktor keceobohan atau
ketidaksengajaan.
2) Benda Asing Organik:
yaitu benda asing yang berasal diluar dari tumbuhan dan binatang. Benda asing
anorganik dapat dijumpai berupa manik-manik,baterai,paku,jarum ataupun
peniliti. Benda asing anorganik merupkan jenis yang paling sering dijumpai
menjadi penyebab dalam berbagai kasus benda asing pada tubuh manusia. Pada
anak-anak baterai dan manik-manik merupakan jenis benda asing yang paling
banyak dijumpai karena umumnya ditemukan dalam setiap alat pemainan yang
digunakan olehanak-anak.

B. Lokasi Benda Asing


Benda asing yang ditemukan diberbagai organ tubuh,seperti pada telinga,hidung, dan
faring:
1. Telinga:
Benda asing pada telinga merupakan masalah yang sering ditemukan terutama pada
anak-anak.Lokasi benda asing pada telinga dijumpai sebagian besar pada telinga
bagian luar yaitu meatus akustikus eksternus (MAE). Jenis benda asing yang
umumnya dijumpai pada telinga anak-anakadalah baterai, manikmanik serta kacang
hijau.Sedangkan jenis benda asing yang dijumpai pada telinga orang dewasa adalah
kapas,kadang juga ditemui serangga seperti semut,kecoa ataupun nyamuk.
2. Hidung:
Benda asing sering ditemukan pada hidung terutama pada anak-anak karena anak-
anak cenderung suka mengeksplorasi bagian yang berlubang seperti hidung.Benda
asing pada hidung dijumpai sebagian besar tepat dibawah konka inferior atau
dibagian atas fossa nasal anterior hingga pada bagian depan konka media.Benda
asing pada hidung juga biasanya dijumpai pada lubang hidung sebelah kanan karena
sebagian besar orang menggunakan tangan kanan sehingga cenderung memasukkan
pada lubang hidung sebelah kanan. Adapun jenis benda asing yang banyak dijumpai
pada hidung adalah baterai dan kancing yang banyak ditemui pada mainananak-anak.
3. Faring:
Benda asing pada faring biasanya dijumpai pada bagian orofaring dan hipofaring
yang dapat tersangkut diantara tonsil, valekula dan sinus piriformis yang dapat
menimbulkan rasa nyeri ketika menelan makanan. Jenis benda asing yang biasanya
dijumpai pada faring adala tulang ikan ataupun tulangayam.

C. Tanda dan Gejala Benda Asing


1) Benda asing di telinga
a) Terdapat rasa nyeri ataupun rasa penuh di liang telinga dan bahkan dapat terjadi
ganguanpendengaran.
b) Pada pemeriksaan fisik gejala yang dapat dilihat menggunakan otoskop berbagai
macamsesuai dengan jenis benda asing dan lamanya benda asing tersebut berada
dalam liang telinga. Perdarahan dapat terjadi apabila benda asing tersebut melukai
liang telinga ataupun menyebabkan ruptur pada membran timpani,atau dapat
terjadi karena usaha pasien untuk mengeluarkan bendaasing tersebut.
2) Benda asing di hidung
a) Umumnya pasien akan mengalami hidung tersumbat, rinorea unilateral dan cairan
kental yangberbau.
b) Terdapat rasa nyeri, demam danepistaksis.
c) Pada pemeriksaan tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan
dapat terjadiulserasi.
3) Benda asing di faring
Terdapat rasa nyeri pada saat menelan (odinofagia) terutama bila benda asing tajam
seperti tulang ikan ataupun tulangayam.
D. Diagnosis
1. Anamnesis
Harus dilakukan dengan cermat karena biasanya kasus benda asing jarang langsung
dibawa ke dokter pada saat terjadi.Kasus benda asing dapat ditegakkan bila terdapat
riwayat memasukkan atau menelan benda asing, dan perlu diketahui jenis benda
asingtersebut.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Telinga:
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan otoskop dimana pada dewasa
dengan menarik aurikula ke atas dan ke belakang (posterosuperior),sedangkan
pada anak-anak aurikula ditarik lurus ke belakang untuk mempermudah melihat
keadaan liang telinga (meatus auditiroius eksternus) dan membran timpani.Hal ini
dilakukan untuk melihat lokasi benda asing dan jenis benda asing yang berguna
untuk diagnosis dan penatalaksanaannya. Bila pasien juga mengalami ganguan
pendengaran maka dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni.

b. Hidung dan saluran nafas(faring)


Pada hidung dilakukan dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior dengan
menggunakan rhinoskop dan spekulum untuk melihat jenis benda asing dan
lokasinya. Pemeriksaan rhinoskopi posterior juga dapat dilakukan untuk melihat
keadaan pada bagian nasofaring dengan menggunakan spatula lidah dan kaca
nasofaring.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pada penegakan kasus benda asing pada saluran nafas yaitu hidung, faring dan
trakea dapat dilakukan juga dengan pemeriksaan penunjang.

a. Endoskopi: dilakukan dengan memasukkan alat berupa selang kecil yang


dilengkapi dengan kamera. Nasofaringoskop digunakan untuk melihat
keadaan visual pada nasofaring.

b. Pemeriksaan radiologik leher: penilaian pada jaringan lunak leher dan postero
anterior thoraks. Pemeriksaan thorax lateral dilakukan dengan lengan
dibelakang punggung, leher keadaan fleksi dan kepala ekstensi untuk dapat
melihat keseluruhan jalan nafas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya
dimaksudkan usaha- usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas 2
komponen utama yakni : bantuan hidup dasar / BHD dan Bantuan hidup lanjut / BHL
Usaha Bantuan Hidup Dasar bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke
otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Bantuan
hidup lanjut dengan pemberian obat-obatan untuk memperpanjang hidup Resusitasi
dilakukan pada : infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”, serangan
Adams-Stokes, Hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis obat- obatan, sengatan
listrik, refleks vagal, serta kecelakaan lain yang masih memberikan peluang untuk hidup.
Resusitasi tidak dilakukan pada : kematian normal stadium terminal suatu yang tak dapat
disembuhkan.

Tindakan keperawatan untuk mengeluarkan benda asing ada beberapa cara yaitu:

1. Pengambilan

Buka mulut pasien bersihkan benda asing yang ada didalam mulut pasien dengan
mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus dengan secarik
kain, bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing.

2. Dihisab
a) Posisikan kepala pasien terlentang/miring, kepala lebih rendah dari rungkai
b) Buka mulut korban lebar-lebar
c) Hisap dengan bahan yang dapat meresap cairan
d) Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap
3. Abdomen Thrus
a) Berdiri di belakang korban dan taruh kedua lengan di abdomen korban bagian
atas.
b) Sandarkan korban ke depan.
c) Kepalkan genggaman tangan dan taruhlah di pertengahan antara umbilikus dan
processus xiphoideus.

B. Saran
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan segala tindakan dalam
menangani masalah keperawatan khususnya dalam menangani kasus henti jantung,heni
Nafas dll (RP).Sehingga memberikan nilai positif yaitu sebagai perawat profesional yang
memberikan perawatan secara berkualitas.

Diharapkan kepada masyarakat terutama para orang tua untuk lebihwaspada lagi
dalam menjaga dan mengawasi anak-anak nya serta menjauhkan benda-benda kecil seperti
koin dan benda-benda kecillainya agar kejadian tertelan benda asing bisa diminimalisir.

Diharapkan agar paramedis memberikan penyuluhan kepadamasyarakat untuk


lebih berhati-hati dan segera membawa anak-anaknya atau anggota keluarga yang lain
berobat ke rumah sakit jika terjadikasus tertelan benda asing.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2010/10/27/15031137/panduan-rjp-aha-
2010- dahulukan-kompresi-dada

http://novalintang.blogspot.com/2013/05/revisi-rjp-terbaru-american-heart.html

http://www.scribd.com/doc/95942220/Resusitasi-Jantung-dan-Paru-Bahasa-Indonesia-Versi-
AHA-2010

http://saptobudinugroho.blogspot.com/2010/10/urutan-rjpcpr-terbaru-dari-aha-american.html

http://www.slideshare.net/ppnibone/resusitasi-jantungdanparubahasaindonesiaversiaha2010

http://cigayung.wordpress.com/2010/10/27/prosedur-baru-resusitasi-jantung-paru-aha-
american- heart-association/

Heacting dan Heacting aff.(online). (online). www.google.book.com.


www.google.book.com. diperoleh pada  diperoleh pada 27 September, 2016).  

Tehnik Menjahit Jaringan. (online). www.ugm.ac.id. www.ugm.ac.id. diperoleh pada


diperoleh pada 20 September, 2016).

Laporan  Laporan Pendahuluan Pendahuluan Penjahitan Penjahitan Luka  ( Hecting ).


(online). diperoleh pada 27 September, 2016).

Anda mungkin juga menyukai