Anda di halaman 1dari 23

“KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN

DENGAN MASALAH FISIK”


KELOMPOK XII

Dosen Pengampu: Ns. Sulastri, S.Kep. M.Kep., Sp. Jiwa

OLEH :
1. FADYA ALZI KAIZARIANI (2114301059)
2. YAYAH NURHAYATI (2114301092)
3. AMELIA PUTRI (2114301096)
4. VHIRGA BAYU LEXANA (2114301097)

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN
TK 1
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan yang maha esa,karena atas Rahmat
hidayahnya.adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah kewarganegaraan dengan judul "KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA PASIEN DENGAN MASALAH FISIK".

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, jika ada
kata-kata yang salah maupun kurang berkenan, mohon permaklumannya dan dengan
kerendahan hati saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat menjadi refrensi serta acuan untuk menambah wawasan mengenai pengertian negara
dan dapat diapresiasikan kedalam sebuah desain yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi semua pihak yang membaca.

Bandar Lampung, 16 Januari 2022


DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi .............................................................................................
2.2 Komunikasi Terapeutik .......................................................................................
2.2.1 Tujuan Komunikasi Terapeutik .........................................................
2.2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik ...............................................
2.2.3 Karakteristik Komunikasi Terapeutik ...............................................
2.3 Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Gangguan Fisik ......................................
2.3.1 Pengertian Gangguan Fisik ..............................................................
2.3.2 Komunikasi Pada Pasien Gangguan Fisik .......................................
2.3.3 Teknik Komunikasi Kebutuhan Khusus ............................................
2.3.4 Menerapkan komunikasi dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan fisik
(gangguan system tubuh) yang berdampak pada gangguan kebutuhan dasar
manusia .......................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak dengan sesama. Komunikasi
dilakukan oleh semua orang setiap hari, maka orang seringkali berpikir bahwa komunikasi
adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang
melibatkan tingkah laku dan hubungan yang memungkinkan setiap individu bersosialisasi
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai pengobat, dalam
berkomunikasi dengan pasien kita tidak boleh terburu-buru dan harus mengurangi kebisingan
dan distraksi. Kita dapat Menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dimengerti, kalimat
tersebut dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali terlupa atau ada
kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering kali terbukti sangat
membantu.

Kesehatan adalah salah satu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk
dijelaskan artinya. Beberapa faktor yang berbeda terkadang menyebabkan sukarnya
mendefinisikan kesehatan, kesakitan, dan penyakit. Pada tahun 1947, WHO mencoba untuk
menggambarkan kesehatan secara luas. Kesehatan (health) diartikan sebagai keadaan (status)
sehat utuh secara fisik, mental (rohani), sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas
dari penyakit, cacat, dan kelemahan.

Di sisi lain, penyakit merupakan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologis
dan psikofisiologis pada seseorang. Kesakitan adalah reaksi personal, interpersonal serta
kultural terhadap penyakit. Kesakitan juga merupakan respon subjektif dari pasien, serta
respon di sekitarnya terhadap keadaan tidak sehat, tidak hanya memasukkan pengalaman
tidak sehatnya saja, tapi arti dari pengalaman tersebut bagi pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang di maksud komunikai?
2. Apa yang di maksud komunikasi terapeutik?
3. Apa yang di maksud komunikasi terapeutik pada pasien gangguan fisik ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian komunikasi
2. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
3. Mengetahui komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI

Menurut Depkes RI tahun 2001, komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan
yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan
persamaan pikiran antara pengirim dan penerima pesan.

Menurut Dale Yoder, kata “communication” berasal dari sumber yang sama seperti kata
“common” yang berarti sama, bersama-sama dalam membagi ide, setiap orang mempunyai
pemahaman yang sama. Oleh karena itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk
dapat memahami satu dengan yang lainnya.

Ada beberapa pengertian komunikasi yang di kemukakan oleh beberapa para ahli, yaitu: 

1. Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan


dan pesan yang disampaikan melalui lambang – lambang tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
2. Menurut James A.F. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi dalam
mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
4. Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-
lambang yang mengandung arti.
5. Menurut Human Relation of Work, Keith Devis, komunikasi adalah proses lewatnya
informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.
6. Menurut Oxtord Dictionary (1956), komunikasi adalah pengiriman atau tukar
menukar informasi, ide atau sebagainya.
7. Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, komunikasi mencangkup ekspresi wajah,
sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegraf, telepon
dan lainnya.

Proses komunikasi adalah langkah-langkah di antara seorang sumber dan penerimanya


yang menghasilkan transfer dan pemahaman makna. Pesan tersebut disampaikan dari seorang
pengirim kepada seorang penerima. Komunikasi disandikan dengan cara diubah menjadi
suatu bentuk simbolis dan dialihkan melalui perantara (saluran) kepada penerima, yang lalu
menerjemahkan ulang (membaca sandi ) pesan yang diberikan pengirim.

 Tujuan Komunikasi
1. Supaya pesan yang kita sampaikan dapat di mengerti orang lain
2. Memahami orang lain
3. Supaya gagasan dapat di terima orang lain
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu

2.2 KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu


pasien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain. ( Northouse, 1998).

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara pengobat dan pasien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan pengobat dan pasien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku pasien berubah
ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif
pengobat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang diri si pasien.

Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987,
hal. 111) karena:

1. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proses
komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan
intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses pengobatan
ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.

Dalam menanggapi pesan yang di sampaikan klien, perawat dapat menggunakan berbagai
teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1987, hal.124):

1. Mendengar (listening)
2. Pertanyaan terbuka (broad opening)
3. Mengulang (restarting)
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Membagi persepsi
8. Identifikasi “tema”
9. Diam (silence)
10. Informasi
11. Saran

2.2.1 Tujuan Komunikasi terapeutik.

Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif / adaptif dan diarahkan
pada pertumbuhan klien:
a. Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri
klien. Klien yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya atau
merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat
akan mampu menerima dirinya.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dan saling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi
terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, menerima klien apa adanya,
perawat akan meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan saling percaya. ( Hibdon, S., 2000).
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal
diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
Individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri
mempunyai harga diri yang tinggi, sedangkan individu yang merasa
kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri
(Taylor, Lilis dan Lemone, 1997). D. Rasa identitas personal yang jelas
dan peningkatan integritas diri. Klien yang mengalami gangguab
identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan
merngalami harga diri rendah.

2.2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik.


Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik:
a. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and
Clients”.
b. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar
belakang keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.
c. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjga harga dirinya dan harga diri klien.
d. Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternative pemecahan masalahnya.
2.2.3 Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu :

1. Keikhlasan (Genuinesess)
Dalam rangka membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan
perasaan yang dimiliki terhadap keadan klien. Apa perawat pikirkan dan rasakan
tentang individu dan dengan siapa dia berinteraksi selalu dikomunikasikan pada
individu, baik secara verbal maupun non verbal.
2. Empati (empathy)
Empati merupakan perasaan “pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap
perasaan yang di alami klien dan kemampuan merasakan “dunia pribadi pasien”.
3. Kehangatan (Warmth)
Hubungan yang saling membantu (helping relationship) dibuat untuk memberikan
kesempatan pada klien mengeluarkan “:unek-unek” (perasaan menilai-nilai secara
bebas).

2.3 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN GANGGUAN FISIK

2.3.1 Pengertian Gangguan Fisik

Gangguan fisik adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai kekurangan


padaanggota tubuh atau terganggunya sistem organ dalam tubuh, sensorik, dan motorik pada
tubuh.Gangguan fisik yang dari kekurangan anggota tubuh sering kali membuat pergerakan
terganggu.Gangguan dari sistem organ membuat pasien berasa tidak enak badan dan harus
mendapatkan pengobatan medis.

Gangguan fisik ini bisa dialami oleh semua orang baik orang dewasa maupun anak
kecil.Untuk orang dewasa gangguan fisik ini dimungkinkan karena faktor eksternal
seperti :kecelakaan yang menyebabkan rusaknya anggota tubuh atau organ tubuh,
sehinggamenimbulkan keterbatasan dalam beraktivitas. Sedangkan gangguan fisik yang
dialami oleh anak kecil dikarenakan oleh faktor bawaan seperti :

1. Kelainan pada sistem cerebral (sistem syarat pusat), gangguan fisik ini disebabkan
olehluka pada otak yang mempengaruhi kemampuan menggerakkan bagian-bagian
tubuhmanusia (gangguan motorik), disebut juga cerebral palsy (CP). Menurut letak
kelainanotak dan fungsi geraknya, cerebral palsy dibedakan atas : spastic (kekakuan
sebagian atauseluruh otot karena kerusakan pada cortex cerebri), athetoid (gerakan
kaki tangan di luar kemauan karena kerusakan pada basal ganglia). Ataxia (hambatan
keseimbangan keremakerusakan pada otak kecil/cerebellum), rigid (kekuatan seluruh
anggota gerak karenakerusakan pada basal ganglia), tremor (gerakan kecil yang terus-
menerus karenakerusakan pada basal ganglia).
2. Kelainan pada sistem musculus skeletal (sistem otot dan rangka), gangguan fisik
inidialami oelh anak-anak yang memiliki cacat fisik akibat kelemahan atau penyakit
padaotot atau tulang, disebut juga gangguan orthopedic. Jenis kelainan yang berkaitan
dengansistem ototdan rangka meliputi : polio (kelumpuhan tangan dan kaki karena
virus polio),muscular dystrophy (kelumpuhan yang bersifat progresif karena otot tidak
dapat berkembang), osteogenesis imperfect (tulang mudah patah karena pertumbuhan
kerangkatulang tidak normal), spina bifida (kelumpuhan anggota tubuh bagian bawah
karenasebagian ruas tulang belakang tidak menutup), hambatan fisik motorik karena
bawaanlahir (bentuk kaki tangan seperti tongkat, tubuh kerdil, hydrocephalus atau
micrcephalus, jari kurang atau lebih dari lima, dilahirkan tanpa anggota tubuh
tertentu, dan lain-lain.)
3. Gangguan kesehatan yang mempengaruhi kemampuan fisik, antaralain :
asma(penyempitan pembuluh tenggorokan) dan hemophilia (kelainan/kurangnya
produksifactor pembekuan darah).
Gangguan fisik dan kesehatan dapat terjadi sebelum lahir, dan sesudah lahir. Pada
masasebelum lahir, dapat disebabkan oleh : infeksi atau penyakit, kelainan kandungan bayi
dalam terkena radiasi ,atau ibu mengalami trauma ( kecelakaan ). Pada saat ,kerusakan otak
yang rusak dapat disebabkan oleh:proses kelahiran yang terlalu lama,pemakai alat bantu
kelahiran ,dan pemakaian anatesis yag berlebihan.pada masa sudah lahir. Hal -hal yang dapat
menyebabkan kecacatan antara lain : kecelakaan.trauma pada kepala, amputasi,
infeksi/penyakityang menyerang otak, dan malnutrisi. Anak-anak dengan gangguan fisik
motorik biasanya mengalami kekakuan, kelumpuhan,gerakan-gerakan yang tidak dapat
dikendalikan, gerakan ritmis, dan hambatan keseimbangan.Adanya berbagai hambatan ini
menyebabkan anak kesulitan melakukan aktifitas sehari-hariseperti berpindah tempat, makan,
minum, berpakaian, dan lain-lain. Kerusakan sistem syaraf pusat di otak maupun sumsum
tulang belakang juga dapat menimbulkan gangguan fungsifisiologis tubuh seperti :

a) Gangguan refleks
b) Gangguan perasaan kulitGangguan fungsi sensoris
c) Gangguan pengaturan sikap dan gerak motorik
d) Gangguan fungsi metabolism dan sistem endokrin (hormonal).
e) Gangguan fungsi gastrointestinal
f) Gangguan gungsi sirkulasi darah
g) Gangguan fungsi pernafasan
h) Gangguan pembentukan ekskresi urine.

Kecerdasan anak dengan gangguan fisik dan kesehatan bervariasi dari tingkat
palingrendah sampai yang paling tinggi. Separuh anak CP diduga mengalami intelegansi
yang rendah.Hal ini karena anak-anak CP memiliki kelainan pada otak mereka dimana syaraf
penghubungdan jaringan syaraf otak mengalami kerusakan. Kondisi ini menyebabkan proses
stimulus yang berasal dari luar sulit untuk diterima dan dianalisis oleh syaraf sensoris. Anak
CP akanmengalami kesulitan untuk mengolah stimulus visual, auditori, dan taktil yang
diterimanya.Selanjutnya mereka akan mengalami kesulitan dalam konsep bentuk,
keseimbangan posisi tubuh,orientasi ruang, warna, bunyi, rasa, dan peraba.

Kebanyakan anak CP mengalami hambatan bicara, karena otot-otot bicara yang


lumpuhatau kaku. Selain itu, kurangnya interaksi dengan lingkungan sekitar dapat
menyebabkan anak mengalami kemiskinan bahasa. Anak yang mempunyai gagasan atau ide
yang akan disampaikankepada orang lain secara lisan tidak terkomunikasikan, karena
bicaranya tidak jelas danucapannya susah dimengerti (supena, 2012).

Anak-anak dengan gangguan fisik dan kesehatan biasanya juga mengalami kesulitan
penyesuaian sosial. Mereka kesulitan mempertahankan hubungan dengan teman-teman
sebaya.Mereka juga mungkin mempunyai konsep diri yang rendah, akibatnya untuk
berinteraksi denganlingkungan menjadi terlambat. Anak merasa rendah diri, menolak
kenyataan.

2.3.2 Komunikasi pada Pasien Gangguan Fisik

1) Pasien dengan Gangguan Pendengaran

Pada pasien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling


seringdigunakan ialah media visual. Pasien menangkap pesan bukan dari suara yang
dikeluarkan oranglain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual
menjadi sangat penting bagi pasien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, diusahakan
supaya sikap dangerakan kita dapat ditangkap oleh indra visual si pasien.

Teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan pada pasien dengan gangguan


pendengaran, antara lain:

1. Orientasikan kehadiran kita dengan cara menyentuh pasien atau memposisikan diri
dihadapan yang terlihat oleh pasien.
2. Gunakan bahasa dan kalimat yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk
memudahkan pasien membaca gerak bibir kita.
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di hadapan atau di depan pasien dan
pertahankansikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
4. Jangan melakukan pembicaraan ketika kita sedang mengunyah sesuatu, misalnya
permenkaret.
5. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan yang sederhana dan wajar.
6. Jika diperlukan gunakanlah bahasa jari atau jika kita menguasai bahasa isyarat,
dapatmenggunakannya.
7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan
dalam bentuk tulisan, gambar atau simbol yang mudah dimengerti.

2) Klien dengan Gangguan Penglihatan


Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa
mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornca, serta kerusakan saraf penghantar
impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan
kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan
kebutaan, baik parsial maupun total.Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap
rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan.

Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran
dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi
yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.

a) Teknik Komunikasi

Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan penglihatan:

 Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan
parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan/kehadiran perawat ketika anda
berada didekatnya.
 Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda
 Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang
peranan besar dan bermakna bagi klien.
 Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata kata sebelum melakukan
sentuhan pada klien.
 Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi.
 Orientasikan klien dengan suara - suara yang terdengar disekitarnya.
 Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan/ruangan yang
baru.

b) Kondisi Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori


penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin
hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus
dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori
penglihatan adalah :
 Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluarannya
harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
 Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus
disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
 Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu
lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu
merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk sipasien.
 Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan
sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
 Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan,
perawat harus bersifat tenang. tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena
dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
 Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan
komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan
menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
 Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi. sebaiknya dibuat sederhana
baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang
dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan
memberikan kejelasan informasi dengan baik.

3) Klien dengan gangguan Bicara

Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara,
ataupun gangguan persarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara
memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang
mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat atau menggunakan tulisan atau gambar.

a) Pada saat berkomunikasi dengan klien gangguan wicara, hal hal berikut perlu di
perhatikan:
b) Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibirklien.
c) Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata kata
yang diucapkan klien.
d) Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
e) Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
f) Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik.
g) Bila perlu, gunakan bahasa dan simbol tertulis.
h) Jika memungkinkan, bawalah orang yang dikenal berkomunikasi lisan dengan klien
untuk menjadi mediator komunikasi.

4) Klien dengan keadaan tidak sadar

Ketidaksadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik klien mengalami penurunan


sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat
merespons kembali simulus tersebut. Keadaaan tidak sadar dapat terjadi akibat gangguan
organik pada otak, trauma otak yang berat, syok, pingsan, kondisi tidur dan narkose, ataupun
gangguan berat yang terkait dengan penyakit tertentu. Seringkali timbul pertanyaan tentang
perlu tidaknya perawat berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kesadaran ini.
Bagaimanapun, secara etika penghargaan terhadap nilai nilai kemanusiaan mengharuskan
penerapan komunikasi pada klien dengan gangguan kesadaran.

Pada saat berkomunikasi dengan klien gangguan kesadaran, hal hal berikut perlu
diperhatikan:

a. Berhati-hati ketika melakukan pembicaraan verbal dekat klien karena ada


kayakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terakhir yang
mengalami penurunan penerimaan rangsang pada individu yang tidak sadar
dan yang menjadi pertama kali berfungsi pada waktu sadar. Maka perawat
harus berhati-hati tidak mengatakan sesuatu pada klien yang tidak sadar atau
pada jarak pendengaran, hal yang tidak akan mereka katakan pada klien yang
sepenuhnya sadar.
b. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan kita. Usahakan
mengucapkan kata dengan menggunakan nada normal dan memperhatikan
materi ucapan yang kita sampaikan di dekat klien.
c. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat
menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan
penurunan kesadaran.
d. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu
klien pada komunikasi yang dilakukan.
5) Klien atau gangguan kematangan kognitif.

Berbagai kondisi dapat mengakibatkan gangguan kematang an kognitif, antara lain akibat
penyakit : retardasi mental, syndrome down, ataupun situasi sosial, misal, pendidikan yang
rendah, kebudayaan primitif, dan sebagainya.Dalam berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan kematangan, sebaikanya Anda memperhatikan prinsip komunikasi
bahwa komunikasi dilakukan dengan pendekatan komunikasi efektif, yaitu mengikuti kaidah
sesuai kemampuan audience (capability of audience) sehingga komunikasi dapat berlangsung
lebih efektif.

Komunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kematangan kognitif :

a. Berbicara dalam tema yang jelas dan terbatas.


b. Hindari menggunakan istilah yang membingungkan klien, usahakan menggunakan
kata pengganti yang lebih mudah dimengerti, contoh, atau gambar dan simbol.
c. Berbicaralah dengan menggunakan nadayang relatif datar dan pelan.
d. Apabila perlu,lakukanpengulangan dan tanyakan kembali pesan untuk memastikan
kembali maksud pesan sudah di terima
e. berhati hatimu dalam menggunakan teknik komunikasi non verbal karena dapat
menimbulkan interprestasi yang berbeda pada klien.

2.3.3 Tehnik Komunikasi Kebutuhan Khusus

Staf medis harus berbicara dengan orang tua untuk mendiskusikan kebutuhan khusus anak.
Jika hal ini tidak mungkin, awalnya salah satu orang tua harus tinggal dengan anak atau
melakukan kunjungan yang panjang karena lingkungan yang masih asing bagi anak.

 Tehnik Komunikasi Dengan Bayi Tunanetra


Perawat harus memaklumi ketidaksempurnaan yang dialami bayi. Bayi yang
mengalami gangguan penglihatan memerlukan stimulasi sentuhan serta pembicaraan
yang lembut. Seorang bayi yang buta belajar tentang lingkungan mereka melalui
suara, dan kemudian melalui eksplorasi taktil. Pastikan bayi memiliki mainan akrab
dan menyenangkan mudah dijangkau. Mainan harus memiliki tekstur yang bervariasi,
membuat suara yang menarik, dan aman dan menyenangkan di mulut.
 Tehnik Komunikasi Dengan Todler Tunanetra
a. Berikan kesempatan kepada todler harus mampu mengeksplorasi
lingkungan mereka secara bebas dan sebebas mungkin.
b. Selalu menjelaskan apa yang Anda lakukan dan menggambarkan
lingkungan dan situasi yang baru.
c. Gunakan pendekatan tangan untuk memperkenalkan objek baru.
Tampilkan mereka di mana makanan atau minuman mereka di atas
nampan dan bagaimana membuka kaleng.
d. Hindari mengatakan apa yang sedang menimpanya sekarang ini.
e. Hindari pergerakan yang mungkin dapat membuatnya cedera serta
peralatan yang berbahaya.
f. Dorong toddler utuk tetap beraktivitas secara mandiri seperti minum.
g. Ikutsertakan toddler beraktivitas dengan anak seusianya untuk
mencegah stress hospitalisasi.
 Teknik Komunikasi Dengan Pasien Gangguan Wicara
Indra wicara merupakan organ kompleks yang terdiri atas sistem saraf pengatur
wicara pada korteks serebri, pusat pengatur pernafasan di pons, struktur mulut dan
tenggorok, serta paru-paru 82 sebagai pensuplai udara yang digunakan untuk
menghasilkan suara. Sebenarnya suara yang timbul dari mulut kita merupakan udara
yang dihembuskan paru-paru melewati pita suara sehingga dihasilkan suara.
Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita
suara, ataupun gangguan persyarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan
wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan
benar. Klien yang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar
(Williams&Davis, 2005).
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut
perlu diperhatikan :
a. Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir
klien.
b. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang
kembali kata-kata yang diucapkan klien.
c. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak
topik.
d. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
e. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat
diterima dengan baik.
f. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
g. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi
lisan dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.

2.3.4 Menerapkan komunikasi dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan fisik (gangguan sistem tubuh) yang berdampak pada gangguan kebutuhan
dasar manusia

1. Menerapkan komunikasi pada tahap pengkajian klien dengan gangguan kebutuhan


dasar manusia (oksigen/nutrisi/eliminasi/pemberian pengobatan).
2. Menerapkan komunikasi pada tahap diagnosis keperawatan klien dengan gangguan
kebutuhan (oksigen/nutrisi/eliminasi/pemberian pengobatan).
3. Menerapkan komunikasi pada tahap perencanaan klien dengan gangguan kebutuhan
(oksigen/nutrisi/eliminasi/pemberian pengobatan).
4. Menerapkan komunikasi pada tahap implementasi klien dengan gangguan kebutuhan
(oksigen/nutrisi/eliminasi/pemberian pengobatan).
5. Menerapkan komunikasi pada tahap evaluasi klien dengan gangguan kebutuhan
(oksigen/nutrisi/eliminasi/pemberian pengobatan).

1) Menerapkan komunikasi tahap pengkajian pada klien dengan gangguan


kebutuhan dasar manusia (oksigen)

Telah kita pahami bahwa pengkajian adalah tahap pertama dalam melakukan asuhan
keperawatan. Pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigen tujuan keperawatan
diarahkan untuk memberikan oksigen tubuh agar individu dapat melangsungkan
kehidupannya.Adapun aspek yang penting dikaji pada pasien dengan gangguan
kebutuhan oksigen adalah yaitu:
a) Riwayat kesehatan/perawatan
Untuk mengetahui riwayat kesehatan/perawatan, teknik pengumpulan data yang
penting digunakan adalah wawancara. Data yang perlu dikaji adalah masalah
pernapasan (sesak, tidak toleransi aktivitas, wheezing), riwayat penyakit
pernapasan yang pernah dialami (bronchitis, asma, dll), gaya hidup (merokok),
masalah cardiopulmonal, dan obat-obatan yang biasa digunakan. Sehubungan
dengan pengkajian untuk mendapatkan riwayat kesehatan ini, implementasi
komunikasi terapeutik adalah sangat penting.
b) Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pemeriksaan fisik pasien dengan gangguan oksigenasi dilakukan dengan
cara/teknik inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk), dan
auskultasi (mendengarkan). Cara pengumpulan data dengan berbagai teknik ini
juga memerlukan kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik.
Pemeriksaan penunjang yang penting adalah pengambilan darah vena, darah
arteri, tes fungsi paru, dan sputum. Semua pemeriksaan ini memerlukan
kemampuan perawat dalam berkomunikasi. Contoh komunikasi tahap pengkajian
sebagai berikut.
Perawat:
1) “Jelaskan sejak kapan ibu merasa sesak semakin berat.”
2) “Pada saat apakah sesak akan terjadi.”
3) “Pemeriksaan kadar hemoglobin penting dilakukan untuk mengetahui
kemampuan ikatan antara Hb dan oksigen.”

2). Menerapkan komunikasi tahap diagnosis keperawatan pada klien dengan


gangguan kebutuhan (oksigen)

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dikelompokkan dan dianalisis


untuk menentukan diagnosis atau masalah keperawatan. Diagnosis/masalah
keperawatan yang telah ditetapkan penting disampaikan kepada pasien agar mereka
kooperatif dalam perawatan. Beberapa diagnosis/masalah keperawatan yang sering
muncul adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas, ketidakefektifan pola napas, dan
gangguan pertukaran gas.

Contoh komunikasi tahap diagnosis keperawatan:

Perawat:

 “Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan diketahui bahwa kadar


hb ibu rendah sehingga kemampuan angkut oksigen ke jaringan kurang yang
mengakibatkan ibu merasa sesak.”
 “Sesak yang ibu alami karena adanya gangguan pada transportasi oksigen.”
3). Menerapkan komunikasi tahap perencanaan pada klien dengan gangguan
kebutuhan (oksigen/nutrisi/eliminasi/pemberian pengobatan)

Aktivitas penting dalam perencanaan adalah menetapkan tujuan dan rencana


tindakan keperawatan. Beberapa aktivitas yang direncanakan dan harus
dikomunikasikan antara lain pengaturan posisi, latihan napas dan batuk efektif,
humidifier dan nebulizer, serta suctioning. Rencana ini perlu dikomunikasikan
kepada pasien agar mereka kooperatif dan dapat memberikan persetujuan terkait
tindakan yang direncanakan.

Contoh komunikasi tahap perencanaan:

Perawat:

 “Saluran napas ibu tidak bersih, saya merencanakan untuk melakukan


pengajaran tentang latihan napas dan batuk efektif.”
 “Untuk mengencerkan lendir dan membebaskan jalan napas ibu, saya akan
melakukan nebilizer 2 kali sehari pagi dan sore.”

4). Menerapkan komunikasi tahap Implementasi pada klien dengan gangguan


kebutuhan (oksigen)

Sesuai dengan rencana, beberapa tindakan yang dilakukan kepada pasien dengan
gangguan kebutuhan oksigen, antara lain pengaturan posisi, latihan napas dan batuk
efektif, humidifier dan nebulizer, serta suctioning. Sebelum melakukan tindakan ini,
penting bagi perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik untuk memberikan
penjelasan terkait tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.

Contoh komunikasi tahap implementasi:

Perawat:

 “Saya akan mulai mengajarkan bagaimana cara bernapas dan batuk yang
efektif. Apakah ibu sudah siap?”

5). Menerapkan komunikasi tahap evaluasi pada klien dengan gangguan


kebutuhan (oksigen)

Tahap terakhir proses keperawatan adalah evaluasi. Aktivitas ini dilakukan untuk
mengukur pencapaian keberhasilan asuhan dan tindakan yang telah dilakukan sesuai
standar. Pada pasien dengan gangguan oksigen, komunikasi perlu dilakukan untuk
mengetahui respons subjektif pasien terkait terpenuhinya kebutuhan oksigen.

Contoh komunikasi tahap evaluasi:

Perawat:

 “Setelah dilakukan nebulizer, jalan napas ibu telah kembali terbuka


sehingga tidak ada lagi suara napas yang keluar saat ibu bernapas.”
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang dilakukan oleh seseorang
kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan persamaan pikiran antara pengirim dan
penerima pesan.

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara pengobat dan pasien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien yang mempengaruhi perilaku pasien.

Gangguan fisik diakibatkan oleh penyebab fisik yang beraneka ragam. Dengan
mengetahui perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa gangguan psikologis seharusnya
disembuhkan dengan sarana psikologi seperti psikoterapi dan terapi perilaku, sedangkan
gangguan fisik disembuhkan secara medis.

3.2 Saran

Saran yang ingin disampaikan dengan penulisan makalah ini yaitu:

1. Pengobat harus bisa menghadapi pasien dengan gangguan fisik agar terjadi hubungan
terapeutik dengan pasien. Walaupun pasien mempunyai gangguan persepsi sensori,
pengobat harus merawat pasien dengan baik dan mengetahui teknik-teknik
komunikasi yang harus lebih diperhatikan.
2. Pengobat mampu menguasai cara-cara berkomunikasi denganpasien yang terganggu
fisik lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana terapeutik berkomunikasi
dengan pasien gangguan fisik, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui pada
saat akan berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Mundakir.2001.Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.Yogyakarta:Graha


Ilmu

Dalami, Ernawati, dkk.2002.Komunikasi Keperawatan.Jakarta:Trans Info Media

Arnawi.2002.Komunikasi dalam Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anjaswari,Tri.2006.Komunikasi Keperawatan.Jakarta:Pusdik SDM Kesehatan

https://id.scribd.com/document/400701207/368844252-Komunikasi-Pada-Klien-
Gangguan-Fisik-Dan-Jiwa

http://repository.unpkediri.ac.id/3117/1/BA%20Dasar%20Komunikasi%20Untuk
%20Mahasiswa%20perawat.pdf

http://pohoseng.com/komunikasi-pada-pasien-gangguan-fisik-dan-jiwa/

https://id.scribd.com/document/485117468/Komunikasi-Terapeutik-Gangguan-
Fisik-docx

https://pdfcoffee.com/komunikasi-pada-klien-gangguan-fisik-dan-jiwa-pdf-free.html

https://id.scribd.com/document/433864964/Komunikasi-Terapeutik-Dengan-
Gangguan-Fisik

Anda mungkin juga menyukai