Mata Ajar K3
Disusun Oleh :
Wulandari 191FK03036
3A- Keperawatan
FAKULTAS KEPERAWATAN
FEBRUARI,2022
Trend and issue dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup serta
meningkatkan produktivitas pekerja. Dengan demikian, hal tersebut akan berdampak pada
keuntungan perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2013:161) kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang
bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang di akibatkan oleh lingkungan
kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor – faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan lingkungan yang dapat membantu stres emosi atau
gangguan fisik.
Mangkunegara (2013:161), juga menyatakan bahwa keselamatan kerja menunjukan
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Resiko keselamatan merupakan aspek – aspek lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian
alat tubuh, penglihatan, pendengaran, semua itu sering berhubungan dengan perlengkapan
perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas – tugas kerja yang membutuhkan
pemeliharaan dan pelatihan.
Menurut Mangkunegara (2002:163), kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pun telah dinyatakan pada Pasal 86 ayat 2
angka 31 UU Nomor 13 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa setiap pekerja/ buruh
mempunyi hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja untuk
melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal di
selenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”
Menurut International Labor Organizational (ILO), Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik,
mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan
dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan
kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.
Dalam pedoman ILO tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(dikenal sebagai ILO-OSH 2001), disebutkan bahwa tindakan pencegahan dan perlindungan
harus dilaksanakan dalam urutan prioritas berikut: (i) menghilangkan bahaya; (ii)
mengendalikan risiko pada sumber (melalui penggunaan pengendalian rekayasa atau tindakan
organisasional); (iii) meminimalkan risiko dengan merancang sistem kerja yang aman
(termasuk tindakan administratif yang diambil untuk pengendalian risiko); dan (iv) apabila
risiko residual tidak dapat dikendalikan dengan tindakan kolektif, perusahaan harus
menyediakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai tanpa biaya dan mengambil tindakan
untuk memastikan penggunaan dan pemeliharaannya. (ILO, 2001)
Keselamatan Kerja telah diatur dalam Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja dalam pasal 3 ayat (1) dan pasal 9 ayat (3), yang berbunyi:
“Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
Menurut Mangkunegara (2013:162) bahwa tujuan dan manfaat dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Tujuan dan manfaat dari keselamatan dan kesehatan kerja ini tidak dapat terwujud dan
dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja
saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.
Menurut Sunyoto (2012:242) ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan kesehatan
kerja:
1. Berdasarkan Perikemanusiaan
Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas dasar
perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi
sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya
sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan.
2. Berdasarkan undang-undang
Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undang-undang
negara bagian dan undang-undang kota praja tentang keselamatan dan kesehatan kerja
dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.
3. Ekonomis
Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya kecelakaan
dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan.
Menurut Komang dikutip oleh Sunyoto (2012:242) Departemen tenaga kerja republik
Indonesia mengharapkan bahwa upaya pencegahan kecelakaan adalah merupakan program
terpadu koordinasi dari berbagai aktivitas, pengawasan yang terarah yang didasarkan atas
sikap, pengetahuan, dan kemampuan.
Beberapa ahli telah mengembangkan teori pencegahan kecelakaan dikenal 5 tahapan yaitu :
a. Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 (No. 155) dan Rekomendasi (No.
164) yang menyertainya telah menetapkan prinsip-prinsip dasar untuk kebijakan dan
strategi tingkat nasional dan perusahaan yang ditujukan untuk mempromosikan
keselamatan dan kesehatan kerja serta memperbaiki kondisi kerja. Konvensi juga
mendefinisikan tanggung jawab pengusaha, hak pekerja dan perwakilan mereka, dan
persyaratan mengenai informasi, pendidikan dan pelatihan. Protokol 2002 (No.155)
menggabungkan ketentuan khusus untuk pencatatan dan notifikasi kecelakaan dan
penyakit di tempat kerja.
b. Konvensi Pelayanan Kesehatan Kerja, 1985 (No. 161) dan Rekomendasi (No. 171)
yang menyertainya menetapkan dibentuknya pelayanan kesehatan kerja di tingkat
perusahaan, yang bertanggungjawab untuk memberikan saran kepada pengusaha,
pekerja dan perwakilan mereka di perusahaan tentang pemeliharaan lingkungan kerja
yang aman dan sehat.
c. Kerangka Promosi untuk Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2006 (No.
187) dan Rekomendasi (No. 197) yang menyertainya mempromosikan budaya
pencegahan keselamatan dan kesehatan melalui pembuatan dan penerapan kebijakan
nasional, sistem dan program K3. Menurut Rekomendasi No. 197, sistem nasional
harus menerapkan langkah-langkah yang tepat untuk melindungi semua pekerja,
khususnya pekerja di sektor-sektor berisiko tinggi dan kelompok-kelompok pekerja
rentan seperti pekerja ekonomi informal, pekerja migran dan muda. Rekomendasi
tersebut juga mempromosikan penggunaan pendekatan peka-jender ketika merancang
sistem nasional, sehingga memberikan perlindungan bagi perempuan dan laki-laki.