Muh Fahmi Ramadhan 10400117097 Lengkap Sekali
Muh Fahmi Ramadhan 10400117097 Lengkap Sekali
DRAFT PROPOSAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
(SH) Prodi Ilmu Hukum Pada Fakultas Syariah dan Hukum
OLEH :
2021
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................12
1. Fokus Penelitian......................................................................................12
2. Deskripsi Fokus.......................................................................................13
D. Metode Penelitian.......................................................................................14
3) Sumber Data............................................................................................15
5) Instrumen penelitian................................................................................16
6) Analisis data............................................................................................16
E. Tujuan penelitian.......................................................................................16
F. Manfaat penelitian.....................................................................................17
G. Kajian Pustaka...........................................................................................17
BAB II...................................................................................................................19
1. Pengertian Pasien....................................................................................19
1. Pengertian Dokter....................................................................................21
BAB III..................................................................................................................30
1. Pengertian Malapraktik...........................................................................30
2. Unsur-Unsur Malpraktik.........................................................................32
3. Jenis-Jenis Malapraktik...........................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI) yang berbunyi bahwa “Negara indonesia
adalah negara hukum”. Ini berarti bahwa setiap tindakan harus didasarkan atas
dasar hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, hal tersebut telah diatur
didalam konstitusi yang menjadi dasar terbentuknya sebuah negara. Berdasarkan
amanat Pasal 28H Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUDNRI) yang berbunyi “bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.1
ُُح ِّر َمتْ َعلَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَ ْح ُم ا ْل ِخ ْن ِز ْي ِر َو َمٓا اُ ِه َّل لِ َغ ْي ِر هّٰللا ِ بِ ٖه َوا ْل ُم ْن َخنِقَة
سبُ ُع اِاَّل َما َذ َّك ْيتُ ۗ ْم َو َما ُذبِ َح َعلَى َّ َوالنَّ ِط ْي َحةُ َو َمٓا اَ َك َل الlَُوا ْل َم ْوقُ ْو َذةُ َوا ْل ُمت ََر ِّديَة
س الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِمنْ ِد ْينِ ُك ْم فَاَل ٌۗ س
َ ق اَ ْليَ ْو َم يَ ِٕى ْ ِس ُم ْوا بِااْل َ ْزاَل ۗ ِم ٰذلِ ُك ْم ف
ِ ستَ ْق
ْ َب َواَنْ ت ِ صُ ُّالن
ض ْيتُ لَ ُك ُم ِ اخش َْو ۗ ِن اَ ْليَ ْو َم اَ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَ ْت َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِ ْي َو َر ْ ت َْخش َْو ُه ْم َو
ف اِّل ِ ْث ۙ ٍم فَاِنَّ هّٰللا َ َغفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم
ٍ ِة َغ ْي َر ُمت ََجانlٍ ص َ اضطُ َّر فِ ْي َم ْخ َم ْ ساَل َم ِد ْينً ۗا فَ َم ِن
ْ ِ ااْل
Terjemahannya :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan
(daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik,
yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan
azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai
agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin
2
Yuliana, Corona Virus Diseases (Covid-19) Sebuah Tinjauan Literatur, dalam Jurnal
Wellness And Healthy Magazine Vol 2 No. 1, 2020.
3
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Situs resmi
https://quran.kemenag.go.id/sura/5 Diakses pada tanggal 7 januari 2020.
berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”
(QS. Al-Mā`idah Ayat 3)
Virus tersebut telah menjangkit seluruh negara didunia dimana telah
mengakibatkan jutaan manusia meninggal. Selain itu virus tersebut telah
melumpuhkan aktivitas perekonomian dan telah membatasi pergerakan manusia
antar wilayah dan daerah. Ini merupakan penjabaran dari hadis Nabi Muhammad
SAW yang telah memperingatkan kepada ummatnya untuk tidak dekat dengan
wilayah yang sedang ditimpa suatu wabah penyakit dan sebaliknya jika berada di
dalam tempat atau wilayah yang terkena wabah maka dilarang untuk keluar dari
wilayah tersebut.4
Terjemahannya:
“Dari Abdullah bin Amir bin Rabi‘ah, Umar bin Khattab RA menempuh
perjalanan menuju Syam. Ketika sampai di Sargh, Umar mendapat kabar
bahwa wabah sedang menimpa wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf
mengatakan kepada Umar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Bila
kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan
memasukinya. Tetapi jika wabah terjadi wabah di daerah kamu berada,
maka jangan tinggalkan tempat itu.’ Lalu Umar bin Khattab berbalik arah
meninggalkan Sargh,” (HR Bukhari dan Muslim).
Kesehatan adalah aset paling berharga yang dimiliki setiap individu di
dunia. Jika tubuh sehat, maka dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
lancar. Di era sekarang ini, masalah kesehatan merupakan salah satu hal yang
sangat penting, selain masalah ekonomi di seluruh pelosok dunia, khususnya di
Indonesia. Dalam tiga bulan terakhir, muncul virus baru yang menggemparkan
4
An-Nawawi, Al-Minhaj, Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj, (juz VII, Kairo: Darul
Hadits, 2001) h. 466.
dunia, tidak hanya di Indonesia. Virus ini disebut-sebut sebagai virus yang
mematikan, terbukti dari jumlah kematian yang dideritanya. Virus itu bernama
korona. virus Covid-19.
Saat kasus positif Covid-19 meningkat drastis, banyak rumah sakit yang
kewalahan menangani lonjakan pasien terinfeksi virus corona. Hal ini tidak hanya
terjadi di Indonesia, tetapi juga dialami oleh hampir seluruh rumah sakit di dunia
yang bermasalah dengan manajemen dan infrastruktur untuk memberikan
pelayanan karena jumlah pasien yang melonjak dalam waktu singkat. Selain itu,
Covid-19 merupakan penyakit menular yang bisa berakibat fatal jika tidak
ditangani dengan baik. Pasien dapat mengalami kegagalan sistem pernafasan akut
dan memerlukan sarana dan prasarana khusus seperti ICU, ruang isolasi khusus,
oksigen dan ventilator. Peningkatan tajam jumlah pasien Covid-19, jika tidak
segera diantisipasi, dapat berdampak pada ketidakmampuan rumah sakit untuk
menampung dan merawat pasien kritis akibat Covid-19 menyediakan unit
perawatan intensif (ICU) yang diperlukan dengan peralatan kipas angin. Keadaan
ini berdampak negatif terhadap keselamatan pasien, terutama jika rumah sakit
tidak menerapkan rencana bencana rumah sakit atau disingkat HDP di rumah
sakit, yang merupakan mekanisme dan prosedur penanganan pandemi dalam
pelayanan rumah sakit. Kondisi bencana Covid-19 berdampak pada kualitas dan
keamanan pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada pasien. Kesalahan atau
keterlambatan dalam diagnosis penyakit berkontribusi sekitar 10% dari kematian
di rumah sakit. Selain itu, kegagalan untuk berkomunikasi dengan profesional
kesehatan tentang memberikan perawatan berkontribusi 70% terhadap insiden
yang menyebabkan pasien meninggal atau pasien menjadi cacat. Dalam pandemi
ini, angka-angka ini kemungkinan akan lebih tinggi. Pada dasarnya, keselamatan
pelayanan di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kepatuhan petugas kesehatan
dan pasien terhadap prosedur, ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang
standar, pelatihan yang terstandarisasi dan pemahaman petugas kesehatan tentang
protokol penanganan Covid-19. infrastruktur, ketepatan penanganan dan
penanganan kasus Covid-19 yang bertahan dari waktu ke waktu. Data Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan hanya 60% rumah sakit di
Indonesia yang memiliki ventilator. Paling banyak di Jawa Barat ada sekitar 1.200
unit, sedangkan paling sedikit di Maluku yang hanya memiliki 22 kipas. Rata-rata
jumlah ventilator yang tersedia di setiap rumah sakit biasanya hanya 3-4 unit, dan
ini dinilai sangat tidak memadai untuk menampung peningkatan pasien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis dapat
mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan hukum terhadap pasien covid dimasa pandemi covid di
indonesia ?
2. Bagaimana implementasi dalam penanganan malpraktek yang dialami pasien
covid ?
1. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas maka
penelitian ini fokus pada penelitian mengenai akibat hukum. Mengenai deskripsi
fokus penelitian yang akan diteliti oleh penulis yakni bagaimana aturan hukum
terkait pengaturan hukum terhadap tindakan malapraktek yang ditimbulkan oleh
tenaga kesehatan disaat pandemi virus covid-19. Selanjutnya fokus penelitian
yang kedua yakni mengenai pertanggungjawaban terhadap tindakan malapraktek
yang ditimbulkan oleh tenaga kesehatan disaat pandemi virus covid-19
Untuk mengetahui inti sari dan garis besar yang akan dibahas dalam
skripsi ini, maka diperlukan penjelasan yang muda untuk dipahami terkait poin-
poin penting dari judul skripsi ini, berupa Hak Diskresi, Hak Impunitas, dan
pengelolaan keuangan negara.
2. Deskripsi Fokus
Untuk mengetahui inti sari dan garis besar yang akan dibahas dalam
skripsi ini, maka diperlukan penjelasan yang muda untuk dipahami terkait poin-
poin penting dari judul skripsi ini, yakni:
D. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah ilmu yang dapat menyelidiki metode-metode
yang dapat digunakan dalam setiap tahap penelitian. Untuk memperoleh dan
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan ini, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
Riset ini menggunakan penelitian deskriptif analisis jika dilihat dari segi
5
Mestika Zed,”Metode Penelitian Kepustakaan”,(Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014), h 1
membaca buku-buku serta artikel, melihat peraturan perundang-undangan,
dan lainnya yang berhubungan dengan riset ini selaku bahan rujukan.
2) Pendekatan penelitian
3) Sumber Data
Sebagai pencarian pustaka, ada dua jenis sumber data yang dijelaskan
sebagai berikut:
Dalam melengkapi skripsi ini supaya tujuan bisa lebih mengena serta serta
5) Instrumen penelitian
Alat penelitian adalah alat yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
membantu mengumpulkan data agar tersusun secara sistematis. Oleh karena itu,
peneliti menggunakan alat yang berbeda dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
a. Sebuah. Peneliti
b. Laptop / Android
c. Jaringan internet
d. Perlengkapan tulis.
6) Analisis data
Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik kualitatif untuk analisis
data. Analisis data kualitatif adalah suatu metode yang digunakan secara
sistematis untuk mencari pola, memilih, mengelola, menemukan, menemukan hal-
hal apa saja yang penting untuk dipelajari dan memutuskan apa yang kemudian
dapat dikaji dalam suatu penelitian. Sehingga tujuan peneliti dapat dideskripsikan
dan data dapat disimpulkan serta permasalahan dapat dipecahkan berdasarkan data
yang diperoleh. 7
6
Husaini Usman Poernomo, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.
54.
7
Abdurrahman Fathoni,”Metode Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi”,(Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2006).
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan pokok di atas, penelitian ini dilakukan untuk
mencapai beberapa tujuan yang diharapkan berdampak pada pengetahuan tentang
tanggung jawab tenaga kesehatan atas tindakan malpraktik dalam keadaan darurat
(pandemi Covid-19) dengan terjadinya perbuatan kriminal. . kasus malpraktik
yang menentukan apakah seorang pasien terpapar oleh diagnosa petugas
kesehatan, seringkali salah. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum perlindungan korban malpraktik
dalam pelayanan kesehatan pada masa pandemi COVID-19 menurut
undang-undang yang berlaku di Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mempertanggungjawabkan tindak
pidana malpraktik tenaga medis menurut Undang-Undang 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
F. Manfaat penelitian
Manfaat dan kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Penggunaan teoritis
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
pengetahuan khususnya dalam bidang hukum pidana tentang hak dan kewajiban
pasien/masyarakat dan dokter, serta diharapkan dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat mengenai tanggung jawab tenaga medis dalam pelaksanaan
malpraktik. pasien atau merugikan masyarakat.
2. Penggunaan praktis
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai malpraktik
medik mengenai peraturan dan tanggung jawab.
b) Melalui skripsi ini, penulis juga berharap dapat memberikan masukan
kepada tenaga kesehatan, pemerintah dan penegak hukum dalam
melaksanakan tugasnya, terhadap tindakan dan pengawasan tenaga
kesehatan.
c) Dengan penulisan disertasi ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
mengembangkan serta meningkatkan kemampuan penulis dalam bidang
hukum khususnya hukum pidana malpraktik.
G. Kajian Pustaka
Untuk jelas dan validnya sebuah karya tulis ilmiah maka penting untuk
memberikan rujukan untuk memahami sehingga dapat memperkuat skripsi ini.
Rujukan serta referensi dalam Skripsi ini merupakan sumber yang sangat penting
untuk menyusun berbagai pembahasan. maka dari itu penulis mengambil beberapa
bahan penunjang dan pembanding yang tentunya berkaitan dengan skripsi, yakni
sebagai berikut:
1. Aswad Akbar Siregar,Dalam Skripnya di Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara Medan Fakultas Hukum Terbitan 2020 yang berjudul
“Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Terkena Virus Corona Menurut
Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Dan Undang-
Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran” Karya Aswad
Akbar Siregar, Memfokuskan peneletian yang dimana membahas
mengenai bagaimana lamgkah-langkah mengatasi dan menangani virus
corona yang diderita pasien di indonesia. Kedudukan pasien yang terkena
virus corona adalah sebagai konsumen yang menerima jasa pengobatan
atas penyakit yang dideritanya, Oleh sebab itu hak-hak yang di atur untuk
konsumen dalam Undang-Undang perlindungan konsumen berlaku bagi
pasien yang terkena virus corona, selain itu hak-hak pasien menurut
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit juga
berlaku bagi pasien yang terkena virus corona. Bahwa
Pertanggungjawaban Rumah Sakit terhadap pasien yang terkena virus
corona berupa memberikan segala hak-hak pasien yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahwa Perlindungan hukum
terhadap pasien yang terkena virus corona berupa lahirnya kebijakan-
kebijakan ataupun aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
melindungi masyarakat dan pasien covid-19. Salah satunya adalah dengan
cara mengeluarkan aturan mengenai klaim biaya pelayanan medis
terhadap pasien yang terkena virus corona. Dan perlindungan-
perlindungan lain yang diatur dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.
2. Andi Riska dalam sebuah jurnalnya di-iqtishady, Volume 5, No 1 Tahun
2016 yang Berjudul “PENEGAKAN HUKUM MALPRAKTIK
MELALUI PENDEKATAN MEDIASI PENAL” Karya Andi Riska
Fitriono Dari Universitas Sebelas Maret. Memfokuskan penelitian yang
dimana merumuskan penegakan hukum malpraktik melalui pendekatan
mediasi penal yang tepat dan memberikan win-win solution bagi para
pihak yang terlibat dalam sengketa medik. Target khususya itu
mengidentifikasi, menginventarisasi ketentuan pengaturan mallpraktek
medis di Indonesia. Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan
ini adalah metode yuridis normatif yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder berupa hukum
positif.Hasil pembahasan menunjukan Bentuk sengketa medik yang
semakin kompleks membutuhkan suatu model penyelesaian yang mampu
mengurai permasalahan dengan lebih luas, komprehenship dan luwes
dengan melibatkan para pihak yang bersengketa dalam proses
pengambilan keputusan ; (b) Mampu mengurangi jumlah sengketa medik
yang diselesaikan melalui jalur litigasi / pengadilan , sehingga dapat
mengurangi menumpuknya perkara dalam jalur pengadilan ini. Melalui
Lembaga Penyelesaian Sengketa Medik maka akan dapat menumbuhkan
kepercayaan dan akhirnya akan menjadi pilihan pasien untuk
menyelesaikan sengketanya dengan dokter/dokter gigi / sarana pelayanan
kesehatan ; (c) Mampu mengatasi keluhan-keluhan pasien / keluarganya
dalam memperoleh perlindungan, meskipun penyelesaian sengketa ini
belum tentu dapat memuaskannya. Namun demikian adanya model
tersebut diharapkan mampu memberikan solusi baik bagi pasien maupun
tenaga kesehatan dalam menyelesaikan masalah medic, tanpa harus
melibatkan banyak orang yang tidak berkepentingan.
3. Ninik Mariyanti Dalam bukunya Malapraktek Kedokteran Dari Segi
Hukum Pidana Dan Perdata. Dalam buku ini membahas mengenai Dasar-
Dasar Malapraktek Kedokteran. Malpraktik adalah kelalaian seorang ahli
untuk meningkatkan keterampilan yang digunakan dalam menangani
pasangan miskin. Kelalaian yang dimaksud di sini adalah ketidakpedulian,
tidak melakukan dengan hati-hati dan wajar apa yang perlu dilakukan.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PASIEN, DOKTER DAN RUMAH SAKIT
1. Pengertian Pasien
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pasien adalah
orang sakit (diobati oleh dokter). Arti lainnya dari sabar adalah penderita (sakit).
Pasien atau pasien adalah seseorang yang menerima pelayanan kesehatan, dimana
kata pasien berasal dari bahasa Indonesia, analog dengan kata pasien yaitu dari
bahasa Inggris yang berasal dari kata latin patiens yang memiliki arti yang sama
dengan kata kerja pati yang berarti " kepada " orang yang dirawat oleh dokter atau
pasien.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang kewajiban
rumah sakit dan kewajiban pasien Pasal 1 angka 2 bahwa pasien adalah seseorang
yang berkonsultasi mengenai masalah kesehatannya dalam rangka memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam rumah sakit Berikut adalah pendapat berbagai ahli tentang
pengertian pasien, antara lain:
Sebuah.
a. Menurut Prabowo, pasien adalah orang atau individu yang memiliki
kelemahan fisik atau mental dan tunduk pada pengawasan dan
pengobatannya, serta menerima dan mengikuti pengobatan yang
ditentukan. ditetapkan oleh pihak tenaga kesehatan (wilhamda, 2011).
b. menurut Aditama, pasien adalah mereka yang diobati atau mendapat
pengobatan dirumah sakit (Aditama, 2002).
c. Menurut Soejadi, pasien adalah individu yang paling terpenting
didalam rumah sakit (Soejadi, 1996).
Berdasarkan beberapa definisi pasien yang dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pasien memiliki kelemahan fisik atau mental dengan
pengawasan dan pengobatan, menerima dan setelah terapi fisik.
2. Hak dan kewajiban pasien
Dari perspektif etika dan hak kesehatan, baik masyarakat maupun tenaga
kesehatan memiliki hak dan kewajiban yang diakui bersama. Hak-hak masyarakat
atau pasien harus dihormati oleh setiap tenaga kesehatan, dan sebaliknya hak-hak
tenaga kesehatan juga harus diakui dan dihormati oleh masyarakat sebagai
pengguna jasa.8
1. Pengertian Dokter
Sedangkan pengertian dokter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli di bidang penyakit dan
pengobatannya.9 Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seorang dokter
adalah penyedia layanan kesehatan yang menjalankan profesi medis, khususnya
promosi, pemeliharaan atau pemulihan kesehatan manusia melalui studi, diagnosis
9
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka; 2003
dan pengobatan penyakit, cedera dan fisik dan mental lainnya. gangguan..10
Sedangkan yang dimaksud dengan dokter menurut Permenkes nomor
2052/MENKES/PER/X/2011 adalah dokter yang telah memperoleh pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi di luar negeri dan di luar negeri, yang diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.11
10
World Health Organization, Medical Records Manual, A Guide for Developing
Countries, 2006.
11
Komalawati, Veronica. Peranan informed consent dalam transaksi terapeutik
persetujuan dalam hubungan dokter dan pasien : suatu tinjauan yuridis. Bandung: Citra Aditya
Bakti; 1999.
12
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
13
Indonesia, Konsil Kedokteran. "Komunikasi efektif dokter-pasien." Jakarta:
KKI (2006). H.20
3) menyimpan semua yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah
pasien meninggal;
4) melakukan pertolongan pertama atas dasar kemanusiaan, kecuali dia
yakin bahwa orang lain yang bertugas mampu melakukannya;
5) menambah pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi.
Dokter adalah profesi yang bersifat manusiawi dan melayani anggota
masyarakat yang memiliki masalah dengan hidup atau mati, mereka yang
menderita dan mereka yang kesakitan. Menurut undang-undang no. 29 tahun 2004
tentang praktik kedokteran, kewajiban dokter meliputi:14
Hak Dokter/Dokter Gigi
1) memperoleh perlindungan hukum selama menjalankan tugasnya sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur;
2) memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar
prosedur;
3) memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya; dan
4) menerima biaya layanan.
14
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum.15
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain
Jenis tenaga kesehatan yang umum dikenal masyarakat adalah dokter, dokter gigi,
perawat, dan bidan.
15
https://kampushebat.com/pengertian-tenaga-kesehatan-dan-tenaga-medis/
profesional memberikan pelayanan kesehatan setelah menempuh pendidikan dan
pelatihan formal dalam disiplin ilmu tertentu16.
16
https://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kesehatan
BAB III
TINJAUAN TENTANG TINDAK PIDANA MALAPRAKTIK
1. Pengertian Malapraktik
Istilah malpraktik berasal dari kata “crazy” yang berarti buruk dan kata
“practice” yang berarti perbuatan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
malpraktek berarti suatu perbuatan atau perbuatan buruk, dengan kata lain
merupakan kelalaian (bad practice) profesi untuk menjalankan profesinya.
Malpraktik memiliki berbagai istilah yang sering digunakan di Indonesia antara
lain malpraktik, malpraktik, malpraktik, malpraktik dan sebagainya. Namun,
istilah yang benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 'malpractice',
sedangkan dalam kamus kedokteran disebut 'malpractice', yang berarti praktik
buruk atau praktik buruk.
Malpraktik adalah tindakan praktik kedokteran yang dilakukan secara
tidak benar, tidak tepat, tidak sesuai dengan peraturan dan tidak sesuai dengan
kode etik. Malpraktek adalah pengobatan yang salah dari penyakit atau cedera
karena ketidaktahuan, kelalaian atau sengaja menyakiti pasien. Istilah medis
untuk malpraktik berarti praktik medis yang buruk.
Istilah malpraktik menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah praktik
kedokteran yang tidak sesuai dengan ilmu kedokterannya, yang melanggar hukum
dan kode etik kedokteran.17 Malpraktik merupakan istilah yang berkonotasi
negatif, hal ini disebabkan oleh praktik buruk seseorang yang memiliki profesi
medis untuk mendiagnosis suatu penyakit atau cedera saat menjalankan tugasnya
selama operasi dan setelah perawatan. Malpraktek adalah suatu tindakan medis
yang dilakukan dengan sengaja, atau yang terdapat unsur kelalaian yang tidak
boleh dilakukan oleh seorang ahli medis di dunia medis, dan tindakan yang
mengakibatkan hal fatal, seperti cacat fisik bahkan kematian.
Berikut pendapat malapraktek menurut beberapa ahli diantaranya:
17
J.S. Badudu & Sutan Muhammad Zain, Kamus Bahasa Umum Indonesia, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan), 1994, h. 852
a. Menurut Jhon M. Echols dan Hasan Schaldily dalam kamus bahasa inggris
indonesiannya “malpractice” adalah cara pengobatan pasien yang salah.18
b. Pemahaman Ninik Maryati tentang konsep malpraktik medik dapat
diartikan sebagai suatu bencana yang timbul sebagai akibat dari suatu
praktik kedokteran, yaitu suatu bencana yang disebabkan karena
sebelumnya tidak sengaja Anda lupakan, melainkan oleh kelalaian
dokter.19 Ditambahkan oleh Ninik Maryanti, bahwa tindakan dokter yang
tidak menguntungkan ini merupakan akibat dari:
1) Tidak tahu
2) tidak melakukan pemeriksaan secara menyeluruh; atau
3) Melakukan sesuatu yang tidak memenuhi standar profesi kedokteran
19
Ninik Maryati, Malpraktek Kedokteran dari Segi Hukum Pidana dan Perdata, Jakarta :
Bina Aksara, 1992, h. 39
Kelalaian yang dimaksud di sini adalah ketidakpedulian, tidak melakukan dengan
hati-hati dan wajar apa yang perlu dilakukan.
Kelalaian atau kelalaian adalah pelanggaran hukum atau pelanggaran, jika
tidak merugikan atau merugikan orang lain, dan orang lain dapat mengambilnya.
Ini didasarkan pada prinsip hukum "De minimis noncurat lex." Yang artinya
hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap sepele. Namun jika kelalaian
tersebut menimbulkan kerugian materiil, luka-luka atau bahkan merenggut nyawa
orang lain, maka kelalaian tersebut tergolong kelalaian berat (culpu lata) dan
merupakan tindak pidana. Kriteria untuk mengklasifikasikan perbuatan sebagai
culpa talta adalah: 20
a) Perbuatan itu melawan hukum
b) Hasil dapat dihindari
c) Dapat disarankan
d) Perbuatannya dapat dipersalahkan.
2. Unsur-Unsur Malpraktik
Malpraktik Medis Untuk memahami kedudukan hukum, makna dan isinya
serta akibat hukumnya bagi produsen, maka isi dan persyaratannya harus
dipahami secara utuh dalam tiga aspek utama malpraktik medis. Malpraktek
medis ditemukan dalam penyidikan, yang mengekstrak diagnosis dari fakta hasil
pemeriksaan, bentuk pengobatan terapeutik dan pengobatan untuk mencegah
kerugian akibat kesalahan diagnosis dan terapi yang salah.
Tindakan dalam tindakan medis dokter dapat berupa tindakan aktif dan
dapat juga berupa tindakan pasif. Tindakan dalam pelayanan/pengobatan dokter
yang mungkin menyalahkan produsen harus ilegal. Sifat illegal yang muncul
disebabkan oleh beberapa kemungkinan, antara lain:
Sebuah. Pelanggaran standar tenaga medis;
a. pelanggaran standar operasional prosedur;
b. Pelanggaran hukum, misalnya praktik tanpa SIP (Surat Izin Praktik) atau
STR (Surat Tanda Daftar);
20
Asyhadie zaeni, Aspek-Aspek Hukum Kesehatan Di Indonesia Ed.1, Cet. 2 (Depok:
Rajawali Pers,2018), h. 116
c. Pelanggaran Kode Etik Kedokteran;
d. pelanggaran prinsip kedokteran umum;
e. Pelanggaran kesusilaan umum;
f. Praktek kedokteran tanpa persetujuan;
g. Terapi tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien;
h. Terapi tidak sesuai dengan informed consent;
Pertimbangan untuk menentukan adanya malpraktik medik tidak lepas dari sikap
batin dokter sebelum melakukan sesuatu terhadap pasiennya. Sikap mental yang
diperlukan dalam malpraktek hukum dapat berupa kesengajaan atau kelalaian.
Unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya malpraktik antara lain:
a. Adanya perbuatan (aktif maupun pasif) tertentu dalam praktek kedokteran.
b. Yang dilakukan oleh dokter atau yang ada dibawah perintahnya.
c. Dilakukan terhadap pasiennya.
d. Dengan sengaja maupun kelalaian.
e. Yang bertentangan dengan standar profesi, standar prosedur,
prinsipprinsip professional kedokteran atau melanggar hokum, atau
dilakukan tanpa wewenang baik disebabkan tanpa informed consent, tanpa
STR tanpa SIP dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien dan
sebagainya.
f. Yang menimbulkan akibat kerugian bagi kesehatan fisik maupun mental,
atau nyawa pasien.21
3. Jenis-Jenis Malapraktik
Malpraktik didefinisikan sebagai praktik medis yang tidak benar atau tidak
sesuai dengan standar profesi atau standar operasional. Sebenarnya istilah
malpraktik tidak dikenal dalam Hukum Positif KUHP. Namun kita bisa
menggunakan istilah malpraktik medik dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan dan undang-undang no. 29 tentang praktik kedokteran Indonesia.
Malpraktik medis dibagi menjadi tiga jenis, yaitu malpraktik pidana,
malpraktik perdata, dan malpraktik administratif. Malpraktek pidana terjadi
21
Para dipta, dalam http://.blogspot.co.id/2011/02/malpraktik.html yang diakses tanggal 6
juli 2020.
apabila seorang dokter melanggar hukum dan menyebabkan dia dituntut oleh
negara, misalnya dokter yang melakukan aborsi tanpa indikasi medis (abortus
provokatus criminalis). Sedangkan malpraktik perdata adalah ketika seorang
dokter dapat menyebabkan pasien meninggal atau luka-luka karena
pengobatannya tetapi tidak melanggar hukum pidana, sedangkan malpraktik
administratif adalah ketika seorang dokter tidak memiliki surat izin praktik/surat
tanda registrasi dan lain-lain. Pelanggaran ini dikenakan sanksi pidana, perdata
dan administratif.22
a. Malpraktik Etik (ethical malpractice)
Malpraktik adalah perbuatan dokter yang bertentangan dengan etika
kedokteran, sebagaimana diatur dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia,
yaitu seperangkat standar, prinsip, dan aturan etik yang berlaku bagi dokter.
b. Malpraktik Medik (medical malpractice)
John D.Blum mendefinisikan: Malpraktik medis adalah suatu bentuk
kelalaian profesional di mana cedera serius diderita pasien penggugat
sebagai akibat langsung dari tindakan atau kelalaian praktisi tergugat.
(Malpraktik medis adalah suatu bentuk kelalaian profesional yang
merugikan pasien/penggugat akibat perbuatan atau kelalaian
dokter/terdakwa). Rumusan umum dalam dunia kedokteran adalah
kesalahan profesional atau kurangnya keterampilan biasa dalam melakukan
tindakan profesional, tetapi seorang praktisi bertanggung jawab atas segala
kerusakan atau cedera yang disebabkan oleh malpraktik. (Malpraktik
adalah tindakan yang tidak patut dari suatu profesi atau kurangnya
keterampilan dasar dalam melakukan pekerjaan yang biasa digunakan
untuk mengobati atau melukai orang di lingkungan yang sama.
c. Malpraktik Yuridis (juridical malprctice)
Malpraktik hukum merupakan pelanggaran atas kelalaian dalam
pelaksanaan hukum yang melanggar ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Malpraktek hukum termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
22
Fitriono, Riska Andi, Budi Setyanto, and Rehnalemken Ginting. "Penegakan Hukum
Malpraktik Melalui Pendekatan Mediasi Penal." Yustisia Jurnal Hukum 5.1 (2016), h. 148-161.
1) malpraktik sipil (civil malpractice)
Malpraktik perdata adalah malpraktik yang terjadi ketika dokter tidak
memenuhi kewajibannya (telah ingkar janji), yaitu tidak memberikan
pelayanan sesuai dengan yang diperjanjikan. Silahkan hubungi kami
untuk informasi lebih lanjut tentang dokter:Tidak melakukan apa yang
menurut kesepakatan wajib dilakukan,
a) Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak sempurna,
b) Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat,
c) Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya
dilakukan.
2) Malpraktik Pidana (criminal malpractice)
Malpraktik pidana adalah malpraktik yang terjadi apabila tindakan yang
dilakukan atau tidak dilakukan sesuai dengan perkataan hukum pidana.
Tindakan tersebut dapat berupa tindakan positif (melakukan sesuatu)
atau negatif (tidak melakukan sesuatu) yang merupakan tindakan yang
memalukan (actus reus), dilakukan dengan sikap mental yang salah
(human rea) berupa kesengajaan atau kelalaian. Contoh malpraktik
kriminal yang disengaja adalah:
a) melakukan aborsi tanpa tindakan medis,
b) untuk mengungkapkan rahasia medis yang disengaja,
c) membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak benar,
d) Membuat visa et repertum salah.
3) Malpraktik Administrasi Negara (administrative malpractice)
Malpraktik administrasi adalah malpraktik yang terjadi ketika seorang
dokter tidak melaksanakan resep hukum administrasi negaranya.
Sebagai contoh:Menjalankan praktik kedokteran tanpa ijin,
a. magang seorang praktisi di bidang pendidikan,
b. Praktek dokter di dokter umum,
c. Tidak menyusun rekam medis.
B. Tindak Pidana Malapraktek
bermakna tindak, perbuatan, atau kejadian pidana, serta delik. Terdapat kata
“strabaar feit” didalam bahasa belanda, yang sebetulnya ialah kata resmi didalam
strafwetboek ataupun KHUP saat ini dipakai di Indonesia. Definisi tindak pidana
positif atau negative. Jadi, melaksanakan hal yang diharamkan ataupun tidak
melaksanakan hal yang diwajibkan. 23 Istilah tindak pidana, tidak ada kesepakatan
23
Fitrotin Jamilah,“KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”,(Jakarta Timur : Dunia
Cerdas, 2014), h 44.
24
a. Pendapat yang monitis, mengemukakan bahwa didalam “Starafbaar Feit”
bersamaan
sekaligus.25
Jadi, yang dapat kita simpulkan dari istilah “strafbaar feit” ialah suatu
Tahun 1999), dan seterusnya. Pakar hukum juga menggunakan istilah Prof. Dr.
Indonesia).
Zainal Abidin, S.H. dalam bukunya yang berjudul Hukum Pidana, pembentuk
14 ayat (1)).
25
Didik Endro Purwoleksono,”Hukum Pidana”,(Jawa Timur : Airlangga University Press,
2016), h 43.
26
5) Tindak pidana yang dapat dipidana dilakukan oleh Tn. Karni
12 / Drt / 1951 tentang senjata api dan bahan peledak; (lihat halaman 3)
27
Adami Chazawi,“Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1 (stelsel Tindak Pidana, Teori-
teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana)”,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2002), h 67-69.
28
Frans Maramis,“Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia”,(Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2012), h 58.
d. D. Simons menjelaskan: 'tindak pidana adalah perbuatan yang diancam
dengan 'kejahatan' yang sah yang berkaitan dengan kesalahan dan
dilakukan oleh seseorang yang dapat dimintai pertanggungjawaban.
Tindak pidana dalam KUHP secara umum dapat dijelaskan dalam dua
unsur, yaitu unsur pokok dan tujuan. Unsur subjektivitas adalah unsur-unsur
yang ada dalam diri pelaku atau berhubungan dengan diri sendiri, baik pelaku
maupun segala hal yang ada di dalam hatinya. Sedangkan unsur objek adalah
dilakukan.29
Unsur subyektif dan obyektif suatu tindak pidana menurut R. Soesilo dibagi
menjadi:
a. Unsur objektif, yakni mencakup:
1) Perbuatan manusia, yaitu perbuatan positif atau perbuatan negatif
yang mengakibatkan terjadinya tindak pidana. Perbuatan positif
misalnya: mencuri (pasal 362 KUHP), korupsi (pasal 372 KUHP) dan
lain-lain, sedangkan perbuatan negatif yaitu: tidak bersama penguasa,
sambil melihat ada komplotan yang ingin merusak) syarat untuk
melindunginya selama merawatnya (pasal 304 KUHP) dan lain-lain.
2) Akibat perbuatan manusia, perusakan dan perusakan kebutuhan
hukum berdasarkan norma pidana, harus ada untuk dipidana. Dampak
tersebut muncul bersamaan dengan tindakan, misalnya pada pencurian,
kehilangan barang terjadi bersamaan dengan pemulihan barang, namun
beberapa dampak tidak terjadi secara bersamaan.
3) Kondisi-kondisi yang melingkupi perbuatan, yang mungkin timbul
selama pelaksanaan perbuatan, misalnya dalam Pasal 362 KUHP:
29
Lamintang P.A.F,“Dasar-Dasar HUKUM PIDANA INDONESIA”,(Bandung : Citra
Aditya,2011), h 184.
“barang yang diambil adalah milik orang lain, yaitu suatu keadaan yang
ada pada waktu dilakukan penyitaan”.
4) Berperilaku hukum dan dapat dihukum. Perbuatan hukum, jika tidak
sesuai dengan hukum. Perilaku dapat dihukum dengan hukuman yang
harus dihukum dengan pidana. Itapat akan hilang jika diterapkan dalam
pasal 44,48,49,50 dan 51 KUHP.
b. Unsur subjektif
berdasarkan norma pidana orang yang melanggar norma pidana,
delik tersebut dapat dilakukan oleh pelaku. Orang yang hanya bisa
melakukan ini tidak bersalah seperti dia dan norma pidana. 30 Belum ada
kepastian tindak pidana dari berbagai teori menurut para ahli, yaitu: 31
1) K. Wantjik Saleh kom tot die gevolgtrekking dat 'n daad 'n
kriminele daad sal wees as die daad in stryd is met die wet, die
gemeenskap benadeel, nie deur die strafreg aanbeveel word nie, en die
oortreder word gestraf.
2) Simons se siening van die elemente van die bose is soos volg:
a) Hantering, is 'n daad wat deur die wet geïgnoreer word.
b) Menslike optrede moet teen die wet wees (volgens wet)
c) Ons optrede word kriminaliseer (gestraf) deur die wet
d) Moet deur 'n verantwoordelike persoon (verantwoordbaar) uitgevoer
word.
e) Die optrede moet verkeerd wees.32
Hukum pidana membagi tindak pidana menjadi dua kelompok besar, yaitu
30
Soesilo. R,“Kitab undang-undang hukum pidana (KUHP)”,(Bogor : Politeia,2013), h
26-28.
31
32
Rahmanuddin Tomalili,“Hukum Pidana”,(Yogyakarta : Budi Utama, 2012), h 12.
berdasarkan sasaran yang berupaya melindungi hukum pidana dari kejahatan. Bab
pertama buku kedua, misalnya, adalah kejahatan terhadap perdamaian negara, jadi
dalam bab ini adalah sekelompok tindakan kriminal yang untuknya negara adalah
kejahatannya. Berikut ini adalah tindak pidana atau delik yang dapat dibedakan
menjadi:
memiliki SIM bagi pengendara sepeda motor di jalan umum atau memakai
dengan keadilan. Adapun jenis kejahatan, tidak ada perbedaan umum antara
kejahatan dan pelanggaran. Tetapi untuk pelanggaran yang lebih jarang
diancam dengan pidana penjara. Adapun perbedaan antara tindak pidana dan
KUHP.
malpraktik adalah istilah yang sangat umum dan tidak selalu memiliki
atau tindakan yang salah". Terlepas dari pentingnya, sebagian besar istilah
33
Fitrotin Jamilah,”KUHP”,(Jakarta : Dunia cerdas, 2014), h 53.
34
Didik Endro Purwoleksono,“Hukum Pidana”,(Jawa Timur : Airlangga University press,
2016), h 45-47.
mengatasi tingkat keahlian dalam pengobatan dan perawatan pasien, yang
terjadi dan dilakukan oleh individu yang tidak mau mematuhi aturan yang
mengajukan konsep malpraktik sebagaimana diatur dalam pasal 359, 360, 361
35
M. Jusuf Hanafiah, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. (Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1999). hlm. 88.
melawan hukum. Tidak jarang etika menjadi malpraktik, karena malpraktik lebih
dari sekedar etika profesi. Konsep 4D berasal, yaitu duty, partisipasi dalam tugas,
kerugian dan penyebab langsung yang bertujuan untuk menjembatani kerugian
akibat peristiwa yang tidak diinginkan, baik itu benar-benar insiden yang
melibatkan malpraktik atau tidak.
Istilah malpraktik medis dan kelalaian medis adalah dua hal yang berbeda.
Kelalaian medik memang termasuk malpraktik medik, namun dengan malpraktik
medik tidak hanya unsur kelalaian, bisa juga kesengajaan. Definisi di atas
menyatakan bahwa malpraktik memiliki kesalahan yang lebih besar daripada
kelalaian, karena selain pengertian kelalaian, pertimbangan malpraktik juga
mencakup perbuatan yang dilakukan dengan sengaja (sengaja, sengaja dan tidak
sengaja).
Dokter dapat dikenakan tindak pidana atas tindakan medis yang dilakukan
atas biaya pasiennya jika telah menyimpang dari standar profesi kedokteran,
kesalahan yang dilakukan oleh psikiater.36
Apabila tenaga medis didakwa melakukan malpraktik, tenaga medis harus
membuktikan apakah perbuatan tenaga medis tersebut memenuhi syarat-syarat
pidana, yaitu:37
36
Danny Wiradharma, Hukum Kedokteran. (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996). hlm. 92.
37
Oenar Seno Adji, Perbuatan Melawan Hukum, h. 127.
Apabila terbukti tindakan dokter tersebut tidak sesuai dengan kode etik
atau bertentangan dengan UU Kesehatan dan UU Praktik Kedokteran atau
melanggar prosedur operasional, sehingga menderita kerugian bahkan kerugian
seperti pandania. mampu bekerja di bidang standar profesi kedokteran. Dalam
memberikan diagnosa atau nasehat pengobatan, tindakan dokter tidak dapat
digolongkan sebagai tindakan malpraktik medik, sepanjang tidak terbukti
malpraktik dan tidak ada korban (kehilangan atau kematian seseorang). Dengan
demikian, tidak semua tindak pidana malpraktik harus diselesaikan dengan jalur
hukum, namun ada cara lain yang maslahah harus diselesaikan, yaitu dengan
nonlitigasi, yang dapat diselesaikan melalui musyawarah tanpa melalui
pengadilan. Dalam hal kompensasi atau pemulihan, pemulihan dapat diupayakan
dengan kesepakatan bersama dengan melihat masalah dan solusinya..38
38
Sayed Muhibbun, skripsi Pertanggungjawaban Pidana Dalam Kasus Malpraktek Oleh
Korporasi (Analisis Pasal 201 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Ditinjau Dari
Hukum Pidsana Islam), 2017, 19-27
DAFTAR PUSTAKA
An-Nawawi, 2001. Al-Minhaj, Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj. Kairo: Darul
Hadits
Hanifah, Ida Dkk. 2018. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa. Medan:
Pustaka Prima.
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sri Siswati. 2019. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Adityo Susilo dkk, 2020. Corona Virus Diseases (Covid-19) Tinjauan Literatur
Terkini, dalam Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 7 No. 1 Maret.
Badudu, J.S. & Sutan Muhammad Zain. 1994. Kamus Bahasa Umum Indonesia,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Echols, John. M & Hasan Sahadili. 1994. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka, 1994
Maryati, Ninik. 1992. Malpraktek Kedokteran dari Segi Hukum Pidana dan
Perdata, Jakarta : Bina Aksara