Anda di halaman 1dari 46

AKIBAT HUKUM MALPRAKTEK DALAM PENANGANAN PASIEN

DIMASA PANDEMI COVID-19 MENURUT UU NOMOR 36 TAHUN 2009

DRAFT PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
(SH) Prodi Ilmu Hukum Pada Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Alauddin Makassar

OLEH :

MUHAMMAD FAHMI RAMADAN


NIM : 10400117 097

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.....................................................................................12

C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus....................................................12

1. Fokus Penelitian......................................................................................12

2. Deskripsi Fokus.......................................................................................13

D. Metode Penelitian.......................................................................................14

3) Sumber Data............................................................................................15

4) Teknik Pengumpulan Data......................................................................15

5) Instrumen penelitian................................................................................16

6) Analisis data............................................................................................16

E. Tujuan penelitian.......................................................................................16

F. Manfaat penelitian.....................................................................................17

G. Kajian Pustaka...........................................................................................17

BAB II...................................................................................................................19

TINJAUAN UMUM TENTANG PASIEN, DOKTER DAN RUMAH SAKIT


................................................................................................................................19

A. Tinjauan Tentang Pasien..........................................................................19

1. Pengertian Pasien....................................................................................19

2. Hak dan kewajiban pasien.......................................................................20

B. Tinjauan Umum tentang Dokter...............................................................21

1. Pengertian Dokter....................................................................................21

2. Hak dan Kewajiban Dokter.....................................................................22

C. Tinjauan Umum tentang Rumah Sakit.....................................................23


1. Pengertian Rumah Sakit..........................................................................23

2. Tugas dan fungsi Rumah Sakit................................................................24

2. Penyelenggaraan dan Pembiayaan Rumah Sakit.....................................26

D. Tinjauan Umum Tentang Virus Covid-19................................................27

BAB III..................................................................................................................30

TINJAUAN TENTANG TINDAK PIDANA MALAPRAKTIK.....................30

A. Tinjauan Tentang Malapraktik.................................................................30

1. Pengertian Malapraktik...........................................................................30

2. Unsur-Unsur Malpraktik.........................................................................32

3. Jenis-Jenis Malapraktik...........................................................................33

B. Tindak Pidana Malapraktek......................................................................36

1. Pengertian Tindak Pidana........................................................................36

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana....................................................................39

3. Jenis-jenis Tindak Pidana........................................................................41

C. Tindak Pidana Malpraktek Medis.............................................................42


DRAFT PROPOSAL

Nama : Muhammad Fahmi Ramadan


Nim : 10400117097
Jurusan : Ilmu Hukum
Fakultas : Syariah dan Hukum
Judul Skripsi   : “Analisis Malapraktek Akibat Hukum Yang Ditimbulkan
Disaat Pandemi Virus Covid-19 Dalam Tinjauan Uu Nomor 36 Tahun 2009”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI) yang berbunyi bahwa “Negara indonesia
adalah negara hukum”. Ini berarti bahwa setiap tindakan harus didasarkan atas
dasar hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, hal tersebut telah diatur
didalam konstitusi yang menjadi dasar terbentuknya sebuah negara. Berdasarkan
amanat Pasal 28H Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUDNRI) yang berbunyi “bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.1

Pada penhujung akhir tahun 2019 dunia digegerkan dengan penemuan


suatu wabah virus baru baru dimana diketahui asal mula virus ini berasal dari
sebuah pasar ikan dan hewan di Wuhan Tiongkok. Penyebaran virus jenis ini
berasal dari hewan yang menular ke manusia melalui Pasien diteliti dengan hasil
menunjukan adanya infeksi coronavirus, jenis virus ini diberi nama Novel
Coronavirus dan secara resmi World Health Organitation (WHO) memberi nama
1
Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia 1945
virus baru tersebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 dan nama
penyakitnya sebagai coronavirus disease 2019 (Covid-19).2
Pro kontra terjadi di masyarakat dunia terkait asal muasal adanya virus
corona ini ada yang mengadakan bahwa virus tersebut merupakan akibat dari
makanan yang tidak sehat yakni kebiasaan orang wuhan memakan makanan
seperti kelelawar dan ada pula pula pandangan yang mengatakan bahwa virus
tersebut merupakan hasil dari bocornya lab kimia yang ada dikota itu. Apabila
spekulasi tentang covid-19 berasal dari kelelawar, maka benar yang di firmankan
oleh Allah SWT dalam Al-Quran yang menerangkan mengenai makanan haram
dan makanan halal dengan jelas didalam surat Al-Maidah ayat 3:3

ُ‫ُح ِّر َمتْ َعلَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَ ْح ُم ا ْل ِخ ْن ِز ْي ِر َو َمٓا اُ ِه َّل لِ َغ ْي ِر هّٰللا ِ بِ ٖه َوا ْل ُم ْن َخنِقَة‬
‫سبُ ُع اِاَّل َما َذ َّك ْيتُ ۗ ْم َو َما ُذبِ َح َعلَى‬ َّ ‫ َوالنَّ ِط ْي َحةُ َو َمٓا اَ َك َل ال‬lُ‫َوا ْل َم ْوقُ ْو َذةُ َوا ْل ُمت ََر ِّديَة‬
‫س الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِمنْ ِد ْينِ ُك ْم فَاَل‬ ٌۗ ‫س‬
َ ‫ق اَ ْليَ ْو َم يَ ِٕى‬ ْ ِ‫س ُم ْوا بِااْل َ ْزاَل ۗ ِم ٰذلِ ُك ْم ف‬
ِ ‫ستَ ْق‬
ْ َ‫ب َواَنْ ت‬ ِ ‫ص‬ُ ُّ‫الن‬
‫ض ْيتُ لَ ُك ُم‬ ِ ‫اخش َْو ۗ ِن اَ ْليَ ْو َم اَ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَ ْت َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِ ْي َو َر‬ ْ ‫ت َْخش َْو ُه ْم َو‬
‫ف اِّل ِ ْث ۙ ٍم فَاِنَّ هّٰللا َ َغفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬
ٍ ِ‫ة َغ ْي َر ُمت ََجان‬lٍ ‫ص‬ َ ‫اضطُ َّر فِ ْي َم ْخ َم‬ ْ ‫ساَل َم ِد ْينً ۗا فَ َم ِن‬
ْ ِ ‫ااْل‬

Terjemahannya :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan
(daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik,
yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan
azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai
agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin

2
Yuliana, Corona Virus Diseases (Covid-19) Sebuah Tinjauan Literatur, dalam Jurnal
Wellness And Healthy Magazine Vol 2 No. 1, 2020.

3
  Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Situs resmi
https://quran.kemenag.go.id/sura/5 Diakses pada tanggal 7 januari 2020.
berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”
(QS. Al-Mā`idah Ayat 3)
Virus tersebut telah menjangkit seluruh negara didunia dimana telah
mengakibatkan jutaan manusia meninggal. Selain itu virus tersebut telah
melumpuhkan aktivitas perekonomian dan telah membatasi pergerakan manusia
antar wilayah dan daerah. Ini merupakan penjabaran dari hadis Nabi Muhammad
SAW yang telah memperingatkan kepada ummatnya untuk tidak dekat dengan
wilayah yang sedang ditimpa suatu wabah penyakit dan sebaliknya jika berada di
dalam tempat atau wilayah yang terkena wabah maka dilarang untuk keluar dari
wilayah tersebut.4

ِ ‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن عَا ِم ِر ْب ِن َربِي َعةَ َأنَّ ُع َم َر َخ َر َج ِإلَى الش‬


َ ‫َّام فَلَ َّما َجا َء‬
‫س ْر َغ‬
‫صلَّى‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ُ ‫ف َأنَّ َر‬ٍ ‫َّام فََأ ْخبَ َرهُ َع ْب ُد ال َّر ْح َم ِن بْنُ ع َْو‬
ِ ‫بَلَ َغهُ َأنَّ ا ْل َوبَا َء قَ ْد َوقَ َع بِالش‬
‫ض َوَأ ْنتُ ْم‬
ٍ ‫ض فَاَل تَ ْق َد ُموا َعلَ ْي ِه َوِإ َذا َوقَ َع بَِأ ْر‬
ٍ ‫س ِم ْعتُ ْم بِ ِه بَِأ ْر‬
َ ‫سلَّ َم قَا َل ِإ َذا‬
َ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫س ْر َغ‬
َ ْ‫ب ِمن‬ ِ ‫ فَ َر َج َع ُع َم ُر بْنُ ا ْل َخطَّا‬lُ‫بِ َها فَاَل ت َْخ ُر ُجوا فِ َرا ًرا ِم ْنه‬

Terjemahannya:
“Dari Abdullah bin Amir bin Rabi‘ah, Umar bin Khattab RA menempuh
perjalanan menuju Syam. Ketika sampai di Sargh, Umar mendapat kabar
bahwa wabah sedang menimpa wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf
mengatakan kepada Umar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Bila
kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan
memasukinya. Tetapi jika wabah terjadi wabah di daerah kamu berada,
maka jangan tinggalkan tempat itu.’ Lalu Umar bin Khattab berbalik arah
meninggalkan Sargh,” (HR Bukhari dan Muslim).
Kesehatan adalah aset paling berharga yang dimiliki setiap individu di
dunia. Jika tubuh sehat, maka dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
lancar. Di era sekarang ini, masalah kesehatan merupakan salah satu hal yang
sangat penting, selain masalah ekonomi di seluruh pelosok dunia, khususnya di
Indonesia. Dalam tiga bulan terakhir, muncul virus baru yang menggemparkan
4
An-Nawawi, Al-Minhaj, Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj, (juz VII, Kairo: Darul
Hadits, 2001) h. 466.
dunia, tidak hanya di Indonesia. Virus ini disebut-sebut sebagai virus yang
mematikan, terbukti dari jumlah kematian yang dideritanya. Virus itu bernama
korona. virus Covid-19.

Hukum positif yang disahkan Indonesia mengatur tentang jaminan


kesehatan yang tertuang dalam undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit dan UU no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Indonesia merupakan
salah satu negara yang banyak terpapar virus corona, alhasil pasien virus corona
mulai bermunculan di Indonesia karena virus corona ini tergolong virus yang
relatif baru dan masih banyak lagi penelitian tentang Cara penanganan dan
penanganannya, Rumah Sakit dalam undang-undang no . 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit Pasal 1 tentang ketentuan umum adalah lembaga pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Pasal 5 UU Rumah Sakit menjelaskan berbagai fungsi rumah sakit itu
sendiri sebagai berikut:penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

1. misalnya pertukaran dana untuk pelaksanaan kesepakatan para pihak dan


pelaksanaan kesepakatan kedua negara;
2. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka penkatan kemampuan dalam mempersembahkan pelayanan
kesehatan; dan
3. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknolog
bidang kesehatan dalam rangka pengkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
4. penelitian dan pengembangan serta teknologi penapisan di bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan di bidang kesehatan;

Peraturan tersebut secara tegas mengatur bahwa tidak ada unsur


diskriminasi dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan
kata lain, pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang
harus dijunjung tinggi oleh negara bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal
pelayanan kesehatan, masyarakat juga memiliki hak asasi untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang layak, atau yang disebut dengan hak pasien. Hak pasien
untuk merahasiakan kondisi kesehatan pribadinya diatur dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Perundang-undangan Kesehatan).
Pasal 57, ayat 1 Undang-Undang Kesehatan, mengatur bahwa setiap orang berhak
atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang diserahkan kepada penyedia
layanan kesehatan. Namun, pasal 57 ayat 2 lebih lanjut menjelaskan bahwa hak
setiap orang atas kerahasiaan kondisi kesehatan pribadinya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal-hal tertentu, seperti a) perintah
yang sah; b) perintah pengadilan; c) izin yang bersangkutan; d) kepentingan
umum; atau e) kepentingan orang tersebut.

Perjuangan untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari pandemi Covid-


19 masih belum diketahui kapan akan berakhir dan membutuhkan kerja keras
serta kerjasama dari seluruh masyarakat. Pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu tentunya menjadi harapan dan tujuan terpenting dari pemerintah,
masyarakat/pasien, tenaga kesehatan dan pengelola pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan harus dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan
pasien, tenaga kesehatan dan seluruh pegawai serta pengunjung institusi
pelayanan kesehatan. Layanan

Kesehatan selama masa penyesuaian kebiasaan baru (new normal) akan


sangat berbeda dengan keadaan sebelum pandemi Covid-19. Penyedia layanan
kesehatan perlu mempersiapkan prosedur keamanan dan keselamatan yang lebih
ketat dengan menerapkan Protokol Pencegahan dan Pengendalian Perlindungan
(PPI) sejalan dengan rumah sakit yang perlu merencanakan dan menerapkan cara-
cara yang aman untuk merawat pasien Covid-19, untuk terus memberikan layanan
kepada masyarakat biasa. . pasien dengan risiko penularan. Langkah yang diambil
pihak rumah sakit ini dikenal dengan istilah balancing action. Berbagai prosedur
di rumah sakit yang mengalami perubahan antara lain: tata cara penerimaan
pasien, penggunaan masker secara universal, prosedur seleksi yang lebih ketat,
perencanaan kunjungan, pembatasan pengunjung/pendamping pasien bahkan
pemisahan pelayanan kesehatan untuk Covid-19 dan non-Covid-19 -19 pasien.
19.

Coronavirus adalah keluarga virus yang menginfeksi manusia dan hewan


dan menyebabkan penyakit. Bagi manusia biasanya menimbulkan penyakit
seperti infeksi saluran pernapasan, mulai dari flu hingga penyakit yang sangat
serius seperti Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona ini kemudian dinamai oleh World
Health Organization (WHO) yang merupakan World Health Organization,
sebagai severe acute respiratory coronavirus syndrome 2 (SARS-COV2), dan
penyakit yang terkena virus ini disebut Coronavirus Disease-2019 (COVID) -19 )

Saat kasus positif Covid-19 meningkat drastis, banyak rumah sakit yang
kewalahan menangani lonjakan pasien terinfeksi virus corona. Hal ini tidak hanya
terjadi di Indonesia, tetapi juga dialami oleh hampir seluruh rumah sakit di dunia
yang bermasalah dengan manajemen dan infrastruktur untuk memberikan
pelayanan karena jumlah pasien yang melonjak dalam waktu singkat. Selain itu,
Covid-19 merupakan penyakit menular yang bisa berakibat fatal jika tidak
ditangani dengan baik. Pasien dapat mengalami kegagalan sistem pernafasan akut
dan memerlukan sarana dan prasarana khusus seperti ICU, ruang isolasi khusus,
oksigen dan ventilator. Peningkatan tajam jumlah pasien Covid-19, jika tidak
segera diantisipasi, dapat berdampak pada ketidakmampuan rumah sakit untuk
menampung dan merawat pasien kritis akibat Covid-19 menyediakan unit
perawatan intensif (ICU) yang diperlukan dengan peralatan kipas angin. Keadaan
ini berdampak negatif terhadap keselamatan pasien, terutama jika rumah sakit
tidak menerapkan rencana bencana rumah sakit atau disingkat HDP di rumah
sakit, yang merupakan mekanisme dan prosedur penanganan pandemi dalam
pelayanan rumah sakit. Kondisi bencana Covid-19 berdampak pada kualitas dan
keamanan pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada pasien. Kesalahan atau
keterlambatan dalam diagnosis penyakit berkontribusi sekitar 10% dari kematian
di rumah sakit. Selain itu, kegagalan untuk berkomunikasi dengan profesional
kesehatan tentang memberikan perawatan berkontribusi 70% terhadap insiden
yang menyebabkan pasien meninggal atau pasien menjadi cacat. Dalam pandemi
ini, angka-angka ini kemungkinan akan lebih tinggi. Pada dasarnya, keselamatan
pelayanan di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kepatuhan petugas kesehatan
dan pasien terhadap prosedur, ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang
standar, pelatihan yang terstandarisasi dan pemahaman petugas kesehatan tentang
protokol penanganan Covid-19. infrastruktur, ketepatan penanganan dan
penanganan kasus Covid-19 yang bertahan dari waktu ke waktu. Data Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan hanya 60% rumah sakit di
Indonesia yang memiliki ventilator. Paling banyak di Jawa Barat ada sekitar 1.200
unit, sedangkan paling sedikit di Maluku yang hanya memiliki 22 kipas. Rata-rata
jumlah ventilator yang tersedia di setiap rumah sakit biasanya hanya 3-4 unit, dan
ini dinilai sangat tidak memadai untuk menampung peningkatan pasien.

Meningkatnya jumlah pasien yang meninggalkan rumah sakit lebih awal


juga dapat membahayakan keselamatan pasien. Pengambilan kebijakan kesehatan
dalam masa pandemi Covid-19 sangat penting guna untuk percepatan
penanggulangan penanganan penyebaran coronavirus menjangkiti masyarakat
Indonesia melalui kebijakan pengambilan keputusan pembuatan instrumen hukum
yang tepat. Contoh kasus

Dasar hukum penanganan wabah penyakit menular di Indonesia diatur


dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 terkait Penanggulangan Bencana
serta Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 terkait Kekarantinaan Kesehatan,
regulasi ini sudah cukup bagi pemerintah untuk menjadi dasar hukum untuk
menyelesaikan persoalan pandemi Covid-19. Namun karena ini adalah bencana
non-alam yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, ini kemudian menimbulkan
persoalan seperti ketiadaan anggaran negara yang harus dipergunakan bagi
pemerintah untuk menyelesaikan bencana pandemi wabah Covid-19.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Dengan demikian, kesehatan selain sebagai hak asasi manusia,
kesehatan juga merupakan suatu investasi. Pemerintah Indonesia sampai saat ini
terus meningkatkan komitmennya untuk mensejahterakan kehidupan bangsa
melalui upaya-upaya yang diselenggarakan secara konsisten dan berkelanjutan
dalam melindungi warga negaranya. Perlindungan dan penegakan hukum di
Indonesia di bidang kesehatan terlihat masih sangat kurang. Satu demi satu
terdapat beberapa contoh kasus yang terjadi terhadap seorang pasien yang tidak
mendapatkan pelayanan semestinya, yang terburuk, juga kadang-kadang akan
berakhir dengan kematian.
Malpraktek harus membuktikan apakah benar petugas kesehatan lalai
dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang biasa digunakan di
daerah. Apabila terjadi efek samping, bukan merupakan risiko inheren dari suatu
tindakan medis (risiko pengobatan), karena keterlibatan dalam transaksi
terapeutik antara tenaga kesehatan dan pasien merupakan komitmen/kesepakatan
jenis upaya (effort commitment) dan bukan kesepakatan tentang hasilnya?
(komitmen hasil).
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien. Rekam medis harus disusun secara tertulis, lengkap dan
jelas atau elektronik. Peran informasi dalam hubungan pelayanan kesehatan
berarti bahwa pentingnya peran informasi harus dilihat dalam kaitannya dengan
kewajiban pasien sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk mengatasi
keluhan tentang kesehatannya, serta dalam kaitannya dengan kewajiban dokter.
sebagai tenaga profesional di bidang kesehatan. Dengan kata lain, memberikan
informasi kepada pasien tentang penyakitnya dapat mempengaruhi perawatan
pasien. Namun kemajuan ilmu kedokteran bukan tidak mungkin mengundang
masalah yang kompleks dan pelik, seperti malpraktik. Dengan demikian, rekam
medis disusun sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi untuk kelompok yang
berbeda, termasuk dokter, pasien, dan penegak hukum.

Tindakan medis yang dilakukan dokter terkait penanganan pandemi


COVID-19 tidak menutup kemungkinan adanya kelalaian. kesalahan, tentunya
kelalaian tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas profesionalnya dapat
berakibat fatal bagi jiwa dan raga, dan hal ini saja sudah sangat merugikan pasien.
kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan terhadap pasien, seperti bagaimana
mempertanggungjawabkan tindakan malpraktek selama pandemi, apakah pasien
dapat menuntut ganti rugi? Upaya apa yang dapat dilakukan pasien untuk
memperoleh perlindungan hukum? Serta upaya penyedia layanan kesehatan untuk
membela diri terhadap tuduhan? hal ini yang melatar belakangi penulis untuk
ingin lebih dalam membahas dan mengkaji, undang-undang tipikor dikaitkan
dengan pandemi covid-19 dengan mengambil judul Analisis Malapraktek
Akibat Hukum Yang Ditimbulkan Disaat Pandemi Virus Covid-19 Dalam
Tinjauan Uu Nomor 36 Tahun 2009.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis dapat
mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan hukum terhadap pasien covid dimasa pandemi covid di
indonesia ?
2. Bagaimana implementasi dalam penanganan malpraktek yang dialami pasien
covid ?

C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas maka
penelitian ini fokus pada penelitian mengenai akibat hukum. Mengenai deskripsi
fokus penelitian yang akan diteliti oleh penulis yakni bagaimana aturan hukum
terkait pengaturan hukum terhadap tindakan malapraktek yang ditimbulkan oleh
tenaga kesehatan disaat pandemi virus covid-19. Selanjutnya fokus penelitian
yang kedua yakni mengenai pertanggungjawaban terhadap tindakan malapraktek
yang ditimbulkan oleh tenaga kesehatan disaat pandemi virus covid-19
Untuk mengetahui inti sari dan garis besar yang akan dibahas dalam
skripsi ini, maka diperlukan penjelasan yang muda untuk dipahami terkait poin-
poin penting dari judul skripsi ini, berupa Hak Diskresi, Hak Impunitas, dan
pengelolaan keuangan negara.

2. Deskripsi Fokus
Untuk mengetahui inti sari dan garis besar yang akan dibahas dalam
skripsi ini, maka diperlukan penjelasan yang muda untuk dipahami terkait poin-
poin penting dari judul skripsi ini, yakni:

a. Definisi Pasien, Dokter dan Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang


kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien, Pasal 1 angka 2 adalah bahwa
pasien adalah seseorang yang mengkonsultasikan masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun
tidak langsung, di rumah Sakit. Menurut undang-undang no. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, dokter dan dokter gigi adalah dokter, spesialis, dokter
gigi, dan dokter gigi spesialis yang memperoleh pendidikan di bidang kedokteran
atau kedokteran gigi, di dalam dan di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
UU no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah lembaga
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat
b. Tindak Pidana Malapraktek

Malapraktek adalah suatu tindakan praktek kedokteran yang dilakukan


salah, tak tepat, tidak sesuai peraturan dan tidak sesuai dengan kode etik.
Malapraktik merupakan pengobatan sesuatu penyakit ataupun luka yang salah
karena ketidak tahuan, keteledoran, ataupun kesengajaan yang mengakibatkan
kerugian nagi pasien. Istilah kedokteran mengenai malapraktek memiliki arti
praktek dokter yang buruk. Tindak pidana pidana tidak semuanya harus
diselesaikan melalui jalur litigasi, namun ada cara lain yang perlu diselesaikan
secara mashlahah yaitu melalui nonlitigasi yang dapat diselesaikan melalui
musyawarah tanpa melalui pengadilan. Dalam hal kompensasi atau tindakan
afirmatif, dapat disepakati bersama dengan melihat masalah dan solusinya.

D. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah ilmu yang dapat menyelidiki metode-metode
yang dapat digunakan dalam setiap tahap penelitian. Untuk memperoleh dan
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan ini, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:

1) Sifat dan Jenis Penelitian

Riset ini menggunakan penelitian deskriptif analisis jika dilihat dari segi

sifatnya. Penelitian deskriptif analisis adalah penelitian yang

menggambarkan suatu objek tertentu kemudian menjelaskan hal-hal yang

berkaitan dengan fakta-fakta tertentu secara sistematis dan cermat. 5

Dimana penelitian ini menggambarkan suatu objek yang dimaksudkan

untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang berlaku umum.

Riset ini memakai penelitian hukum normative atauun penelitian

kepustakaan ialah melaksanakan riset untuk memperoleh data sekunder

sebagai bahan awal untuk memperoleh informasi dilaksanakan melalui

5
Mestika Zed,”Metode Penelitian Kepustakaan”,(Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014), h 1
membaca buku-buku serta artikel, melihat peraturan perundang-undangan,

dan lainnya yang berhubungan dengan riset ini selaku bahan rujukan.

2) Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


normatif yaitu menganalisis suatu masalah hukum menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan tertulis, sebagaimana berlaku, dengan menggunakan
pendekatan perundang-undangan, analisis konsep hukum dan pendekatan
komparatif. Dengan menganalisis dan membandingkan undang-undang yang
berkaitan dengan maladministrasi, tindakan medis dan tindak pidana dengan
undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

3) Sumber Data
Sebagai pencarian pustaka, ada dua jenis sumber data yang dijelaskan
sebagai berikut:

a. Sumber data primer


Sumber data primer merupakan objek yang penting dalam penelitian
karena biasanya diperoleh secara langsung dengan mendatangi lokasi
penelitian. Karena penelitian ini merupakan studi kepustakaan, maka
referensi kepustakaan digunakan sebagai sumber referensi utama.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang berasal dari dokumen,
buku, majalah dan sejenisnya. Sumber data sekunder juga merupakan
sumber pendukung untuk melengkapi sumber primer.

4) Metode Pengumpulan Data

Dalam melengkapi skripsi ini supaya tujuan bisa lebih mengena serta serta

bisa dilaksanakan, jadi penulis menggunakan metode penelitian yang


digunakan didalam riset ini ialah penelitian pustaka (library research),

yaitu riset yang dilaksanakan diarea perpustakaan dalam mengumpulkan

serta menganalisis data berasal dari perpustakaan, seperti buku-buku

periodikal-periodikal, misal majalah-majalah ilmiah yang ditambahkan

secara berangsur, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen serta materi

perpustakaan lainnya yang dapat dibuat selaku sumber patokan didalam

menyelesaikan sebuah laporan ilmiah sesuai dengan judul yang terkait.6

5) Instrumen penelitian
Alat penelitian adalah alat yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
membantu mengumpulkan data agar tersusun secara sistematis. Oleh karena itu,
peneliti menggunakan alat yang berbeda dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
a. Sebuah. Peneliti
b. Laptop / Android
c. Jaringan internet
d. Perlengkapan tulis.

6) Analisis data
Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik kualitatif untuk analisis
data. Analisis data kualitatif adalah suatu metode yang digunakan secara
sistematis untuk mencari pola, memilih, mengelola, menemukan, menemukan hal-
hal apa saja yang penting untuk dipelajari dan memutuskan apa yang kemudian
dapat dikaji dalam suatu penelitian. Sehingga tujuan peneliti dapat dideskripsikan
dan data dapat disimpulkan serta permasalahan dapat dipecahkan berdasarkan data
yang diperoleh. 7

6
Husaini Usman Poernomo, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.
54.
7
Abdurrahman Fathoni,”Metode Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi”,(Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2006).
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan pokok di atas, penelitian ini dilakukan untuk
mencapai beberapa tujuan yang diharapkan berdampak pada pengetahuan tentang
tanggung jawab tenaga kesehatan atas tindakan malpraktik dalam keadaan darurat
(pandemi Covid-19) dengan terjadinya perbuatan kriminal. . kasus malpraktik
yang menentukan apakah seorang pasien terpapar oleh diagnosa petugas
kesehatan, seringkali salah. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum perlindungan korban malpraktik
dalam pelayanan kesehatan pada masa pandemi COVID-19 menurut
undang-undang yang berlaku di Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mempertanggungjawabkan tindak
pidana malpraktik tenaga medis menurut Undang-Undang 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.

F. Manfaat penelitian
Manfaat dan kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Penggunaan teoritis
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
pengetahuan khususnya dalam bidang hukum pidana tentang hak dan kewajiban
pasien/masyarakat dan dokter, serta diharapkan dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat mengenai tanggung jawab tenaga medis dalam pelaksanaan
malpraktik. pasien atau merugikan masyarakat.
2. Penggunaan praktis
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai malpraktik
medik mengenai peraturan dan tanggung jawab.
b) Melalui skripsi ini, penulis juga berharap dapat memberikan masukan
kepada tenaga kesehatan, pemerintah dan penegak hukum dalam
melaksanakan tugasnya, terhadap tindakan dan pengawasan tenaga
kesehatan.
c) Dengan penulisan disertasi ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
mengembangkan serta meningkatkan kemampuan penulis dalam bidang
hukum khususnya hukum pidana malpraktik.

G. Kajian Pustaka
Untuk jelas dan validnya sebuah karya tulis ilmiah maka penting untuk
memberikan rujukan untuk memahami sehingga dapat memperkuat skripsi ini.
Rujukan serta referensi dalam Skripsi ini merupakan sumber yang sangat penting
untuk menyusun berbagai pembahasan. maka dari itu penulis mengambil beberapa
bahan penunjang dan pembanding yang tentunya berkaitan dengan skripsi, yakni
sebagai berikut:
1. Aswad Akbar Siregar,Dalam Skripnya di Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara Medan Fakultas Hukum Terbitan 2020 yang berjudul
“Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Terkena Virus Corona Menurut
Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Dan Undang-
Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran” Karya Aswad
Akbar Siregar, Memfokuskan peneletian yang dimana membahas
mengenai bagaimana lamgkah-langkah mengatasi dan menangani virus
corona yang diderita pasien di indonesia. Kedudukan pasien yang terkena
virus corona adalah sebagai konsumen yang menerima jasa pengobatan
atas penyakit yang dideritanya, Oleh sebab itu hak-hak yang di atur untuk
konsumen dalam Undang-Undang perlindungan konsumen berlaku bagi
pasien yang terkena virus corona, selain itu hak-hak pasien menurut
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit juga
berlaku bagi pasien yang terkena virus corona. Bahwa
Pertanggungjawaban Rumah Sakit terhadap pasien yang terkena virus
corona berupa memberikan segala hak-hak pasien yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahwa Perlindungan hukum
terhadap pasien yang terkena virus corona berupa lahirnya kebijakan-
kebijakan ataupun aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
melindungi masyarakat dan pasien covid-19. Salah satunya adalah dengan
cara mengeluarkan aturan mengenai klaim biaya pelayanan medis
terhadap pasien yang terkena virus corona. Dan perlindungan-
perlindungan lain yang diatur dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.
2. Andi Riska dalam sebuah jurnalnya di-iqtishady, Volume 5, No 1 Tahun
2016 yang Berjudul “PENEGAKAN HUKUM MALPRAKTIK
MELALUI PENDEKATAN MEDIASI PENAL” Karya Andi Riska
Fitriono Dari Universitas Sebelas Maret. Memfokuskan penelitian yang
dimana merumuskan penegakan hukum malpraktik melalui pendekatan
mediasi penal yang tepat dan memberikan win-win solution bagi para
pihak yang terlibat dalam sengketa medik. Target khususya itu
mengidentifikasi, menginventarisasi ketentuan pengaturan mallpraktek
medis di Indonesia. Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan
ini adalah metode yuridis normatif yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder berupa hukum
positif.Hasil pembahasan menunjukan Bentuk sengketa medik yang
semakin kompleks membutuhkan suatu model penyelesaian yang mampu
mengurai permasalahan dengan lebih luas, komprehenship dan luwes
dengan melibatkan para pihak yang bersengketa dalam proses
pengambilan keputusan ; (b) Mampu mengurangi jumlah sengketa medik
yang diselesaikan melalui jalur litigasi / pengadilan , sehingga dapat
mengurangi menumpuknya perkara dalam jalur pengadilan ini. Melalui
Lembaga Penyelesaian Sengketa Medik maka akan dapat menumbuhkan
kepercayaan dan akhirnya akan menjadi pilihan pasien untuk
menyelesaikan sengketanya dengan dokter/dokter gigi / sarana pelayanan
kesehatan ; (c) Mampu mengatasi keluhan-keluhan pasien / keluarganya
dalam memperoleh perlindungan, meskipun penyelesaian sengketa ini
belum tentu dapat memuaskannya. Namun demikian adanya model
tersebut diharapkan mampu memberikan solusi baik bagi pasien maupun
tenaga kesehatan dalam menyelesaikan masalah medic, tanpa harus
melibatkan banyak orang yang tidak berkepentingan.
3. Ninik Mariyanti Dalam bukunya Malapraktek Kedokteran Dari Segi
Hukum Pidana Dan Perdata. Dalam buku ini membahas mengenai Dasar-
Dasar Malapraktek Kedokteran. Malpraktik adalah kelalaian seorang ahli
untuk meningkatkan keterampilan yang digunakan dalam menangani
pasangan miskin. Kelalaian yang dimaksud di sini adalah ketidakpedulian,
tidak melakukan dengan hati-hati dan wajar apa yang perlu dilakukan.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PASIEN, DOKTER DAN RUMAH SAKIT

A. Tinjauan Tentang Pasien

1. Pengertian Pasien
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pasien adalah
orang sakit (diobati oleh dokter). Arti lainnya dari sabar adalah penderita (sakit).
Pasien atau pasien adalah seseorang yang menerima pelayanan kesehatan, dimana
kata pasien berasal dari bahasa Indonesia, analog dengan kata pasien yaitu dari
bahasa Inggris yang berasal dari kata latin patiens yang memiliki arti yang sama
dengan kata kerja pati yang berarti " kepada " orang yang dirawat oleh dokter atau
pasien.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang kewajiban
rumah sakit dan kewajiban pasien Pasal 1 angka 2 bahwa pasien adalah seseorang
yang berkonsultasi mengenai masalah kesehatannya dalam rangka memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam rumah sakit Berikut adalah pendapat berbagai ahli tentang
pengertian pasien, antara lain:
Sebuah.
a. Menurut Prabowo, pasien adalah orang atau individu yang memiliki
kelemahan fisik atau mental dan tunduk pada pengawasan dan
pengobatannya, serta menerima dan mengikuti pengobatan yang
ditentukan. ditetapkan oleh pihak tenaga kesehatan (wilhamda, 2011).
b. menurut Aditama, pasien adalah mereka yang diobati atau mendapat
pengobatan dirumah sakit (Aditama, 2002).
c. Menurut Soejadi, pasien adalah individu yang paling terpenting
didalam rumah sakit (Soejadi, 1996).
Berdasarkan beberapa definisi pasien yang dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pasien memiliki kelemahan fisik atau mental dengan
pengawasan dan pengobatan, menerima dan setelah terapi fisik.
2. Hak dan kewajiban pasien
Dari perspektif etika dan hak kesehatan, baik masyarakat maupun tenaga
kesehatan memiliki hak dan kewajiban yang diakui bersama. Hak-hak masyarakat
atau pasien harus dihormati oleh setiap tenaga kesehatan, dan sebaliknya hak-hak
tenaga kesehatan juga harus diakui dan dihormati oleh masyarakat sebagai
pengguna jasa.8

Menurut undang-undang no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 31


mengatur tentang kewajiban pasien sebagai berikut:

1) Setiap pasien wajib berobat ke rumah sakit atas pelayanan yang


diterimanya.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan


Peraturan Menteri.
Selanjutnya hak pasien menurut UU no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pasal 32, sebagai berikut:
1) memperoleh informasi mengenai peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku di rumah sakit
2) memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3) mendukung praktik yang manusiawi, adil, jujur, dan tidak diskriminatif;
4) memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien untuk menghindari
kerugian fisik dan material;
5) Pengaduan atas kualitas pelayanan yang diperoleh;
6) memiliki dokter dan klien yang mengikuti ratu dan anggota rumah sakit;
7) layanan konsultasi yang paling umum diberikan oleh dokter di bidang
Surat Izin Praktik (SIP) yang tersedia di rumah sakit Anda;
8) untuk menjaga privasi dan privasi data atau data apa pun;
9) memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mendiagnosis dan
mengobati pasien, memberikan perawatan medis, pengobatan alternatif,
risiko dan komplikasi yang mungkin diperlukan, dan prognosis
pengobatan yang mungkin terkait dengan perforasi;
8
Ida Hanifah Dkk. 2018. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa. Medan: Pustaka
Prima, halaman 18
10) Persetujuan atau penolakan terhadap langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
11) Lingkungannya dalam kondisi kritis;
12) menjalankan ibadah menurut agama atau kepercayaannya sepanjang tidak
mengganggu pasien lain;
13) Anggota direksi dan anggota direksi rumah sakit;
14) menyampaikan usulan, saran, perbaikan pengobatan rumah sakit
untuknya;
15) penolakan terhadap layanan bimbingan spiritual yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaannya;
16) menggugat dan/atau menggugat rumah sakit apabila rumah sakit tersebut
dianggap memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar, baik
perdata maupun pidana; dan
17) mengadukan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai standar pelayanan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan melalui media cetak dan
elektronik.
UU No. 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, UU No. 1999 tentang
perlindungan konsumen memberikan perlindungan hukum kepada pasien sebagai
penerima (konsumen) pelayanan kesehatan dan pemberi (produsen) pelayanan
kesehatan. Jika Anda mencari akun perjalanan multi-tahun, silakan hubungi kami
untuk penawaran atau penawaran Undang-Undang Kesehatan dan Undang-
Undang Perlindungan Konsumen, serta pertukaran uang, mediasi.

B. Tinjauan Umum tentang Dokter

1. Pengertian Dokter
Sedangkan pengertian dokter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli di bidang penyakit dan
pengobatannya.9 Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seorang dokter
adalah penyedia layanan kesehatan yang menjalankan profesi medis, khususnya
promosi, pemeliharaan atau pemulihan kesehatan manusia melalui studi, diagnosis

9
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka; 2003
dan pengobatan penyakit, cedera dan fisik dan mental lainnya. gangguan..10
Sedangkan yang dimaksud dengan dokter menurut Permenkes nomor
2052/MENKES/PER/X/2011 adalah dokter yang telah memperoleh pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi di luar negeri dan di luar negeri, yang diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.11

Pengertian dokter menurut undang-undang no. 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran adalah dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter gigi, dan
dokter gigi spesialis dengan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, baik di
dalam maupun di luar negeri, yang diterima menurut peraturan perundang-
undangan. Menurut undang-undang no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran,
praktik kedokteran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien untuk melakukan upaya kesehatan.12

2. Hak dan Kewajiban Dokter


Seperti biasa dalam sebuah komitmen, perjanjian medis juga memberikan
hak dan kewajiban bagi dokter. Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, hak dan kewajiban dokter atau dokter gigi tertuang
dalam ayat 6, yaitu; 13
• Kewajiban dokter / dokter gigi
1) memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur serta kebutuhan medis pasien;
2) merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang memiliki
keterampilan atau kemampuan yang lebih baik jika tidak dapat melakukan
pemeriksaan atau pengobatan;

10
World Health Organization, Medical Records Manual, A Guide for Developing
Countries, 2006.
11
Komalawati, Veronica. Peranan informed consent dalam transaksi terapeutik
persetujuan dalam hubungan dokter dan pasien : suatu tinjauan yuridis. Bandung: Citra Aditya
Bakti; 1999.
12
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
13
Indonesia, Konsil Kedokteran. "Komunikasi efektif dokter-pasien." Jakarta:
KKI (2006). H.20
3) menyimpan semua yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah
pasien meninggal;
4) melakukan pertolongan pertama atas dasar kemanusiaan, kecuali dia
yakin bahwa orang lain yang bertugas mampu melakukannya;
5) menambah pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi.
Dokter adalah profesi yang bersifat manusiawi dan melayani anggota
masyarakat yang memiliki masalah dengan hidup atau mati, mereka yang
menderita dan mereka yang kesakitan. Menurut undang-undang no. 29 tahun 2004
tentang praktik kedokteran, kewajiban dokter meliputi:14
 Hak Dokter/Dokter Gigi
1) memperoleh perlindungan hukum selama menjalankan tugasnya sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur;
2) memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar
prosedur;
3) memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya; dan
4) menerima biaya layanan.

C. Tinjauan Umum tentang Tenaga Kesehatan

1. Pengertian Tenaga Kesehatan


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan


kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar
masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

14
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum.15

2. Jenis-Jenis Tenaga Kesehatan


Menurut UU Kesehatan, tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam:

a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain

Jenis tenaga kesehatan yang umum dikenal masyarakat adalah dokter, dokter gigi,
perawat, dan bidan.

Sebenarnya nakes juga termasuk tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan


lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga
kefarmasian.

Menurut Wikipedia, kenaga kesehatan (bahasa Inggris: health


professional atau healthcare professional) adalah orang-orang yang secara

15
https://kampushebat.com/pengertian-tenaga-kesehatan-dan-tenaga-medis/
profesional memberikan pelayanan kesehatan setelah menempuh pendidikan dan
pelatihan formal dalam disiplin ilmu tertentu16.

Tenaga kesehatan umumnya dikelompokkan menjadi berbagai profesi, misalnya


dokter, dokter gigi, dokter hewan, asisten dokter, apoteker dan asistennya,
perawat, fisioterapis, bidan, psikolog, dan sebagainya.

Seorang tenaga kesehatan juga bisa merupakan seorang ahli kesehatan


masyarakat. Dalam setiap bidang keahlian, para praktisi sering diklasifikasikan
menurut tingkat dan spesialisasi pendidikan dan keterampilannya.

Dalam cakupan yang lebih luas, tenaga kesehatan bekerja bersama-sama


dengan tenaga pendukung kesehatan (allied health professions), sepertiilmuwan
laboratorium medis, ahli gizi, dan para pekerja sosial lainnya. Mereka tak hanya
bekerja sama di rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan lainnya, tetapi juga
dalam pelatihan akademik, penelitian, dan urusan administrasi. Beberapa di antara
mereka memberikan layanan untuk merawat dan mengobati pasien di rumahnya
masing-masing.

16
https://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kesehatan
BAB III
TINJAUAN TENTANG TINDAK PIDANA MALAPRAKTIK

A. Tinjauan Tentang Malapraktik

1. Pengertian Malapraktik
Istilah malpraktik berasal dari kata “crazy” yang berarti buruk dan kata
“practice” yang berarti perbuatan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
malpraktek berarti suatu perbuatan atau perbuatan buruk, dengan kata lain
merupakan kelalaian (bad practice) profesi untuk menjalankan profesinya.
Malpraktik memiliki berbagai istilah yang sering digunakan di Indonesia antara
lain malpraktik, malpraktik, malpraktik, malpraktik dan sebagainya. Namun,
istilah yang benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 'malpractice',
sedangkan dalam kamus kedokteran disebut 'malpractice', yang berarti praktik
buruk atau praktik buruk.
Malpraktik adalah tindakan praktik kedokteran yang dilakukan secara
tidak benar, tidak tepat, tidak sesuai dengan peraturan dan tidak sesuai dengan
kode etik. Malpraktek adalah pengobatan yang salah dari penyakit atau cedera
karena ketidaktahuan, kelalaian atau sengaja menyakiti pasien. Istilah medis
untuk malpraktik berarti praktik medis yang buruk.
Istilah malpraktik menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah praktik
kedokteran yang tidak sesuai dengan ilmu kedokterannya, yang melanggar hukum
dan kode etik kedokteran.17 Malpraktik merupakan istilah yang berkonotasi
negatif, hal ini disebabkan oleh praktik buruk seseorang yang memiliki profesi
medis untuk mendiagnosis suatu penyakit atau cedera saat menjalankan tugasnya
selama operasi dan setelah perawatan. Malpraktek adalah suatu tindakan medis
yang dilakukan dengan sengaja, atau yang terdapat unsur kelalaian yang tidak
boleh dilakukan oleh seorang ahli medis di dunia medis, dan tindakan yang
mengakibatkan hal fatal, seperti cacat fisik bahkan kematian.
Berikut pendapat malapraktek menurut beberapa ahli diantaranya:

17
J.S. Badudu & Sutan Muhammad Zain, Kamus Bahasa Umum Indonesia, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan), 1994, h. 852
a. Menurut Jhon M. Echols dan Hasan Schaldily dalam kamus bahasa inggris
indonesiannya “malpractice” adalah cara pengobatan pasien yang salah.18
b. Pemahaman Ninik Maryati tentang konsep malpraktik medik dapat
diartikan sebagai suatu bencana yang timbul sebagai akibat dari suatu
praktik kedokteran, yaitu suatu bencana yang disebabkan karena
sebelumnya tidak sengaja Anda lupakan, melainkan oleh kelalaian
dokter.19 Ditambahkan oleh Ninik Maryanti, bahwa tindakan dokter yang
tidak menguntungkan ini merupakan akibat dari:
1) Tidak tahu
2) tidak melakukan pemeriksaan secara menyeluruh; atau
3) Melakukan sesuatu yang tidak memenuhi standar profesi kedokteran

Menurut Berkhouwer & Vorstman Malapraktik adalah “setiap


kesalahan profesional ang diperbuat oleh dokter, oleh karena pada waktu
melakukan pekerjaan pofesionalnya, tidak memeriksa,tidak menilai,tidak
berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau
dilakukan oleh dokter pada umumnya, di dalam situasi dan kondisi yang
sama”.
c. Menurut Peters mendifinisikan Malapraktik yaitu “setiap kesalahan
profesional yang diperbuat oleh seorang dokter, yang di dalamnya
termasuk kesalahan karena perbuatan-perbuatan yang tidak masuk akal
serta kesalahan karena keterampilan ataupun kesetiaan yang kurang dalam
menyelenggarakan kewajiban dan ataupun kepercayaan profesional yang
dimilikinya”.

Pengertian malpraktek yang diuraikan di atas dapat menimbulkan


kesimpulan bahwa malpraktik di atas adalah kelalaian seorang ahli untuk
meningkatkan keterampilan yang digunakan dalam menangani pasangan miskin.
18
John. M Echols & Hasan Sahadili, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka, 1994, h. 371

19
Ninik Maryati, Malpraktek Kedokteran dari Segi Hukum Pidana dan Perdata, Jakarta :
Bina Aksara, 1992, h. 39
Kelalaian yang dimaksud di sini adalah ketidakpedulian, tidak melakukan dengan
hati-hati dan wajar apa yang perlu dilakukan.
Kelalaian atau kelalaian adalah pelanggaran hukum atau pelanggaran, jika
tidak merugikan atau merugikan orang lain, dan orang lain dapat mengambilnya.
Ini didasarkan pada prinsip hukum "De minimis noncurat lex." Yang artinya
hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap sepele. Namun jika kelalaian
tersebut menimbulkan kerugian materiil, luka-luka atau bahkan merenggut nyawa
orang lain, maka kelalaian tersebut tergolong kelalaian berat (culpu lata) dan
merupakan tindak pidana. Kriteria untuk mengklasifikasikan perbuatan sebagai
culpa talta adalah: 20
a) Perbuatan itu melawan hukum
b) Hasil dapat dihindari
c) Dapat disarankan
d) Perbuatannya dapat dipersalahkan.

2. Unsur-Unsur Malpraktik
Malpraktik Medis Untuk memahami kedudukan hukum, makna dan isinya
serta akibat hukumnya bagi produsen, maka isi dan persyaratannya harus
dipahami secara utuh dalam tiga aspek utama malpraktik medis. Malpraktek
medis ditemukan dalam penyidikan, yang mengekstrak diagnosis dari fakta hasil
pemeriksaan, bentuk pengobatan terapeutik dan pengobatan untuk mencegah
kerugian akibat kesalahan diagnosis dan terapi yang salah.
Tindakan dalam tindakan medis dokter dapat berupa tindakan aktif dan
dapat juga berupa tindakan pasif. Tindakan dalam pelayanan/pengobatan dokter
yang mungkin menyalahkan produsen harus ilegal. Sifat illegal yang muncul
disebabkan oleh beberapa kemungkinan, antara lain:
Sebuah. Pelanggaran standar tenaga medis;
a. pelanggaran standar operasional prosedur;
b. Pelanggaran hukum, misalnya praktik tanpa SIP (Surat Izin Praktik) atau
STR (Surat Tanda Daftar);

20
Asyhadie zaeni, Aspek-Aspek Hukum Kesehatan Di Indonesia Ed.1, Cet. 2 (Depok:
Rajawali Pers,2018), h. 116
c. Pelanggaran Kode Etik Kedokteran;
d. pelanggaran prinsip kedokteran umum;
e. Pelanggaran kesusilaan umum;
f. Praktek kedokteran tanpa persetujuan;
g. Terapi tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien;
h. Terapi tidak sesuai dengan informed consent;
Pertimbangan untuk menentukan adanya malpraktik medik tidak lepas dari sikap
batin dokter sebelum melakukan sesuatu terhadap pasiennya. Sikap mental yang
diperlukan dalam malpraktek hukum dapat berupa kesengajaan atau kelalaian.
Unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya malpraktik antara lain:
a. Adanya perbuatan (aktif maupun pasif) tertentu dalam praktek kedokteran.
b. Yang dilakukan oleh dokter atau yang ada dibawah perintahnya.
c. Dilakukan terhadap pasiennya.
d. Dengan sengaja maupun kelalaian.
e. Yang bertentangan dengan standar profesi, standar prosedur,
prinsipprinsip professional kedokteran atau melanggar hokum, atau
dilakukan tanpa wewenang baik disebabkan tanpa informed consent, tanpa
STR tanpa SIP dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien dan
sebagainya.
f. Yang menimbulkan akibat kerugian bagi kesehatan fisik maupun mental,
atau nyawa pasien.21

3. Jenis-Jenis Malapraktik
Malpraktik didefinisikan sebagai praktik medis yang tidak benar atau tidak
sesuai dengan standar profesi atau standar operasional. Sebenarnya istilah
malpraktik tidak dikenal dalam Hukum Positif KUHP. Namun kita bisa
menggunakan istilah malpraktik medik dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan dan undang-undang no. 29 tentang praktik kedokteran Indonesia.
Malpraktik medis dibagi menjadi tiga jenis, yaitu malpraktik pidana,
malpraktik perdata, dan malpraktik administratif. Malpraktek pidana terjadi
21
Para dipta, dalam http://.blogspot.co.id/2011/02/malpraktik.html yang diakses tanggal 6
juli 2020.
apabila seorang dokter melanggar hukum dan menyebabkan dia dituntut oleh
negara, misalnya dokter yang melakukan aborsi tanpa indikasi medis (abortus
provokatus criminalis). Sedangkan malpraktik perdata adalah ketika seorang
dokter dapat menyebabkan pasien meninggal atau luka-luka karena
pengobatannya tetapi tidak melanggar hukum pidana, sedangkan malpraktik
administratif adalah ketika seorang dokter tidak memiliki surat izin praktik/surat
tanda registrasi dan lain-lain. Pelanggaran ini dikenakan sanksi pidana, perdata
dan administratif.22
a. Malpraktik Etik (ethical malpractice)
Malpraktik adalah perbuatan dokter yang bertentangan dengan etika
kedokteran, sebagaimana diatur dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia,
yaitu seperangkat standar, prinsip, dan aturan etik yang berlaku bagi dokter.
b. Malpraktik Medik (medical malpractice)
John D.Blum mendefinisikan: Malpraktik medis adalah suatu bentuk
kelalaian profesional di mana cedera serius diderita pasien penggugat
sebagai akibat langsung dari tindakan atau kelalaian praktisi tergugat.
(Malpraktik medis adalah suatu bentuk kelalaian profesional yang
merugikan pasien/penggugat akibat perbuatan atau kelalaian
dokter/terdakwa). Rumusan umum dalam dunia kedokteran adalah
kesalahan profesional atau kurangnya keterampilan biasa dalam melakukan
tindakan profesional, tetapi seorang praktisi bertanggung jawab atas segala
kerusakan atau cedera yang disebabkan oleh malpraktik. (Malpraktik
adalah tindakan yang tidak patut dari suatu profesi atau kurangnya
keterampilan dasar dalam melakukan pekerjaan yang biasa digunakan
untuk mengobati atau melukai orang di lingkungan yang sama.
c. Malpraktik Yuridis (juridical malprctice)
Malpraktik hukum merupakan pelanggaran atas kelalaian dalam
pelaksanaan hukum yang melanggar ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Malpraktek hukum termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

22
Fitriono, Riska Andi, Budi Setyanto, and Rehnalemken Ginting. "Penegakan Hukum
Malpraktik Melalui Pendekatan Mediasi Penal." Yustisia Jurnal Hukum 5.1 (2016), h. 148-161.
1) malpraktik sipil (civil malpractice)
Malpraktik perdata adalah malpraktik yang terjadi ketika dokter tidak
memenuhi kewajibannya (telah ingkar janji), yaitu tidak memberikan
pelayanan sesuai dengan yang diperjanjikan. Silahkan hubungi kami
untuk informasi lebih lanjut tentang dokter:Tidak melakukan apa yang
menurut kesepakatan wajib dilakukan,
a) Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak sempurna,
b) Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat,
c) Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya
dilakukan.
2) Malpraktik Pidana (criminal malpractice)
Malpraktik pidana adalah malpraktik yang terjadi apabila tindakan yang
dilakukan atau tidak dilakukan sesuai dengan perkataan hukum pidana.
Tindakan tersebut dapat berupa tindakan positif (melakukan sesuatu)
atau negatif (tidak melakukan sesuatu) yang merupakan tindakan yang
memalukan (actus reus), dilakukan dengan sikap mental yang salah
(human rea) berupa kesengajaan atau kelalaian. Contoh malpraktik
kriminal yang disengaja adalah:
a) melakukan aborsi tanpa tindakan medis,
b) untuk mengungkapkan rahasia medis yang disengaja,
c) membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak benar,
d) Membuat visa et repertum salah.
3) Malpraktik Administrasi Negara (administrative malpractice)
Malpraktik administrasi adalah malpraktik yang terjadi ketika seorang
dokter tidak melaksanakan resep hukum administrasi negaranya.
Sebagai contoh:Menjalankan praktik kedokteran tanpa ijin,
a. magang seorang praktisi di bidang pendidikan,
b. Praktek dokter di dokter umum,
c. Tidak menyusun rekam medis.
B. Tindak Pidana Malapraktek

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana menurut KUHP bisa dinamakan “strafbaarfelt”, yang

bermakna tindak, perbuatan, atau kejadian pidana, serta delik. Terdapat kata

“strabaar feit” didalam bahasa belanda, yang sebetulnya ialah kata resmi didalam

strafwetboek ataupun KHUP saat ini dipakai di Indonesia. Definisi tindak pidana

bermakna persis “perbuatan”. Pengertian perbuatan tidak hanya yang bersifat

positif atau negative. Jadi, melaksanakan hal yang diharamkan ataupun tidak

melaksanakan hal yang diwajibkan. 23 Istilah tindak pidana, tidak ada kesepakatan

berdasarkan pendapat para ahli. Beberapa penggunaan tindak pidana, tindak

pidana, peristiwa pidana, tindak pidana atau delik.

Didik Enri Purwoleksono dalam bukunya yang berjudul 'hukum pidana'

memilih beberapa alasan untuk menggunakan istilah tindak pidana, beberapa di

antaranya dapat dijelaskan sebagai berikut: 24

a. Dalam semua undang-undang digunakan istilah 'tindak pidana',

misalnya undang-undang tentang pemberantasan korupsi, tindak pidana, tindak

pidana perdagangan orang, serta undang-undang kesehatan yang secara jelas

menyebutkan suatu kejahatan dalam pasal 85.

b. Rancangan KUHP atau KUHP juga menggunakan istilah 'tindak

pidana' dalam Buku II.

Tindak pidana ialah terjamahan dari istilah Belanda “Strafbaar Feit”

yang bahasa inggrisnya “Criminal Act = offense”. Terdapat dua pendapat

mengenai definisi “Starafbaar Feit”.

23
Fitrotin Jamilah,“KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”,(Jakarta Timur : Dunia
Cerdas, 2014), h 44.
24
a. Pendapat yang monitis, mengemukakan bahwa didalam “Starafbaar Feit”

didalamnya berisi “perbuatan pidana” serta “pertanggungjawaban pidana”

bersamaan

b. Pendapat yang dualism, mengemukakan bahwa didalam “Starafbaar Feit”

mesti dibagi antara “perbuatan pidana” dengan “pertanggung jawaban”

sekaligus.25

Jadi, yang dapat kita simpulkan dari istilah “strafbaar feit” ialah suatu

“kejadian yang boleh di pidana” ataupun “perbuatan yang boleh di pidana”

Terdapat 7 istilah yang sudah dipakai, ialah: 26

1) No.11/PNPA/1963 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Pelemahan, UU No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi yang sedang ditinjau (diubah dengan Undang-undang Nomor 31

Tahun 1999), dan seterusnya. Pakar hukum juga menggunakan istilah Prof. Dr.

Wirjono Prodjodikoro, S.H. (lihat buku tentang kejahatan tertentu di

Indonesia).

2) Peristiwa pidana, digunakan oleh sejumlah ahli hukum, misalnya:

Dr. Hj van Schravendijk adalah mahasiswa hukum pidana Indonesia, prof. A.

Zainal Abidin, S.H. dalam bukunya yang berjudul Hukum Pidana, pembentuk

undang-undang menggunakan peristiwa pidana, yaitu UUD 1950 (lihat Pasal

14 ayat (1)).

3) Pelanggaran, menggunakan istilah Latin “delictum” yang digunakan

untuk menggambarkan secara tegas;

4) Tindak pidana dapat ditemukan dalam buku-buku pokok-pokok

hukum pidana yang dilaporkan oleh Tn. M.H. Tirtaamidjaja;

25
Didik Endro Purwoleksono,”Hukum Pidana”,(Jawa Timur : Airlangga University Press,
2016), h 43.
26
5) Tindak pidana yang dapat dipidana dilakukan oleh Tn. Karni

menggunakan dalam bukunya “Jalan Pintas Hukum Pidana” dan Schravendijk

“Buku Pedoman Hukum Pidana Indonesia”.

6) Tindak pidana dapat diancam dengan undang-undang dalam UU No.

12 / Drt / 1951 tentang senjata api dan bahan peledak; (lihat halaman 3)

7) Kejahatan yang digunakan oleh Mulejatno dalam buku, misalnya

dalam buku “Asas-asas Hukum Pidana”

Nyatanya sekarang diketahui terdapat 7 istilah didalam bahasa

Indonesia selaku terjamahan dari istilah starbaar feit (Belanda).27Adapun

beberapa defenisi menurut sebagian ahli mengenai hukum tindak pidana

(starafbaar feit) ialah: 28


a. Pompe menerangkan, “strafbaar feit secara teoritis bisa dirumuskan
selaku sebuah pelanggaran norma dengan sengaja maupun tidak sengaja
sudah dilaksanakan oleh seseorang, dimana penetapan pada pelaku itu
ialah wajib agar terawatnya tertib hukum serta terjaganya keperluan
hukum.”.
b. Van Hamel menerangkan, “starafbaar feit” iaalah kapasitas orang yang
dijabarkan didalam UU, yang menentang hukum, layak dipidana serta
dilaksanakan dengan kekeliruan.”
c. Wirjono Prodjodikoro mendefinisikan, “perbuatan pidana adalah suatu
perbuatan yang untuk itu si pelaku dapat memberikan suatu hak
pidana”.

27
Adami Chazawi,“Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1 (stelsel Tindak Pidana, Teori-
teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana)”,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2002), h 67-69.
28
Frans Maramis,“Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia”,(Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2012), h 58.
d. D. Simons menjelaskan: 'tindak pidana adalah perbuatan yang diancam
dengan 'kejahatan' yang sah yang berkaitan dengan kesalahan dan
dilakukan oleh seseorang yang dapat dimintai pertanggungjawaban.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Tindak pidana dalam KUHP secara umum dapat dijelaskan dalam dua

unsur, yaitu unsur pokok dan tujuan. Unsur subjektivitas adalah unsur-unsur

yang ada dalam diri pelaku atau berhubungan dengan diri sendiri, baik pelaku

maupun segala hal yang ada di dalam hatinya. Sedangkan unsur objek adalah

unsur yang berkaitan dengan keadaan di mana perbuatan pelaku harus

dilakukan.29
Unsur subyektif dan obyektif suatu tindak pidana menurut R. Soesilo dibagi
menjadi:
a. Unsur objektif, yakni mencakup:
1) Perbuatan manusia, yaitu perbuatan positif atau perbuatan negatif
yang mengakibatkan terjadinya tindak pidana. Perbuatan positif
misalnya: mencuri (pasal 362 KUHP), korupsi (pasal 372 KUHP) dan
lain-lain, sedangkan perbuatan negatif yaitu: tidak bersama penguasa,
sambil melihat ada komplotan yang ingin merusak) syarat untuk
melindunginya selama merawatnya (pasal 304 KUHP) dan lain-lain.
2) Akibat perbuatan manusia, perusakan dan perusakan kebutuhan
hukum berdasarkan norma pidana, harus ada untuk dipidana. Dampak
tersebut muncul bersamaan dengan tindakan, misalnya pada pencurian,
kehilangan barang terjadi bersamaan dengan pemulihan barang, namun
beberapa dampak tidak terjadi secara bersamaan.
3) Kondisi-kondisi yang melingkupi perbuatan, yang mungkin timbul
selama pelaksanaan perbuatan, misalnya dalam Pasal 362 KUHP:

29
Lamintang P.A.F,“Dasar-Dasar HUKUM PIDANA INDONESIA”,(Bandung : Citra
Aditya,2011), h 184.
“barang yang diambil adalah milik orang lain, yaitu suatu keadaan yang
ada pada waktu dilakukan penyitaan”.
4) Berperilaku hukum dan dapat dihukum. Perbuatan hukum, jika tidak
sesuai dengan hukum. Perilaku dapat dihukum dengan hukuman yang
harus dihukum dengan pidana. Itapat akan hilang jika diterapkan dalam
pasal 44,48,49,50 dan 51 KUHP.
b. Unsur subjektif
berdasarkan norma pidana orang yang melanggar norma pidana,
delik tersebut dapat dilakukan oleh pelaku. Orang yang hanya bisa
melakukan ini tidak bersalah seperti dia dan norma pidana. 30 Belum ada
kepastian tindak pidana dari berbagai teori menurut para ahli, yaitu: 31
1) K. Wantjik Saleh kom tot die gevolgtrekking dat 'n daad 'n
kriminele daad sal wees as die daad in stryd is met die wet, die
gemeenskap benadeel, nie deur die strafreg aanbeveel word nie, en die
oortreder word gestraf.
2) Simons se siening van die elemente van die bose is soos volg:
a) Hantering, is 'n daad wat deur die wet geïgnoreer word.
b) Menslike optrede moet teen die wet wees (volgens wet)
c) Ons optrede word kriminaliseer (gestraf) deur die wet
d) Moet deur 'n verantwoordelike persoon (verantwoordbaar) uitgevoer
word.
e) Die optrede moet verkeerd wees.32

3. Jenis-jenis Tindak Pidana

Hukum pidana membagi tindak pidana menjadi dua kelompok besar, yaitu

Buku II dan Buku III yang masing-masing dikelompokkan ke dalam kategori

kejahatan dan delik. Sub-pembahasan tersebut kemudian diklasifikasikan

30
Soesilo. R,“Kitab undang-undang hukum pidana (KUHP)”,(Bogor : Politeia,2013), h
26-28.
31

32
Rahmanuddin Tomalili,“Hukum Pidana”,(Yogyakarta : Budi Utama, 2012), h 12.
berdasarkan sasaran yang berupaya melindungi hukum pidana dari kejahatan. Bab

pertama buku kedua, misalnya, adalah kejahatan terhadap perdamaian negara, jadi

dalam bab ini adalah sekelompok tindakan kriminal yang untuknya negara adalah

perdamaian. Pembagian atau klasifikasi kumpulan benda atau orang dapat

berbeda-beda sesuai dengan keinginan pengklasifikasi, begitu juga dengan

kejahatannya. Berikut ini adalah tindak pidana atau delik yang dapat dibedakan

menjadi:

a. Kejahatan serta pelanggaran


KUHP memposisikan kejahatan berada di buku II serta
pelanggaran berada di buku III, namun tidak memiliki penerangan
mengenai kejahatan serta pelanggaran. Agar terukur, penyusun UU
mengelompokkan delik kejahatan serta pelanggaran ialah:
1) Pasal 5 KUHP berfungsi untuk tindakan-tindakan kejahatan saja di
Indonesia. Apabila orang Indonesia melaksanakan delik diluar negri
yang dinyatakan selaku delik pelanggaran, berarti dipandang tidak
butuh didakwa.
2) Percobaan serta mendukung melaksanakan delik pelanggaran tindak
pidana.
3) Pemidanaan anak di bawah usia bergantung dari termasuk kejahatan
ataukah pelanggaran.

Berdasarkan uraian tersebut, kita dapat memahami tindak pidana

pelanggaran hukum dan pelanggaran pelanggaran undang-undang. Pelanggaran

hukum menemukan pelanggaran hukum yang memiliki rasa keadilan, misalnya

pembunuhan, pencurian dan lain-lain. Dari segi pelanggaran hukum,

pelanggaran yang ditentukan oleh undang-undang misalnya kewajiban

memiliki SIM bagi pengendara sepeda motor di jalan umum atau memakai

helm saat mengendarai sepeda motor. Pelanggaran hukum tidak tersedia

dengan keadilan. Adapun jenis kejahatan, tidak ada perbedaan umum antara
kejahatan dan pelanggaran. Tetapi untuk pelanggaran yang lebih jarang

diancam dengan pidana penjara. Adapun perbedaan antara tindak pidana dan

delik, lebih baik melihat hukum pidana. 33

b. Tindak Pidana Dolus (kesengajaan = Opzet) serta Culpa (kealpaan)

c. Tindak pidana commissions, ommisions, serta “commisionis per

ommisionem comica”: Tindak Pidana commisionis ialah melaksanakan

hal menentang undang-undang, contohnya menentang pasal 362, 372

KUHP.

d. Cyang dicurigainya barang punya atasannya, namun barang itu telah

dikasihkan untuknya oleh atasannya.34

C. Tindak Pidana Malpraktek Medis

Malpraktik adalah perilaku atau tindakan yang salah. Namun,

malpraktik adalah istilah yang sangat umum dan tidak selalu memiliki

konotasi hukum. Secara harfiah "gila" berarti "salah" sedangkan "praktik"

berarti "pelaksanaan" atau "tindakan", jadi malpraktik berarti "pelaksanaan

atau tindakan yang salah". Terlepas dari pentingnya, sebagian besar istilah

ini digunakan untuk mengungkapkan kesalahan dalam konteks

pelaksanaan suatu profesi. Arti penting dari malpraktik medis adalah

kelalaian seorang dokter berdasarkan tingkat keterampilan dan

pengetahuan yang biasa digunakan oleh dokter lain pada standar

lingkungan yang sama. Kelalaian juga diartikan sebagai tindakan medis

yang tidak sesuai dengan standar medis. Pengertian malpraktik dalam

pelayanan kesehatan adalah kelalaian seorang dokter atau perawat untuk

33
Fitrotin Jamilah,”KUHP”,(Jakarta : Dunia cerdas, 2014), h 53.
34
Didik Endro Purwoleksono,“Hukum Pidana”,(Jawa Timur : Airlangga University press,
2016), h 45-47.
mengatasi tingkat keahlian dalam pengobatan dan perawatan pasien, yang

biasa digunakan untuk orang yang terluka.

Malpraktik dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya hak

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasanya

terjadi dan dilakukan oleh individu yang tidak mau mematuhi aturan yang

ada karena tidak mematuhi konsumsi, baik pelayanan kesehatan maupun

pelayanan lain yang diberikan. Dalam memberikan layanan, penyedia

layanan wajib menginformasikan secara lengkap kepada konsumen.

Konsep di atas kemudian disepakati oleh masyarakat umum untuk

mengajukan konsep malpraktik sebagaimana diatur dalam pasal 359, 360, 361

KUHP tentang kelalaian. Artikel tersebut berbunyi sebagai berikut:


a. Pasal 359 KUHP yaitu karena kesalahannya menyebabkan orang
mati.
b. Sebuah. Pasal 360 KUHP yaitu karena kesalahannya menyebabkan
orang lain luka berat.
c. Pasal 361 KUHP yaitu karena kesalahannya melakukan suatu
jabatan atau
d. pekerjaan hingga menyebabkan mati atau luka berat maka akan
dihukum berat.
Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika ia kurang menguasai IPTEK
kedokteran yang umum berlaku di kalangan profesi kedokteran, memberikan
pelayanan kedokteran di bawah standar profesi, melakukan kelalaian yang berat
atau memberikan pelayanan yang tidak hati-hati dan melakukan tindak medis
yang bertentangan dengan hukum.35 Dalam bidang kedokteran, kesalahan kecil
dapat disebabkan karena kerugian yang besar. Pada umumnya masyarakat tidak
dapat membedakan mana yang melanggar kode etik kedokteran dan mana yang

35
M. Jusuf Hanafiah, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. (Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1999). hlm. 88.
melawan hukum. Tidak jarang etika menjadi malpraktik, karena malpraktik lebih
dari sekedar etika profesi. Konsep 4D berasal, yaitu duty, partisipasi dalam tugas,
kerugian dan penyebab langsung yang bertujuan untuk menjembatani kerugian
akibat peristiwa yang tidak diinginkan, baik itu benar-benar insiden yang
melibatkan malpraktik atau tidak.
Istilah malpraktik medis dan kelalaian medis adalah dua hal yang berbeda.
Kelalaian medik memang termasuk malpraktik medik, namun dengan malpraktik
medik tidak hanya unsur kelalaian, bisa juga kesengajaan. Definisi di atas
menyatakan bahwa malpraktik memiliki kesalahan yang lebih besar daripada
kelalaian, karena selain pengertian kelalaian, pertimbangan malpraktik juga
mencakup perbuatan yang dilakukan dengan sengaja (sengaja, sengaja dan tidak
sengaja).
Dokter dapat dikenakan tindak pidana atas tindakan medis yang dilakukan
atas biaya pasiennya jika telah menyimpang dari standar profesi kedokteran,
kesalahan yang dilakukan oleh psikiater.36
Apabila tenaga medis didakwa melakukan malpraktik, tenaga medis harus
membuktikan apakah perbuatan tenaga medis tersebut memenuhi syarat-syarat
pidana, yaitu:37

a. Apakah ini tindakan tercela?


b. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap mental yang salah,
kelalaian atau kelalaian. Selanjutnya, apabila tenaga medis tidak
bersalah karena kelalaian yang mengakibatkan kematian atau cedera,
harus dibuktikan bahwa tenaga medis tersebut melakukan kesalahan.

Berdasarkan UU no. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, menyatakan


bahwa rumah sakit bertanggung jawab atas segala kerugian akibat kelalaian medis
di rumah sakit, sebagaimana diatur dalam pasal 46 Undang-Undang. Ketentuan
pasal 46 ini menjadi dasar hukum bagi seseorang untuk mencari rawat inap dalam
hal kelalaian tanggung jawab kesehatan yang menyebabkan kerugian.

36
Danny Wiradharma, Hukum Kedokteran. (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996). hlm. 92.
37
Oenar Seno Adji, Perbuatan Melawan Hukum, h. 127.
Apabila terbukti tindakan dokter tersebut tidak sesuai dengan kode etik
atau bertentangan dengan UU Kesehatan dan UU Praktik Kedokteran atau
melanggar prosedur operasional, sehingga menderita kerugian bahkan kerugian
seperti pandania. mampu bekerja di bidang standar profesi kedokteran. Dalam
memberikan diagnosa atau nasehat pengobatan, tindakan dokter tidak dapat
digolongkan sebagai tindakan malpraktik medik, sepanjang tidak terbukti
malpraktik dan tidak ada korban (kehilangan atau kematian seseorang). Dengan
demikian, tidak semua tindak pidana malpraktik harus diselesaikan dengan jalur
hukum, namun ada cara lain yang maslahah harus diselesaikan, yaitu dengan
nonlitigasi, yang dapat diselesaikan melalui musyawarah tanpa melalui
pengadilan. Dalam hal kompensasi atau pemulihan, pemulihan dapat diupayakan
dengan kesepakatan bersama dengan melihat masalah dan solusinya..38

38
Sayed Muhibbun, skripsi Pertanggungjawaban Pidana Dalam Kasus Malpraktek Oleh
Korporasi (Analisis Pasal 201 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Ditinjau Dari
Hukum Pidsana Islam), 2017, 19-27
DAFTAR PUSTAKA

Yuliana. 2020. Corona Virus Diseases (Covid-19) Sebuah Tinjauan Literatur.


Jurnal Wellness And Healthy Magazine Vol 2 No. 1

An-Nawawi, 2001. Al-Minhaj, Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj. Kairo: Darul
Hadits

Poernomo, Husaini Usman. 1996. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi


Aksara

Hanifah, Ida Dkk. 2018. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa. Medan:
Pustaka Prima.

Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

World Health Organization, 2006. Medical Records Manual, A Guide for


Developing Countries,.

Komalawati, Veronica. 1999. Peranan informed consent dalam transaksi


terapeutik persetujuan dalam hubungan dokter dan pasien : suatu tinjauan
yuridis. Bandung: Citra Aditya Bakti

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Indonesia, Konsil Kedokteran. 2006. "Komunikasi efektif dokter-


pasien." Jakarta: KKI 

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Ta‟adi. 2013. Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.

Sri Siswati. 2019. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Adityo Susilo dkk, 2020. Corona Virus Diseases (Covid-19) Tinjauan Literatur
Terkini, dalam Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 7 No. 1 Maret.

Supriatna, Eman. 2020. Wabah Corona Virus Disease Covid-19 Dalam


Pandangan Islam, Dalam Jurnal Sosial dan Budaya Syar-I Vol 7 No.6

Badudu, J.S. & Sutan Muhammad Zain. 1994. Kamus Bahasa Umum Indonesia,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Echols, John. M & Hasan Sahadili. 1994. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka, 1994

Maryati, Ninik. 1992. Malpraktek Kedokteran dari Segi Hukum Pidana dan
Perdata, Jakarta : Bina Aksara

Zaeni, Asyhadie. 2018. Aspek-Aspek Hukum Kesehatan Di Indonesia Ed.1, Cet. 2


(Depok: Rajawali Pers

Dipta, Para dalam http://.blogspot.co.id/2011/02/malpraktik.html yang diakses


tanggal 6 juli 2020.

Fitriono, Riska Andi, Budi Setyanto, and Rehnalemken Ginting. 2016."Penegakan


Hukum Malpraktik Melalui Pendekatan Mediasi Penal." Yustisia Jurnal
Hukum 5.1.

Jamilah, Fitrotin. 2014. “KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”,(Jakarta


Timur : Dunia Cerdas

Purwoleksono, Didik Endro. 2016. ”Hukum Pidana”,(Jawa Timur : Airlangga


University Press

Chazawi, Adami. 2002. “Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1 (stelsel Tindak


Pidana, Teori-teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana)”,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002
Maramis, Frans. 2012. “Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia”.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Lamintang P.A.F. 2011. “Dasar-Dasar HUKUM PIDANA INDONESIA”,


(Bandung : Citra Aditya

R, Soesilo. 2013,“Kitab undang-undang hukum pidana (KUHP)”. Bogor :


Politeia

Tomalili, Rahmanuddin. 2012. “Hukum Pidana”. Yogyakarta : Budi Utama

Jamilah, Fitrotin. 2014. ”KUHP”. Jakarta : Dunia cerdas

Purwoleksono, Didik Endro. 2016. “Hukum Pidana”. Jawa Timur : Airlangga


University press

Hanafiah, M. Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wiradharma, Danny. 1996. Hukum Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara

Adji, Oenar Seno. Perbuatan Melawan Hukum

Muhibbun, Sayed. 2017. Pertanggungjawaban Pidana Dalam Kasus Malpraktek


Oleh Korporasi (Analisis Pasal 201 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Ditinjau Dari Hukum Pidsana Islam)

Anda mungkin juga menyukai