Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK

“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI PENYAKIT JANTUNG BAWAAN”

Dosen Pengampu : Hj. Ns. Agustine Ramie, M.Kep

Oleh :

KELOMPOK 3

Dewi Mauliani P07120120005

Muhammad Fikri Haikal P07120120018

Nor Shofia Azizah P07120120026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIII – KEPERAWATAN
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun
tujuan pembuatan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Penyakit Jantung Bawaan”

Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga
dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan para pembaca. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita.

Banjarbaru, 26 Januari 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian............................................................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................................................4
C. Patofisiologi.........................................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala.................................................................................................................5
E. Penanganan/Penatalaksanaan Medis/Keperawatan.............................................................5
F. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................................6
G. Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................................................7
a. Pengkajian.........................................................................................................................7
b. Diagnosa keperawatan....................................................................................................11
c. Rencana Asuhan keperawatan........................................................................................11
d. Implementasi Asuhan Keperawatan................................................................................17
e. Evaluasi Keperawatan.....................................................................................................17
BAB III PENUTUP......................................................................................................................19
A. Kesimpulan dan saran.........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan susunan jantung yang terjadi sejak
dalam kandungan sebelum bayi lahir. Kelainan jantung ini disebabkan oleh gangguan
perkembangan system kardiovaskuler pada embrio (Ngastiah,2014).

Penyakit jantung bawaan (PJB) digolongkan menjadi dua, yaitu penyakit jantung
bawaan non-sianotik dan sianotik. Penyakit jantung bawaan non-sianotik biasanya
ditandai dengan sesak napas, pucat, berkeringat, ujung-ujung jari hiperemik, cepat lelah
dan dyspnea. Penyakit jantung bawaan sianotik biasanya ditandai dengan sianosis yang
disertai takipnea dan hiperventilasi bahkan dapat disertai kejang-kejang dan berakibat
fatal.

Penyakit jantung bawaan merupakan suatu permasalahan yang terjadi pada struktur
jantung yang tampak setelah kelahiran. Kelainan ini dapat melibatkan bagian dalam
dinding jantung, yaitu klep didalam jantung atau arteri dan vena yang membawa darah
kejantung atau keseluruh tubuh. PJB yang berat bisa dikenali saat kehamilan dengan cara
pemeriksaan USG dan didapat detak jantung janin yang abnormal (mur-mur) atau segera
setelah lahir yaitu anak tampak kebiruan saat menangis. PJB yang ringan sering tidak
menampakkan gejala, dan diagnosisnya didasarkan pada pemerisaan fisik dan tes khusus
untuk alas an yang lain (Maramis, Kaunang & Rompis, 2014)..

Federasi Jantung Dunia (2014) menyebutkan bahwa angka kematian akibat


penyakit jantung di Indonesia 17,1 juta orang (19%) dari total kematian tiap tahunnya.
Di Indonesia pada tahun 2015 terdapat 38.547 bayi dengan penyakit jantung bawaan dan
terdapat 107 kasus baru setiap hari serta setiap satu jam lahir 4-5 bayi dengan penyakit
jantung bawaan di Indonesia. Sekitar separuh dari kasus dengan PJB terdeteksi segera
setelah lahir (Handayani,2016).

Bebby (2017) Kelainan jantung bawaan sebenarnya dapat dideteksi sejak dalam
kandungan. Sejak janin berusia 20 minggu di dalam kandungan, jantung bawaan dapat
dideteksi melalui pemeriksaan USG. Namun penanganan baru bisa dilakukan setelah bayi

1
lahir. Hingga saat ini belum diketahui apa penyebab pasti apa yang menyebabkan
terjadinya kelainan ini. Kelainan jantung bawaan terdiri dari beberapa jenis, seperti adanya
lubang pada jantung, penyempitan pembuluh darah, penyempitan aliran darah ke jantung,
dan adanya lubang di antara dua serambi jantung. Setiap jenis kelainan jantung bawaan
memiliki penanganan yang berbeda.

Semua tanda kegawatdaruratan pada bayi dengan riwayat jantung bawaan tersebut,
perlu ditangani dengan tepat dan cepat. Sayangnya, angka kematian bayi di Indonesia
masih tergolong tinggi. Hal tersebut lantaran kurangnya pengetahuan orangtua terhadap
berbagai risiko kesehatan yang dapat menimpa bayi mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit jantung bawaan ?


2. Apa etiologi penyakit jantung bawaan ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung bawaan ?
4. Apa tanda dan gejala penyakit jantung bawaan ?
5. Bagaimana penanganan medis/keperawatan penyakit jantung bawaan ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik penyakit jantung bawaan ?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit jantung bawaan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung bawaan


2. Untuk mengetahui etiologi penyakit jantung bawaan
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit jantung bawaan
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung bawaan
5. Untuk mengetahui penanganan medis/keperawatan penyakit jantung bawaan
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik penyakit jantung bawaan
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit jantung bawaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur makroskopis


jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau
potensial yang berarti kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang paling sering
terjadi pada bayi baru lahir. Prevalensi penyakit jantung bawaan yang diterima secara
internasional adalah 0.8%, walaupun terdapat banyak variasi data yang terkumpul,
secara umum, prevalensi penyakit jantung bawaan masih diperdebatkan. (Moons,2015).

Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan


malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yangtelah ada sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutamaditemukan pada bayi dan anak.
Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akanmeninggal waktu bayi. Apabila penyakit
jantung bawaan ditemukan padaorang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tersebut mampu melaluiseleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada
usia muda.(Rahwamati. 2015)

1. Jenis Penyakit Jantung Bawaan


Adapun jenis penyakit jantung bawaan terdiri dari 2 tipe yaitu : (Kasron. 2012) :
a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
PJB non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa
lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung
sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan
penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya
lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis
yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya
kelainan serta tahanan vaskuler paru, yang akan dibicarakan disini hanya 2
kelompok besar PJB non sianotik; yaitu:

3
a) PJB non sianotik dengan lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran
pirau dari kiri ke kanan, misalnya ventricular septal defect (VSD), atrial
septal defect (ASD) dan patentductus arteriosus (PDA)
b) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa
aliran pirau melalui sekat dijantung, misalnya aortic stenosis(AS),coarctatio
aorta (CoA) dan pulmonary stenosis(PS).
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik di dapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang
mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik.
Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik
vena sistemik dan vena pulmonalis. Bila dilihat dari penampilan klinisnya,
secara garis besar terdapat 2 golongan PJB sianotik, yaitu:
1) dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang, misalnya Tetralogi of
Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA) dengan VSD.
2) dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya Transposition
of the Great Arteries (TGA) dan Common Mixing.

B. Etiologi

Penyebab penyakit jantung bawaan belum pasti, meskipun beberapa faktor


dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain : infeksi
virus pada ibu hamil (misalnya campak jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu
jamuan,alkohol. faktor keturunan atau kelainan genetic dapat juga menjadi penyebab
meskipun jarang, dan belum banyak diketahui.misalnya Sindroma Down (Mongolism)
yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah satunya PJB (Wajan
J. 2015)

Menurut (Rilantono, 2016). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan


beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh genetic dan maternal dimana saat ini
sebagai faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi,alcohol dan
obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga diduga sebagai penyebab penyakit
jantung bawaan.

4
C. Patofisiologi

Penyakit jantung bawaan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan
maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan
asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik
kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shuntdari kiri ke sisi kanan
sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta
pencampuran darah dari arteri (Padila, 2015).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri
lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke
kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan volume atrium
kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya
volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan
paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru
sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif. Volume di ventrikel
kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan
menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah
jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang
nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan
pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan
akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka,
2016).

D. Tanda dan Gejala

Aspiani (2015) menyebutkan bahwa tanda dan gejala penyakit jantung bawaan
yaitu anak mengalami sianosis, dyspnea jika melakukan aktivitas fisik, hipertrofi dan
pembesaran jantung, tekanan nadi besar, takikardi, retraksi dada, dan hipoksemia.
Selain tanda dan gejala tersebut, terdapat beberapa tanda dan gejala pertumbuhan dan
perkembangan seperti keterlambatan berbicara, berjalan, mengalami kesulitan makan,
meningkatnya resistensi vascular paru, adanya tanda gejala jantung kongestik seperti
gagal jantung, mur-mur persisten, dan ujung jari hiperemik.

5
E. Penanganan/Penatalaksanaan Medis/Keperawatan

1. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru


a) Ventricular Septal Defect (VSD). Pasien dengan VSD besar perlu ditolong dengan
obat-obatan untuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan
diuretic,misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan
membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnakaoperasi dapat ditunda
sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangatmenolong karena tanpa tindakan
tersebut harapan hidup berkurang
b) Atrial Septal Defect (ASD). Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau
dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
c) Patent Ductus Arteriosus (PDA) Karena neonatus tidak toleransi terhadap
pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang
menyebabkankontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-
5tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a) Stenosis Aorta (SA). Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan
padasaat anak mampu dilakukan pembedahan toraks.
b) Stenosis Pulmonal (SP). Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang
dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.
c) Koarktasio Aorta. Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty,
pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau
dengan cara memasukkan suatu graf
3. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang.
a) Tetralogi Of Fallot (TOF)
b) Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anakanak, untukmernenuhi
peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.Pembedahan berikutnya
pada masa usia sekolah, bertujuan untukkoreksi secara permanent. Dua pendekatan
paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke
sisi subciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan.Secara
Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aortaassenden, menuju arteri

6
pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakandarah yang teroksigenasi dan
membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1) Foto thoraks
Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kirimembesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
2) Echokardiografi
Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau
lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri
sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
3) Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobindan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnyahemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %.
4) Nilai BGA
Menunjukkan peningkatan tekanan parsial karbon dioksida (PCO2), penurunan
tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
5) Pemeriksaan dengan Doppler berwarna
Digunakan untuk mengevaluasialiran darah dan arahnya.
6) Elektrokardiografi (EKG)
Bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanyahipertropi ventrikel kiri, kateterisasi
jantung yang menunjukan striktura.
7) Kateterisasi jantung
Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasilECHO atau Doppler yang
meragukan atau bila ada kecurigaan defektambahan lainnya.
8) Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB)
meningkat.

G. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Pengkajian Primer

7
a. Airway
 Terdapat sekret di jalan napas (sumbatan jalan napas)
 Bunyi napas ronchi
b. Breathing
 Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung
 Menggunakan otot-otot asesoris pernapasan, pernafasan cuping hidung
 Kesulitan bernapas : lapar udara, diaporesis, dan sianosis
 Pernafasan cepat dan dangkal
c. Circulation
 Akral dingin
 Adanya sianosis perifer
d. Dissability
Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran
e. Exposure
Terjadi peningkatan suhu
2. Pengkajian sekunder
a. Wawancara
1) Identitas, meliputi: nama, tempat tanggal lahir, umur, berat badan lahir, jenis
kelamin, anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua.
2) Keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang orang tua biasanya mengeluhkan
nafas anaknya sesak bila melakukan aktivitas, tidak mau makan, keringat
berlebihan.Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan dahulu apakah pasien
lahir premature, ibu menderita infeksi saat kehamilan dan riwayat gerakan
jongkok bila anak telah berjalan beberapa menit.
3) Riwayat kesehatan keluarga Adanya keluarga yang menderita penyakit gagal
jantung, adanya riwayat kematian mendadak pada saudara-saudara dan riwayat
keluarga dengan sindrom down.
4) Riwayat kehamilan Riwayat kesehatan ibu saat hamil seperti adanya penyakit
infeksi rubella (sindrom rubella), ibu atau keluarga memiliki riwayat penyakit
lupus eritematosus sistemik sehingga dapat menimbulkan blockade jantung

8
total pada bayinya dan adanya riwayat kencing manis pada ibu dapat
menyebabkan terjadinya kardiomiopati pada bayi yang dikandungnya.
Adanya riwayat mengkonsumsi obat- obatan maupun jamu tradisional yang
diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol selama hamil
(Hidayat,2012).
b. Pemeriksaan fisik
a) Tanda- tanda vital
Nadi umumnya normal 120-130 x/menit namun dapat juga teraba cepat,
pernafasan cepat sehingga anak tampak sesak nafas dan sulit beraktivitas, suhu
umumnya normal jika tidak terdapat infeksi.
Rentang nadi normal menurut usia anak

Usia Perkiraan
denyut/menit

0-3 100-160
bulan 90-120
80-120
6-12
70-130
bulan
60-100
6-12
bulan
1-10
tahun
10-
18
tahun

Sumber : Muhlisin (2017)

b) Kepala : Umumnya ditemukan rambut mudah rontok.


c) Wajah : Wajah tampak pucat, kelelahan dan ikterik.
d) Mata : Anak mengalami anemis konjungtiva, sclera ikterik karena adanya
udem di hepar, kornea arkus sinilis dan jaundice.

9
e) Hidung : Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun
anak akan mengalami napas pendek, bunyi napas ronki kasar dan cuping
hidung.
f) Mulut : Pemeriksaan mulut didapat bibir pucat atau membiru, lidah berwarna
merah hati.
g) Leher : Ditemukan pelebaran tiroid (hipertiroid), dan distensi vena jugularis.
h) Jantung : Pada ASD dapat dijumpai takikardia, jantung berdebar, denyut arteri
pulmonalis dapat diraba didada dengan bunyi jantung abnormal. Bunyi jantung
abnormal dapat terdengar murmur, akibat peningkatan aliran darah yang
melalui katup pulmonalis, juga dapat terdengar akibat peningkatan aliran darah
yang mengalir melalui trikuspidalis pada pirau yang besar. Pembesaran
jantung terkadang mengubah konfigurasi dada. Batas jantung terdapat pada
RIC 2 dan 3 yang disebut diastole dan RIC 5 dan 4 disebut sistole.
i) Paru : Biasanya pada anak dengan Tof, hasil inspeksi tampak adanya retraksi
dinding dada akibat pernafasan yang pendek, dalam dan tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan. Palpasi mungkin teraba desakan dinding
paru yang meningkat terhadap dinding dada, pada perkusi mungkin terdengar
suara redup karena peningkatan volume darah paru dan untuk auskultasi akan
terdengar ronkhi basah atau krekels sebagai tanda adanya edema paru pada
komplikasi kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir saat di auskultasi akan
terdengar suara nafas mendengkur yang lemah bahkan takipneu.
j) Kulit : Kulit tampak kemerahan (rubella), lembab, turgor kulit jelek.
k) Ekstremitas : Ditemukan pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
clubbing finger akibat kurangan oksigen ke perifer, kuku tampak sianosis,
telapak tangan pucat, udem pada tibia punggung kaki.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Terdapat nilai hemoglobin menurun dan peningkatan nilai hematrokit, pada
umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-
65%. Nilai gas darah arteri menunjukkan peningkatan tekanan persial
karbondioksida (PCO ), penurunan tekanan parsial oksigen (PO).

10
2) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, atrium dan ventrikel kiri tampak membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
3) Pemeriksaan elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG pad TOF didapatkan hasil sumbu QRS hampr selalu
berdevisiasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan (Aspiani, 2015).

b. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan NANDA (2015-2017), diagnosis keperawatan


yang mungkin muncul :
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload, perubahan
kontraktilitas, perubahan preload,dan perubahan volume darah sekuncup.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi.
3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kongesti paru.
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang suplai
oksigen ke jaringan.
5) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi organ.

c. Rencana Asuhan keperawatan

NO. DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN

1. Penurunan curah Asuhan keperawatan curah Memonitor tanda vital


jantung jantung menjadi meningkat 1. Memonitor tekanan darah,
dengan kriteria hasil : nadi, suhu, dan status
1.Keefektifan pompa pernafasan
jantung : 2. Memonitor denyut
a. Tekanan darah siastol dan jantung 3. Memonitor suara
diastol dalam batas normal paru-paru
b.Denyut jantung dalam

11
batas normal 4. Memonitor warna kulit
c. Denyut nadi perifer normal 5. Menilai CRT
d.Keseimbangan intake dan Memonitor pernafasan
output dalam 24 jam dalam 1. Memonitor tingkat, irama,
batasan normale. Tidak kedalaman, dan respirasi
ada distensi vena leher 2. Memonitor gerakan dada
e. Tidak ada disritmia 3. Monitor bunyi pernafasan
f. Tidak ada suara jantung 4. Auskultasi bunyi paru
abnormal 5. Memonitor dyspnea dan
g.Tidak ada edema perifer hal yang meningkatkan dan
dan paru memperburuk
h.Tidak ada pucat dan Perawatan jantung
sianosis 1. Evaluasi adanya nyeri
i. Tidak ada wajah dada (intensitas, lokasi,
kemerahan durasi, factor presipitasi)
2. Status sirkulasi : 2. Catat adanya disritmia
a.Tekananan darah, nadi jantung
dalam batasan normal 3. Catat adanya tanda dan
b.Saturasi oksigen normal c. gejala penurunan cardiac
Capillary refill dalam output
batasan normal 4. Monitor status
c.Tidak ada penurunan suhu kardiovaskuler
kulit 5. Monitor tanda vital
d.Tidak ada kelelahan dan 6. Monitor status pernafasan
wajah pucat yang menandakan gagal
jantung
7. Monitor balance Cairan
8. Monitor adanya
perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan

12
anti aritmia
10. Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
11. Monitor toleransi
aktivitas pasien
12. Monitor adanya dyspneu,
fatigue tekipneu dan
ortopneu 13. Anjurkan untuk
menurunkan stress

2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Memonitor pernafasan


pertukaran gas keperawatan diharapkan 1. Memonitor tingkat,irama,
pertukaran gas tidak kedalaman, dan kesulitan
terganggu dengan kriteria bernafas
hasil : 2. Catat pergerakan
1. Status pernafasan: dada,catat kesimetrisan
pertukaran gas pergerakan dada
a.Saturasi oksigen dalam 3. Monitor suara nafas
batas normal tambahan seperti ngorok
b.Hasil rontgen dada normal 4. Monitor pola nafas
c.Keseimbangan ventilasi 5. Monitor saturasi oksigen
dan perfusi dalam batas 6. Palpasi kesimetrisan
normal ekspansi paru
d.Tidak ada dipsnea saat 7. Auskultasi suara nafas
istirahat 8. Berikan bantuan resusitasi
e.Tidak ada dipsnea dengan jika di perlukan
aktivitas ringan 9. Monitor hasil foto thoraks
f. Tidak ada sianosis 10. Berikan bantuan terapi
g.Tidak ada gangguan nafas jika diperlukan
kesadaran Memonitor pernafasan
1. Monitor tekanan darah,

13
nadi, suhu dan status
pernafasan dengan tepat
2. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan pernafasan
sebelum, selama, dan
beraktivitas dengan tepat
3. Monitor oksimetris nadi
4. Monitor warna kulit, suhu
dan kelembaban
5. Monitor sentral dan
perifer
6. Monitor akan adanya
kuku clubbing

3. Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan Terapi oksigen :


efektif keperawatan diharapkan pola 1. Pertahankan jalan napas
nafas menjadi efektif dengan yang paten
kriteria hasil : 2. Atur peralatan oksigenasi
1. Status pernapasan: 3. Monitor aliran oksigen
ventilasi status 4. Pertahankan posisi pasien
a. Frekuensi napas dalam 5. Observasi tandatanda
batas normal hipoventilasi
b.Irama pernapasan dalam 6. Monitor adanya
batas normal kecemasan pasien terhadap
c. Suara napas tambahan oksigenasi
tidak ada Memonitoring respirasi
d.Penggunaan otot bantu 1. Monitor frekuensi, irama,
napas tidak ada kedalaman dan kekuatan
e. Retraksi dinding dada respirasi
tidak ada. 2. Perhatikan gerakan dan
2. Keparahan respirasi kesimetrisan menggunakan
asidosis akut : otot bantu,dan adanya

14
a. Penurunan pH plasma retraksi otot intercostal dan
darah tidak ada supraklavikular
b.Peningkatan ion serum 3. Auskultasi bunyi napas,
hydrogen tidak ada catat adanya suara tambahan
c. Peningkatan tekanan 4. Monitor pola napas
parsial serum karbon 5. Monitor adanya dispnea
dioksida arteri tidak ada dan hal yang meningkatkan
d.Penurunan tekanan serum atau memperburuk
karbon dioksia arteri Memonitoring tanda tanda
parsial tidak ada vital
e. Hipoksia tidak ada 1. Monitor tekanan darah,
f. Peningkatan frekuensi nadi, suhu, dan pernapasan
pernapasan tidak ada 2. Monitor kualitas dari nadi
g.penurunan level kesadaran 3. Monitor frekuensi dan
tidak ada irama pernapasan
3. Keparahan respirasi 4. Monitor pola pernapasan
alkalosis akut : abnormal
a. Peningkatan pH 5. Monitor suhu, warna, dan
b.plasma darah tidak ada kelembaban kulit
c. Penurunan ion serum 6. Monitor sianosis perifer
hydrogen tidak ada 7. Identifikasi penyebab dari
d.Penurunan serum perubahan tandatanda vital
bikarbonat tidak ada
e. Penururnan tekan parsial
karbon dioksida dalm
arteri (PaCO3) tidak ada
f. Penurunan tekanan persal
oksigen dalam arteri
g.(PaO2) tidak ada

4. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Terapi oksigen


perfusi jaringan keperawatan diharapkan 1. Monitor kemampuan

15
perfusi jaringan perifer pasien dalam mentoleransi
menjadi efektif dengan kebutuhan oksigen saat
kriteria hasil : makan
1. Perfusi jaringan perifer 2. Monitor perubahan warna
a.Pengisian kapiler jari kaki kulit pasien
dalam batas normal 3. Monitor posisi pasien
b.Pengisian kapiler jari untuk membantu masuknya
tangan dalam batas normal oksigen
c.Suhu kulit ujung kaki dan 4. Memonitor penggunaan
tangan dalam batas normal oksigen saat pasien
d.Kekuatan denyut nadi beraktivitas
karotis dalam batas normal 5. Monitor keefektifan terapi
e.Tidak ada edema pada oksigen
perifer 6. Memonitor penggunaan
2. Status sirkulasi oksigen saat pasien
a.Tekanan darah normal beraktivitas
b.Tekanan nadi dalam batas Manajemen sensasi perifer
normal 1. Memonitor perbedaan
c.Saturasi oksigen dalam terhadap rasa tajam, tumpul,
batas normal panas atau dingin
d.Capillary refill dalam batas 2. Monitor adanya mati rasa,
normal rasa geli.
e.Tidak ada suara nafas 3. Diskusikan tentangadanya
tambahan kehilangan sensasi atau
f. Tidak ada tanda asites dan perubahan sensasi
kelelahan 4. Minta keluarga untuk
3. Tanda-tanda vital memantau perubahan warna
a.Rentang nadi radial dalam kulit setiap hari
batas normal
b.Rentang pernafasan dalam

16
batas normal
c.Tekanan darah sistolik dan
diastole dalam batas
normal
b.Kedalaman saat inspirasi
dalam batas normal

5. Kelebihan volume Dalam waktu 3 x 8 jam tidak 1. Kaji adanya edema


cairan berhubungan terjadi kelebihan volume ekstermitas
dengan penurunan cairan sistemik Kriteria hasil 2. Kaji TD secara periodic
perfusi organ. : 3. Kaji distensi vena
a.Pasien tidak sesak jugularis 4. Ukur intake dan
b.Jika ada oedema dapat output cairan
berkurang 5. Kolaborasi :
c.Pitting edema negative a. Pemberian diet tanpa
Produksi urin > 600 garam
cc/hari b. Beri diuretic
c. Pantau nilai elektrolit

d. Implementasi Asuhan Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses keperawatan yang


dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada
tahap ini perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan
berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat
mencapai tujuan dan hasil sesuai yang di inginkan untuk mendukung dan
meningkatkan status kesehatan klien. Penerapan implementasi keperawatan yang
dilakukan perawat harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada penelitian
yang di lakukan terkait intervensi tersebut. Hai ini dilakukan agar menjamin bahwa
intervensi yang diberikan aman dan efektif (Miller, 2012). Dalam tahap implementasi
perawat juga harus kritis dalam menilai dan mengevaluasi respon pasien terhadap
pengimplementasian intervensi yang diberikan.

17
e. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien dengan PJB.


1) Tidak terjadi kegawatan sebagai akibat penurunan curah jantung
2) Pasien terbebas dari nyeri
3) Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
4) Menunjukkan peningkatan curah jantung
5) TTV dalam batas normal
6) Terhindar dari resiko penurunan perfusi perifer
7) Tidak terjadi kelebihan volume cairan
8) Tidak sesak
9) Edema ekstermitas tidak terjadi
10) penurunan kecemasan
11) Memahami penyakitnya dan tujuan perawatan
12) Mematuhi semua aturan medis
13) Mengetahui kapan harus meminta bantuan jika episode nyeri atau kegawatan
muncul.
14) Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas
komplikasi.
15) Mematuhi dan melaksanakan perawatan diri

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan dan saran

a. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan baik dan
keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan sehingga timbul rasa saling percaya yang
akan menimbulkan kerjasama dalam pemberian asuhan keperawatan
b. Rumah sakit hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam
menerapkan asuhan keperawatan diagnosis penyakit jatung bawaan (PJB). Perawat
hendaknya melakukan observasi secara teliti pada keadaan umum terutama pada klien
dengan diagnosis (PJB).
c. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan,
keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim kesehatan yang lain dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien (PJB) karena pada klien tersebut
memerlukan penanganan yang cepat dan tepat..
d. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional alangkah baiknya
diadakan seminar atau symposium dalam bidang keperawatan.
e. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara
formal dan informal khusunya pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan klien,
dengan harapan perawat mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai
standart asuhan keperawatan dan kode etik

19
DAFTAR PUSTAKA

Idawati. 2019. Manajemen Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada An "R" dengan


Diagnosa Medis Penyakit Jantung Bawaan (PJB) di Ruangan Instalasi Gawat
Darurat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. https://stikespanakkukang.ac.id (diakses
tanggal 26 Januari 2022)

Alfyana, Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan dengan
Perkembangan Anak Usia 0-5 Tahun di Unit Perawatan Jantung RS Dr. Kariadi
Semarang. http://jurnal.stikeskusumahu sada.ac.id. (diakses tanggal 26 Januari 2022)

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogjakarta: Nuha Medika

Karson. 2016. Buku ajaran keperawatan kardiovaskuler, Jakarta: CV. Trans Info Media

Aspiani, Reny Yuli. 2015. Buku ajar keperawatan klien gangguan kardiovaskular, Jakarta:EGC

Kasron. 2016. Buku ajaran keperawatan kardiovaskuler, Jakarta; CV. Trans Info Media. 2012.
Buku ajaran gangguan system kardiovaskuler, Yogyakarta;.

Padila.2015.Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogjakarta: Nuha Medika. Udjianti, Wajan J.


2016. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

20

Anda mungkin juga menyukai