Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FARMAKOLOGI VETERINER

“ OBAT-OBATAN HYPERLIPIDEMIA DAN DIABETES “

Nama : Rr. Lintan Ayu Kisya


NIM : 165130101111038
Kelas : 2016 C

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LATAR BELAKANG

Hiperlipidemia (hiperkolesterolemia) adalah keadaan yang ditandai oleh adanya


peningkatan kadar lemak darah, salah satunya dengan peningkatan nilai kolesterol ≥ 240 mg/dL
dan dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi seperti makanan kaya lemak jenuh dan
kolesterol , sehingga menimbulkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) atau
aterosklerosis (Arjatmo dan Utama, 2004). Pada keadaan normal, sebagian kolesterol akan
digunakan untuk membentuk garam empedu dan hormon steroid. Pengaturan metabolisme
kolesterol akan tidak berjalan normal apabila jumlah kolesterol melebihi nilai normal < 200
mg/dL (Gitawati, 2015)
Hiperlipidemia ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar lipid darah (lemak atau
senyawa sejenis lemak), utamanya kolesterol dan trigliserida. Hiperlipidemia umumnya tidak
menunjukkan gejala klinis yang spesifik, namun hiperlipidemia berat dan kronis pada beberapa
kasus ditandai dengan munculnya xanthoma, yaitu deposit lemak berupa benjolan atau nodul
berwarna kekuningan pada kulit, di daerah mata, atau daerah muskuloskeletal (misalnya di siku
lengan) 9Gitawati, 2015)
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya.
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin
oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (Kardika,2010)
Diabetes Mellitus telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap
tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Terdapat 1 orang per 10
detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes.
Penderita DM di Indonesia sebanyak 4,5 juta pada tahun 1995, terbanyak ketujuh di dunia.
Sekarang angka ini meningkat menjadi 8,4 juta dan diperkirakan akan menjadi 12,4 juta pada
tahun 2025 atau urutan kelima di dunia (Kardika,2010)
HIPERLIPIDEMIA

1.1GEMFIBROZIL
1.1.1 Merk Dagang
Nama Generik Gemfibrozil
Lopid, Jezil, Gen-Fibro, carlipid, dubrozil, fetinor, gemfibrozil,
grospid, hypofil, kolenin, lapibroz, lifibron, lipidan, lipitrop, lipira,
Nama Merek lipres, lochol, lokoles, lowlip, lypicam, mersikol, nufalemzil,
Dagang progemzal, renabrazin, scantipid, zenibroz, zilop

(Widyaningrum, 2009)
1.1.2 FARMAKOKINETIK
Semua derivat asam fibrat diabsorpsi lewat usus secara cepat dan lengkap
(>90%), terutama bila diberikan bersama makanan. Pemecahan ikatan ester terjadi
sewaktu absorpsi dan kadar puncak plasma tercapai dalam 1-4 jam. lebih dari 95% obat
terikat pada protein, terutama albumin. Waktu paruh fibrat bervarisi : gemfibrozil 1,1 jam
dan fenofibrat 20 jam. gemfibrozil dapat menembus sawar plasenta. Hasil metabolisme
asam fibrat diekskresi dalam urin (60%) dalam bentuk glukuronid dan 25% lewat tinja.
Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada pasien gagal ginjal (Widyaningrum, 2009)

1.1.3 FARMAKODINAMIK
Gemfibrozil diyakini meningkatkan aktivitas peroxisome proliferator-activated
receptor-alpha (PPAR-α), suatu reseptor yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat
dan lemak, yang akan meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase. Gemfibrozil
menyebabkan penurunan trigliserol plasma dengan memacu aktivitas lipase lipoprotein
tersebut, sehingga menghidrolisis triasilgliserol pada kilomikron dan VLDL serta
mempercepat pengeluaran partikel-partikel ini dari plasma.
Terdapat suatu penurunan kadar LDL dalam plasma, sebagian terjadi karena
penurunan sekresinya oleh hati. Hanya sedikit terjadi penurunan kadar LDL pada
sebagian besar pasien. Pada pasien lainnya, terutama dengan hiperlipidemia gabungan,
kadar LDL sering meningkat ketika trigliserida menurun.
Kadar HDL meningkat sedang. Sebagian dari peningkatan kadar HDL ini merupakan
suatu konsekuensi langsung dari penurunan kandungan trigliserida dalam plasma, dengan
penurunan sebagai pertukaran ttrigliserida ke dalam HDL yang seharusnya ditempati oleh
ester kolesterol. Dilaporkan pula suatu peningkatan protein HDL.
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa fibrat dapat menunjukkan bahwa fibrat
dapat menyebabkan penurunan kolesterol dalam hati (mekanismenya tidak diketahui) dan
meningkatkan eksresi biliar kolesterol ke dalam feses. Fibrat juga menurunkan kadar
fibrinogen plasma (Widyaningrum, 2009)
1.1.4 INTERAKSI OBAT
 Jangan mengkombinasikan obat ini dengan golongan statin seperti simvastatin atau
cerivastatin karena meningkatkan risiko miopati dan rhabdomyolysis.
 Jika digunakan bersamaan dengan antikoagulan warfarin, risiko perdarahan meningkat.
Kurangi dosis warfarin untuk mencegah perdarahan.
 Penggunaan bersamaan dengan colchicine dapat mempotensiasi miopati. Pasien dengan
disfungsi ginjal dan pasien lanjut usia memiliki risiko lebih tinggi.
 Gemfibrozil meningkatkan efek nateglinid, sehingga meningkatkan risiko hipoglikemi
berat jika diberikan bersamaan.
 Jika insulin atau sulfonilurea diberikan bersama fibrat dapat memperbaiki toleransi
glukosa dan efek aditif.
 Jangan mengkombinasikan dengan repaglinide karena meningkatkan risiko hipoglikemia
berat (Wulandari, dkk. 2015).

1.1.5 EFEK SAMPING


 Efek samping yang umum adalah gangguan pada saluran pencernaan diantaranya mual,
muntah, dan nyeri perut.
 Efek samping yang lebih jarang misalnya lemah, vertigo, eksim, trombositopenia,
anemia, leukopenia, eosinopilia, ruam kulit, dermatitis, pruritus, urtikaria, impotensi,
sakit kepala, pusing, pandangan kabur, sakit kuning kolestatik, angiodema, edema
larings, fibrilasi atrium, pankreatitis, miastenia, miopati, rabdomiolisis, nyeri ekstremitas,
mialgia disertai dengan meningkatnya kreatin kinase.
 Efek samping lain yang perlu diwaspadai adalah peningkatan pembentukan batu empedu,
hipokalemia (kadar kalium dalam darah rendah), dan peningkatan risiko kanker
(Wulandari, dkk. 2015).

1.2 ATORVATATIN
1.2.1 Merk Dagang

Nama Generik Atorvastatin (a TOR va sta tin)


Lipitor, Atorva, Actalipid, atofar, atorsan, atorvastatin, atorwin,
Nama Merek atostin, avesco, caduet, debostin, fastor, litorcom, removchol, simtor,
Dagang stator, storvas, stavinor, torvacard, truvaz.
(Widyaningrum, 2009)
2.2.2 FARMAKOKINETIK
Absorpsi
Atorvastatin diabsorpsi cepat per konsumsi oral Namun, makanan
menurunkan kecepatan absorpsi obat sekitar 25% dan 9%, masing-masing
sebagaimana yang dinilai oleh Cmax dan AUC Meski demikian, penurunan LDL-
C adalah sama, dan tidak dipengaruhi oleh pemberian obat dengan, atau tanpa
makanan, dan waktu pemberian. Konsentrasi plasma maksimum terjadi antara
1‒2 jam. Konsentrasi plasma atorvastatin lebih rendah, apabila dikonsumsi
malam hari, dibandingkan konsumsi pagi hari. Bioavailabilitas absolut adalah
sekitar 14%. Kemampuan untuk menghambat enzim reduktase HMG-CoA
secara sistemik adalah sekitar 30%.

Distribusi
Volume rata-rata distribusi obat adalah sekitar 381 liter. Ikatan dengan
protein plasma: ≥98%. Ratio darah/plasma sekitar 0,25, menunjukkan penetrasi
obat yang buruk kedalam sel-sel darah merah. Perbaikan kadar kolesterol dalam
darah, atau efek terapi obat dapat dicapai dalam dua minggu. Observasi pada
hewan percobaan, obat ini diekskresikan ke dalam air susu, dan juga melewati
sawar plasenta
Metabolisme
Primer terjadi di hepar. Atorvastatin secara ekstensif, dimetabolisir menjadi:
 Derivat orto- dan parahidroksi
 Berbagai produk beta-oksidasi
Sekitar 70% dari aktivitas sirkulasi inhibisi terhadap enzim reduktase HMG-CoA
dilakukan oleh metabolit-metabolit aktif ini (Widyaningrum, 2009)

1.2.3 FARMAKODINAMIK

Enzim HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A) bekerja di


hepar, dengan mengkatalisis konversi HMG-CoA menjadi mevalonate. Keadaan
ini merupakan suatu proses permulaan dari biosintesis kolesterol. Mevalonat
adalah suatu pre-kursor sterol, termasuk kolesterol. Kolesterol dan trigliserida
bersirkulasi dalam peredaran darah, sebagai bagian dalam kompleksitas
lipoprotein. Pada hewan percobaan, atorvastatin menurunkan kadar kolesterol
plasma darah, dan lipoprotein, dengan cara:

 Menginhibisi enzim reduktase HMG-CoA, dan sintesis kolesterol dalam hati

 Meningkatkan sejumlah reseptor LDL hepar pada permukaan sel, untuk


mempertinggi pengambilan, dan katabolisme LDL

 Mengurangi produksi LDL


 Menurunkan sejumlah partikel LDL

Pada populasi yang kurang/jarang dapat merespon efek obat-obat


penurun lipid, contohnya pada beberapa pasien dengan riwayat familial
homozigot hiperkolesterolemia, atorvastatin dapat menurunkan LDL-C. Kerja
atorvastatin yaitu dengan:

 Meningkatkan HDL-C pada para pasien dengan hipertrigliseridemia yang


terisolasi

 Memproduksi variabel untuk meningkatkan HDL-C, dan apolipoprotein A-1

 Menurunkan total-C, LDL-C, VLDL-C, apo B, trigliserida, atau non-HDL-C

 Menurunkan IDL-C pada pasien yang mengalami disbetalipoproteinemia

Atorvastatin bersama dengan metabolit-metabolitnya secara farmakologis


adalah zat aktif dalam tubuh manusia. Organ hati adalah tempat primer
terjadinya proses sintesis kolesterol dan clearanceLDL. Dosis obat lebih
berperanan dalam menurunkan kadar LDL-C dibandingkan konsentrasi obat
secara sistemik. Individualisasi dosis obat semestinya didasarkan pada respon
terapi[2, 10, 14, 15] (Widyaningrum, 2009)

1.2.4 INTERAKSI OBAT


Berikut adalah interaksi atorvastatin dengan obat-obat lain :
 Atorvastatin dapat menurunkan efek antikoagulan.
 Pemberian atorvastatin dengan anti lipid lain seperti gemfibrozil harus dihindari, karena
dapat menurunkan tingkat lipid secara drastis.
 Jus jeruk diketahui mengandung senyawa inhibitor CYP3A4 di dalam usus. Meminum
jus jeruk saat menggunakan atorvastatin dapat menyebabkan peningkatan Cmax dan
AUC, yang dapat menyebabkan meningkatnya potensi efek samping atau toksisitas.
 Vitamin D menurunkan kadar atorvastatin dan konsentrasi metabolit aktifnya, namun
keduanya secara sinergis mengurangi kadar LDL dan konsentrasi kolesterol total
(Wulandari, dkk. 2015).

1.2.5 EFEK SAMPING


 Efek samping atorvastatin yang sering terjadi antara lain : sakit kepala, gangguan
pencernaan seperti sembelit, mual, muntah, diare, nyeri perut, dispepsia, konstipasi,
kembung dan diare, gangguan tidur (insomnia) dan penipisan rambut.
 Efek samping yang tingkat kejadiannya jarang dari pemakaian obat ini misalnya
kerusakan hati, mempengaruhi daya ingat, dan kebingungan.
 Reaksi alergi akibat pemakaian obat ini juga jarang, namun dapat berakibat serius jika
terjadi. Oleh karena itu jika tanda-tanda reaksi alergi seperti ruam, gatal, pembengkakan,
pusing, atau kesulitan menelan / bernapas segera hubungi pihak medis (Wulandari, dkk.
2015).
DIABETES

1.1GLIMEPIRIDE
1.1.1 MERK DAGANG
Amadiab (Lapi), Amaryl, *Amaryl M (Sanofi Aventis), Anpiride (Sanbe),
*Avandaryl (GlaxoSmithKline), Diaglime (Kalbe Farma), Friladar (Interbat), Glamarol
(Guardian P), Glimexal (Sandoz), Gliperid (Merck), Glucoryl (Bernofarm), Gluvas
(Dexa Medica), Mapryl (Ikapharmindo), Metrix (Kalbe Farma), Norizec
(Medifarma/UAP), Paride (Pharos), Relide 2 (Fahrenheit) (Manaf, 2010).

1.1.2 FARMAKOKINETIK
Glimepiride diabsorpsi hampir sempurna melalui saluran cerna dan kadar puncak
( C max ) dalam darah dicapai dalam 2 - 3 jam. Kadar glimepiride darah akan menurun
bila diberikan bersama-sama dengan makanan. Volume distribusi glimepiride adalah 8.8
L, dan berikatan dengan protein plasma lebih dari 95 %. Glimepiride mengalami
metabolisme oksidasi di hati terutama oleh enzim sitokrom P450 II C9. Metabolit
glimepiride diekskresi melalui urin sebesar 80-90%, dan sisanya melalui feses (Manaf,
2010).

1.1.3 FARMAKODINAMIK
Glimepiride dapat dikategorikan sebagai sulfonilurea generasi kedua ataupun
ketiga tergantung dari sumber yang dikutipnya. Sulfonilurea generasi kedua termasuk
gliclazide, glipizide, glibenclamide, dan glimepiride. Semua sulfonilurea memiliki
struktur kimia yang mirip namun pada generasi kedua memiliki kapasitas binding  pada
sel beta yang lebih selektif sehngga memiliki potensi yang lebih tinggi dan dapat
diberikan dengan dosis yang lebih rendah dari pada generasi pertama. Sulfonilurea
generasi pertama (contoh: tolbutamide, chlorpropamide) sudah tidak dipakai lagi (Manaf,
2010).

1.1.4 INTERAKSI OBAT


 Risiko hipoglikemia akan meningkat pada pemberian glimepiride bersama-sama dengan
obat-obat tertentu, yaitu NSAID dan obat lain dengan ikatan protein tinggi, seperti
salisilat, sulfonamida, kloramfenikol, kumarin, probenesid, MAO inhibitors, b adrenergic
blocking agents.
 Daya kerja glimepiride dalam menurunkan kadar glukosa darah akan menurun jika
diberikan bersamaan dengan obat-obat yang cenderung menimbulkan hiperglikemia,
seperti tiazid dan diuretik lain, kortikosteroid, fenotiazin, produk-produk kelenjar tiroid,
estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinat, simpatomimetik dan isoniasid.
 Pemberian propranolol (40 mg tid) dan glimepiride meningkatkan Cmax, AUC dan T1/2
dari glimepiride sebesar 23%, 22% dan 15% serta menurunkan CL/f sebesar 18%, pasien
perlu diperingatkan akan potensi hipoglikemia yang dapat terjadi.
 Pemberian glimepiride bersamaan dengan warfarin, menurunkan respon farmakodinamik
dari warfarin, namun tidak bermakna secara klinis.
 Interaksi antara mikonazol oral dan obat hipoglikemia oral dilaporkan dapat
menyebabkan hipoglikemia, sedangkan interaksi pada pemberian i.v., topikal atau
vaginal belum pernah dilaporkan.
 Glimepiride berpotensi terjadi interaksi dengan fenitoin, diklofenak, ibuprofen,
naproksen dan asam mefenamat, karena seluruhnya dimetabolisme oleh sitokrom P450 II
C9 (Manaf, 2010).

1.1.5 EFEK SAMPING


 Gangguan pada saluran cerna seperti muntah, nyeri lambung dan diare (<1%).
 Reaksi alergi seperti pruritus, erythema, urtikaria, erupsi morbiliform atau
maculopapular, reaksi ini bersifat sementara dan akan hilang meskipun penggunaan
glimipiride dilanjutkan, jika tetap terjadi maka penggunaan glimepiride harus dihentikan
(<1%).
 Gangguan metabolisme berupa hiponatremia.
 Perubahan pada akomodasi dan/atau kaburnya penglihatan mungkin terjadi pada
penggunaan glimepiride (plasebo 0,7%, glimepiride 0,4%).
 Reaksi hematologik seperti leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, anemia
hemolitik, anemia aplastik, dan pansitopenia dilaporkan terjadi pada penggunaan
sulfonylurea (Manaf, 2010).

1.2METFORMIN
1.2.1 MERK DAGANG

Nama Generik Metformin


Glucophage, Fortamet, Glucophage XR, Glumetza, Riomet,
benofomin, bestab, diabex, diafac,
eraphage, efomet, forbetes, formell, gliformin, glucophage,
glucotika, glucovance, gludepatic, glufor, glumin, gradiab,
Nama Merek heskopaq, metformin, methpica, neodipar, reglus, rodiamet, tudiab,
Dagang zendiab, zumamet.
(Riwu, 2015)
1.2.2 FARMAKOKINETIK
Metformin diperkirakan 50%-60% bioavalabilitasnya oral, kelarutannya dalam
lipid rendah, dan volume distribusinya pada cairan tubuh. Metformin mempunyai t½  1,5-
3 jam, tak terikat protein plasma, tidak dimetabolisme, dan dieksresi oleh ginjal sebagai
senyawa aktif. Kerja metformin pada glukoneogenesis di hati di duga mengganggu
pengambilan asam laktat oleh hati. Pada pasien insufisiensi ginjal (terjadi akumulasi
Metformin) dapat meningkatkan risiko asidosis laktat sehingga dapat berakibat fatal.
Absorpsi metformin relatif lambat dan dapat diperpanjang jadi sekitar 6 jam. Obat
ini diekskresikan dalam urin dengan kecepatan klirens ginjal yang tinggi yaitu 450
ml/menit.  Eliminasi awal metformin adalah cepat dengan waktu paruh bervariasi antara
1.7 dan 3 jam. Terminal fase eliminasi diketahui  selama 4 sampai 5% dari dosis terserap
lambat dengan waktu paruh antara 9 – 17 jam. Tempat utama konsentrasi obat adalah
mukosa usus dan kelenjar liur. Konsentrasi plasma pada keadaan tunak berkisar sekitar 1
hingga 2 mcg / mL
Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein-protein plasma.
Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi glomerulus. Waktu paruh
metformin rata-rata adalah 6 jam, meskipun secara farmakodinamik, efek
antihiperglikemik pada metformin > 24 jam (Riwu, 2015).

1.2.3 FARMAKODINAMIK
Menurunkan kadar gula darah lebih rendah yang nyata pada pasien DM tipe 2.
Prinsip kerja dari metformin adalah menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada
adanya fungsi pankreatik sel-sel B (Riwu, 2015).

1.2.4 INTERAKSI OBAT


Sedangkan penggunaan sulfonilurea, acarbose, insulin, salisilat, inhibitor MAO,
oxytetracycline, inhibitor ACE, dengan clofibrate, siklofosfamid dapat meningkatkan
aksi hipoglikemik metformin. Sedangkan penggunaan kortikosteroid, kontrasepsi
hormonal untuk konsumsi, epinefrin, glukagon, hormon tiroid, turunan fenotiazin,
diuretik thiazide, turunan asam nikotinat dapat menurunkan aksi hipoglikemik
metformin. Penerimaan simultan cimetidine dapat meningkatkan risiko mengembangkan
asidosis laktat (Riwu, 2015).

1.2.5 EFEK SAMPING


Efek samping Metformin yang umumnya terjadi antara lain : Mual dan muntah,
Penurunan nafsu makan, Sensasi rasa logam dalam mulut, Sakit perut, Batuk dan suara
serak, Nyeri otot dan kram, Lemas dan mengantuk (Riwu, 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Gitawati, Retno. dkk. 2015. Penggunaan Jamu pada Pasien Hiperlipidemia Berdasarkan Data
Rekam Medik, di Beberapa Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Jurnal
Kefarmasian Vol. 5 No. 1

Kardika, Ida Bgus Wayan. dkk. 2010. PREANALITIK DAN INTERPRETASI GLUKOSA
DARAH UNTUK DIAGNOSIS DIABETES MELITUS. Universitas Negeri Lampung

Manaf, Asman. 2010. Comprehensive Treatment on Type 2 Diabetes Mellitus for Delaying
Cardiovascular Complication. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Riwu, Magdarita. dkk. 2015. Korelasi Faktor Usia, Cara Minum, dan Dosis Obat Metformin
terhadap Risiko Efek Samping pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Farmasi
Klinik Indonesia, September 2015 Vol. 4 No. 3, hlm 151–161

Wulandari,Ririn Lispita. dkk. 2015. PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN


SIRSAK DAN GEMFIBROZIL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DAN HDL
TIKUS YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK. Prosiding Seminar Nasional
Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine Tahun 2015

Widianingrum Tirania. 2009. IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)


POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS PADA PASIEN HIPERTENSI
GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA. Univeritan Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai