FARMAKOLOGI VETERINER
1.1GEMFIBROZIL
1.1.1 Merk Dagang
Nama Generik Gemfibrozil
Lopid, Jezil, Gen-Fibro, carlipid, dubrozil, fetinor, gemfibrozil,
grospid, hypofil, kolenin, lapibroz, lifibron, lipidan, lipitrop, lipira,
Nama Merek lipres, lochol, lokoles, lowlip, lypicam, mersikol, nufalemzil,
Dagang progemzal, renabrazin, scantipid, zenibroz, zilop
(Widyaningrum, 2009)
1.1.2 FARMAKOKINETIK
Semua derivat asam fibrat diabsorpsi lewat usus secara cepat dan lengkap
(>90%), terutama bila diberikan bersama makanan. Pemecahan ikatan ester terjadi
sewaktu absorpsi dan kadar puncak plasma tercapai dalam 1-4 jam. lebih dari 95% obat
terikat pada protein, terutama albumin. Waktu paruh fibrat bervarisi : gemfibrozil 1,1 jam
dan fenofibrat 20 jam. gemfibrozil dapat menembus sawar plasenta. Hasil metabolisme
asam fibrat diekskresi dalam urin (60%) dalam bentuk glukuronid dan 25% lewat tinja.
Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada pasien gagal ginjal (Widyaningrum, 2009)
1.1.3 FARMAKODINAMIK
Gemfibrozil diyakini meningkatkan aktivitas peroxisome proliferator-activated
receptor-alpha (PPAR-α), suatu reseptor yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat
dan lemak, yang akan meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase. Gemfibrozil
menyebabkan penurunan trigliserol plasma dengan memacu aktivitas lipase lipoprotein
tersebut, sehingga menghidrolisis triasilgliserol pada kilomikron dan VLDL serta
mempercepat pengeluaran partikel-partikel ini dari plasma.
Terdapat suatu penurunan kadar LDL dalam plasma, sebagian terjadi karena
penurunan sekresinya oleh hati. Hanya sedikit terjadi penurunan kadar LDL pada
sebagian besar pasien. Pada pasien lainnya, terutama dengan hiperlipidemia gabungan,
kadar LDL sering meningkat ketika trigliserida menurun.
Kadar HDL meningkat sedang. Sebagian dari peningkatan kadar HDL ini merupakan
suatu konsekuensi langsung dari penurunan kandungan trigliserida dalam plasma, dengan
penurunan sebagai pertukaran ttrigliserida ke dalam HDL yang seharusnya ditempati oleh
ester kolesterol. Dilaporkan pula suatu peningkatan protein HDL.
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa fibrat dapat menunjukkan bahwa fibrat
dapat menyebabkan penurunan kolesterol dalam hati (mekanismenya tidak diketahui) dan
meningkatkan eksresi biliar kolesterol ke dalam feses. Fibrat juga menurunkan kadar
fibrinogen plasma (Widyaningrum, 2009)
1.1.4 INTERAKSI OBAT
Jangan mengkombinasikan obat ini dengan golongan statin seperti simvastatin atau
cerivastatin karena meningkatkan risiko miopati dan rhabdomyolysis.
Jika digunakan bersamaan dengan antikoagulan warfarin, risiko perdarahan meningkat.
Kurangi dosis warfarin untuk mencegah perdarahan.
Penggunaan bersamaan dengan colchicine dapat mempotensiasi miopati. Pasien dengan
disfungsi ginjal dan pasien lanjut usia memiliki risiko lebih tinggi.
Gemfibrozil meningkatkan efek nateglinid, sehingga meningkatkan risiko hipoglikemi
berat jika diberikan bersamaan.
Jika insulin atau sulfonilurea diberikan bersama fibrat dapat memperbaiki toleransi
glukosa dan efek aditif.
Jangan mengkombinasikan dengan repaglinide karena meningkatkan risiko hipoglikemia
berat (Wulandari, dkk. 2015).
1.2 ATORVATATIN
1.2.1 Merk Dagang
Distribusi
Volume rata-rata distribusi obat adalah sekitar 381 liter. Ikatan dengan
protein plasma: ≥98%. Ratio darah/plasma sekitar 0,25, menunjukkan penetrasi
obat yang buruk kedalam sel-sel darah merah. Perbaikan kadar kolesterol dalam
darah, atau efek terapi obat dapat dicapai dalam dua minggu. Observasi pada
hewan percobaan, obat ini diekskresikan ke dalam air susu, dan juga melewati
sawar plasenta
Metabolisme
Primer terjadi di hepar. Atorvastatin secara ekstensif, dimetabolisir menjadi:
Derivat orto- dan parahidroksi
Berbagai produk beta-oksidasi
Sekitar 70% dari aktivitas sirkulasi inhibisi terhadap enzim reduktase HMG-CoA
dilakukan oleh metabolit-metabolit aktif ini (Widyaningrum, 2009)
1.2.3 FARMAKODINAMIK
1.1GLIMEPIRIDE
1.1.1 MERK DAGANG
Amadiab (Lapi), Amaryl, *Amaryl M (Sanofi Aventis), Anpiride (Sanbe),
*Avandaryl (GlaxoSmithKline), Diaglime (Kalbe Farma), Friladar (Interbat), Glamarol
(Guardian P), Glimexal (Sandoz), Gliperid (Merck), Glucoryl (Bernofarm), Gluvas
(Dexa Medica), Mapryl (Ikapharmindo), Metrix (Kalbe Farma), Norizec
(Medifarma/UAP), Paride (Pharos), Relide 2 (Fahrenheit) (Manaf, 2010).
1.1.2 FARMAKOKINETIK
Glimepiride diabsorpsi hampir sempurna melalui saluran cerna dan kadar puncak
( C max ) dalam darah dicapai dalam 2 - 3 jam. Kadar glimepiride darah akan menurun
bila diberikan bersama-sama dengan makanan. Volume distribusi glimepiride adalah 8.8
L, dan berikatan dengan protein plasma lebih dari 95 %. Glimepiride mengalami
metabolisme oksidasi di hati terutama oleh enzim sitokrom P450 II C9. Metabolit
glimepiride diekskresi melalui urin sebesar 80-90%, dan sisanya melalui feses (Manaf,
2010).
1.1.3 FARMAKODINAMIK
Glimepiride dapat dikategorikan sebagai sulfonilurea generasi kedua ataupun
ketiga tergantung dari sumber yang dikutipnya. Sulfonilurea generasi kedua termasuk
gliclazide, glipizide, glibenclamide, dan glimepiride. Semua sulfonilurea memiliki
struktur kimia yang mirip namun pada generasi kedua memiliki kapasitas binding pada
sel beta yang lebih selektif sehngga memiliki potensi yang lebih tinggi dan dapat
diberikan dengan dosis yang lebih rendah dari pada generasi pertama. Sulfonilurea
generasi pertama (contoh: tolbutamide, chlorpropamide) sudah tidak dipakai lagi (Manaf,
2010).
1.2METFORMIN
1.2.1 MERK DAGANG
1.2.3 FARMAKODINAMIK
Menurunkan kadar gula darah lebih rendah yang nyata pada pasien DM tipe 2.
Prinsip kerja dari metformin adalah menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada
adanya fungsi pankreatik sel-sel B (Riwu, 2015).
Kardika, Ida Bgus Wayan. dkk. 2010. PREANALITIK DAN INTERPRETASI GLUKOSA
DARAH UNTUK DIAGNOSIS DIABETES MELITUS. Universitas Negeri Lampung
Manaf, Asman. 2010. Comprehensive Treatment on Type 2 Diabetes Mellitus for Delaying
Cardiovascular Complication. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Riwu, Magdarita. dkk. 2015. Korelasi Faktor Usia, Cara Minum, dan Dosis Obat Metformin
terhadap Risiko Efek Samping pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Farmasi
Klinik Indonesia, September 2015 Vol. 4 No. 3, hlm 151–161