17
Di sisi lain, berkaitan dengan Pancasila, Bangsa Indonesia mempunyai dua hari bersejarah.
Pertama, hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945 dan hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober.
BACA JUGA
Pada 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila karena pada tanggal tersebut rumusan
Pancasila sebagai dasar negara pertama kali disampaikan oleh Soekarno.
Sementara itu, berbagai kejadian pemberontakan di Tanah Air yang melibatkan banyak pihak
menjadi pemicu lahirnya hari Kesaktian Pancasila, yang ditetapkan pada tanggal 1 Oktober 1965.
Melalui dua hari bersejarah tersebut, wajar tentunya hingga saat ini Pancasila dijadikan sebagai
landasan hidup Bangsa Indonesia. Hal itu berarti, setiap nilai-nilai yang ada dalam sila Pancasila
perlu dijadikan sebagai dasar dalam hidup bernegara.
Ada lima sila sila atau biasa disebut Pancasila yang dirumuskan dalam pidato Bung Karno.
Kelima sila tersebut ialah Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kemudian kelima sila tersebut mempunyai nilai-nilai yang harus ditanamkan dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
2 dari 6 halaman
Bintang emas merupakan simbol sila pertama dalam pancasila berbunyi "Ketuhanan Yang Maha
Esa". Sila pertama sangat mengutamakan aspek ketuhanan dalam setiap segi kehidupan kita.
Berikut ini contoh penerapan Pancasila, khususnya sila Ketuhanan yang Maha Esa, dalam
kehidupan sehari-hari:
1. Memiliki satu agama dan menjalankan peribadatan dari agama tersebut. Kepemilikan terhadap
agama tersebut harus diikuti dengan ketakwaan pada Tuhan.
2. Menjalankan agama dengan tetap memperhatikan kondisi di sekitar dan tidak mengganggu
ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat.
3. Menjaga toleransi atau saling hormat menghormati di antara umat beragama agar tercapai
kedamaian dan kenyamanan bersama.
4. Saling bekerja sama antarumat beragama dalam hal yang bersifat memajukan kepentingan
umum, misalnya kerja bakti atau gotong royong di desa.
5. Tidak memaksa seseorang untuk menganut agama tertentu karena sesuai UUD 1945, setiap
orang berhak untuk memilih dan memeluk agama sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
3 dari 6 halaman
Rantai emas menjadi lambang dari sila kedua yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan
beradab". Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mewakili keinginan Bangsa Indonesia untuk
berada di posisi setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Di bawah ini beberapa contoh penerapan Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab:
1. Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyak suku, agama, ras, dan
adat istiadat.
2. Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti kita dalam
berbagai kondisi.
3. Tidak melakukan diskriminasi pada siapa pun. Diskriminasi yang dimaksud ialah membeda-
bedakan sesama warga negara, baik perbedaan karena tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, dan
lain sebagainya.
4. Berani untuk menyampaikan kebenaran dan menegur kesalahan seseorang sesuai dengan adab
yang berlaku di tengah masyarakat.
5. Menjaga keseimbangan dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban. Jangan sampai hak dan
kewajiban kita mencederai hak dan kewajiban orang lain.
4 dari 6 halaman
1. Cinta terhadap Tanah Air demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri agar perekonomian menjadi lebih maju.
4. Berusaha untuk menghasilkan prestasi yang dapat membanggakan bangsa Indonesia, baik di
tingkat nasional maupun internasional.
5. Meningkatkan kreativitas dan inovasi dari diri sendiri untuk memajukan bangsa Indonesia.
Memperluas pergaulan dengan orang-orang baru dari berbagai daerah.
5 dari 6 halaman
Kepala banteng merupakan simbol sila keempat Pancasila yang berbunyi "Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan". Kepala banteng
menjadi perumpamaan manusia dalam mengambil keputusan, yakni yang harus dilakukan secara
tegas.
Sila keempat juga bisa dikatakan mewakili semangat demokrasi yang menjadi bentuk
pemerintahan Indonesia. Berikut ini contoh penerapan sila keempat:
2. Ikut serta dalam pemilihan umum dengan menggunakan hak pilih serta mengajak orang lain
untuk menggunakan hak pilihnya.
3. Mencalonkan diri atau mengajukan seseorang untuk menjabat suatu jabatan tertentu sebagai
salah satu perwujudan demokrasi.
4. Tidak melakukan paksaan pada orang lain agar menyetujui apa yang kita katakan atau lakukan.
Begitu pula sebaliknya, tidak ada yang dapat memaksakan kehendaknya pada kita.
6. Mengawasi dan memberikan saran terhadap jalannya penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang
dilakukan oleh pemerintah.
6 dari 6 halaman
Padi dan kapas menjadi simbol sila kelima atau terakhir, yang berbunyi "Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia". Adanya sila tersebut diharapkan bisa mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.
Di bawah ini beberapa contoh penerapan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:
1. Senantiasa berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang yang sedang dilanda
kesulitan.
3. Berusaha untuk adil dalam aktivitas apa pun yang kita lakukan dan seperti apa saja orang yang
kita hadapi. Jangan sampai kita memberikan perlakuan yang tidak adil pada siapapun.
4. Tidak mengganggu orang lain, apa pun yang sedang kita lakukan. Menegur siapa saja yang
mengganggu ketertiban umum dan keamanan di tengah masyarakat.
5. Menghargai karya atau hasil ciptaaan orang lain. Hargai pula karya yang kita hasilkan sendiri.
6. Berani memperjuangkan keadilan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain dan
membantu orang lain untuk memperjuangkan keadilan.
Sumber: GuruPPKn
Pancasila merupakan ideologi yang dianut bangsa Indonesia sejak merdeka. Salah satu fungsi
Pancasila adalah Pancasila sebagai dasar negara. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki
cakupan yang sangat luas dan bersifat dinamis. Luas dalam arti mencakup seluruh aspek kehidupan
sosial, ekonomi, politik dan budaya. Bersifat dinamis karena mengandung ruang reaksi terhadap
perubahan lingkungan strategis. Sifat inilah yang membuat Pancasila sebagai ideologi yang terbuka.
Implementasi nilai-nilai Pancasila ditunjukkan dengan perilaku dan kualitas sumber daya manusia di
dalam menjalankan kehidupan nasional menuju tercapainya tujuan negara. Sesuai dengan yang
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Sudah seharusnya Pancasila dapat
diwujudkan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan negara, namun sudahkah dapat
diimplementasikan dengan baik dan benar? Itulah pertanyaannya, lalu bagaimanakah langkah
selanjutnya?
Pancasila sebagai dasar negara atau bisa dimaknai sebagai ideologi negara terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila seyogyanya sudahlah
dapat tertanam dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku masyarakat Indonesia. Pada
kenyataannya, nilai-nilai Pancasila masih belum dapat dipahami dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Masih lemahnya keteladanan terhadap nilai-nilai Pancasila menimbulkan tumbuhnya
gerakan-gerakan sparatisme dan primordialisme. Hal ini tentu akan mengakibatkan disintegrasi
bangsa. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita baru bisa menjustifikasi apa yang dilakukan orang lain.
Namun, kita belum melihat diri kita sendiri apakah sudah mengimplementasikan Pancasila dalam diri
kita ataukah hanya konsepnya saja yang baru dikuasai? Dan seharusnya, bukan kita menyalahkan
orang lain karena tidak bisa mengimplementasikan Pancasila dengan baik. Namun, mulai dari kita
sendiri yang melakukan dan menjalankan kehidupan sesuai dengan Pancasila sebagai ideologi
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945.
Kini seiring bergulirnya waktu dalam reformasi yang sudah memasuki era
globalisasi membuat nilai-nilai pancasila semakin terkikis di kalangan kaum
muda. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat
terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda
juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak
anak mudakehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari anak muda sekarang.
Upaya menjaga dan menguatkan nilai-nilai Pancasila di masyarakat dapat dilakukan dengan tiga
hal yaitu melalui pendekatan budaya, internalisasi di semua level pendidikan, dan penegakan
hukum terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Pertama, nilai-nilai
Pancasila perlu dikuatkan dengan pendekatan budaya. Pemerintah melalui Kemdikbud harus
menyusun strategi yang tepat, efektif, dan partisipatif tanpa paksaan. Hal ini bisa dilakukan
dengan membangun fasilitas atau pos-pos budaya di semua wilayah dalam rangka melestarikan
sekaligus mengembangkan kebudayaan lokal yang ada di masyarakat. Kedua, penguatan nilai-
nilai Pancasila di sektor pendidikan. Generasi muda adalah masa depan bagi ideologi Pancasila.
Saat ini paparan ideologi radikal mulai mengancam generasi-generasi muda kita. Lihat Foto
Ilustrasi(KOMPAS) Pemerintah perlu memikirkan strategi yang efektif agar nilai-nilai Pancasila
terinternalisasi dengan baik dalam kurikulum pendidikan nasional. Jika perlu, pemerintah bisa
mengintervensi kurikulum yang digunakan di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan tinggi.
Tidak sedikit sekolah-sekolah yang mengabaikan kurikulum berbasis nasional khususnya yang
terkait dengan pengetahuan kebangsaan dan kebudayaan. Ketiga, penegakan hukum. Nilai-nilai
Pancasila yang ada dalam konstitusi telah tercermin dalam sejumlah peraturan dan instrumen
internasional yang telah diratifikasi untuk melindungi hak-hak warga negara. Pemerintah tak
boleh segan-segan untuk menegakkan aturan hukum demi menjaga persatuan dan keutuhan