Anda di halaman 1dari 2

Nama : Asyraf Siraj Ash Safiy

NIM : 210603087
Kelas : PPI A

PEMIKIRAN PLATO
Plato juga dikenal sebagai salah satu tokoh filsafat, dimana ia menjadi sumber bagi berbagai
ajaran mengenai filsafat yang digunakan oleh masyarakat hingga saat ini. Seperti yang diketahui
bahwa filsafat juga sudah merasuk ke dalam ranah ilmu pengetahuan juga kaitannya dengan
konsep, nalar maupun ide. Plato sendiri juga dikenal sebagai sosok yang menjelaskan tentang
benua Atlantis yang hilang.
Plato terlahir di Athena, Yunani sekitar tahun 429 SM dengan ayah yang bernama Ariston dan
ibunya bernama Perictione. Dalam catatan, Plato diketahui meninggal di usia 80 tahun, atau
tepatnya sekitar tahun 347 SM. Oleh orangtuanya, ia diberi nama sebagai Aristokles. Nama Plato
sendiri diberikan oleh gurunya karena perawakan yang tinggi, dengan wajah rupawan dan bahu
yang lebar.
Semasa kecilnya, Plato mendapatkan banyak ilmu pengetahuan diantaranya tentang pelajaran
menggambar, musik serta puisi. Sementara di masa remaja, Plato dikenal sebagai pemuda yang
ahir membuat sajak. Sebelum ia menjadi seorang filsuf terkenal, Plato sempat menerima
pendidikan dari para filsuf sebelumnya. Pelajaran filsuf pertamanya didapat dari seseorang yang
bernama Kratylos yang merupakan murid Herakleitos.

Ajaran filsuf Herakleitos yang diberikan pada Kratylos menjelaskan tentang segala sesuatu akan
berlalu ibarat seperti air. Sayangnya, ilmu tersebut sepertinya kurang begitu diminati oleh Plato
yang belakangan justru semakin penasaran tentang Sokrates. Plato pun berusaha untuk terus
mempelajari dan memahami filosofi Sokrates lebih jauh.

Kemampuan Plato dalam menyatukan unsur seni, filosofi, puisi dan ilmu, menjadikannya sebagai
sosok yang begitu istimewa karena sanggup mengikuti jejak Sokrates yang sanggup
menggabungkan berbagai unsur ini menjadi sebuah kesatuan. Dalam pemikirannya, Plato
menolak adanya hukuman. Baginya, hukuman adalah suatu bentuk kezaliman serta perilaku yang
tak bertanggungjawab yang ditunjukan kepada orang lain.

Filosofi Sokrates sendiri sepertinya banyak mendominasi diri dan pandangan yang dibuat Plato.
Inilah yang kemudian membuat Plato berpikir lebih baik menjadi korban kezaliman ketimbang
melakukan perbuatan zalim. Pasca meninggalnya Sokrates, Plato kemudian melakukan perjalanan
menuju ke Atena. Selama perjalanan 12 tahun itu, Plato tak sekedar menjalani langkah dengan
apa adanya. Ia menyempatkan diri untuk menulis dialog, buku dan terus memperdalam ilmu
matematikanya.

Salah satu pemikiran Plato yang terkenal dan terus berkembang adalah tentang idea. Ide diawali
dari logika rasional, atau bisa diterima oleh akal sehat lalu berkembang menjadi suatu pandangan
hidup. Tak hanya menjadi sebuah pandangan hidup saja, bisa saja ide tersebut semakin
berkembang menjadi dasar ilmu yang lain, seperti ilmu politik, ilmu sosial ataupun ilmu agama.
Menurut Plato, ide bisa muncul dalam diri setiap manusia, dan tak selalu bergantung kepada
pendapat maupun pandangan orang lain. Tiap orang memiliki ide, walaupun perlu dicari ataupun
digali lebih jauh. Hal ini sepertinya sedikit banyak dipengaruhi oleh ajaran Sokrates yang
menjelaskan bahwa budi adalah pengetahuan.

Dengan kata lain, ajaran tentang pengetahuan adalah hal penting untuk membangun budi yang
berdasar pada pengetahuan. Baik Plato maupun Sokrates, keduanya sama-sama mencari makna
dibalik pengetahuan dan budi. Keduanya menjelaskan bahwa pengetahuan dan budi tidak
didapatkan dari pengalaman maupun dari pandangan.

Plato menganggap bahwa ide adalah suatu kondisi yang nyata, dan bukan hasil dari sebuah
pemikiran. Selain itu, ide juga tak hanya berhubungan dengan jenis, melainkan bentuk dari ide itu
sendiri secara nyata maupun dalam kondisi yang sebenarnya.

“Every heart sings a song, incomplete, until another heart whispers


back. Those who wish to sing always find a song. At the touch of a
lover, everyone becomes a poet.” ― Plato

Plato juga memiliki argumen tentang dunia yang tidak memiliki tubuh, yaitu dunia yang bisa
diketahui tanpa perlu pandangan atau pengalaman. Segala sesuatu tak harus berubah atau
bergerak, tetap ada ataupun abadi. Dalam kondisi seperti ini, ide bisa menghasilkan sebuah
pengetahuan yang sejati.

Anda mungkin juga menyukai