Anda di halaman 1dari 9

5($/,60( '$/$0 &(5,7$ 3(1'(.

³%8/$1 *(1'87 ', 7(3, *$1*6$/´


KARYA WA ODE WULAN RATNA

Yeni Maulina

Balai Bahasa Provinsi Riau


Jalan Binawidya, Komplek Universitas Riau, Panam, Pekanbaru
Pos-el: ymaulina@gmail.com

Abstract
7KLV DUWLFOH VWXGLHV UHDOLVPV LQ D VKRUW VWRU\ HQWLWOHG ³%XODQ *HQGXW GL 7HSL *DQJVDO´
written by Wa Ode Wulan Ratna. The aim of this study is to know and to describe the
FKDUDFWHULVWLFV LQ VKRUW VWRU\ ³%XODQ *HQGXW GL 7HSL *DQJVDO´ ZULWWHQ E\ :D 2GH :XODQ
Ratna. The use of content analysis method focusing on the text of the short story explains
the meaning of the content of symbolic interaction taking place during the communication
in the story so that the content could be well understood. The research findings show that
WKHUH DUH FKDUDFWHULVWLFV RI UHDOLVP LQ D VKRUW VWRU\ HQWLWOHG ³%XODQ *HQGXW GL 7HSL
*DQJVDO´
Keywords: short story, realism, realism flow characteristics

Abstrak
Tulisan ini mengkaji realisme GDODP FHULWD SHQGHN ³%XODQ *HQGXW GL 7HSL *DQJVDO´ NDU\D
Wa Ode Wulan Ratna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan ciri-ciri aliran realisme yang terdapat dalam karya sastra Indonesia
bergenre cerita pendek berjudul BGTG karya Wa Ode Wulan Ratna. Penggunaan metode
analisis isi yang memberikan perhatian pada teks karya sastra menjelaskan makna isi
interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi, sehingga dapat dipahami isi
cerpen itu secara tepat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik
UHDOLVPH GDODP FHULWD SHQGHN ³%XODQ *HQGXW GL 7HSL *DQJVDO´
Kata kunci: cerita pendek, realisme, karakteristik aliran realisme

naskah masuk : 15 Februari 2013 antara lain aliran romantisisme, realisme,


naskah diterima : 12 Maret 2013 modernisme, dan pascamodernisme.
Secara historis, aliran maupun
1. Pendahuluan gerakan yang memiliki karakteristik yang
Sastra merupakan produk khas selalu mewakili kondisi/waktu
kebudayaan yang nyata. Dalam sastra kita aliran atau gerakan tersebut berkembang.
bisa menemukan sebuah imajinasi dan Hal ini tentunya berkembang ke seluruh
kenyataan berjalan beriringan. Imajinasi penjuru dunia. Termasuk Indonesia.
dalam karakteristik di dunia kesusatraan Salah satu aliran atau gerakan dalam
bisa ditemukan adanya gerakan dan aliran karya sastra yang berkembang di
yang berkembang di dalamnya. Baik Indonesia yaitu aliran realisme. Aliran ini
sebagai hasil saripati yang diperas dari berkembang dalam bungkus organisasi
karakteristik karya yang berkembang seniman/kebudayaan Lekra di tahun
maupun sebagai karakter yang sengaja 1965. Ciri-ciri maupun karakteristik
dimunculkan dalam sebuah karya sastra aliran realisme ini dapat digali dari karya
sebagai pengokoh keberadaan sebuah sastra bergenre apapun, yang ada di
gerakan atau aliran kesusatraan tertentu. dalam karya sastra kontemporer. Lenin
Secara sederhana aliran di kesusastraan (luxemburg, 1989: 26) mengatakan
yang terdapat dalam kesusastraan dunia bahwa realisme menuntut dari para

94

Madah, Volume 4, Nomor 1, Edisi April 2013


pengarang agar melukiskan kenyataan realitas yang telah diramu dengan
dalam perkembangan revolusionernya, imajinasinya. Realitas hanyalah sebuah
selaras dengan kebenaran dan fakta titik tolak. Agar karyanya menarik dan
sejarah. Dengan demikian sastra dibebani tidak kaku, seorang pengarang dituntut
dua tugas yang berbeda-beda: sastra untuk tidak hanya memaparkan hal-hal
hendaknya melukiskan kenyataan selaras yang dilihat dan didengarnya, tetapi ia
dengan kebenaran, tetapi sekaligus harus mampu meramunya sedemikian
kenyataan itu ingin diubahnya. rupa sehingga bisa menjadi sebuah
Gagasan realisme adalah sebuah refleksi dunia yang baru.
doktrin sastra yang menegaskan bahwa &HULWD SHQGHN ³%XODQ *HQGXW GL 7HSL
tugas pengarang adalah menggambarkan *DQJVDO´ yang selanjutnya disingkat
realitas secara jujur dan historis BGTG karya Wa Ode Wulan Ratna,
(Eagleton, 1976). Prinsip realisme Pemenang Pertama Sayembara Cerpen
menghubungkan sastra dengan kebenaran Tingkat Nasional yang diadakan Dewan
historis. Dalam realisme, manusia, Kesenian Riau tahun 2005 memiliki
dengan pikiran dan perbuatannya mampu kekuatan imajinasi pengarang sangat
menentukan arah dari gerak sejarah. kental. Ia mampu merealisasikan
Realisme adalah teori sastra yang kondisi daerah terasing, yaitu di Desa
secara fundamental bertumpu pada sistem Talang Mamak yang dipenuhi oleh intrik
dialektika pengarang dengan lingkungan dari luar masyarakat aslinya. Dalam
sosialnya. Segala tendensi sastra cerpennya, ia mampu mengeksplorasi
dipahami sebagai sebuah motif historis. pilihan kata yang segar untuk
Karya sastra selalu terhubung secara menggambarkan peristiwa yang terjadi.
fundamental dengan lingkungan sosial Pengarang mampu menggarap tema
pada masanya. Hakikat realisme ini bisa lokalitas dengan sedetailnya hingga
dikatakan menempatkan seni sebagai pembaca mampu berimajinasi untuk
metode kontemplatif untuk mengangkat terlibat dalam penggambaran cerita
kesadaran ideologis sebagai manusia pendek tersebut. Tema-tema seperti
yang berkesadaran bahwa realitas sosial lokalitas dan kearifan lokal dalam karya-
adalah sebuah ruang yang tidak dapat karya sastra tidak hanya dimaknai secara
dihindari tetapi harus dikonstruksi. kasat mata dari fisik struktur sosial
Dalam karya sastra kontemporer, kultural suatu wilayah tertentu,
karya sastra dibangun berdasarkan melainkan juga harus dimaknai sebagai
pengalaman imajinasi yang terdorong identitas pemikiran yang ada dan jamak
atas realita yang dihadapi dalam proses dari pluralisme sosial budaya masyarakat
kreatifnya. Salah satu jenis karya sastra (http://ferinameliastuti.blogspot.com).
kontemporer yaitu cerita pendek. Cerita Dalam cerpen ini, pembaca
pendek atau biasa disingkat cerpen disuguhkan tentang semangat lokal yang
merupakan bentuk prosa yang memiliki dikemas secara kekotaan dan membawa
tulisan lebih pendek dari novel. Di dalam unsur perlawanan terhadap pihak yang
cerita pendek sebuah peristiwa kehidupan bertentangan. Secara jelas pengarang
tertuang dalam bentuk kejadian yang meletakkan realitas yang terjadi dalam
mengharubiru atau kebahagiaan nan cerpennya. Hal ini berkaitan erat dengan
abadi. Hal ini didasari oleh pengalaman wilayah geografis, tokoh dialog serta
imajinasi penulis mengaktualisasikannya budaya masyarakat tertentu yang
memiliki kekhasan tertentu. Kondisi
dalam sebuah rangkaian kata-kata yang
tempat maupun identitas yang bertumpu
indah dalam bentuk prosa. Menurut pada lokalitas sastra itu pun diangkat oleh
Dessy (2010: 100), sebuah cerpen pengarang sebagai suatu hal yang
merupakan sebuah dunia baru yang bertolak belakang dengan zaman
dibangun oleh pengarang dari himpunan kekinian.

95

Madah, Volume 4, Nomor 1, Edisi April 2013


Cerpen BGTG menempatkan mengatakan bahwa secara eksplisit
perempuan sebagai tokoh yang metode analisis isi ini pertama kali
diceritakan melalui pencitraan laki-laki. digunakan di Amerika Serikat pada 1926,
Cerpen BGTG bersifat simbolis, eksotis, tetapi secara praktis telah digunakan jauh
dan romantis. Cerpen BGTG ini berlatar
suku Pedalaman di Provinsi Riau, yaitu sebelumnya. Selanjutnya, Ratna
suku Talang Mamak yang mengambil menjelaskan bahwa dasar dari
tempat sepanjang Sungai Gangsal. pelaksanaan metode analisis isi adalah
Permasalahan yang diangkat adalah penafsiran yang memberikan perhatian
seputar perampasan tanah adat (ulayat) pada isi pesan. Sesuai dengan namanya
yang dibakar dan persoalan perempuan analisis isi berhubungan dengan isi
yang menjadi kunci utama dalam cerita komunikasi, baik secara verbal maupun
tersebut, yang bernama Serunting. Cerita nonverbal. Dalam karya sastra, isi yang
pendek BGTG yang bernafas lokal serta dimaksudkan adalah pesan-pesan yang
mengangkat tema lingkungan,
penebangan liar/kebakaran hutan, kabut sesuai dengan hakikat sastra.
asap, serta perampasan hak asasi pastinya
terselip permasalahan lain tentang 2. Pembahasan
manusia, baik perempuan maupun laki- 2.1 Sinopsis Cerita Pendek ³%XODQ
laki, baik secara sosial maupun *HQGXW GL 7HSL *DQJVDO´
psikologis. Cerita pendek BGTG ditulis oleh Wa
Sehubungan dengan itu, penulis Ode Wulan Ratna ketika penebangan liar
ingin mengaitkan aliran realisme dalam di hutan kawasan Riau sedang marak
cerita pendek BGTG karya Wa Ode terjadi. Cerita pendek BGTG menjuarai
Wulan Ratna. Aspek khusus dalam peringkat pertama dalam sayembara
masalah ini adalah melihat ciri-ciri dan cerita pendek tingkat nasional yang
karakteristik aliran realisme yang terjadi dihelat oleh Dewan Kesenian Riau.
dalam karya cerita pendek BGTG karya Cerpen BGTG merupakan hasil
Wa Ode Wulan Ratna. Tujuan penelitian pengalaman imajinasi si pengarang
setelah melakukan repotase singkat hasil
ini adalah untuk mengetahui dan
kunjungannya ke bumi melayu pada
mendeskripsikan ciri-ciri aliran realisme tahun 2005. Bumi Melayu digambarkan
yang terdapat dalam karya sastra oleh pengarang sebagai bumi yang subur
Indonesia bergenre cerita pendek berjudul namun rentan dengan penjarahan tanah
BGTG karya Wa Ode Wulan Ratna. dan perampasan hak manusia. Tanahnya
Cerpen BGTG merupakan data yang terbentang hijau namun
primer dalam penelitian ini dan dianalisis masyarakatnya di bawah garis
dengan menggunakan metode analisis isi kemiskinan. Mereka dipaksa hidup dalam
yang memberikan perhatian pada isi situasi trauma yang mencekam dan
pesan karya sastra. Metode ini juga nelangsa.
memberi makna isi komunikasi, isi Pengarang menampilkan banyak
interaksi simbolik yang terjadi dalam tokoh yang masing-masing mewakili
peristiwa komunikasi, sehingga dapat karakternya. Tokoh Rondang
diketahu isi pesan secara tepat. digambarkan sebagi narator yang
Secara definitif, menurut Diah (2000: menerjemahkan gundahan hatinya kepada
21), analisis isi adalah sebuah alat seorang perempuan yang ia kasihi. Selain
penelitian yang digunakan untuk kegundahan hati terhadap perempuannya,
menentukan keberadaan kata-kata atau ia pun merasa marah pada kondisi yang
konsep-konsep tertentu dalam teks atau terjadi pada tanah lahirnya, yang telah
serentetan teks. Teks-teks yang dijadikan dirampas semena-mena oleh pemerintah
objek dalam suatu penelitian bisa pula pusat maupun daerah. Kemampuan tokoh
bermacam ragam tipe perwujudannya, rondang untuk melumpuhkan kekejaman
termasuk teks cerita pendek. perlakuan pemerintah terhadap tanah
Vredenberght (Ratna, 2008: 48) ulayat di kampungnya, digambarkan

96

Madah, Volume 4, Nomor 1, Edisi April 2013


pengarang dalam fase memperjuangkan mendapat perlakuan keji dari pemerintah
kepemilikan tanah ulayat. Lain dengan daerah maupun pusat. Serunting tak tahu
tokoh Serunting, pengarang lagi mana yang ia harus tutupi dalam
menggambarkan tokoh Serunting sebagai fisiknya, ada penyesalan yang sangat
sosok yang nestapa dan korban mendalam terhadap Rondang karena tak
pemerkosaan. Padahal di awal cerita, bisa menjaga Serunting dari orang-orang
pengarang menggambarkan tokoh jahat yang melakukan hal keji pada
Serunting sebagai sosok yang ceria dan Serunting. Rondang juga memiliki
berani. Namun di perjalanan cerita, tokoh dendam kesumat kepada seorang yang
Serunting mengalami trauma yang telah merampas tanah ulayatnya. Begitu
menakutkan akibat menjadi korban juga Batin Gigih, Patih Laman dan juga
pemerkosaan. Hingga sampai di akhir Sanggo memiliki kemarahan yang sama
cerita, pengarang tidak menggambarkan pada pemerintah daerah dan pusat karena
siapa pelaku pemerkosaan tersebut. tindakan semena-mena terhadap tanah
Selain kedua tokoh, ada tokoh Batin kelahiran mereka. Sebuah mediasi yang
Gigih yang digambarkan pengarang, mereka lakukan dengan pemerintah
sebagai orang tua angkat tokoh Serunting. setempat, tidak membawa hasil yang baik
Batin Gigih seorang yang tenang dan bagi masyarakat Talang Mamak. Bahkan
memiliki jiwa kepimpinan. Hal ini memunculkan perlawanan masyarakat
digambarkan oleh pengarang ketika Talang Mamak dengan pemerintah
beliau dinobatkan sebagai penengah setempat. Ini disebabkan pemerintah
dalam menyelesaikan perebutan tanah setempat mengambil langkah
ulayat dengan pemerintah serta menghapuskan tanah serta melakukan
penebangan liar yang terjadi pada tanah penebangan liar tak berkompromi dengan
kelahiran suku pedalaman Talang masyarakat setempat. Sampai di akhir
Mamak. Di satu sisi pengarang juga cerita pendek ini, pengarang tidak secara
menampilkan tokoh Patih Laman yang gamblang mendeskripsikan siapa tokoh
memiliki karakter tegas dan dituakan oleh antagonis yang berperan dalam cerita ini.
masyarakat Talang Mamak. Lain pula Pengarang memberikan kebebasan pada
dengan tokoh Sanggo, tokoh ini pembaca serta penikmat karya sastra ini
digambarkan sebagai seorang yang polos, untuk menginterpretasikan apa yang
baik hati serta setia kawan. Tokoh terjadi pada pengalaman imajinasi
Sanggo berkawan akrab dengan tokoh pengarang terhadap karyanya.
Rondang. Ada pula tokoh Mak Cuan dan
Suhemi yang digambarkan pengarang 2.2 Ciri-ciri Aliran Realisme dalam
sebagai istri dan anak dari tokoh Batin &HULWD 3HQGHN ³%XODQ *HQGXW GL
Gigih dan bagian keluarga angkat tokoh 7HSL *DQJVDO´ NDU\D :D 2GH
Serunting. Kedua tokoh ini tidak terlalu Wulan Ratna
kuat digambarkan oleh pengarang. Ciri yang pertama, Cerpen ini
Di awal cerita, digambarkan tokoh berusaha menggambarkan hidup dengan
Serunting dan Rondang sedang bermain sejujurnya. Maksudnya, pengarang tidak
di hutan damar dan karet. Suatu kejadian berprasangka dan berupaya untuk
yang mengenaskan, ketika serunting memperindahnya cara penyajian cerita
diperkosa oleh seseorang yang tak tahu cerpen ini (representasi sebuah realitas).
rimbanya. Sejak kejadian serunting yang Cerpen ini bersifat induktif dan
diperkosa, perilaku Serunting menjadi tak observatif sehingga realitas yang
terkendali, ia bertingkah bagai orang digambarkan tampat objektif atau sesuai
yang benar-benar kehilangan akal dengan apa yang sebenarnya terjadi
pikirannya. Serunting bagai symbol terhadap masyarakat Talang Mamak.
keruntuhan masyarakat tertindas yang

97

Madah, Volume 4, Nomor 1, Edisi April 2013


Pada paragraf pertama, secara Pakuaji di Desa Pematang
tersurat telah dipaparkan jelas realita Kabau pada kami orang-orang
kondisi alam yang ditulis oleh pengarang. 7DODQJ 0DPDN ³6XGDK VDDWQ\D
Gambaran alam yang masih utuh dan kita bekerjasama melindungi
asri, hutan karet dan damar yang berdiri hutan ulayat kita dari perbuatan
sejajar rapi atas ciptaanNya. Tokoh orang-RUDQJ WHUFHOD LWX´ (BGTG,
Rondang juga jelas menggambarkan 2005: 23).
sosok Serunting yang muda belia. ³.LWD PXODL GHQJDQ SHPHWDDQ ´
Berkatnya kami belajar menanam
Saat itu hutan masih rindang,
pohon-pohon karet ini yang
bau karet dan damar masih
dijadikan pembatas
terasa dipenciuman seperti cat
hutan ulayat kami sekaligus
basah pada tembok-tembok
mempertahankan nilai-nilai
bersemen di kota. Malam itu
kearifan adat Orang Rimba
kutemukan kau sedang mencari
(BGTG, 2005: 24).
bulan durjana yang nyaris penuh
di tengah hutan. Matamu Ciri yang ketiga, cerpen ini
berkilau di malam membahas kehidupan kontemporer dan
lindap. Samar bulan yang kelabu tingkah laku manusia yang temporal.
menampakan dirinya dari balik Kehidupan serta tingkah laku kekinian
pepohonan jelutung, pulai, yang digambarkan pengarang dalam
kempas, rumbai, jernang atau cerpen diatas tergambar lewat paragraph
berbagai jenis rotan. Malam yang menceritakan bagaimana hutan yang
pikuk menyiramimu, dara muda ditempati oleh suku Talang Mamak sudah
yang belia. Matamu sasar tercemar oleh ulah tauke yang lancang
entah kemana, memuja melakukan penebangan liar pada pohon-
kesuburan hutan dalam pohon di hutan tersebut. Gambaran ini
lindungan Tuhan (BGTG, 2005: mewakili kondisi perilaku sebagian
22). manusia yang sudah tidak lagi
mengindahkan etika serta hak seseorang
Ciri yang kedua, cepern ini maupun sebgaian masyarakat yang
bertendensi, artinya banyak memuat merasa telah dirampas hak kehidupannya.
kritik sosial dan politik sebab seni bagi Selain itu dalam ciri realism yang ketiga
realisme adalah sarana untuk ini, selain perilaku yang egois juga
menyampaikan kritik dan pesan moral tergambar sifat-sifat para penguasa
atau seni yang memikul tugas sosial. daerah yang rakus akan perampasan hak
Karakter realisme yang kedua dalam tanah ulayat milik suku Talang Mamak.
cerpen diatas tergambar lewat paragraf
keempat, dimana masyarakat suku Talang ³7LGDN DNX PHQDGDKNDQ WDQJDQ
Mamak berkumpul untuk menjaga tanah Rondang. Lihat hutan basah,
ulayat yang akan dirampas oleh orang- KXWDQ EDVDK ´ 'DUL Mauh
orang tercela. Hala ini guna untuk kuperhatikan gelagatmu
mempertahankan kearifan local yang sementara tanganku masih
terdapat di hutan tempat suku Talang menyadap beberapa tubuh pohon
Mamak bermukim. karet untuk kutampung getahnya.
Deru angin lembubu membuatku ³+DWL-hati, aku tak mau kau
ingat pada kata-kata dijerat ular atau dicekat kuau ´
Tumenggung Tarib, seorang Kau tiada menyahut, tapi kulihat
pemimpin dari kelompok suku kau masih tercenung menatapi
Orang Rimba dari Sungai bulan sembab yang pucat itu.
Dengan begitu kau masih dalam

98

Madah, Volume 4, Nomor 1, Edisi April 2013


pengawasan mataku meski aku mena kaum feodal yang dalam hal ini,
tak perlu setiap detik menemukan diwakili oleh pemerintah daerah maupun
bayangmu. Bulan bisa saja pusat. Hal ini dilakukan karena kerugian
dicolong kelam dan para tauke atas tanah ulayat milik suku Talang
mengepul kayu-kayu hutan diam- Mamak sudah sangat memprihatinkan.
diam. Tapi kau harus tetap Pohon-pohon tak ada lagi, daerah tempat
berada di situ (BGTG, 2005: 25). tinggal mereka sebagian sudah banyak
Laki-laki itu masih yang digunduli, sehingga kegiatan sehari-
muda. Kulitnya matang dan ia hari yang mereka lakukan dalam
gagah. Kemejanya yang melangsungkan kehidupan menjadi
berwarna abu-abu polos rapi terkendala.
tersetrika telah layu dibubuhi
keringat. Ia bertolak pinggang. Penduduk Talang Mamak yang
Satu tangannya merongoh saku berkumpul kembali gaduh.
FHODQDQ\D ³,QL VHVXDL SURVHGXU ³7LGDN ELVD EHJLWX 3DN ´ 3DWLK
dari pemerintah. Pohon-pohon Laman menengahi. ³<D PHPang.
yang kami tebDQJ MHODV ´ Tapi pohon yang ditebang
katanya tegas (BGTG, 2005: 25). berdiameter di bawah enampuluh
³:DK NDPL WLGDN WDKX \D 6HEDE senti. Padahal ketentuannya
kalau tanah ini milik tuan-tuan KDUXV GL DWDV LWX ´ <DQJ ODLQ
semua harap bisa tunjukan bersorak mendengar penjelasan
VHUWLILNDW WDQDKQ\D ´ 7LED-tiba Patih Laman. Patih Laman sudah
saja telingaku menjadi panas. seperti sepuh ataupuak bagi
Kalau tidak Patih Laman yang penduduk Talang Mamak Sungai
menahanku tentu sudah Gangsal. Ia sangat disengani dan
kuserudXN RUDQJ PXGD LWX ³3DN dihormati karena kebijakannya
hutan ulayat ini kami miliki turun dan kesantunannya (BGTG,
temurun. Memang tanpa 2005: 26).
sertifikat, tetapi jelas batas-batas ³'DQ ODJL SHQHEDQJDQ LQL VXGDK
hak kepemilikannya. Diakui kelewatan karena merambah
kepala adat sampai tingkat kemana-mana sampai ke
NHFDPDWDQ ´ 7HULDNNX 3HQGXGXN tanah ulayat NDPL´ %*7*
mulai ikut berteriak-teriak 2005: 26).
lagi. Patih Laman dan Batin ³'XOX DGD VHUDWXV SRKRQ VLDODQJ
Gigih sibuk memberi isyarat kami yang ditebangi. Tapi tiada
tenang (BGTG, 2005: 25). ganti rugi. Sekarang kami tak
lagi mau kehilangan pohong
Ciri yang keempat adalah VLDODQJ \DQJ WLQJJDO VHGLNLW ´
perlawanan terhadap segala sesuatu yang Celetuk Sanggo (BGTG, 2005:
EHUEDX ³KXPDQLVPH-ERUMXLV´ XQWXN 29).
PHPHQDQJNDQ ³KXPDQLVPH-SUROHWDU´ GDQ
berupaya untuk menghapus klas-klas Ciri yang kelima, cerpen ini
serta pelapisan atas manusia, serta memiliki watak yang jelas, di antaranya
melenyapkan kemungkinan munculnya yaitu militansi sebagai ciri tak kenal
minoritas yang mengeksploitasi tenaga kompromi dengan lawan.
mayoritas yang produktif tampak jelas Dalam penggambaran watak tokoh
dalam cerpen ini. untuk melakukan perlawanan kepada
Pada paragraf berikut, ciri pemerintah daerah maupun pusat, sudah
perlawananan kaum marginal, yang jelas tergambar pada tokoh Patih Laman,
dalam hal ini suku talang Mamak sepakat Batin Gigih dan Rondang. Mereka
bersatu untuk melawan tindakan semena-
99

Madah, Volume 4, Nomor 1, Edisi April 2013


digambarkan oleh pengarang sebagai daerah ataupun pusat. tindakan ini
pemimpin di sukunya. Pengarang juga dilakukan untuk kemaslahatan
menggambarkan semua tokoh dalam pembangunan daerah pendalaman suku
cerpen ini meliliki tujuan yang sama, Talang Mamak.
yaitu melakukan perlawanan atas
perebutan hak tanah ulayat mereka. Patih Laman sudah berangkat
ke kota bersama beberapa laki-
³%HJLQL VDMD 3DN %LOD %DSDN laki penduduk Talang Mamak
tidak bisa memperlihatkan Sungai Gangsal termasuk Batin
surat izin enebangan terhadap Gigih (BGTG, 2005: 28).
tanah kami, maka silahkan
bawa pulang buldoser-buldoser Ciri yang ketujuh, cerpen ini
LQL ´ 8MDU Patih Laman masih menampakkan adanya peringatan bahwa
dengan santun (BGTG, 2005: kapitalisme adalah musuh manusia dan
28). kemanusiaan serta mengupayakan rakyat
³'DQ LQJDW NDPL LQJLQ untuk berani melakukan orientasi
buldoser-buldoser ini pergi terhadap sejarahnya sendiri.
sebelum senja. Sebab bila tidak, Dalam paragraf berikut menandakan
Bapak akan berurusan dengan akibat-akibat yang dilakukan kaum
SHPHULQWDK GDHUDK GDQ SXVDW ´ kapitalis dalam melakukan penjarahan
Ancamku menutup kerumunan tanah ulayat milik suku Talang Mamak.
pagi itu (BGTG, 2005: 29). Hal ini yang mendasari masyarakat untuk
Aku tak bisa mafhum pada bertindak dan melawan sebagai wujud
zaman yang lintang pukang ini, mempertahankan kepemilikan tanah
sebab hutan yang hanya bisa ulayat suku Talang Mamak. Ulah
diam tak dikasihi menanam kapitalis yang diwakili oleh pemerintah
ranjau dan dendam hingga ke daerah ataupun pusat sudah
akarnya. Betapa payah hayat mengakibatkan kerugian masyarakat suku
orang-orang Talang Mamak, Talang Mamak. Tanah-tanah menjadi
hutan mereka, Hutan Puako, gosong, pohon-pohon sudah semakin
bisa tak ada lagi karena sulit dicari, bahkan mungkin mata
dijadikan lahan kelapa sawit. pencaharian masyarakat suku Talang
2« (PDN $ODQJNDK KXWDQPX Mamak pun sudah sulit dilakukan.
kini diingkari undang-undang!
(BGTG, 2005: 30). ³$GD NHEDNDUDQ KXWDQ Ndang´
(BGTG, 2005: 26). Apinya
Ciri yang keenam, cerpen ini besar. Besar sekali. Sulit
berupaya mempercepat pembangunan GLSDGDPNDQ ´ .DWDQ\D ODJL
kalangan sendiri dengan membela terbatuk-batuk, sebab asap
humanisme-proletar dan berupaya untuk tebal mulai meyebar dan
menciptakan dunia baru yang dibangun di memerihkan mata (BGTG,
atas landasan keadilan yang merata. 2005: 26).
Pengarang mampu menampilkan tokoh Waktu berlalu, tapi api tak
Patih laman sebagai tokoh anutan. Dalam kunjung padam. Matahari
hal ini jelas tergambar pada paragraf sengit menyayat-nyayat kulit
dibawah ini. Tokoh Patih Laman memilki membuat luka semakin
tujuan yang sangat mulia, ia bersama menganga dan tak mau kering.
masyarakat suku Talang Mamak Nantinya ada sesuatu yang
memperjuangkan pembebasan tanah bopeng di tanah kami (BGTG,
ulayat milik mereka dari pemerintah 2005:27).

100

Madah, Volume 4, Nomor 1, Edisi April 2013


Mungkin kini damar akan sulit mengusung tema lokalitas kekinian
dicari. Dan pohon-pohon karet mampu mendeskripsikan realita yang
tak lagi meninggalkan getahnya terjadi pada satu daerah, salah satunya
untuk diramu menjadi ban dan yaitu suku Talang Mamak di Provinsi
semacamnya, sebab baunya Riau. Pendokumentasian hadirnya
saja sudah tak terasa. realisme berhasil digambarkan oleh si
Semuanya ranap. Gosong. pengarang. Hal ini bisa lebih lanjut
Tanah itu menjadi hitam dan di diperlihatkan melalui karakteristik atau
atasnya mengeluarkan asap ciri- ciri yang terdapat dalam cerita
seperti miasa pada tanah pendek tersebut.
berawa. Aku memaki. Orang- Ciri-ciri realisme dalam cerita
orang buldoser itu pendek BGTG secara dominan dapat
menganggap cuai apa yang dideskprisikan melalui paragraf-
kami miliki dan kami jaga paragrafnya. Cerita pendek yang
(BGTG, 2005: 29). sebagian besar memang berisikan
gambaran nyata yang terjadi pada
Kutipan cerpen di atas pedalaman suku Talang Mamak ini
menggambarkan kenyataan yang terjadi memberikan suguhan cerita mengenai
sebagai akibat dari kezaliman pemerintah kondisi satu daerah pada sebuah masa
terhadap mereka (Talang Mamak). atau waktu tertentu. Gambaran ini
Kondisi alam yang telah porakporanda terlihat, ketika di masa kini yaitu di
pasca pembakaran yang dilakukan Provinsi Riau telah terjadi perampasan
pemerintah. Pembakaran itu telah hak akan tanah serta hak kehidupan
menyisakan kesengsaraan bagi seseorang, yang dilakukan oleh sebagian
masyarakat pedalaman Talang Mamak. dari tingkah laku manusia yang temporal
Hutan bagi mereka merupakan tumpuan pada masa itu. Berbagai ciri lain
hidup, dari hutan mereka mengais, dan mengenai realisme yang berkembang
dari hutan mereka menghasilkan damar dalam cerita pendek tersebut
dan getah karet. Kini hanya tinggal arang diperlihatkan dari paragraf-paragraf yang
dan sisa kepulan asap dari pembakaran dideskripsikan oleh pengarang.
hutan mereka. Inilah gambaran nyata Secara umum, tujuh ciri realita yang
yang terjadi terhadap masyarakat Talang diceritakan dalam cerpen ini merupakan
Mamak yang disampaikan oleh perlawanan oleh masyarakat tempatan,
pengarang sesuai dengan kondisi yang dalam hal ini adalah masyarakat Talang
terjadi. Mamak, terhadap pemerintah atau swasta
Seperti aliran sastra lainnnya, aliran yang membakar lahan mereka.
realisme juga berkembang di Indonesia. Pengisahan dalam cerpen ini sesuai
Melalui karakteristiknya aliran realisme dengan apa yang terjadi terhadap
kemudian memiliki fokus yang lebih masyarakat Talang Mamak waktu itu.
spesifik. Ciri dari realisme di antaranya
adalah wataknya yang sejalan dengan 3. Penutup
keberadaannya dalam bidang sastra yang Berdasarkan uraian pada bagian
melingkupi adanya sisi perjuangan. pembahasan, Ada tujuh karakteristik
Karya sastra Indonesia bergenre realisme dalam cerpen BGTG, yaitu (1)
cerita pendek yang berjudul BGTG karya menggambarkan hidup dengan
Wa Ode Wulan Ratna adalah sebuah sejujurnya, (2) banyak memuat kritik
wujud di mana aliran realisme mampu sosial dan politik, (3) membahas
berkembang pada jenis karya kehidupan kontemporer dan tingkah laku
kontemporer, salah satunya cerita pendek. manusia yang temporal, (4) memuat
Karya-karya Wa Ode Wulan Ratna yang perlawanan terhadap segala sesuatu yang

101

Madah, Volume 4, Nomor 1, Edisi April 2013


EHUEDX ³KXPDQLVPH-ERUMXLV´, (5)
memiliki watak yang jelas, di antaranya
yaitu militansi sebagai ciri tak kenal
kompromi dengan lawan, (6) berupaya
mempercepat pembangunan kalangan
sendiri dengan membela humanisme-
proletar dan berupaya untuk menciptakan
dunia baru yang dibangun di atas
landasan keadilan yang merata, dan (7)
menampakkan adanya peringatan bahwa
kapitalisme adalah musuh manusia dan
kemanusiaan.

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. dan Leoni Agustina. 2004.


Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Diah, Mohammad. 2000. Penelitian


Kualitatif dalam Penerapan.
Pekanbaru: Departemen
Pendidikan Nasional.

Eagleton, Terry. 1976. Marxism and


Literary Criticism. California:
University of California Press.

Luxemburg, dkk. 1989. Pengantar Ilmu


Sastra. Jakarta: Gramedia.

Mahayana, Maman S. 2006. Bermain


dengan Cerpen: Apresiasi dan
Kritik Cerpen Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori,


Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra (cetakan iv). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Wahyuni, Dessy. 2010. Gambaran


Tradisi Melayu dalam Cerpen
Kampung Anyaman. Dalam
Jurnal Madah. Volume 1, Nomor
2, Oktober 2010. Pekanbaru:
Balai Bahasa Pekanbaru.

Meliastuti, Ferina. _______. (http:


//ferinameliastuti.blogspot.com,
diakses 11 Februari 2013).
102

Madah, Volume 4, Nomor 1, Edisi April 2013

Anda mungkin juga menyukai