Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian dan Perumusan Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian adalah persoalan yang harus dijawab peneliti pada sebuah proyek
penelitian, dimana jawaban dari pertanyaan penelitian akan bisa membantu memecahkan
masalah dari penelitian. Ratih Safrani (19003027) menambah materi. Pada hakikatnya
pertanyaan penelitian dirumuskan dengan melihat kesenjangan yang terjadi antara:
1. Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)
2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is available
3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)
Pertanyaan penelitian selalu diawali dengan munculnya masalah yang sering disebut sebagai
fenomena atau gejala tertentu. Tetapi tidak semua masalah bisa diajukan sebagai masalah
penelitian. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar bisa diangkat sebagai
masalah penelitian. Berdasarkan kajian referensi buku-buku metodologi peneltian,
setidaknya terdapat tujuh syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,
2. Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara,
observasi, kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,
3. Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu
(state of the arts),
4. Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
5. Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat terjadi,
6. Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya
belum diketahui masyarakat luas, dan
7. Masalah itu diajukan dalam batas minat (bidang studi) dan kemampuan peneliti.
B. Pengertian Hipotesis

Pengertian Hipotesis

Secara umum hipotesis merupakan pernyataan berupa prediksi seorang


peneliti mengenai apa yang akan ditemukan dalam sebuah penelitian. Hipotesis
merupakan jawaban sementara atau tentatif yang digunakan untuk pertanyaan
penelitian yang belum dilakukan pengujian.
Sedangkan menurut Zikmund, hipotesis penelitian adalah proposisi atau
dugaan belum terbukti. Artinya dugaan masih bersifat tentatif. Dugaan tersebut
menjelaskan fakta atau fenomena, serta kemungkinan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan penelitian.

Hipotesis yang baik

1. Logis
Hipotesis yang dibuat harus berdasar pada argumen logis. Argumen
adalah pengetahuan atau fakta yang telah ada pada literatur ilmiah.
2. Harus dapat diuji
Hipotesis harus dapat diuji (biasanya dengan eksperimen). Selanjutnya
variable juga harus bisa diamati dan diukur. Dimana melibatkan sebuah
kondisi, fenomena dan kejadian nyata.
3. Harus bisa ditolak dan disanggah
Hipotesis harus bisa ditolak dan disanggah. Secara umum hipotesis
mengenai tata nilai, agama dan pengandaian merupakan hipotesis yang
untestable.
4. Bersifat positif
Hipotesis yang memiliki karakter dan sifat positif mengenai
keberadaan suatu hubungan, perbedaan, efek dll.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian data (Sugiyono, 2002) yang umum digunakan dalam suatu
Penelitian adalah observasi, wawancara dan kuisioner.
1. Metode Wawancara,
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data
Dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya
adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini
wawancara akan
dilakukan engan menggunakan pedoman wawancara. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan mengadakan wawancara langsung pada pimpinan atau
pemilik perusahaan, karyawan serta para pelanggan dari bengkel mengenai
kegiatan sistem pelayanan yang diterapkan sehubungan dengan masalah yang
diteliti untuk mendapatkan data yang objektif.
2. Metode Observasi
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini
observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara
dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan
dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama
wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan hasil wawancara.
3. Metode angket (Kuesioner)
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya,
dapat diberikan secara langsung atau melalui pos atau internet. Jenis angket
ada dua, yaitu tertutup dan terbuka. Kuesioner yang digunakan dalam hal ini
adalah kuesioner tertutup yakni kuesioner yang sudah disediakan jawabannya,
sehingga responden tinggal memilih dan menjawab secara langsung.
(Sugiyono,
2008: 142).

D. Instrumen dan Jenis Instrumen

Bentuk-Bentuk Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting untuk membantu
perolehan data dilapangan. Sebelum menyusun instrument penelitian, penting untuk
diketahui
pula bentuk-bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian (Gulo, 2000), sebagai
berikut:
1. Bentuk Instrumen Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat
digunakan
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek
penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal ter terdiri atas butir-butir
soal. Setiap butir soal
mewakili satu jenis variabel yang diukur. Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti,
terdapatt
beberapa macam tes, yaitu:
a. Tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap kepribadian
seseoranng yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat
khusus, dan sebagainya
b. Tes bakat atau aptitude test, tes ini digunkan untuk mengetahui bakat seseorang. c.
Tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat
intelektual
seseorang. d. Tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap
oranng dalam
menghadapi suatu kondisi, e. Tes minat atau measures of interest, ditunjukan untuk
menggali minat seseorang terhadap
sesuatu, f. Tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui
pencapaian sesorang
setelah dia mempelajari sesuatu. Bentuk instrumen ini dapat dipergunkan salah
satunya dalam mengevaluasi kemampuan
hasil belajar siswa disekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspek
mendasar
seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik
setelah
mennyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah disampaikan.
2. Bentuk Instrumen Interview
Suatu bentuk dialaog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari
responden dinamakan interview. Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau
interview
guide. Dalam pelaksanaannya, interview dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak
terstruktur
(bebas). Secara bebas artinya pewawancara bebas menanakan apa saja kepada
terwawancara
tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat interview seperti ini adalah
pewawancara
harus tetap mengingat data yang harus terkumpul. Lain halnya dengan interview yang
bersifat
terpimpin, pewawancara berpedoman pada pertanyaan lengkap dan terperinci,
layaknya sebuah
kuesioner. Selain itu ada juga interview yang bebas terpimpin, dimana pewawancara
bebas
melakuakan interview dengan hanya menggunakan pedoman yang memuat garis
besarnya saja. Peneliti harus memutuskan besarnya strukrtur dalam wawancara,
struktur wawancara dapat
berada pada rentang tidak berstruktur sampai berstruktur. Penelitian kualitatif
umumnya
menggunakan wawancara tidak berstruktur atau semi berstruktur (Rachmawati, 2007).
a) Wawancara tidak berstruktur, tidak berstandard, informal, atau berfokus dimulai
dari
ertanyaan umum dalam area yang luas pada penelitian. Wawancara ini biasanya
diikuti
oleh suatu kata kunci, agenda atau daftar topik yang akan mencakup dalam
wawancara. Namun tidak ada pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya kecuali dalam
wawancara yang
awal sekali. b) Wawancara semi berstuktur, wawancara ini dimulai dari isu yang
mencakup dalam
pedoman wawancara. Pedoman wawancara bukanlah jadwal seperti dalam penelitian
kuantitatif. Sekuensi pertanyaan tidaklah sama ada tiap partisipan bergantung pada
proses
wawancara dan jawaban tiap individu. Namun pedoman wawancara menjamin
peneliti
dapat mengumpulkan jenis data yang sama dari partisipan. c) Wawancara berstruktur
atau berstandard. Beberapa keterbatasan pada wawancara jenis
ini membuat data yang diperoleh tidak kaya. Jadwal wawancara berisi sejumlah
pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya. Tiap partisipan ditanyakan
pertanyaan
yang sama dengan urutan yang sama pula. Jenis wawancara ini menyerupai kuesioner
survei tertulis. d) Wawancara kelompok. Wawancara kelompok merupakan instrumen
yang berharga untuk
peneliti yang berfokus pada normalitas kelompok atau dinamika seputar isyu yang
ingin
diteliti
e) Faktor prosedural/ struktural, dimensi prosedural bersandar pada wawancara yang
bersifat natural antara peneliti dan partisipan atau disebut juga wawancara tidak
berstruktur. f) Faktor konstekstual. Dimensi konsektual mencakupi jumlah isyu.
Pertama, terminologi
yang di dalam wawancara dianggap penting. Kedua, konteks wawancara yang
berdampak
pada penilaian respon.
Bentuk Instrumen Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagi pemusatan perhatian terhadap
suatu
objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Observasi
merupakan
pengamatan langsunng dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam
observasi dapat berupa
pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. Instrumen
observasi digunakan dalam penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari teknik
wawancara yang telah dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatis digunakan
untuk melihat
dan mengamati secara langsung objek penelitian, sehingga peneliti mampu mencatat
dan
menghimpun data yang diperlukan untuk mengungkap penelitian yang dilakukan.
Observasi
dalam penelitian kualitatif peneliti harus memahami terlebih dahulu variasi
pengamatan dan
peran-peran yang dilakukan peneliti (Ulfatin, 2014). Menurut Bungin yang dikutip
oleh Rahrdjo mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:
1). observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok.
Berikut
penjelasannya: 1) observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan
penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. 2) observasi tidak
terstruktur
ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga
peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di
lapangan. 3) observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok
tim peneliti terhadap
sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian (Rahardjo, 2011).
4. Bentuk Instrumen Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi
yang
memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang
memuat
daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan anatar kedua bentuk
instrumen ini
terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti
cukup
menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan check-list, peneliti
memberikan tally
pada setiap pemunculan gejala (N. Cooper dkk, 2002)
Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan
pendekatan
analisis. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah,
landasan
hukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat
berupa buku- buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian, bahkan bena-benda
bersejarah seperti prasasti dan artefak (Clemmens, 2003). Dokumen dalam penelitian
kualitatif digunakan sebagai penyempurna dari data wawancara
dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam penelitian kualitatif dapat
berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari obyek yang diteliti (Ulfatin,
2014).

E. Perumusan instrumen penelitian

Secara garis besar langkah-langkah penyusunan dan


pengembangan instrumen adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari
variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel
tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep
yang dirumuskan oleh peneliti.
2. Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel
yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk
variabel pada langkah 1.
3. Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat
dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan
indikator.
4. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan
kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah
ke tinggi, dari negatif ke positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen
ke independen, dan sebagainya.
5. Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau
pertanyaan. Biasanya butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok
yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif. Butir positif adalah
pernyataan mengenai ciri atau keadaan, sikap atau persepsi yang positif atau
mendekat ke kutub positif, sedang butir negatif adalah pernyataan mengenai
ciri atau keadaan, persepsi atau sikap negatif atau mendekat ke kutub negatif.
6. Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui
proses validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik.
7. Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui
pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa
jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator
merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh
butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
8. Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil
panel.
9. Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara
konseptual, dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas untuk
keperluan ujicoba.
10. Ujicoba instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik.
Melalui ujicoba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden
sebagai sampel uji-coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen
dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji-
coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas
empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan.
11. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria
internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal, adalah instrumen itu
sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria sedangkan kriteria
eksternal, adalah instrumen atau hasil ukur tertentu di luar instrumen yang
dijadikan sebagai kriteria.
12. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau
tidaknya sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita
menggunakan kriteria internal, yaitu skor total instrumen sebagai kriteria
maka keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir instrumen
dan proses pengujiannya biasa disebut analisis butir. Dalam kasus lainnya,
yakni jika kita menggunakan kriteria eksternal, yaitu instrumen atau ukuran
lain di luar instrumen yang dibuat yang dijadikan kriteria maka keputusan
pengujiannya adalah mengenai valid atau tidaknya perangkat instrumen sebagai
suatu kesatuan.
13. Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir
maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba
ulang, sedang butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat
instrumen untuk melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi.
Jika secara konten butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau
memenuhi syarat, maka perangkat instrumen yang terakhir ini menjadi
instrumen final yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian kita.
14. Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas dengan
rentangan nilai (0-1) adalah besaran yang menunjukkan kualitas atau
konsistensi hasil ukur instrumen.Makin tinggi koefisien reliabilitas makin tinggi
pula kualitas instrumen tersebut. Mengenai batas nilai koefisien reliabilitas
yang dianggap layak tergantung pada presisi yang dikehendaki oleh suatu
penelitian. Untuk itu kita dapat merujuk pendapat-pendapat yang sudah ada,
karena secara eksak tidak ada tabel atau distribusi statistik mengenai angka
reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.
15. Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen final.

F. Merumuskan Hipotesis
Perumusan hipotesis dikatakan sebagai satu tahapan dalam penelitian yang akan
memengaruhi seluruh tahapan penelitian. Apabila terdapat sedikit kesalahan dalam
perumusan hipotesis, maka itu akan berdampak besar pada penelitian yang kamu
lakukan.
Oleh karenanya, perlu kehati-hatian dan proses perumusannya harus dilakukan
berdasarkan teori-teori yang ada. Untuk menghindari kesalahan dalam perumusan
hipotesis, berikut sudah ada rangkuman cara merumuskan hipotesis yang khusus
disajikan untukmu yang sedang melakukan penelitian. 
Lakukan Observasi tentang Suatu Topik atau Masalah
Sebelum merumuskan hipotesis untuk penelitian yang kamu kerjakan, langkah
pertama yang harus kamu lakukan adalah mulai melakukan observasi atau
pendalaman terhadap materi penelitian. Dengan lebih banyak membaca banyak
literatur dan penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan, kamu akan lebih mudah
untuk menemukan permasalahan yang perlu diangkat dan merumuskan sebuah
hipotesis.
Tidak sedikit peneliti yang merumuskan hipotesis penelitian dengan membaca
penelitian yang sudah ada, kemudian mencoba menyempurnakannya dengan bantuan
teori-teori yang ada. Disamping itu, saat membaca jurnal-jurnal ilmiah, cobalah untuk
berfokus pada bagian pembahasan karena peneliti biasanya secara tidak langsung
akan memberikan saran mengenai pengembangan topik.
Buat Daftar Masalah yang Ingin diteliti
Setelah membaca berbagai literatur, dalam tahapan ini kamu bisa memulai untuk
menuliskan daftar masalah apa saja yang menarik untuk diteliti. Tuliskan sebanyak
mungkin topik permasalahan supaya lebih mudah menyeleksi mana permasalahan
yang ingin kamu eksplorasi lebih lanjut. Dalam hal ini, kamu dapat membuatnya
dalam bentuk pertanyaan.
Setelahnya, apabila daftar masalah yang ingin diteliti sudah kamu tuliskan semua,
maka kamu dapat memulai untuk menuliskan penjelasan yang bisa menjawab
berbagai rangkaian pertanyaan yang ada. Barulah kamu dapat mengetahui mana kira-
kira permasalahan yang paling berpotensi untuk dieksplorasi lebih lanjut. Kemudian,
proses perumusan hipotesis pun bisa dimulai untuk dilakukan.
Mulai Menuliskan Hipotesis
Dalam proses perumusan hipotesis, penting bagi peneliti untuk mempunyai ekspektasi
atau prediksi akan apa yang ingin ditemukan dari penelitian yang dilakukan.
Ekspektasi atau prediksi tersebut yang akan membantumu dalam merumuskan
hipotesis dan tentu saja ekspektasi mengenai hasil penelitian harus didasarkan pada
pengetahuan dan teori yang relevan sehingga bukan hanya berupa dugaan saja.
Ada tiga cara dalam menuliskan hipotesis yang bisa kamu coba. Cara pertama yaitu
dengan menuliskan prediksi dengan bantuan kalimat “jika… maka….” Contoh
sederhananya, “jika orang tua berperan aktif dalam pendidikan karakter anak, maka
anak akan lebih mudah bersosialisasi di luar rumah.” Penggunaan cara ini juga akan
lebih memudahkanmu dalam menentukan variabel. Pada contoh tersebut, kalimat
yang diawali dengan ‘jika’ akan menjadi variabel independen, sementara kalimat
yang dimulai dengan ‘maka’ akan menjadi variabel dependen.
Kemudian, cara yang kedua dalam merumuskan hipotesis adalah dengan
menggunakan korelasi atau hubungan antar satu variabel. Contohnya, ‘orang tua yang
berperan aktif dalam pendidikan karakter anak memberikan dampak positif pada
kemudahan bersosialisasi di luar rumah.’
Sementara itu, pada cara yang ketiga, kamu bisa menerapkan perbandingan antar satu
variabel dengan yang lain. Contohnya, ‘orang tua yang berperan aktif dalam
pendidikan karakter anak bisa membantu anak untuk lebih mudah bersosialisasi
dibandingkan dengan orang tua yang tidak berperan aktif.’ Dari tiga cara tersebut,
kamu bisa memilih mana cara yang paling sesuai dan lebih memudahkanmu dalam
melakukan penelitian.
Pastikan Hipotesis Dapat diuji
Ketika kamu sudah selesai menuliskan hipotesis, langkah selanjutnya kamu harus
pastikan dulu apakah hipotesis yang dibuat sudah cukup spesifik dan dapat diuji.
Untuk bisa memastikannya, kamu dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut.
Apakah hipotesis yang kamu buat sudah berfokus pada topik permasalahan yang
benar-benar bisa diuji secara ilmiah?
Apakah hipotesis yang kamu buat sudah memuat variabel independen dan dependen?
Apakah hipotesis yang kamu buat sudah memuat prediksi akan hasil penelitian atau
belum?
Jika 3 pertanyaan tersebut bisa kamu jawab dengan positif, maka hipotesis yang kamu
buat sudah dipastikan memenuhi kriteria hipotesis yang baik. Namun, jika belum,
kamu perlu untuk merumuskan kembali hipotesis tersebut.

Anda mungkin juga menyukai