HAYAT
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah Pendidikan Luar Sekolah
Dosen Pengampu: Hadi Gunawan, M.Psi
Disusun Oleh:
Kelompok I
Intan Fitriani
(NIM: 900.18.169)
Muhammad Nurwansah
(NIM: 900.18.230
Nadya Ermanila
(NIM: 900.18.238)
Oktober 2021
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Permasalahan .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Rumusan Masalah .......................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat ........................................................ 3
B. Konsep Belajar Sepanjang Hayat ............................................................... 4
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 7
A. Kesimpulan ............................................................................................... 7
B. Saran .......................................................................................................... 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan inti yang akan diteliti, yaitu :
1
1. Apa konsep pendidikan sepanjang hayat?
2. Apa konsep belajar sepanjang hayat?
C. Tujuan Masalah
Adapun Tujuan dari rumusan masalah di atas ialah :
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan sepanjang hayat
2. Untuk mengetahui konsep belajar sepanjang hayat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Taqiyuddin, Pendidikan untuk Semua (Dasar dan Falsafah PLS), (Bandung: Mulia Press,
2008), hal. 35.
2
Oong Komar, Filsafat Pendidikan Nonformal, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 259.
3
kegiatan pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal, baik kegiatan
belajar yang terencana maupun yang bersifat insidental.3
Terkait dengan pendidikan sepanjang hayat, Sudjana menjelaskan bahwa
pendidikan sepanjang hayat harus didasarkan atas prinsip-prinsip pendidikan di
bawah ini:
1. Pendidikan hanya akan berakhir apabila manusia telah meninggal dunia.
2. Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta
didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara
terorganisasi dan sistematis.
3. Kegiatan belajar bertujuan untuk memperoleh, memperbarui, dan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki.
4. Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam memenuhi kebutuhan
belajar dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap manusia yang
melakukan kegiatan belajar.
5. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan
manusia, yaitu untuk meningkatkan kemampuannya agar manusia selalu
melakukan kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya.4
3
Suparlan Suhartono, Wawasan Pendidikan (Sebuah Pengantar Pendidikan), (Jogjakarta: AR-
RUZZ Media Group, 2008), hal. 66.
4
D. Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan Falsafah, Teori
Pendukung Azas, (Bandung: Falah Production, 2001), hal. 217-218.
4
(pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, emosi keyakinan, dan perasaan)-situasi
pengalaman sosial, ide/gagasan yang kemudian ditransformasikann secara kognitif,
afektif, dan praktek (atau melalui beberapa kombinasi transformasi), dan
diintegrasikan ke dalam biografi kehidupan seseorang yang menghasilkan
perubahan atau pengalaman secara berkelanjutan. 5
Teori belajar sepanjang hayat distimulasi oleh pikiran-pikiran dari teori belajar
manusia (theory of human learning), yang mengakui adanya the lifelong nature
dalam suatu aktivitas belajar seseorang. Penting dicatat, bahwa belajar merupakan
proses interaksi dan relasi yang berlangsung sepanjang hidup seseorang dalam
suatu konteks sosial tertentu, hingga berakhir dengan kematian. Artinya bahwa,
belajar merupakan suatu proses transformasi pengalaman yang dimiliki seseorang
dan akan selalu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan sosial yang
lebih luas. Pengalaman tersebut dimulai dari sensasi tubuh (body sensation) , seperti
suara, cahaya, bebauan, dan lain-lain. Selanjutnya seseorang dapat
mentransformasikan sensasi tersebut dan belajar membuatnya bermakna bagi
dirinya. Inilah sesungguhnya tahap pertama di dalam belajar manusia.
Secara historis, konsep belajar sepanjang hayat tidak lepas dari proses
pembangunan peradaban manusia. 6Perspektif belajar dari buaian sampai liang lahat
(the cradle to grave) dikenal luas dan dipromosikan di banyak negara. Seiring
dengan berjalannya waktu dan kebutuhan belajar yang bervariasi, konsep dan
bentuk belajar dan pendidikan menjadi lebih luas, sinergi dengan semangat dan
kebutuhan untuk belajar secara terus menerus dalam berbagai kesempatan.
Dalam konteks saat ini, belajar sepanjang hayat dilihat sebagai proses yang
mencakup tujuan (purposive) dan belajar langsung (directed learning). Setiap
individu menyusun serangkaian tujuan belajar dan berupaya mencapainya dengan
berbagai sumber di masyarakat. Orang yang berkomitmen terhadap belajar
sepanjang hayat, akan memperoleh keuntungan penuh dari setiap kesempatan
belajar yang ada. Keuntungan tersebut di antaranya bahwa seseorang akan mampu
5
Esi Hairani, Jurnal: Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat Berpengetahuan,
(Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol. 2 No. 1 April 2018), hal. 356-377.
6
Esi Hairani, Jurnal: Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat Berpengetahuan,
(Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol. 2 No. 1 April 2018), hal. 356-377.
5
menjadi seorang pembelajar yang mandiri (autonomous learners). Belajar
sepanjang hayat, selanjutnya, mempromosikan kemandirian belajar di antara
sesama anggota masyarakat sebagai parameter pembangunan sosial berkelanjutan.
Aktivitas belajar sepanjang hayat berorientasi pada upaya pengembangan
potensi manusia melalui proses yang mendukung secara terus menerus, yang
menstimulusi dan memberdayakan individu-individu agar memperoleh semua
pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dan pemahaman. Semuanya
itu akan diperoleh dalam keseluruhan hidup individu dan kemudian menerapkannya
dengan penuh percaya diri, penuh kreativitas, dan menyenangkan dalam seluruh
peran, iklim, dan lingkungan.
Di Indonesia belajar sepanjang hayat dalam konteks kebijakan pendidikan baru
diposisikan sebagai daftar filosofis dan prinsip dalam menyelenggarakan
pendidikan. Hal tersebut terumuskan secara eksplisit dalam payung hukum yang
langsung mengatur kebijakan pendidikan, yakni Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal-pasal yang menjelaskan secara
langsung istilah pendidikan sepanjang hayat tercantum dalam Bab III tentang
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 4, Ayat (3) yang menyebutkan bahwa
“Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hyat”. Bagian lain yang
membahas tentang ini adalah Bab IV, Bagian Kesatu tentang Hak dan Kewajiban
Warga Negara, pasal 5, Ayat (5) yang menjelaskan bahwa “Setiap warga Negara
berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”.
Dalam konteks pendidikan nonformal, belajar sepanjang hayat merupakan visi
Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI), sekarang
(PAUDNI), yakni “Terwujudnya Manusia Indonesia Pembelajar Sepanjang
Hayat”. Selain sebagai visi, belajar sepanjang juga berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. 7
7
Esi Hairani, Jurnal: Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat Berpengetahuan,
(Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol. 2 No. 1 April 2018), hal. 356-377.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan sepanjang hayat adalah usaha setiap individu yang dilakukan secara
terus menerus untuk membekali dirinya melalui pendidikan (penambahan
pengetahuan). Berarti adanya kesiapan seseorang secara terus-menerus untuk
mengisi setiap kesempatan yang ada dengan cara belajar dari berbagai sumber yang
tersedia
Pengertian lain tentang pendidikan sepanjang hayat dianalogkan dengan
pendidikan sepanjang zaman. Pendidikan sepanjang zaman mempunyai ruang
lingkup sepanjang kehidupan manusia. Artinya, seluruh kegiatan pendidikan
berlangsung seumur hidup bagi seorang manusia dan juga berlangsung di mana
saja. Jangka waktu dan tempat kegiatan pembelajaran mencakup dan memadukan
semua tahapan pendidikan dan tidak terhenti pada seluruh kegiatan pendidikan
masa persekolahan saja.
Aktivitas belajar sepanjang hayat berorientasi pada upaya pengembangan
potensi manusia melalui proses yang mendukung secara terus menerus, yang
menstimulusi dan memberdayakan individu-individu agar memperoleh semua
pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dan pemahaman. Semuanya
itu akan diperoleh dalam keseluruhan hidup individu dan kemudian menerapkannya
dengan penuh percaya diri, penuh kreativitas, dan menyenangkan dalam seluruh
peran, iklim, dan lingkungan.
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini kami berharap agar senantiasa dapat
dimanfaatkan dan sebagai literatur atau sebagai bahan rujukan bagi kami dalam
menambah wawasan pengetahuan. Sehingga mampu memberikan kontribusi dalam
proses pembelajaran dan pendidikan.
7
DAFTAR PUSTAKA