Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DAN BELAJAR SEPANJANG

HAYAT

Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah Pendidikan Luar Sekolah
Dosen Pengampu: Hadi Gunawan, M.Psi

Disusun Oleh:
Kelompok I

Intan Fitriani
(NIM: 900.18.169)
Muhammad Nurwansah
(NIM: 900.18.230
Nadya Ermanila
(NIM: 900.18.238)

VII B REGULER PAGI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt.
yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah mata kuliah pendidikan luar sekolah
yang berjudul “pendidikan sepanjang hayat dan belajar sepanjang hayat”. Shalawat
beserta salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad saw., semoga kita menjadi
salah satu umat yang beliau berikan syafa’at kelak. Aamiin.
Selanjutnya dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini, kami menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, walaupun kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat
yang terbaik. Dengan itu kami mohon saran dan kritik yang sifatnya dapat
membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah lain untuk selanjutnya.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberi manfaat buat yang membaca
dan juga bagi kami. Aamiin. Allahumma Aamiin.

Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Permasalahan .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Rumusan Masalah .......................................................................... 2

BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat ........................................................ 3
B. Konsep Belajar Sepanjang Hayat ............................................................... 4

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 7
A. Kesimpulan ............................................................................................... 7
B. Saran .......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya
mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan,
di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat dari generasi ke
generasi. Hampir dari seluruh kegiatan manusia yang bersifat positif dapat dianggap
bahwa mereka telah melakukan proses pendidikan.
Tujuan pendidikan secara luas antara lain adalah untuk meningkatkan
kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan
dapat meningkatkan keimanan, dan ketakwaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat
diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan sebagai makhluk
individu, sosial, dan beragama.
Di sinilah peran lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal untuk
membantu masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang telah
disampaikan di atas, melalui pendidikan sepanjang hayat manusia diharapkan
mampu menjadi manusia yang terdidik.
Oleh karena itu, pentingnya pemahaman dan penguasaan mengenai konsep
pendidikan sepanjang hayat dan belajar sepanjang hayat bagi mahasiswa yang
mempelajari mata kuliah pendidikan luar sekolah. Hal tersebut karena dengan
penguasaan yang komprehensif, mereka akan memperoleh pengetahuan yang utuh
mengenai pentingnya belajar pendidikan luar sekolah dalam penyelenggaraan
program pendidikan bersifat pembelajaran. Pada gilirannya hal itu dapat
diimplementasikan, baik sebagai sasaran belajar maupun sebagai fasilitas
pembelajaran di lingkungan pendidikan luar sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan inti yang akan diteliti, yaitu :

1
1. Apa konsep pendidikan sepanjang hayat?
2. Apa konsep belajar sepanjang hayat?
C. Tujuan Masalah
Adapun Tujuan dari rumusan masalah di atas ialah :
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan sepanjang hayat
2. Untuk mengetahui konsep belajar sepanjang hayat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat


Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia. Semua manusia
baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi peserta didik karena
cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan di mana pun, kapan pun, dan oleh
siapa pun.
Sebagai suatu asas, pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) menjadi
motivasi dalam pengembangan keilmuan pendidikan luar sekolah. Bahkan,
Sutaryat Trisnamansyah menyatakan bahwa gagasan pendidikan seumur hidup ini
lebih tepat dipandang sebagai konsep utama (mastery learning) dalam perencanaan
pendidikan luar sekolah.1
Pendidikan sepanjang hayat adalah usaha setiap individu yang dilakukan secara
terus menerus untuk membekali dirinya melalui pendidikan (penambahan
pengetahuan). Berarti adanya kesiapan seseorang secara terus-menerus untuk
mengisi setiap kesempatan yang ada dengan cara belajar dari berbagai sumber yang
tersedia.2
Pengertian lain tentang pendidikan sepanjang hayat dianalogkan dengan
pendidikan sepanjang zaman. Pendidikan sepanjang zaman mempunyai ruang
lingkup sepanjang kehidupan manusia. Artinya, seluruh kegiatan pendidikan
berlangsung seumur hidup bagi seorang manusia dan juga berlangsung di mana
saja. Jangka waktu dan tempat kegiatan pembelajaran mencakup dan memadukan
semua tahapan pendidikan dan tidak terhenti pada seluruh kegiatan pendidikan
masa persekolahan saja. Jadi, pendidikan sepanjang hayat meliputi semua pola

1
M. Taqiyuddin, Pendidikan untuk Semua (Dasar dan Falsafah PLS), (Bandung: Mulia Press,
2008), hal. 35.
2
Oong Komar, Filsafat Pendidikan Nonformal, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 259.

3
kegiatan pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal, baik kegiatan
belajar yang terencana maupun yang bersifat insidental.3
Terkait dengan pendidikan sepanjang hayat, Sudjana menjelaskan bahwa
pendidikan sepanjang hayat harus didasarkan atas prinsip-prinsip pendidikan di
bawah ini:
1. Pendidikan hanya akan berakhir apabila manusia telah meninggal dunia.
2. Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta
didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara
terorganisasi dan sistematis.
3. Kegiatan belajar bertujuan untuk memperoleh, memperbarui, dan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki.
4. Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam memenuhi kebutuhan
belajar dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap manusia yang
melakukan kegiatan belajar.
5. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan
manusia, yaitu untuk meningkatkan kemampuannya agar manusia selalu
melakukan kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya.4

B. Konsep Belajar Sepanjang Hayat


Konsep belajar sepanjang hayat pertama kali dikemukakan oleh Edgar Faure
dari International Council og Educational Development (ICED) atau Komisi
Internasional Pembangunan Pendidikan. Sebagai Ketua Komisi tersebut, Edgar
Faure menegaskan bahwa istilah belajar terinspirasi oleh sebuah ungkapan hikmah
yang diungkapkan oleh ulama Islam yang berbunyi “uthlubul ‘ilma minal mahdi
ilal lahdi”, yang bermakna “tuntutlah ilmu dari sejak dalam kandungan (buaian)
hingga liang lahat”.
Menurut Jarvis, belajar sepanjang hayat merupakan kombinasi proses dalam
keseluruhan hidup seseorang-baik jasmani (genetik, fisik, dan biologis) dan pikiran

3
Suparlan Suhartono, Wawasan Pendidikan (Sebuah Pengantar Pendidikan), (Jogjakarta: AR-
RUZZ Media Group, 2008), hal. 66.
4
D. Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan Falsafah, Teori
Pendukung Azas, (Bandung: Falah Production, 2001), hal. 217-218.

4
(pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, emosi keyakinan, dan perasaan)-situasi
pengalaman sosial, ide/gagasan yang kemudian ditransformasikann secara kognitif,
afektif, dan praktek (atau melalui beberapa kombinasi transformasi), dan
diintegrasikan ke dalam biografi kehidupan seseorang yang menghasilkan
perubahan atau pengalaman secara berkelanjutan. 5
Teori belajar sepanjang hayat distimulasi oleh pikiran-pikiran dari teori belajar
manusia (theory of human learning), yang mengakui adanya the lifelong nature
dalam suatu aktivitas belajar seseorang. Penting dicatat, bahwa belajar merupakan
proses interaksi dan relasi yang berlangsung sepanjang hidup seseorang dalam
suatu konteks sosial tertentu, hingga berakhir dengan kematian. Artinya bahwa,
belajar merupakan suatu proses transformasi pengalaman yang dimiliki seseorang
dan akan selalu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan sosial yang
lebih luas. Pengalaman tersebut dimulai dari sensasi tubuh (body sensation) , seperti
suara, cahaya, bebauan, dan lain-lain. Selanjutnya seseorang dapat
mentransformasikan sensasi tersebut dan belajar membuatnya bermakna bagi
dirinya. Inilah sesungguhnya tahap pertama di dalam belajar manusia.
Secara historis, konsep belajar sepanjang hayat tidak lepas dari proses
pembangunan peradaban manusia. 6Perspektif belajar dari buaian sampai liang lahat
(the cradle to grave) dikenal luas dan dipromosikan di banyak negara. Seiring
dengan berjalannya waktu dan kebutuhan belajar yang bervariasi, konsep dan
bentuk belajar dan pendidikan menjadi lebih luas, sinergi dengan semangat dan
kebutuhan untuk belajar secara terus menerus dalam berbagai kesempatan.
Dalam konteks saat ini, belajar sepanjang hayat dilihat sebagai proses yang
mencakup tujuan (purposive) dan belajar langsung (directed learning). Setiap
individu menyusun serangkaian tujuan belajar dan berupaya mencapainya dengan
berbagai sumber di masyarakat. Orang yang berkomitmen terhadap belajar
sepanjang hayat, akan memperoleh keuntungan penuh dari setiap kesempatan
belajar yang ada. Keuntungan tersebut di antaranya bahwa seseorang akan mampu

5
Esi Hairani, Jurnal: Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat Berpengetahuan,
(Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol. 2 No. 1 April 2018), hal. 356-377.
6
Esi Hairani, Jurnal: Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat Berpengetahuan,
(Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol. 2 No. 1 April 2018), hal. 356-377.

5
menjadi seorang pembelajar yang mandiri (autonomous learners). Belajar
sepanjang hayat, selanjutnya, mempromosikan kemandirian belajar di antara
sesama anggota masyarakat sebagai parameter pembangunan sosial berkelanjutan.
Aktivitas belajar sepanjang hayat berorientasi pada upaya pengembangan
potensi manusia melalui proses yang mendukung secara terus menerus, yang
menstimulusi dan memberdayakan individu-individu agar memperoleh semua
pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dan pemahaman. Semuanya
itu akan diperoleh dalam keseluruhan hidup individu dan kemudian menerapkannya
dengan penuh percaya diri, penuh kreativitas, dan menyenangkan dalam seluruh
peran, iklim, dan lingkungan.
Di Indonesia belajar sepanjang hayat dalam konteks kebijakan pendidikan baru
diposisikan sebagai daftar filosofis dan prinsip dalam menyelenggarakan
pendidikan. Hal tersebut terumuskan secara eksplisit dalam payung hukum yang
langsung mengatur kebijakan pendidikan, yakni Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal-pasal yang menjelaskan secara
langsung istilah pendidikan sepanjang hayat tercantum dalam Bab III tentang
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 4, Ayat (3) yang menyebutkan bahwa
“Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hyat”. Bagian lain yang
membahas tentang ini adalah Bab IV, Bagian Kesatu tentang Hak dan Kewajiban
Warga Negara, pasal 5, Ayat (5) yang menjelaskan bahwa “Setiap warga Negara
berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”.
Dalam konteks pendidikan nonformal, belajar sepanjang hayat merupakan visi
Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI), sekarang
(PAUDNI), yakni “Terwujudnya Manusia Indonesia Pembelajar Sepanjang
Hayat”. Selain sebagai visi, belajar sepanjang juga berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. 7

7
Esi Hairani, Jurnal: Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat Berpengetahuan,
(Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol. 2 No. 1 April 2018), hal. 356-377.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan sepanjang hayat adalah usaha setiap individu yang dilakukan secara
terus menerus untuk membekali dirinya melalui pendidikan (penambahan
pengetahuan). Berarti adanya kesiapan seseorang secara terus-menerus untuk
mengisi setiap kesempatan yang ada dengan cara belajar dari berbagai sumber yang
tersedia
Pengertian lain tentang pendidikan sepanjang hayat dianalogkan dengan
pendidikan sepanjang zaman. Pendidikan sepanjang zaman mempunyai ruang
lingkup sepanjang kehidupan manusia. Artinya, seluruh kegiatan pendidikan
berlangsung seumur hidup bagi seorang manusia dan juga berlangsung di mana
saja. Jangka waktu dan tempat kegiatan pembelajaran mencakup dan memadukan
semua tahapan pendidikan dan tidak terhenti pada seluruh kegiatan pendidikan
masa persekolahan saja.
Aktivitas belajar sepanjang hayat berorientasi pada upaya pengembangan
potensi manusia melalui proses yang mendukung secara terus menerus, yang
menstimulusi dan memberdayakan individu-individu agar memperoleh semua
pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dan pemahaman. Semuanya
itu akan diperoleh dalam keseluruhan hidup individu dan kemudian menerapkannya
dengan penuh percaya diri, penuh kreativitas, dan menyenangkan dalam seluruh
peran, iklim, dan lingkungan.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini kami berharap agar senantiasa dapat
dimanfaatkan dan sebagai literatur atau sebagai bahan rujukan bagi kami dalam
menambah wawasan pengetahuan. Sehingga mampu memberikan kontribusi dalam
proses pembelajaran dan pendidikan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hairani, Esi. Jurnal: Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat


Berpengetahuan. Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan
KemanusiaanKemanusiaan. Vol. 2 No. 1 April 2018.
Komar, Oong. (2006). Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: Pustaka Setia.
Suhartono, Suparlan. (2008). Wawasan Pendidikan (Sebuah Pengantar
Pendidikan). Jogjakarta: AR-RUZZ Media Group.
Sudjana, D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan
Falsafah, Teori Pendukung Azas. Bandung: Falah Production.
Taqiyuddin M. (2008). Pendidikan untuk Semua (Dasar dan Falsafah PLS).
Bandung: Mulia Press.

Anda mungkin juga menyukai