Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Manusia dan Kesetaraan “

Tugas Ini Disususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dosen Pengampu : Bpk. Kamarudin,S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 1


A42119153 Dealy Cintia Wulur
A42119059 Mohammad Ical
A42119060 Moh.Reza
A42119061 Moh. Fitra
A42119062 Nigelhidoni Narendo
A42119063 Anggi
A42119064 Ikra
A42119154 Nurul Hikma
A42119155 Mulyawan Kalade

A42119057 Moh Fikram

Kelas C PJKR

PROGRAM STUDI PEND. JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu, Bpk Kamarudin,S.Pd.,M.Pd pada bidang studi mata kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan.

Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 22 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………...…………………………..…..

Daftar Isi …………………………………………..………………………………..….

BAB I Pendahulian ……………………………….………………………………..….

A. Latar belakang …………………………...…………………………………..…


B. Rumusan masalah …………………..…………………………………………..
C. Tujuan ………………………………………………………………………..….

BAB II Pembahasan .………………………………………………………………….

a. Hakekat kesetaraan
b. Bentuk-Bentuk Kesetaraan

BAB III Penutup ………..…………………………………………………………..…

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………..

Daftar pustaka ……………………………………………………………………..….


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia tidak mempunyai dunia keliling yang terbatas seperti dunia hewan (Max
Scheler : 1874-1928). Manusia mempunyai dunia dan bagi manusia dunia ini terbuka
adanya. Manusia tidak punya insting-insting dan organ-organ yang terbatas pada satu
mileniu saja. Dunia manusia luas dan terbuka. Menurut max Scheler ini disebabkan
manusia mempunyai kemampuan untuk menangkan sesuatu yang bernama “objek”.
Manusia mampu menyatakan “tida”, dan dengan menyatakan “tidak” dunia sangatlah
terbuka bagi dirnya, ia dapat memilih. Manusia tidak terkurung dalam dunia sekeliling
yang sempit dan terbatas seperti dunia hewan.
Adalah hakekat manusia untuk hidup sebagai diri sendiri yang hidup
bermasyarakat atau makhluk sosial. Disamping hidup sendiri, manusia hidupnya selalu
berhubungan dengan manusia lain. Saat lahir dan menjadi dewasa manusia melihat
banyak dan memiliki ritme perenungan, manusia melepaskan kemampuan menuju dirinya
sendiri untuk masuk ke dunia realitas di luar dirinya, melihat melalui ide-idenya yang
pada gilirannya ide-ide menjadi kenyataan.
Dalam kehidupannya, manusia merasakan andil atas hidupnya sendiri, ingin
menjadi sama atas apa yang dipikirkan, dan tidak adanya batasan dalam menentukan
hidupnya, inilah yang disebut kesetaraan. Kesetaraan adalah kesamaan tingkatan suatu
kondisi dimana dalam perbedaan dan keberagaman yang ada pada manusia tetap
memiliki satu kedudukan yang sama, termasuk perlakuan yang sama dalam bidang
apapun tanpa membedakan jenis kelamin, keturunan, kekayaan, suku bangsa, dan
lainnya.
Akibat dari kehidupan yang perlu dipuaskan atas hasrat dan keinginan manusia.
Manusia ingin hidup merasa adil tanpa adanya perbedaan kedudukan yang dapat menjadi
ancaman terhadap kebebasannya. Kesetaraan sering menjadi hal penghambat
kebahagiaan manusia, ini diakibatkan oleh pemahaman terhadap kesetaraan manusia
dalam kehidupannya dan kehidupan sosial yang dijalaninya.

B. Rumusan masalah
- Apa itu manusia dan kesetaraan?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui manusia dan kesetaraan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat kesetaraan
Makna kesetaraan manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki tingkat
atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber
dari pandangan bahwa semua manusia tanpa di bedakan. Yang membedakan ialah
tingkat ketaqwaan manusia tersebut terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kesetaraan
tidak hanya menyatakan kesetaraan dan kedudukan manusia. Kesetaraan adalah
suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan
kewajiban, sebagai sesama manusia.
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Manurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008), setara artinya sejajar, sama tingkatannya, sederajat.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkat dan kedudukan itu
bersumber dari adanya pandangan bahwa semua manusia diciptakan dengan
kedudukan yang sama, yaitu makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding
dengan makhluk lain. Kesetaraan mencakup hak yang sama di bawah hukum,
merasakan keamanan, memperoleh hak suara, memilij kebebasan dalam bicara,
hak mendapatlam perawatan kesehatan, memperoleh pendidikan, dan lain-lain.
Kesetaraan menunjukan adanya tingkat yang sama, kedudukan yang sama,
tidak lebih tinggi atau rendah dimana semua orang sama dalam satu lingkaran
masyarakat atau kelompok tertentu memiliki status yang sama. Sejak manusia itu
ada, Ia memiliki hak asasi. Hak asasi tersebut meletakkan manusia memiliki
kebebasan yang setara.
Prinsip kesetaraan telah ada di negara Indonesia dalam amanat yang
tercantum dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu UUD
1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam UUD 1945 telah
disebutkan prinsip-prinsip kesetaraan, baik secara implisif maupun secara
eksplisif. Dengan demikian bahwa telah ditunjukan kesetaraan dalam kehidupan
bernegara dan berbangsa telah diakui dan dijamin oleh negara.
Selain mahluk individu, manusia juga mahluk social yang membentuk
kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga
beragam. Masyarajat sebagai persekutuan itu berbeda dan beragam karena ada
perbedaan, misalnya dalam hal ras, suku, agama, budaya, ekonomi, agama,
budaya, ekonomi, status social, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan lain-
lain. Hal-hal demikian kita katakan sebagai unsur-unsur yang membentuk
keragaman dalam masyarakat. Keragaman manusia baik dalam tingkat individu di
tingkat masyarakat merupakan tingkat realitas atau kenyataan yang meski kita
hadapi dan alami. Keragaman individual maupun social adalah implikasi dari
kedudukan manusia, baik sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Kita
sebagai individu akan berbeda dengan seseorang sebagai individu yang lain.
Demikian pula kita sebagai bagian dari satu masyarakat memiliki perbedaan
dengan masyarakat lainnya.

B. Bentuk-Bentuk Kesetaraan
a. Jenis kelamin (Gender)
Merupakan pembeda antara laki-laki dan perempuan berdasarkan ciri-ciri
biologisnya. Kondisi sosial disuatu masyarakat terkadang menganggap bahwa
status sosial laki-laki lebih tinggi dari perempuan, begitupun sebaliknya.
Kondisi ini dikarenakan perbedaan fisik dan nilai norla yang dianut suatu
daerah. Akan tetapi perbedaan tersebut bersifat horisontal, dan bukan pada
tingkatan-tingkatan masyarakat. Status sosial laki-laki dan perempuan pada
dasarnya setara. Mereka mamiliki kesempatan belajar, bekerja, beragama, dan
kehidupan yang layak.
b. Pekerjaan (profesi)
Pekerjaan juga dapat menentukan status sosial seseorang di masyarakat. Status
sosial merupakan posisi antara kedudukan seseorang dalam struktur hierarki
atau posisi seseorang dengan orang lain dalam masyarakat. Oleh karena itu
perlu adanya kesetaraan agar tidak jadi perbedaan yang mencolok antara
masyarakat yang berbeda profesinya.
c. Agama
Menurut Emile Durkeim, agama adlaah suatu sistem terpadu yang terdiri dari
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal suci.
Kesetaraan dalam beragama adalah kebebasan seseorang dalam memilih
agama dan menjalankannya tanpa adanya intimidasi dari suatu kelompok
tertentu, hal ini dapat dilandasi dengan sikap toleransi dan saling
menghormati.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan kedudukan
manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat,
persamaan hak, dan persamaan kewajiban, sebagai sesama, manusia. Implikasi
selanjutnya adalah perlunya jaminan akan hak-hak setiap manusia bisa merealisasikan
serta perlunya merumuskan sejumlah kewjiban kewajiban agar semua bisa
melaksanakan agar tercipta tertib kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
- Mulyono. 2018. Buku Ajar Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Semarang :
Stikes Widya Husada
- Manusia Sebagai Makluk Budaya. 2012. Diakses pada 22 November 2021, dari
https://catarts.wordpress.com/2012/04/13/bab-iv-manusia-keragaman-dan-kesetaraan/
- Fahruzi,Adam.2019. Manusia dan Kesetaraan. Jakarta : Universitas Indraprasta
PGRI.

Anda mungkin juga menyukai