Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PENGEMBANGAN ETIKA PROGESI GURU

Oleh:
Nurul Amaliyah (210517039)
Vina Uswatun Hasanah (210517071)

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswanya melalui kegiatan
mengajar dengan menggunakan berbagai model, strategi, metode, dan teknik
mengajar yang sesuai dengan tuntunan materi pembelajaran agar siswanya
belajar. Guru berperilaku secara professional dalam melaksanakan tugas
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, memotivasi,
menilai, mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
Pada dasarnya ujung tombak pendidikan ada di tangan seorang guru.
Karena guru memiliki peran penting dalam menyukseskan tujuan, maka guru
perlu mengembangkan kemampuannya. Selain itu seperti profesi-profesi
lainnya, guru juga memiliki kode etik tersendiri. Kode etik sendiri merupakan
norma atau asas yang diterima suatu kelompok tertentu sebagai landasan
tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun tempat kerja.1
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu
sendiri. Memberikan pedoman bagi setiap prinsip profesionalitas, sebagai
saran kontrol sosial bagi masyarakat dan mencegah campur tangan pihak di
luar tentang etika dalam keanggotaan profesi.2 Kode etik inilah yang nantinya
menjadi rambu-rambu seorang guru dalam menjalankan tugasnya, menjunjung
tinggi kode etik guru Indonesia menjadi salah satu tugas guru professional,
dan diharapkan para guru dapat menerapkannya baik pada pergaulan di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Lalu seorang guru professional
tentunya dituntut untuk mampu mengembangkan etikanya tersebut, bagaimana
1
Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan (Bandung: PT Refika Aditama, 2015).
2
Umar Sidiq, Etika Dan Profesi Keguruan (Tulungagung: STAI Muhammadiyah, 2018). Hal 55-
56.
caranya? Dalam makalah ini akan dijelaskan etika guru dalam berbagai
bidang, seperti etika guru terhadap dirinya sendiri, terhadap peserta didik,
terhadap rekan sejawat, terhadap wali peserta didik, dan terhadap masyarakat.

PEMBAHASAN
A. Etika Guru Terhadap Diri Sendiri
Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk
menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru
dengan segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan
pembelajaran bagi peserta didiknya Guru dalam pendidikan merupakan faktor
yang paling penting. Seorang guru harus mempunyai etika dan harus memiliki
sifat-sifat sebagai berikut, adapun etika guru terhadap diri sendiri antara lain:3
1. Selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam segala sikap dan
tindakan, kapan dan dimana saja berada.
2. Selalu merasa takut kepada Allah SWT dalam setiap gerak-geriknya,
perkataan dan perbuatannya, karena seorang guru mempunyai
tanggungjawab atas apa yang ada pada dirinya dalam bentuk ilmu,
hikmah, dan rasa takut kepada Allah SWT.
3. Selalu mempunyai rasa ketenangan jiwa.
4. Selalu bersikap waro’ (berhati-hari terhadap hal-hal yang tidak layak
apalagi haram.
5. Selalu bersikap tawadlu’ (rendah hati).
6. Selalu khusyu’ kepada Allah SWT Setiap urusannya hanya bergantung
kepada Allah SWT.
7. Ilmunya tidak dijadikan sarana untuk memperoleh dunia seperti jabatan,
harta, popularitas, dan ilmunya tidak dijadikan untuk menyaingi ilmu
orang lain.
8. Tidak boleh mengagung-agungkan orang yang sibuk dengan urusan dunia.
9. Hatinya tidak menggantung pada duniawi.

3
Iskandar Agung, Menghasilkan Guru Kompetensi dan Profesional (Jakarta: Bee Media
Indonesia, 2012).
10. Menghindari dari perbuatan yang tidak layak menurut pandangan orang
banyak.
11. Menjauhkan diri dari tempat yang dianggap buruk (tempat maksiat), jika
memang ada kepentingan lain hendaknya memberitahukan tujuannya
kepada orang lain.
12. Menjaga tegaknya syiar islam seperti shalat berjamaah, menebarkan salam
kepada orang lain, menegakkan amal makruf nahi munkar, serta sabar
terhadap yang menyakiti hati.
13. Menghidupkan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW.
14. Menjaga amalan-amalan sunah baik ucapan atau perbuatan.
15. Beradaptasi kepada masyarakat dengan akhlak yang mulia serta suci lahir
batin dari akhlak yang buruk.
16. Haus ilmu dan amal.
17. Tidak sungkan meminta pendapat orang lain meskipun kepada yang lebih
rendah.
B. Etika Guru Terhadap Peserta Didik
1. Memahami Perbedaan Individu Peserta Didik
Beragam kemampuan peserta didik dapat tercapai jika para guru
beralih dari paradigma mengajar yang berpusat pada guru, ke paradigm
pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa dengan memperhatikan
perbedaan individu (individual deferences). Hal ini berangkat dari asumsi
bahwa siswa memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai segi, baik
secara fisioligis maupun psikologis, bahwa setiap anak memiliki
kecerdasan yang berbeda-beda yang perlu dioptimalkan melalui proses
pembelajaran.
Atas dasar prinsip perbedaan, maka dalam pembelajaran guru juga
perlu mempelajari perilaku anak, menempatkan dan memperlakukan anak
yang sesuai dan tepat agar dapat belajar dengan baik, karena itu prinsip
manajemen “the right man on the right place” menuntut agar proses
pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan anak sesuai dengan
tingkat usia, kemampuan, dan waktu dalam belajarnya sehingga
pembelajaran lebih menyenangkan (enjoy learning).4
2. Menjalin Komunikasi dengan Peserta Didik
Pada kenyataannya, guru sebagai pembimbing, guru sebagai
panutan dan guru sebagai pendidik disekolah. Itu berarti seorang guru
memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan membina para peserta didik
dengan baik. Peserta didik membutuhkan guru dan guru membutuhkan
peserta didik. Oleh karena itu, diantaranya harus dibangun hubungan yang
harmonis, peserta didik harus dapat menghormati guru, dan sebaliknya
guru juga harus dapat memberikan perlindungan dan menciptakan rasa
nyaman kepada peserta didik.5
Hubungan yang baik dapat terjalin dengan adanya komunikasi
yang baik antar dua belah pihak, yakni antara guru dan juga peserta didik.
Komunikasi dalam segala hal sangat dibutuhkan apalagi terkait dengan
aktifitas sebagai guru. Guru yang bijaksana adalah guru yang peduli
terhadap keadaan siswa-siswinya. Agar tercipta suatu komunikasi yang
selaras antara guru dan siswa, ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan:6
a. Perlu dedikasi yang penuh di kalangan guru yang disertai dengan
kesadaran akan fungsinya sebagai pemopong bagi anak didiknya.
b. Menciptakan hubungan yang baik antara sesama sikap pengajar dan
pimpinan, sehingga mencerminkan pula hubungan baik antara guru
dan siswa.
c. Sistem pendidik dan kurikulum yang mantap.
d. Adanya fasilitas ruangan yang memadai bagi para guru untuk
mencukupi kebutuhan tempat bertamu antara guru dan siswa.
e. Rasio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dapat melakukan
didikan dan hubungan secara baik.

4
Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018). Hal 185.
5
Mulyana, Rahasia Menjadi Guru Hebat (Jakarta: Grasindo, 2010). Hal 48.
6
Syarifa Normawati, Etika dan Profesi Guru (Riau: PT. Indragiri Dot Com, 2019). Hal 160.
f. Perlu adanya kesejahteraan guru yang memadai sehingga guru tidak
terpaksa harus mencari hasil sampingan.
3. Memandang Positif Peserta Didik
Guru harus memandang secara positif terhadap peserta didiknya.
Pandangan guru yang positif akan memunculkan tindakan yang positif,
dan sebaliknya pandangan yang negatif terhadap siswa akan juga
memunculkan tindakan yang negatif pula. Pandangan positif ini sangat
penting dimiliki oleh guru agar selalu mamandang baik setiap siswa
sehingga akan memunculkan tindakan yang baik pula. Guru harus percaya
bahwa tidak ada anak yang bodoh, semua anak adalah cerdas. Didalam
teorinya, Gardner menjelaskan bahwa setiap manusia dianugerahi lebih
dari satu intelegensi dengan bentuk kemampuan yang berbeda-beda
kemudian disebutnya dengan multiple intelligence (kecerdasan majemuk).7
4. Menilai Secara Obyektif Kemampuan Peserta Didik
Sebagai upaya pembentukan peserta didik yang cerdas, maka ada
beberapa serangkaian proses yang perlu ditempuh oleh guru. Guru perlu
mempertimbangkan dan merencanakan desain pembelajaran dengan
matang terkait itu metode pembelajaran, media pembelajaran, teknik
pembelajaran sampai memberikan penilaian terhadap kinerja peserta didik
selama proses pembelajaran. Dalam memberikan penilaian yang baik atas
kinerja peserta didik dalam pembelajaran, guru tentu perlu meninjaunya
dari berbagai aspek, baik itu dalam ranah kognitif, afektif maupun
psikomotor peserta didik. Dalam  memberikan penilaian juga, guru perlu
memegang prinsip objektif dan adil.
Objektif berarti dalam memberikan penilaian guru melihat dari
fakta dan data di lapangan tanpa ada intervensi dari pihak manapun, serta
tanpa ada politik kepentingan di dalamnya. Adil sendiri bermakna
proposional yang artinya bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Guru

7
Olivia Krismayani, “Kecerdasan Anak Usia Dini Ditinjau Dari Perspektif Teori Kecerdasan
Howar Gardner,” Jurnal OSF Preprint, 2019.
yang profesional menjadikan prinsip objektif dan adil tadi sebagai
landasan dalam menentukan sikap dan menilai kinerja peserta didik.
5. Menjadi Teladan Bagi Peserta Didik
Guru sebagai teladan harus memiliki pribadi yang baik yang
menjadi teladan bagi semua. Guru menjadi teladan baik tingkah laku
maupun ucapannya. Guru menjadi contoh yang akan membawa peserta
didik ke jalan yang benar. Semua hal yang dilakukan oleh seorang guru
akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya
yang menganggap atau mengakui dia sebagai guru, sehingga guru
bertindak sesuai dengan norma religius dan teladan yang baik. 8 Guru harus
mempunyai keteladanan yang lebih dari siswanya, guru juga harus
memiliki sikap, perilaku, moral, sopan santun yang baik, karena semua itu
akan dicontoh oleh peserta didik kita.
C. Etika Guru Terhadap Rekan Sejawat
1. Etika Guru Untuk Mengenal dan Memahami Kepribadian Rekan Sejawat
Agar Bisa Saling Bekerja Sama.
Sekolah adalah sebuah organisasi, dimana didalamnya terdapat
sekumpulan manusia yang bekerja secara bersama – sama untuk mencapai
suatu tujuan. Keberhasilan sekolah mencapai tujuan atau visinya sangat
ditentukan oleh guru dalam bekerja sama. Ada beberapa faktor yang
menjadikan guru enggan saling bekerja sama dalam mencapai tujuan
sekolah, yaitu:9
a. Adanya pembedaan antara guru senior dan guru junior.
b. Adanya pembedaan perlakuan antara guru PNS dan Non PNS.
c. Adanya ketidakjelasan aturan kerja di sekolah.
d. Adanya ketidaksamaan visi sekolah.
e. Adanya kelompok – kelompok tertentu di sekolah.

8
Shilphy A Octavia, Sikap dan Kinerja Guru Profesional (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019).
Hal 90.
9
Farhan Saefudin dan Muamar, “Guru Profesional Dalam Persepsi Mahasiswa Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhadi Setiabudi,” 2, 8 (September 2018). Hal 168.
f. Adanya perbedaan ide dan teknik dalam mencapai visi sekolah yang
tidak disikapi secara bijaksana.
Sebaiknya guru berupaya untuk saling mengenal dan memahami
kepribadian rekan sejawatnya agar perbedaan – perbedaan antara mereka
tidak menjadi pemisah untuk saling bekerja sama, caranya yaitu dengan
silaturahmi. Upaya silaturahmi yang dilakukan oleh guru dengan rekan
sejawatnya secara kongkrit dapat diwujudkan melalui:10
a. Membiasakan berbuat baik kepada rekan sejawatnya.
b. Membagi sebagian rezekinya kepada rekan sejawat yang
membutuhkan.
c. Menyayangi rekan sejawatnya.
2. Etika Guru Untuk Menjalin Komunikasi Dengan Rekan Sejawat Untuk
Kepentingan Pendidikan.
Guru merupakan makhluk sosial juga, artinya ketika menjalankan
tugasnya sebagai pendidik dan pengajar, guru memerlukan bantuan orang
lain, termasuk guru lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan oleh guru jika
dapat bekerja sama dengan guru yang lainnya. Selain dengan model
mengenal dan memahami kepribadian rekan sejawatnya, kerjasama
tersebut dapat dengan mudah dilakukan oleh guru jika guru dapat menjalin
komunikasi dengan rekan sejawatnya.11
Cara guru menjalin komunikasi dengan rekan sejawatnya
dilakukan melalui pertemuan formal (rapat, briefing, upacara,
musyawarah) maupun pertemuan nonformal (obrolan ketika istirahat,
ketika makan, diluar sekolah, dll) dengan memanfaatkan media verbal
maupun nonverbal.12
3. Etika Guru Untuk Melakukan Persaingan Kerja Yang Positif Dengan
Rekan Sejawat.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru agar dapat
melakukan persaingan kerja yang positif dengan rekan sejawatnya, antara
10
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru (Bandung: Alfabeta, 2016). Hal 55.
11
Mulyana, Rahasia Menjadi Guru Hebat. Hal 55.
12
Syarifa Normawati dkk, Etika dan Profesi Guru (Riau: PT. Indragiri Dot Com, 2019). Hal 143.
lain : bersikap rendah hati atau tawadhu, tidak enggan mengucapkan
selamat pada rekan sejawat yang sukses atau berhasil dalam melakukan
suatu tugas dan meminta doa agar segera menyusul meraih sukses atau
keberhasilan, dan juga tidak enggan meminta masukan kepada rekan
sejawatnya yang telah berhasil dalam melakukan tugas.13
4. Etika Guru Untuk Mengelola Konflik Dengan Rekan Sejawat.
Konflik dapat diartikan dengan pertentangan interpersonal maupun
antarpersonal yang berdampak negatif. Dalam mengelola konflik, terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru , antara lain:14
a. Mengakomodir pemahaman para guru di sekolah.
b. Mempersatukan pemahaman guru-guru yang berbeda keinginan,
berbeda kepentingan, dan berbeda pemikiran.
c. Membuat komitmen untuk melebur perbedaan-perbedaan tersebut.
d. Menyepakati komitmen yang telah dibuat untuk kepentingan
pencapaian tujuan sekolah.
e. Menghindari melakukan pelanggaran terhadap komitmen yang telah
disepakati.
f. Mengingatkan pihak guru yang melanggar komitmen.
g. Melakukan kompromi dengan pihak guru yang masih saja melanggar
komitmen, meskipun sudah berkali-kali ia diinginkan.
D. Etika Guru Terhadap Wali Peserta Didik
1. Mengenali Wali Peserta Didik Untuk Kepentingan Pendidikan
Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu. Guru menempati
kedudukan terhormat di masyarakat karena kewibawaannya. Para orang
tua yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak mereka supaya
menjadi orang yang berkepribadian mulia. Jadi, guru adalah sosok yang
menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan

13
Octavia, Sikap dan Kinerja Guru Profesional. Hal 98.
14
Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter (Bandung: Refika Aditama, 2013). Hal 92.
Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan itu mudah,tetap imenjadi
guru berdasarkan panggilan jiwa dan tuntutan nurani adalah tidak mudah.15
Orang tua juga merupakan public figure yang menjadi panutan
pertama bagi anak anak, karena pendidikan pertama yang diperoleh anak
adalah dari orang tuanya. Bagi anak-anak yang sudah masuk sekolah,
waktunya lebih banyak dihabiskan bersama para guru daripada dengan
orang tua. Ada beberapa cara untuk menciptakan hubungan antara
pendidik dengan orang tua peserta didik, diantaranya adalah:16
a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan orang tua siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
b. Guru memberikan informasi kepada orang tua secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
c. Guru merahasiakan informasisetiap peserta didik kepada orang lain
yang bukan orang tua / walinya.
d. Guru memotivasi orang tua siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua peserta didik
mengenai kondisidan kemajuannya dalam proses kependidikan pada
umumnya.
f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua untuk berkonsultasi dengannya
yang berkaitan dengan kesejahteraan,kemajuan, dan cita-cita anak.
g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan professional
dengan orangtua peserta didik untuk memperoleh keuntungan-
keuntungan pribadi.
Jika orang tua dan guru saling mengenal, saling mempercayai,
maka seorang anak akan bisa mematuhi keduanya. Dan tidak akan mudah
menjalankan tugas-tugasnya.
2. Menjalin Komunikasi dengan Wali Peserta Didik Untuk Kepentingan
Pendidikan
15
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2011). Hal 31.
16
Iif Khoiru Ahmadi, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011).
Hal 237.
Komunikasi merupakan interaksi atau kerja sama yang tercipta
antara kedua belah pihak baik antara manusia atau benda yang terjalin
secara luas.17 Hubungan komunikasi yang baik antara orang tua siswa dan
guru kelas menurut para ahli diantaranya:
a. Adanya keakraban. Jadi antara orangtua dan guru kelas harus saling
mendukung dan bekerja sama. Segala sesuatu yang tidak jelas di
sekolah harus memperoleh bantuan untuk menjelaskan dan
memperoleh tambahan dari rumah.
b. Adanya keterbukaan. Orangtua harus senantiasa menanyakan kepada
guru kelas tentang keadaan anaknya di sekolah, dan sebagai seorang
guru kelas harus jujur mengatakan keadaan siswanya baik mengenai
hasil belajar maupun perilaku kesehariannya, sehingga antara
keduanya dapat mencari solusi bersama-sama.
c. Adanya saling percaya. Apabila terjadi kesenjangan informasi
mengenai perilaku anak atau kesukaran belajar pada anak, maka
sekolah wajib mencari hubungan untuk memperoleh keterangan-
keterangan yang diperlukan itu dari orangtua siswa dirumah.
d. Adanya saling pengertian. Apabila tidak saling mengerti maka tujuan
dari pembelajaran tidak akan berhasil secara efektif.
3. Membantu Wali Peserta Didik dalam Mendidik Peserta Didik di
Lingkungan Keluarga
Pertukaran informasi sekitar fenomena kehidupan siswa baik
dalam lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat merupakan suatu
titik yang perlu diperhatikan oleh guru dan orang tua dalam rangka
mengawasi aktivitas keseharian siswa, khususnya dalam aktivitas
belajarnya. Terdapat proses yang memerlukan bantuan diantara guru,
orang tua, dan anak-anak untuk membantunya mengerti perasaan mereka
dan perasaan orang lain. Interaksi dan hubungan-hubungan positif antara

17
JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rodaskarya,
2004). Hal 7.
anak dan orang tua sangat kritis dalam menentukan kesuksesan belajar
anak.
Memahami gaya mengasuh juga penting saat bantuan dari keluarga
diperlukan dalam menangani perilaku anak yang menyimpang disekolah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memahami gaya mengasuh
anak diantaranya, sikap terhadap kedisiplinan, komunikasi antara anggota
keluarga, peran keluarga dan sekolah, peran di dalam keluarga, sikap
terhadap komunikasi anak, toleransi terhadap aktivitas anak, tingkat
formalitas di dalam rumah, pentingnya rutinitas dan jadwal.
Saat orang tua dan guru bekerja sama untuk memperpanjang proses
belajar sampai ke dalam kehidupan di lingkungan rumah, anak-anak akan
bisa lebih mudah menerapkan apa yang telah mereka pelajari di sekolah
termasuk kemampuan sosial, bahasa, akademis dan pelajaran-pelajaran
lainnya. Tujuan menerapkan proses belajar sampai ke rumah ini adalah
untuk bekerjasama dengan orang tua dalam memastikan bahwa anak-anak
dapat menggunakan kemampuan dan konsep yang mereka pelajari di
sekolah, dalam lingkungan rumah,dan masyarakat.18
E. Etika Guru Terhadap Masyarakat
Sesuai dengan teori dari pusat pendidikan, bahwa masyarakat ikut
bertanggung jawab atas pelaksanaan proses pendidikan bagi anak. Sebab
dilihat dari hubungan masyarakat di sekitar dengan sekolah, bagi guru
sangatlah penting untuk selalu memelihara hubungan baik, karena guru akan
mendapatkan masukan pengalaman serta memahami berbagai kejadian atau
perkembangan masyarakat itu. Selanjutnya kalau dilihat dari masyarakat
secara luas itu akan mengembangkan pengetahuan guru tentang persepsi
kemasyarakatan yang lebih luas.19 Maka, hubungan guru dengan masyarakat
harus dikelola dengan baik melalui hal-hal sebagai berikut :
1. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis,

18
Hakim Nur, Petunjuk Mendidik Anak Pedoman Bagi Orang Tua (Surabaya: Jawara, 2002). Hal
34-36.
19
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007). Hal 153-154.
2. Efektif dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan
mengembangkan pendidikan.
3. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
4. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
5. Guru berkerjasama secara adil dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
6. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya.
7. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
8. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya
kepada masyarakat.
9. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan
masyarakat.

KESIMPULAN
1. Etika guru terhadap diri sendiri: ia harus mampu menjadi pribadi yang baik
sehingga ia mampu dipandang baik oleh orang lain yang ada disekitarnya,
baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat.
2. Etika guru terhadap peserta didik: Memahami perbedaan individu peserta
didik, Menjalin komunikasi dengan peserta didik, Memandang positif peserta
didik, Menilai secara objektif kemampuan peserta didik, Menjadi teladan bagi
peserta didik.
3. Etika guru terhadap rekan sejawat: Mengenal dan memahami kepribadian
rekan sejawat agar bisa saling bekerja sama, Menjalin komunikasi dengan
rekan sejawat untuk kepentingan pendidikan, Melakukan persaingan kerja
yang positif dengan rekan sejawat, Mengelola konflik dengan rekan sejawat.
4. Etika guru terhadap wali peserta didik: Mengenali wali peserta didik untuk
kepentingan pendidikan, Menjalin komunikasi dengan wali peserta didik
untuk kepentingan pendidikan, Membantu wali peserta didik dalam mendidik
peserta didik di lingkungan keluarga.
5. Etika guru terhadap masyarakat: bagi guru sangatlah penting untuk selalu
memelihara hubungan baik dengan masyarakat, karena guru akan
mendapatkan masukan pengalaman serta memahami berbagai kejadian atau
perkembangan masyarakat itu.

DAFTAR PUSTAKA
Agung, Iskandar. Menghasilkan Guru Kompetensi dan Profesional. Jakarta: Bee
Media Indonesia, 2012.
Ahmadi, Iif Khoiru. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2011.
A.M., Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007.
Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta,
2016.
Hasibuan, JJ., dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rodaskarya, 2004.
Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Krismayani, Olivia. “Kecerdasan Anak Usia Dini Ditinjau Dari Perspektif Teori
Kecerdasan Howar Gardner.” Jurnal OSF Preprint, 2019.
Mulyana. Rahasia Menjadi Guru Hebat. Jakarta: Grasindo, 2010.
Normawati, Syarifa. Etika dan Profesi Guru. Riau: PT. Indragiri Dot Com, 2019.
Nur, Hakim. Petunjuk Mendidik Anak Pedoman Bagi Orang Tua. Surabaya:
Jawara, 2002.
Octavia, Shilphy A. Sikap dan Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2019.
Saefudin, Farhan, dan Muamar. “Guru Profesional Dalam Persepsi Mahasiswa
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhadi Setiabudi,”
2, 8 (September 2018).
Saondi, Ondi, dan Aris Suherman. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT Refika
Aditama, 2015.
Sidiq, Umar. Etika Dan Profesi Keguruan. Tulungagung: STAI Muhammadiyah,
2018.
Suardi, Moh. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018.
Suharsaputra, Uhar. Menjadi Guru Berkarakter. Bandung: Refika Aditama, 2013.

Anda mungkin juga menyukai