Anda di halaman 1dari 6

PENGUATAN ASPEK HUKUM ADAT DALAM

PENYELESAIAN SENGKETA DI DESA

OLEH : ARDA YOMI

KOTA MATARAM

2021
ABSTRAK

Penulisan artikel ilmiah ini adalah penelitian dan pembahasan yang


berfokus pada penguatan aspek hukum adat dalam penyelesaian sengketa atau
konflik di masyarakat desa. Tujuan penelitian ini secara khusus untuk mengetahui
dan menganalisis mengapa hukum adat perlu di kuatkan perannya di desa.

Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis empiris, yang


dilakukan dengan meneliti sumber-sumber yang berkaitan dengan tema penelitian.
Data yang digunakan adalah data sekunder, mencakup bahan hukum primer dari
peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder yang berasal dari
artikel dan buku.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis proses penyelesaian


sengketa di desa cenderung meninggalkan ketentuan-ketentuan hukum adat dan
terlalu mengutamakan hukum barat. Padahal ketentuan dalam hukum adat sangat
mengutamakan musyawarah mufakat dan melindungi hubungan baik antar
masyarakatnya.

Kata Kunci : Hukum Adat, Penguatan, Penyelesaian Sengketa, Desa.

Abstract

The writing of this article is the research and discussion that focuses on
the reinforcing customary law aspect on dispute or conflict resolution in the
village society. The purpose of this research is specially for knowing and to do
analysis about why the customary law need to be applying in to dispute resolution
in the village society.

Approaching method which is using is empiric and juridic approach,


doing by researching the sources that related with the research topic. Data using
is the secondary data, including primary law materials base on laws and
regulation, and secondary law materials source on articles and books.

According to writer researching, dispute or conflict resolution process in


the village leaning to leave the customary law norms and to much priority with

i
the European law. Besides the customary law is put respect on the musyawarah or
discussion on the high level, also protecting the good relationship between the
society.

ii
I. PENDAHULUAN Negara, Hukum Pidana, Hukum Perdata,
Hukum adat merupakan norma hukum dan Hukum Antar Bangsa Adat.2
yang paling awal muncul dalam kehidupan Seiring perkembangan zaman
masyarakat di Nusantara, bahkan sebelum sistem Hukum adat mulai terdesak dan
terbentuknya Negara Kesatuan Republik tergantikan dengan sistem hukum yang
Indonesia. Oleh karena itu tidak salah jika dibawa bangsa Eropa. Namun hukum
kita menyebut bahwa hukum adat Perdata Adat menjadi satu-satunya bidang
merupakan jati diri dan penjelmaan dari Hukum adat yang dapat bertahan dan
daripada jiwa bangsa Indonesia. masih berpengaruh dan diterapkan hingga
Prof. Mr. C. Van Vollenhoven kini.
dalam bukunya “Het Adatrecht Van
Hukum adat di Indonesia sangat
Nederland Indie” mendefinisikan hukum
beragam, namun hukum adat memiliki
Adat sebagai hukum yang tidak bersumber
nilai-nilai universal, yaitu : a. Asas gotong
dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh
royong, b. Fungsi sosial manusia dan milik
pemerintah Hindia Belanda atau alat-alat
dalam masyarakat, c. Asas persetujuan
kekuasaan lainnya yang menjadi sendinya
sebagai dasar kekuasaan umum, dan d.
dan diadakan sendiri oleh kekuasaan
Asas perwakilan dan permusyawaratan
Belanda dahulu.1
dalam sistem pemerintahan. 3
Jika kita melihat dari sudut
Nilai-nilai di dalam Hukum adat
pandang yang sekarang, dengan kata lain
sanggatlah berbeda karakteristiknya
adalah suatu norma hukum yang tidak
dengan hukum barat yang bersifat
bersumber dari peraturan perundang-
individualisme dan komersialitas
undangan yang berlaku secara normatif
khususnya dalam hukum perdata materiil.
dan tertulis di Indonesia, walaupun
Sehingga nilai-nilai Hukum adat sangat
beberapa ketentuan dalam hukum adat
cocok untuk diterapkan dalam setiap
dapat dimasukkan kedalam substansi dari
persoalan hukum yang dihadapi bangsa
sebuah peraturan perundang-undangan.
Indonesia, karena pada dasarnya karakter
Seperti halnya Hukum Barat, dan kepribadian bangsa Indonesia juga
Hukum adat juga meliputi beberapa bidang berbeda dengan masyarakat Eropa.
seperti Hukum Negara, Hukum Tata Usaha
2
Opcit Seorojo Wignjopeoro, S.H. Pengantar dan
1
Seorojo Wignjopeoro, S.H. Pengantar dan Asas- Asas-Asas Hukum Adat
Asas Hukum adat 3
Prof. Seopomo, Bab-bab tentang hukum adat,
1
responsif, dan menimbulkan permusuhan
diantara pihak yang bersengketa. 4
II. PEMBAHASAN
Dalam penyelesaian sengketa dengan jalur
Dalam proses penyelesaian sengketa di
non litigasi dikenal metode mediasi.
Indonesia, di akui menjadi dua cara, yaitu
Mediasi menjadi salah satu wadah penting
litigasi dan non litigasi.
untuk diterapkannya ketentuan-ketentuan
Konstitusi Indonesia juga mengakui hukum adat dalam penyelesaian sengketa
keberadaan hukum adat dalam Pasal 18B di desa, karena mediasi memiliki
Undang- Undang Dasar 1945, asalkan kemiripan sifat yang mengedepankan
sesuai dengan perkembangan masyarakat musyawarah mufakat.
dan peraturan peundang-undnagan yang
Dalam proses mediasi diperlukan seorang
berlaku.
mediator yang perannya sebagai penengah
Karakter masyarakat desa yang dan pola pihak yang bersengketa.
hubungan antar warganya sangat berbeda
Di desa peran kepala desa sebagai
dengan masyarakat yang hidup di kota.
mediator dalam penyelesaian sengketa
Pola hubungan antar masyarakatnya masih
sangat penting. Kepala desa harus aktif
bersifat Gameinschaft atau pola hubungan
memediasi warganya yang bersengketa.
yang berdasarkan kekeluargaan dan ikatan
Sesuai dengan amanat Undang- Undang
batin.
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 26
Dalam proses penyelesaian sengketa yang ayat (4) huruf k, yang menyatakan :
terjadi di desa, hubungan baik antar pihak “Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
menjadi sangat penting untuk dijaga. dimaksud pada ayat (1) Kepala desa
penyelesaian sengketa melalui jalur berkewajiban : menyelesaikan perselisihan
litigasi, aspek kepastian hukum menjadi masyarakat di desa”.
aspek yang lebih dominan. Proses litigasi
Desa adat diberikan kewenangan oleh
menghasilkan kesepakatan yang belum
undang-undang untuk menyelenggarakan
mampu merangkul kepentingan bersama,
peradilan adat secara mandiri asalkan tidak
cenderung menimbulkan masalah baru,
bertentangan dengan peraturan perundang-
lambat dalam penyelesaiannya,
undangan peran tokoh dan para tetua adat
menimbulkan biaya yang mahal, tidak
masih sangat kuat. Namun desa-desa pada
4
Rachmadi Usman, (2013), Pilihan Penyelesaian
Sengketa di Luar Pengadilan (cetakan ke-2),
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, hal. 5
2
umumnya lebih menyegani kepala desa Masyarakat desa baik yang penduduknya
sebagai tokoh masyarakat yang dianggap berpola genealogis ataupun tidak, pada
mampu memberikan solusi permasalahan dasarnya mereka menjalin hubungan
mereka. berdasarkan kekeluargaan dan ikatan batin
(Gameinschaft).
Pada masa Hindia Belanda, melalui Stb.
Tahun 1935, Nomor 102 Pasal 3A dalam Penyelesaian sengketa melalui litigasi
Rechtterlijke Organisatie (RO) yang dapat dikatakan kurang cocok dengan
menyebutkan bahwa pemerintah Hindia karakter masyarakat desa yang menjunjung
Belanda mengakui hakim-hakim dari tinggi musyawarah mufakat dan menjaga
masyarakat hukum kecil (desa) untuk hubungan baik kedua belah pihak yang
memeriksa perkara-perkara adat yang bersengketa.
menjadi kewenangan untuk mengadili
Aspek hukum adat harus dikuatkan dalam
secara adat tanpa menjatuhkan hukuman
penyelesaian sengketa di desa dengan
pidana.5
dukungan dan peran kepala desa untuk
Hakim-hakim pada ketentuan RO tersebut menjadi mediator serta menjadikan
memiliki kemiripan peran dengan kepala mediasi sebagai wadah untuk ketentuan-
desa, yang mana namun bukan diartikan ketentuan hukum adat itu diterapkan.
hakim secara harfiah melainkan sebagai
IV. BAHAN RUJUKAN
mediator persengketaan.
- Mahadi, (1991). Uraian Singkat
Agar tidak terjadi penyimpangan-
tentang Hukum Adat Sejak RR
penyimpangan ketentuan hukum adat,
Tahun 1854, Bandung : Alumni
kepala desa harus mengerti dan paham
1991
terkait perkembangan nilai-nilai hukum
- Rachmadi Usman, (2013). Pilihan
adat di masyarakatnya. Kepala desa juga
Penyelesaian Sengketa di Luar
harus merangkul para tokoh dan tetua adat
Pengadilan (cetakan ke-2),
di desa dalam proses mediasi agar
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
penyelesaian sengketa tidak keluar dari
- Seorojo Wignjopeoro, SH. (1985),
rambu-rambu hukum adat.
Pengantar dan Asas-Asas Hukum
III. KESIMPULAN Adat, Jakarta : PT. Gunung Agung
- Prof. Seopomo,(1984). Bab-bab
tentang hukum adat, Jakarta :
5
Mahadi, (1991). Uraian Singkat tentang Hukum
Pradnya Paramita
Adat Sejak RR Tahun 1854, Bandung : Alumni 1991
3

Anda mungkin juga menyukai