Perikatan adalah hubungan hokum antara subjek hokum (para pihak) di bidang harta kekayaan
dimana satu berhak atas prestasi sedangkan yang lain berkewajiban berprestasi.
P = Hub hokum + subjek hokum + objek hokum
Contohnya: JUAL BELI
Sumber perikatan : dari perjanjian dan undang-undang (1233 BW)
Dasar hokum definisi perikatan tidak ada di BW namun berasal dari doktrin (pendapat)
Buku 3 BW diawali dengan prinsip/asas kebebasan berkontrak
Orang = subyek hokum
Persoon ada 2 naturlijk persoon (orang perseorangan/pribadi) dan rechts persoon (badan hokum)
Pihak ketiga adalah pihak di luar para pihak
Hubungan hokum erat kaitannya dengan akibat hokum. Oleh sebab itu terdapat sanksi dalam
akibat hokum.
HUKUM PERIKATAN OBYEK HUKUM
1. Perikatan = H + S + O
Prestasi sebagai obyek perikatan, dengan kata lain kewajiban adalah prestasi.
Prestasi adalah tujuan para pihak dengan dibuatnya perikatan tersebut.
Wujud prestasi (Pasal 1234 BW)
- Memberi sesuatu
- Berbuat sesuatu
- Tidak berbuat sesuatu
Wajib pikul
Tanggung gugat
Obyek perikaatan harus memenuhi syarat tertentu
Tidak semua perbuatan manusia melahirkan perikatan
Subyek perikatan
Kreditor di perikatan adalah pihak yang berhak atas prestasi
Sedangkan debitor adalah pihak yang berkewajiban melaksanakan prestasi.
Sofatnya timbal balik, kewajiban melaksanakan prestasi berada di masing2 pihak sedangkan
masing2 pihak juga berhak atas prestasi.
Intinya obyek perikatan adalah prestasi,
Prestsi adalah apa yang menjadi tujuan para pihak dengan dibuatnya perikatan tersebut.
Obyek perikatan haarus memenui syart tertentu, obyekny harus tertentu aatau dapat ditentukan
(vide Pasl 1320 jo. 1333 BW)
Obyeknya harus diperbolehkan (Pasal 1335 BW)
Pasal 1131 mengenai Schuld and Haftung
Schulf adalah utang(kewajiban) debitor kepada kreditor
Schuld selalu diiringi dengan Haftung
Adapun yg dimaksud dengn hafting adalah harta kekayaan debitor yang menjadi jaminan
pelunasan utang debitor
Dimana ada kewajiban selalu diikuti dengan jaminan.
Ada schuld tanpa haftung
Schuld dengan haftung terbatas.
Wajib pikul : kewaajiban ini melekat pada debitor (kewajiban ini karena adanya prestasi)
Sedangkan tanggung gugat: melekat pada debitor pokok dan penanggung, muncul Karena dia
bersalah atau menanggung risiko.
DEBITOR= Pihak yang berkewajiban melaksanakan prestasi
Adapun prestasi terdapat dalam 1234 BW
Kewajiban untuk mengganti rugi yang diakibatkan karena kesalahan (salah atau risiko) atau
menanggung risiko adalah Tanggung-Gugat.
Actio Pauliana adalah suatu upaya hokum untuk menuntut pembatalan perbuatan-perbutan
hokum debitor yang merugikan kreditornya, kewenngan seperti ini diatur dalam Pasal 1341 BW
Unsur-Unsur Actio Pauliana: Paasal 1341 BW
- Ada Perbuatan hokum debitor
- Perbuatan itu bukan merupakan perbuatan yang diwajibkan
HUKUM PERIKATAN WANPRESTASI
Wanprestasi adalah cidera janji/ingkar janji yang berarti berprestasi yang buruk. Wujud
wanprestasi adalah tidak melaksanakan prestasi sama sekali, melaksanakan hanya sebagian,
melaksankan apa yang diperjanjikan namun terlambat, melakukan sesuatu yang dilarang dalam
perjanjian, melaksanakan prestasi yang tidak sesuai dengan perjanjian.
Kapan orang itu berada dalam kondisi wanprestasi?
- Peringatan/somasi bahwa dia telah lalai
- Lewatnya tenggang waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya
Pasal 1238 BW
Perintah atau peringatan yang disebut somasi harus datang dari kreditor.
Berupa perintah/peringatan yang dituangkan secara tertulis.
Debirtor berada dlam keadaan lalai setelah ada perintah/peringatan, somasi tidak dilaksanakan
dengan alasan yang sah.
Pemberian somasi berbentuk tertulis yang dengan cara mengirimkan surat somsi tersebut kepada
ke tempat si debitor, alamat rumah debitor. Nmun tidak ada kewajiban untuk kreditor harus
menyerahkan secara langsung dengan penerima somasi.
Kondisi2 debitor dalam keadaan lalai tidak diperlukan somasi (pada prinsipnya):
1. Untuk pemenuhan prestasi berlaku tenggang waktu yang fatal
2. Debitor menolak pemenuhan
3. Debitor mengakui kelalaiannya
4. Pemenuhn prestasi tidak mungkin
5. Pemenuhan prestasi tidak lagi berarti
6. Debitor melakukan prestasi tidak sebagaimana mestinya
Dalam praktik keadilan, tidak diwajibkan adanya somasi lagi sema 3/1963
Gugatan yang diajukan sebelum somasi dianggap prematur (sebelum dikeluarkannya SEMA ini).
Setelah dikeluarkannya SEMA ini surat gugatan dipersamakan atau dianggap pula sebagai
somasi, karena ketika surat gugatan dikirimkan, tergugat punya tenggang waktu untuk
melaksanakan prestasinya.