Anda di halaman 1dari 7

Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

1. 1. TUGAS MATA KULIAH MICROTEACHING TENTANG BLENDED LEARNING


DAN STRATEGI FLIPPED CLASSROOM OLEH: RAMADHAN FITRIA DOSEN
PEMBIMBING: Dra. ASMAWATI KAMAL, M.Pd PROGRAM STUDI PENDDIKAN
BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHAPUTRA
MUHAMMAD YAMIN SOLOK 2015
2. 2. BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN 1. PENDAHULUAN
Perkembangan kemajuan Tekonologi Informasi dan komunikasi dewasa ini berlangsung
pesat, sehingga pantaslah para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun
kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak sekaranng sudah dapat diperkirakan
bakal terjadi berbagai perubahan dibidang informasi maupun bidang-bidang kehidupan
lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan tersebut.
Perrubahan – perubahan yang akan datang dan sedang terjadi, teutama disebabkan oleh
potensi dan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan
manusia untuk saling berhubungan (relationship) dan memenuhi kebutuhan mereka akan
informasi hampir tanpa batas. Beberapa keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam
berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan
dll kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai teknologi informasi dan
komunikasi mutakhir.
3. 3. Pengaruh TIK dalam dunia pendidikan semakin terasa sejalan dengan keadaannya
pergeseran pola pembelajaran dari tatap muka yang konvensional kearah pendidikan yang
lebih terbuka dan bermadia (Mukhopadhyay M : 1995). Bishop G. (1989) meramalkan
bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (fleksibel), terbuka dan dapat
diakses oleh siapapun yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia maupun
pengalaman pendidikan sebelumnya. Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan
mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan
berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan
memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. Tony Bates (1995) menyatakan bahwa
teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk
pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan
ekonomi. Alisjahbana I (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan
pelatihan nantinya akan bersifat “saat itu juga (just on time)”. Teknik pengajaran baru
akan bersifat dua arah, kolaboratif dan interdisipliner. Roniszowski dan Mason (1996)
memprediksi peggunaaan “Computer-based Multimedia Cummunication (CMC)” akan
bersifat sinkron dan asinkron. Dengan adanya TIK dalam bidang pendidikan, maka pada
saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan
media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai
mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan
berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainnya, semuannya itu sudah dapat
dilakukan. Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah
adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa. Namun demikian, dengan
media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa
baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentu real time dapat
dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real
video dan online meeting. Interaksi yang tidak real time bisa dilakukan
4. 4. dengan mailing list, discussion group, newsgruop dan buletin board. Dengan cara dita
interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%.
Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis, dan cara pendidikan lainnya dapat juga di
implementasikan ke dalam web, seperti materi guru dibuat dalam bentuk presentasi di
web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat
oleh guru dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga
dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi didukung dengan
metode pembayaran online. Dunia memerlukan para guru dengan jumlah yang lebih
banyak dengan kualitas yang lebih baik. Konferensi Dakar mengungkapkan bahwa masih
ada 100 juta anak-anak yang putus sekolah mereka memerlukan para guru seiring dengan
target dunia untuk pendidikan dengan jumlah 2015. Implikasinya diperlukan peningkatan
ketrampilan bagi para guru yang berjumlah kurang lebih 60 juta. Dari sekian jumlah guru
tersebut sebagian besar belum memenihi standar kualifikasi yang diharapkan dalam arti
kata memiliki kualitas rendah tidak memenuhi syarat sesuai yang tuntutan
profesionalisme keguruan. Dalam kondisi apapun peningkatan kualitas guru perlu terus
ditingkatkan sepanjang karier mereka sebagai guru jika kita menginginkan pendidikan
menuju kearah kualitas dan daya saing tinggi. Untuk itu diperlukan strategi khusus yang
dapat mengakomodasi karakteristik aktifitas guru yang tetap dapat melaksanakan tugas
kependidikan dan keguruannya di samping terus memperoleh input pendidikan dan
peningktan kualitasnya. Salah satu memperkuat profesi pengajaran para guru adalah
dengan menggunakan pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (ICT). Pembelajaran konvensional tidakl lagi sepenuhnya menjadi
andalan namun di tengah kemajuan teknologi saat ini diperlukan variasi metode yang
lebih memberikan kesempatan untuk belajar dengan memanfaatkan aneka sumber, tidak
hanya dari man power seperti
5. 5. halnya guru. Pembelajaran yang dibutuhkan adalah dengan memanfaatkan unsur
teknologi informasi, dengan tidak meninggalkan pola bimbingan langsung dari pengajar
dan pemanfaatan sumber belaSjar lebih luas. Konsep ini sering juga diistilahkan dengan
pencampuran antara blended e-learning dengan konvensional sehinggan disebut dengan
blended learning. 2. KONSEP BLENDED LEARNING Secara etimologi istilah blended
learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan learning. Kata blended berarti campuran,
bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik (Collins Dictionary) atau
formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford English Dictionary)
(Heinze and Procter, 2006:236). Sedangkan learning memiliki makna umum yakni
belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang
mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang
lainnya. Apa yang di campurkan? Elenena (2006) menyampaikan bahwa yang
dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (class room lesson)
dengan online learning.
6. 6. Pada perkembangannya istilah yang lebih populer adalah Blended Blended e-Learning
dibandingkan dengan blended learning. Kedua istilah tersebut merupakan isu pendidikan
terbaru dalam perkembangan globalisasi dan teknologi Blended e-Learning. Zhao
(2008:162) menjelaskan “issu Blended e-Learning suliy untuk di definisikan karena
merupakan sesuatu yang baru”. Walau cukup sulit mendefinisikan pengertian Blended
Blended e-Learning tapi ada para ahli dan profesor yang meneliti tentang Blended
Blended e-Learning dan menyebutkan konsep dari Blended e-learning. selain itu, pada
penelitian Sharpen et.al (2006:18) ditemukan bahwa “intitusi yang telah mengembangkan
dengan bahasa mereka sendiri, definisi atau tipilogi praktek blended”. Definisi dari
Ahmed, et.al (2008:1) menyebutkan : Blended Blended e-Learning, on the other hand,
merges aspects of blended e-lerning such as: web-based instruction, streaming video,
audio, synchronous and asychronous communication, etc: with tradisional, face-to-
face”learning. Definisi lain yang hampir sama yaitu dari Soekartawi (2006:1)
menjelaskan pengertian dari Blended Blended e-Learning yaitu: One of newest models is
called Blended Blended e-Learning (BEL). The model, BEL, is disigned basically based
on combination of the best aspect of application of information technology blended e-
learning, structured face-to-face activities, and real world practice. Dari definisi-definisi
yang telah dijelaskan di atas maka dapat dikatakan secara sederhana Blended Blended e-
Learning adalah kombinasi atau penggabungan pendekatan aspek blended e-learning
yang berupa we-based instruction, video streaming, audio, komunikasi synchronous dan
asynchronous dalam jalur blended e-learning system LSM dengan pembelajaran
tradisional “tatap muka” termasuk juga metode mengajar, teori belajar dan dimensi
pedagogik. Kesimpulan tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Bhonk dan
Graham (2006) yaitu:
7. 7. 1. Combining instructional modalities or delivery media and technologies (traditional
distance education, Internet, Web, CD ROM, video/audio, any other electronic medium,
email, online booka etc.) 2. Combining instruction methods, learning theories and
pedagogical dimensions 3. Combining blended e-learning ang face-to-face learning. 3.
KARAKTERISTIK BLENDED BLENDED e-LEARNING Menuru sharpen et.al
(2006:18) karakteristik Blended Blended e-Learning, adalah: 1. Ketetapan sumber
suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisional sebagian
besar, melalui intsitusional pendukung lingkungan belajar virtual 2. Trasformatif tingkat
praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam 3.
Pandangan menyeluruh tentang tehnologi untuk mendukung pembelajaran. Blended
Blended e-Learning berisi tatap muka, dimana beririsan dengan blended e- learning. pada
blended e-learning terdapat pembelajaran berbasis komputer yang berisikan dengan
pembelajaran online. Dalam pembelajaran online terdapat pembelajaran berasis internet
yang di dalamnya ada pembelajaran berbasis web. Diskripsi tersebut disimpulkan bahwa
dalam Blended Blended e-Learning terdapat tatap muka yang beririsan dengan blended e-
learning dimana blended e-learning beserta komponen-komponennya yang berbasis
komputer dan pembelajaran online berbasis web internet untuk pembelajaran.
Berdasarkan komponen yang ada dalam Blended Blended e-Learning maka teori belajar
yang mendasari moder pembelajaran tersebut adalah teori belajar Konstruktivisme
(individual learning) dari Piaget, kognotif dari Bruner Gagne dan Blooms dal lingkungan
belajar sosial atau Social Constructivisit (collaborativ learning) dari Vygtsky.
Karakteristik teori belajar konstruktivisme (individual learning) untuk blended e- learning
(Hasibuan, 2006:4) adalah sebagai berikut.
8. 8. 1. Active learners 2. Learners construc their knoledge 3. Subjective, dynamic and
expanding 4. Processing and understanding of information 5. Leaner has his own
learning. 4. PENERAPAN BLENDED BLENDED e-LEARNING Blended e-learning
kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kalau
dahulu hanya Universitas Terbuka yang diizinkan menyelenggarakan pendidikan jarak
jauh, maka ini dengan terbitnya surat keputusan Mentri pendidikan Nasional
No.107/U/2001 (2 juli 2001) tentang penyelenggaraan program pendidikan Tinggi jarak
jauh, maka perguruan tinngi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan
pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan blended e-learning, juga telah diizinkan
menyelenggarakannya. Lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus,
juga telah memanfaatkan keunggulan blended e-learning ini untuk program-programnya.
Secara spesifik dalam pendidikan guru blrnded e-learning memiliki makna sebagai
berikut. 1. Blended e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi,
pendidikan, pelatihan-pelatihan tentang materi keguruan baik substansi materi pelajaran
maupun ilmu pendidikan secara online. 2. Blended e-learning menyediakan seperangkat
alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar
konvensional, kajian terdapat buku teks, CD-ROM dan pelatihan berbasis komputer)
sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
9. 9. 3. Blended e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam
kelas, tetapi memperkaut model belajar tersebut melalui pengayaan conten dan
pengembangan teknologi pendidikan. 4. Kapasitas guru amat bervariasi tergantung pada
bentuk isi dan penyampaiannya. Makin baik keselarasan antarconten dan alat penyampai
dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan
memberi hasil yang lebih baik. 5. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru
dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi
dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. 6.
Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). 7.
Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa tanpa saja dan dimana saja bila yang
bersangkutan memerlukannya. 8. Memanfaatkan jadwal pelajaran, kurikulum, hasil
kemajuan belajar dan hal-hal yng berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat
setiap saat di komputer.
10. 10. 5. PROSEDUR BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN Model
blended e-learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan pembelajaran yaitu
pembelajaran konvensional berupa tatap muka dan e-learning berbasis internet.
11. 11. STRATEGI FLIPPED CLASSROOM DALAM PEMBELAJARAN
12. 12. Menurut Graham Brent (2013) Flipped classroom merupakan strategi yang dapat
diberikan oleh pendidik dengan cara meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam
praktek mengajar mereka sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain. Strategi ini
memanfaatkan teknologi yang menyediakan tambahan yang mendukung materi
pembelajaran bagi siswa yang dapat diakses secara online. Hal ini membebaskan waktu
kelas yang sebelumnya telah digunakan untuk pembelajaran. Instruktur mengadopsi
model flipped classroom untuk memberikan pembelajaran kelas atau konten instruksional
sebagai pekerjaan rumah. Dalam persiapan untuk kelas, siswa diwajibkan untuk melihat
video pembelajaran. Menurut Tucker dalam Amy Roehl (2013) siswa memanfaatkan
waktu di kelas untuk bekerja menyelesaikan masalah, pengembangan konsep, dan terlibat
dalam pembelajaran kolaboratif. Sedangkan menurut Natalie (2012) Strategi flipped
classroommendukung banyak manfaat. Sebagian besar tampaknya menjadi keuntungan
yang masuk akal (misalnya meningkatkan waktu instruksi lebih menarik) terutama untuk
mengajarkan mereka dalam pengaturan campuran yang terdiri dari beberapa kombinasi
tatap muka dan instruksi online. Namun strategi ini juga memiliki keterbatasan. Pertama,
kualitas video mungkin sangat buruk. Kedua, mengingat bahwa siswa dapat melihat
video ceramah pada komputer mereka sendiri, kondisi di mana mereka kemungkinan
melihat video ceramah menjadi pembelajaran yang tidak efektif (misalnya siswa bisa
melihat video sambil menonton permainan baseball atau mendengarkan musik). Ketiga,
siswa tidak menonton atau memahami video karena itu mereka tidak siap atau belum
cukup siap untuk kegiatan tatap muka. Keempat, siswa mungkin perlu banyak penopang
untuk memastikan mereka memahami materi yang disampaikan dalam video. Kelima,
siswa tidak mampu mengajukan pertanyaan ke instruktur atau rekan-rekan mereka jika
menonton video saja.
13. 13. Walaupun ada banyak keterbatasan dengan strategi flipped classroomdan tidak ada
penelitian empiris untuk mendukung penggunaannya, laporan anekdotal oleh banyak
instruktur mempertahankan bahwa hal itu dapat digunakan sebagai strategi mengajar
yang berharga pada setiap tingkat pendidikan, tergantung peserta didik, sumber daya, dan
waktu seseorang. Apalagi tampaknya cocok untuk penegetahuan mengajar yang
prosedural, salah satu dari empat jenis pengetahuan umum yang dijelaskan dalam
Taksonomi Bloom yang telah diperbaiki menurut Anderson dkk dalam Natalie (2012).
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Oleh
karena itu video ceramah flipped classroom tentang bagaimana memecahkan
permasalahan dimana seorang instruktur menjelaskan dan model bagaimana memecahkan
jenis masalah akan menjadi baik dalam penggunaan strategi ini. Pengetahuan prosedural
yang kompleks juga dapat diajarkan menggunakan strategi flipped classroom meskipun
penopang dan potongan konten akan sangat penting tidak hanya untuk memastikan
bahwa video pendek, tetapi juga untuk memastikan bahwa semua langkah prosedur
diperkenalkan memadai sehingga siswa benar- benar memahami. Dari uraian diatas dapat
ditarik kesimpulan mengenai kelebihan dan kekurangan penerapan flipped classroom,
terutama untuk diterapkan di Indonesia Kelebihan flipped classroom, yaitu : 1. Siswa
dapat mengulang-ulang video tersebut hingga ia benar-benar paham materi, tidak seperti
pada pembelajaran biasa, apabila murid kurang mengerti maka guru harus menjelaskan
lagi hingga siswa dapat mengerti sehingga kurang efisien. 2. Siswa dapat mengakses
video tersebut dari manapun asalkan memiliki koneksi internet yang cukup, bahkan bisa
didownload dan lebih puas untuk menontonnya berulang-ulang.
14. 14. 3. Efisien, karena siswa diminta untuk mempelajari materi di rumah dan pada saat di
kelas, siswa dapat lebih memfokuskan kepada kesulitannya dalam memahami materi
ataupun kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal berhubungan dengan materi
tersebut. Kekurangan flipped classroom, yaitu : 1. Untuk menonton video, setidaknya
diperlukan satu unit computer atau laptop. Hal ini akan menyulitkan siswa yang tidak
memiliki komputer/laptop, mereka harus ke warnet untuk mengakses video tersebut. 2.
Diperlukan koneksi internet yang lumayan bagus untuk mengakses video tersebut.
Terutama di Indonesia yang koneksi internetnya memasuki daftar lambat, terutama
apabila filenya berukuran besar, maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
membuka atau mengunduhnya. Ada cukup banyak siswa yang gaptek sehingga mereka
memerlukan waktu yang lebih untuk mengakses video tersebut. 3. Siswa mungkin perlu
banyak penopang untuk memastikan mereka memahami materi yang disampaikan dalam
video dan siswa tidak mampu mengajukan pertanyaan ke instruktur atau rekan-rekan
mereka jika menonton video saja. 4. Dalam implementasiny di Indonesia, flipped
classroom hanya bisa diterapkan di sekolah yang siswanya sudah memiliki sarana dan
prasarana yang sudah memadai mengingat pada strategi ini menuntut siswa untuk
menonton video tutorial di rumah. Langkah – langkah pembelajaran flipped classroom
adalah sebagai berikut : 1. Sebelum tatap muka, siswa diminta untuk belajar mandiri di
rumah mengenai materi untuk pertemuan berikutnya, dengan menonton video
pembelajaran karya guru itu sendiri ataupun video pembelajaran dari hasil upload orang
lain. 2. Pada pembelajaran di kelas, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok
heterogen.
15. 15. 3. Peran guru pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi
berlangsungnya diskusi dengan metode kooperatif learning. Di samping itu, guru juga
akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) dari materi tersebut. 4. Guru memberikan
kuis/tes sehingga siswa sadar bahwa kegiatan yang mereka lakukan bukan hanya
permainan, tetapi merupakan proses belajar, serta guru berlaku sebagai fasilitator dalam
membantu siswa dalam pembelajaran serta menyelesaikan soal soal yang berhubungan
dengan materi. Kesimpulan Menurut Dean N. Shimamoto (2012) dalam jurnal
internasional yang berjudul Implementing a Flipped Classroom: An Instructional
Modulemenyimpulkan bahwa flipped classroomm memiliki kesempatan untuk
menyebabkan pergeseran signifikan dalam cara instruksi yang disampaikan.
Menggunakan teknologi, guru sekarang dapat memberikan alternatif untuk model belajar
berbasis tradisional dengan menerapkan metode penggabungan pembelajaran yang
menggabungkan manfaat dari instruksi langsung dan pembelajaran aktif untuk
melibatkan para siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Amy Roehl dan Shweta
Linga (2013) dalam jurnal internasional yang berjudul The Flipped Classroom: An
Opportunity To Engage Millennial Students Through Active Learning
Strategiesmenyimpulkan bahwa untuk memperkenalkan beberapa strategi baru yang
ditransferkan dari pemikiran guru dan murid, guru harus melakukan penelitian dengan
alternatif strategi dikelas. Sebagai instruktor yang akan menggunakan strategi baru, ini
sangat penting dalam dunia pendidikan yang direfleksikan dalam pembelajaran yang
efektif. Keaktifan belajar dan strategi pembelajaran flipped classroomyang menggunakan
teknologi, murid-murid akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka lebih
tinggi.
16. 16. Menurut Richard Pierce, EdD, and Jeremy Fox (2012) dalam American Journal of
Pharmaceutical Education yang berjudul Instructional Design And Assessment Vodcasts
And Active-Learning Exercises In A “Flipped Classroom” Model Of A Renal
Pharmacotherapy Module menyimpulkan bahwa menerapkan model flipped classroom
untuk pembelajaran modul farmakoterapi ginjal mengakibatkan kinerja siswa semakin
meningkat dan persepsi siswa baik tentang pendekatan instruksional. Beberapa faktor
yang mungkin telah berkontribusi terhadap peningkatan nilai siswa termasuk: siswa
dimediasi kontak dengan materi kuliah sebelum di kelas, patokan dan penilaian formatif
diberikan selama modul, dan kegiatan kelas berjalan interaktif interaktif. Menurut Lius
Tirtasanjaya dkk (2012) dalam jurnal internasional yang berjudul Assessing The
Effectiveness of Flipped Classroom Pedagogy in Promoting Students’ Learning
Experience dalam temuannya menunjukkan bahwa pelaksanaan model flipped classroom
dalam lingkungan komputasi satu ke satu akan bernilai menjelajahi lebih lanjut. Lebih
fokus dapat ditempatkan pada kelas kemampuan campuran dan kemampuan yang lebih
tinggi. Perancah dapat lebih disempurnakan baik untuk kegiatan rumah dan kegiatan
kelas. Salah satu perbaikan yang mungkin termasuk membedakan pertanyaan
membimbing digunakan dalam kegiatan rendah di bawah pertanyaan dalam taksonomi
Bloom untuk kegiatan rumah dan pertanyaan tatanan yang lebih tinggi untuk kegiatan
kelas. Menurut Cara A. Marlowe (2012) dalam penelitiannya yang berjudulThe Effect Of
The Flipped Classroom On Student Achievement And Stress menunjukkan bahwa efek
dari flipped classroom dan diferensiasi terkait dipelajari untuk mengukur dampak pada
prestasi siswa dan mahasiswa tingkat stres. Untuk semester kedua tahun senior mereka,
siswa menonton video ceramah di luar kelas dan tugas diselesaikan selama waktu kelas.
Siswa melaporkan tingkat stres yang lebih rendah dalam jenis lingkungan kelas
dibandingkan dengan kelas-kelas lain. Sementara nilai semester menunjukkan perbaikan,
nilai ujian tidak
17. 17. menunjukkan peningkatan yang signifikan. Secara keseluruhan, perasaan positif
siswa terhadap pengobatan dan menikmati manfaat yang terkait untuk bisa memilih tugas
mereka sendiri dan mengeksplorasi konsep-konsep yang mereka temukan menarik lebih
mendalam. DAFTAR PUSTAKA B. Milman, Natalie. 2012. The Flipped Classroom
Strategy What is it and How Can it Best be Used?. Jurnal Internasional Volume 9, Issue 3
: The George Washington University. Cara A. Marlowe. 2012. The Effect Of The Flipped
Classroom On Student Achievement And Stress. Montana: Montana State University.
Johnson, Graham Brent. 2013. Student Perceptions Of The Flipped Classroom.
Columbia: The University Of British Columbia. Lioe, Luis Tirtasanjaya, Teo Chin Wen,
dkk. 2012. Assessing the effectiveness of flipped classroom pedagogy in promoting
students’ learning experience. NYGH Research Journal. Pierce, Richard EdD and Jeremy
Fox, PharmD. 2012. Instructional Design And Assessmentvodcasts And Active-Learning
Exercises In A “Flipped Classroom” Model Of A Renal Pharmacotherapy Module.
American Journal of Pharmaceutical Education 2012; 76 (10) Article 196. Roehl, Amy,
Shweta Linga dkk. 2013. The Flipped Classroom: An Opportunity To Engage Millennial
Students Through Active Learning Strategies. Texas : Christian University Jurnal
Internasional Vol. 105. No. 2. 2013 JFCS. Shimamoto, Dean N. 2012. Implementing a
Flipped Classroom: An Instructional Module. Hawai Amerika Serikat: Department of
Educational Technology University of Hawaii Manoa.

Anda mungkin juga menyukai