Contoh Surat Memory Kasasi
Contoh Surat Memory Kasasi
Sendiri ;
Sifat : Penting dan Segera ;
Jumlah Halaman : 5 (lima) Halaman ;
Kepada ;
Di –
JAKARTA
Melalui ;
Di –
MOJOKERTO
1. Pendahuluan ;
Saya yang bertanda tangan dibawah ini dalam keadaan Sehat Jasmani dan
Rohani serta tanpa Paksaan dan Tekanan dari Pihak manapun, yang dalam hal ini
berdiri dan bertindak untuk atas nama diri sendiri yang selanjutnya dalam surat ini
disebut Pengkasasi adalah ;
Menyatakan Terdakwa Hanief Darmawan Bin Ngawondo terrbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana,’’TAMPA HAK DAN MELAWAN HUKM
MENAWARKAN UTUK DIJUAL, MENJUAL, MEMBELI DAN MENJADI
PERANTARA DALAM JUAL BELI NARKOTIKA GOLONGAN I BUKAN
TANAMAN’’, Sebagaimana dalam Dakwaan Alternatif Kesatu Penuntut Umum ;
Menjatuhkan Pidana terhadap Terdakwa Hanief Darmawan Bin Ngawondo dengan
Pidana Penjara selama 9 (sembilan) tahun dan denda sejumlah
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut
tidak di bayar maka diganti dengan Pidana Penjara selama 6 (enam) bulan ;
Menetapkan masa Penangkapan dan Penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari Pidana yang di jatuhkan ;
Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
Menyatakan barang bukti berupa ;
Dirampas untuk dimusnahkan ;
1 (satu) unit hand phone warna hitam merk NOKIA ;
Dirampas untuk Negara ;
Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.
5.000,00 (lima ribu rupiah) ;
Dalam hal akan mengonsumsi Narkotika untuk diri sendiri, seseorang sudah
barang tentu akan membawa, memiliki atau menguasai Narkotika tersebut terlebih
dahulu. Oleh karenanya, dalam Tuntutannya, Pengkasasi secara dangkal hanya
mencomot makna tekstual unsur Pasal 114 Ayat (1) Undang-undang RI Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, undang-undang No.8 tahun 1981 tentang KUHP serta
pasal-pasal peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan, membawa,
memiliki atau menguasai Narkotika dengan mengesampingkan makna Konstektual
tentang peruntukan dan kegunaan kepemilikan Narkotika tersebut dimana seharusnya
bisa dipilah apakah bertujuan untuk dikonsumsi atau bertujuan untuk tindak Pidana
yang lain, Padahal sudah jelas bahwa Pemerintah melalui dasar Hukum lainnya yang
juga diakui kekuatan Hukumnya dan tersimpan dalam arsip Nasional, telah
mempermudah Penyidik dalam memilih dan memilah bahwa tidak semua tindakan
Kepemilikan Narkotika wajib dipidanakan melainkan ada pilihan lain yaitu wajib untuk
di Rehabilitasi secara Medis atau Sosial ;
Perubahan Kondisi Peradaban Sosial yang dinamis mengikuti Revolusi
Perkembangan Jaman akan sangat memungkinkan diikuti pula Perubahan Sistem
Hukum dalam Mengawal Keteraturan dan Keadilan di Masyarakat dengan cara
Merevisi atau Menerbitkan dasar Hukum baru untuk memperjelas dasar Hukum lama
dan sudah tidak mampu lagi menerbitkan kebiasaan baru di Masyarakat. demikian
pula pada Penerapanya ;
Pasal 114 Ayat (1) Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
dan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHP serta ketentuan perundang-
undangan lainnya yang bersangkutan pada Perkembangannya Pemerintah
melengkapi dan memperjelasnya melalui kaidah Hukum baru dengan diterbitkannya
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2010 dan Peraturan Bersama BNN,
POLRI, MAHKAMAH AGUNG, dll tentang Penanggulangan Korban Penyalahgunaan
Narkotika, maka dapat disimpulkan persesuaian bahwa dalam hal Membawa, Memiliki
dan Menguasai Narkotika Golongan I Non Tanaman, tersangka disaat tertangkap
tangan oleh BNN atau Polisi sedang kedapatan barang bukti yang salah satunya
berupa Narkotika yang mengandung Zat Amphetamine dibawah 1 gram, Tes Urine
Positif Mengonsumsi Zat Amphetamine yang tidak termasuk dalam Peredaran
Transaksi Gelap Narkotika yang dituangkan dalam surat Assesement BNN, maka
tersangkan harus dikategorikan sebagai korban Penyalahgunaan Narkotika yang tidak
dipidanakan melainkan Wajib direhabilitasi ke Panti Kesehatan atau Sosial yang
ditunjuk Pemerintah selama selang waktu 3 sampai 6 bulan dengan biaya atas di
tanggung Pemerintah melalui BNN;
Atas kelalaian terkasasi dalam Mendakwakan unsur-unsur pasal 114 Ayat (1)
Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dengan tidak dikaitkan
dengan Dasar Hukum lainnya yang juga diakui oleh Negara seraya tetap Menjunjung
Tinggi asas Praduga Tak Bersalah, demikianpun bahwa Pengkasasi mengakui salah
satu Prinsip Hukum Pidana bahwa tak ada satu hal Pemaaf yang bisa Membebaskan
seseorang dari Pemidanaan, dan mengingat Amanat Surat Edaran Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 535 K/PID/1982 Tanggal 17 Januari 1983 yang
menyatakan bahwa ukuran Hukuman adalah wewenang Judex Factie yang tidak
tunduk pada Kasasi, serta menimbang penerapan pasal 197 Ayat (1) Huruf F KUHAP
yang menyatakan bahwa dalam suatu Pemidanaan maka dasar Hukum dari Putusan
disertai keadaan yang meringankan terdakwa, maka dengan ini Pengkasasi Memohon
Kepada Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk Memeriksa dan Mengadili
Perkara Pengkasasi ini dengan sekedar Mengoreksi Penjatuhan Pidana yang
seringan-ringannya ;
Hanief Darmawan