Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH TURUN (NUZULUL QURAN)

DAN PENULISAN AL-QURAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ulumul Quran

yang diampu

oleh Ust.Asep Lukman Hamzah, M.Ag

Disusun oleh Kelompok I (Semester I)

Anggota : 1. Abi Hasan B.A


2. Masykur
3. Runan Lisan

PENDIDIKAN DASAR ULAMA (PDU) X

JAKARTA UTARA

MAJELIS ULAMA INDONESIA

KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
PertolonganNya,Serta keRidhoanNya untuk bisa menyelesaikan
Makalah salah satu mata kuliah Ulumul Quran yang berjudul
“Sejarah Turun (Nuzulul Quran) dan Penulisan Al-Quran”. Kami
banyak memperoleh beberapa sumber dan referensi untuk bisa
menyusun makalah ini, karena itu kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu Mata Kuliah
Ulumul Quran, Ustadz. Asep Lukman Hamzah, M.A atas doa serta
keberkahan ilmunya kepada kami, sehingga kami bisa mempelajari
ilmu Ulumul Quran.

Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan


menuntun pada langkah yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun
penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Jakarta, 15 Februari 2021

Penulis

BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi


umat Islam. al- Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, namun
yang menjadi masalah dan pangkal perbedaan adalah kapasitas
manusia yang sangat terbatas dalam memahami al- Qur’an.
Karena pada kenyataannya tidak semua yang pandai bahasa Arab,
sekalipun orang Arab sendiri,mampu memahami dan menangkap
pesan Ilahi yang terkandung di dalam al-Qur’an secara sempurna.
Terlebih orang ajam (non-Arab). Bahkan sebagian para sahabat
nabi, dan tabi’in yang tergolong lebih dekat kepada masa nabi,
masih ada yang keliru menangkap pesan al-Qur’an.

Kesulitan-kesulitan itu menyadarkan para sahabat dan


ulama generasi berikutnya akan kelangsungan dalam memahami
al-Qur’an. Mereka merasa perlu membuat rambu-rambu dalam
memahami al-Qur’an. Terlebih lagi penyebaran Islam semakin
meluas, dan kebutuhan pada pemahaman al-Qur’an menjadi
sangat mendesak. Hasil jerih payah para ulama itu menghasilkan
cabang ilmu al-Qur’an yang sangat banyak. Adanya permasalahan
tersebut menjadi urgensi dari ilmu- ilmu al-Qur’an sebagai sarana
menggali pesan Tuhan, serta untuk mendapat pemahaman yang
benar terhadap al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas


maka permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian Al-Quran dan Nuzul Al-Quran?


2. Apa Hikmah diwahyukan Al-Quran secara berangsur-angsur?
3. Bagaimana Penulisan Al-Quran pada masa Rasulullah SAW
4. Bagaimana Penulisan Al-Quran pada masa Khulafaur
Rasyidin?
5. Bagaimana Penyempurnaan Penulisan Al-Quran setelah masa
Khulafaur Rasyidin?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur’an
Dahulu mengetahui apa hakikat dari al-Qur’an itu sendiri.
Kata al-Qur'an berasal dari bahasa Arab merupakan akar kata
dari qara’a (membaca). Pendapat lain bahwa lafal al-Quran
yang berasal dari akar kata qara'a juga memiliki arti al-jam'u
(mengumpulkan dan menghimpun). Jadi lafal qur’an dan
qira'ah memiliki arti menghimpun dan mengumpulkan sebagian
huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya.

Ulumul Qur’an secara terminologi oleh ulama didefinisikan


sebagai berikut:

1. Imam al-Zarqani

Artinya:

Sejumlah pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur’an al


karim dari segi turunnya, urutannya, pengumpulannya,
penulisannya, bacaannya, tafsirnya, kemukjizatannya, nasikh-
mansukhnya, dan penolakan hal-hal yang meragukannya dan
selainnya.

B. Pengertian Al Qur’an dan Proses Turunya Al-Qur’an


Secara bahasa lafal Qur’an sama dengan Qira’at. Ia
merupakan bentuk mashdar menurut wazn (pola) Fu’lan, seperti
lafal Ghufran dan Syukran. Bentuk kata kerjanya berasal

dari kata Qara'a - Yaqra'u - Qira'atan - Qur'anan. Qara’a


yang berarti menngumpulkan dan menghimpun.

Dengan demikian,lafal Qara’a dan Qira’at secara bahasa


berarti : menghimpun dan memadukan sebagian huruf-huruf dan
kata-kata dengan sebagain lainnya.

Alquran menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang


disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari
Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima oleh
umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan

Sementara menurut para ahli ushul fiqh Alquran secara


istilah adalah:

Artinya:

“Alquran adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat


(sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan), diturunkan
kepada penutup para Nabi dan Rosul (yaitu Nabi Muhammad
SAW), melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan
kepada kita secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai
dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas”.
Berdasarkan definisi di atas, maka setidaknya ada lima
faktor penting yang menjadi faktor karakteristik Alquran, yaitu:

1. Alquran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan


perkataan mMalaikat Jibril (dia hanya penyampai wahyu
dari Allah), bukan sabda Nabi Muhammad SAW. (beliau
hanya penerima wahyu Alquran dari Allah), dan bukan
perkataan manusia biasa, mereka hanya berkewajiban
mengamalkannya.
2. Alquran hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tidak diberikan kepada Nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci
yang diberikan kepada para nabi sebelumnya bukan
bernama Alquran tapi memiliki nama lain; Zabur adalah
nama kitab yang diberikan kepada Nabi Daud, Taurat
diberikan kepada Nabi Musa, dan Injil adalah kitab yang
diberikan kepada Nabi Isa as.
3. Alquran adalah mukjizat, maka dalam sepanjang sejarah
umat manusia sejak awal turunnya sampai sekarang dan
mendatang tidak seorangpun yang mampu menandingi
Alquran, baik secara individual maupun kolektif, sekalipun
mereka ahli sastra bahasa dan sependek-pendeknya surat
atau ayat.
4. Diriwayatkan secara mutawatir artinya Alquran diterima
dan diriwayatkan oleh banyak orang yang secara logika
mereka mustahil untuk berdusta, periwayatan itu
dilakukan dari masa ke masa secara berturut-turut sampai
kepada kita.
5. Membaca Alquran dicatat sebagai amal ibadah. Di antara
sekian banyak bacaan, hanya membaca Alquran saja yang
di anggap ibadah, sekalipun membaca tidak tahu
maknanya, apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau
surat yang dibaca dan mampu mengamalkannya.
Adapun bacaam-bacaan lain tidak dinilai ibadah kecuali
disertai niat yang baik seperti mencari Ilmu. Jadi, pahala yang
diperoleh pembaca selain Alquran adalah pahala mencari
Ilmu, bukan substansi bacaan sebagaimana dalam Alquran.

Pada awal turunnya wahyu yang pertama (QS. Al Alaq 1-5)


Muhammad SAW. pada saat itu belum diangkat menjadi Rasul,
dan hanya memiliki peran sebagai nabi yang tidak ditugaskan
untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya. Sampai pada
saat turunnya wahyu yang kedua barulah Muhammad
diperintahkan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya,
sesuai dengan adanya firman Allah SWT: “Wahai yang
berselimut, bangkit dan berilah peringatan” (QS 74: 1-2).
(Quraish Shihab, 2006: 35). Ketiga, keterangan mengenai dasar-
dasar akhlak Islamiyah, serta bantahan-bantahan secara
umum mengenai pandangan hidup masyarakat Jahiliah ketika
itu. Dapat dilihat, misal dalam surah Al-Takatsur, satu surah
yang mengecam mereka yang menumpuk-numpuk harta; dan
surah Al Ma’un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir-
miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai
hidup bergotong-royong.Periode ini berlangsung sekitar 4-5
tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi
dikalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksireaksi tersebut
nyata dalam tiga hal pokok: Pertama, Segolongan kecil dari
mereka menerima dengan baik ajaran ajaran Al-Qur’an.
Kedua, Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak
ajaran Al-Qur’an, karena kebodohan mereka (QS 21:24),
keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi
nenek moyang (QS 43:22), atau karena adanya maksud-
maksud tertentu dari satu golongan seperti yang digambarkan
oleh Abu Sufyan: “Kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh
kemuliaan Nubuwwah, kemuliaan apalagi yang tinggal untuk
kami. Ketiga, Dakwah Al-Qur’an mulai melebar melampaui
perbatasan Makkah menuju daerah- daerah lainnya. (Quraish
Shihab, 2006: 36)

Periode selanjutnya sejarah turunnya al-Qur’an pada


periode selanjutnya terjadi selama 8-9 tahun, pada masa ini
terjadi perkelahian dahsyat antara kaum Islam dan Jahiliah.
Kelompok oposisi terhadap Islam

memakai segala cara untuk menghalangi kemajuan


dakwah Islam. Sehingga pada masa itu, ayat-ayat al-Qur’an di
satu pihak, silih berganti turun menerangkan tentang
kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi
dakwah ketika itu (Q.s. an-Nahl [16]: 125). Sementara di lain
pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman terus mengalir kepada
kaum musyrik yang berpaling dari suatu kebenaran. Di sini
terbukti bahwa ayat- ayat al-Qur’an telah sanggup menahan
paham-paham dari kaum jahiliah dari segala arah sehingga
mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam rasio
dan alam pikiran sehat.

Proses turunnya al-Qur’an terbagi dalam dua tahapan:


Pertama, turunnya al-Qur’an dari Lauh Al-Mahfuz ke langit
dunia. Kedua, turunnya al-Qur’an dari langit dunia kepada
nabi Muhammad saw. Dengan perantaraan malaikat Jibril.

Turunnya al-Qur’an, baik itu dari Lauh al-Mahfuz ke


langit dunia, maupun dari langit dunia kepada nabi
Muhammad saw. dalam hal ini terdapat beberapa pandangan
ulama:

a) Turunnya al-Qur’an dari Lauh al-Mahfuz ke Bait


al-‘Izzah (bagian dari langit dunia) secara
sekaligus pada malam Lailah al-Qadr di bulan
Ramadan.
b) Turunnya al-Qur’an sebanyak 20 kali malam
lailah al-Qadr dalam 20 tahun ke langit dunia,
atau 23 kali dalam 23 tahun, atau 25 kali dalam
25
tahun.Pada tiap malam lailah al-Qadr
diturunkan sesuai dengan ketentuan Allah pada
tahun itu dan kemudian diturunkan secara
berangsur-angsur sepanjang tahun.Permulaan
turunnya al-Qur’an pada malam Lailah al-Qadr.
Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur
dalam berbagai waktu oleh Nabi Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril.

C. Hikmah turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur


Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah saw. Secara
berangsur- angsur, bukan sekaligus semuanya. Memang sudah
diperoleh kenyataan dari pemeriksaan yang lengkap, bahwa Al-
Qur’an itu diturunkan menurut keperluan; lima ayat, sepuluh
ayat, kadang-kadang lebih dan kadang- kadang hanya diturunkan
satu ayat.

Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi ketika


Nabi sedang berkhalwat di gua Hira pada malam Senin tanggal 17
Ramadhan, tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad saw.,
bertepatan dengan 6 Agustus 610 M.28 Dan ayat-ayat pertama
yang turun sebagaimana yang sudah masyhur adalah lima ayat
pertama surah al-‘Alaq.

Allah swt dalam menyampaikan informasi tentang


Nuzul al- Qur’an menggunakan dua ungkapan yaitu yang pertama
al-inzal yang berarti menurunkan sekaligus secara mutlak dan
yang kedua dengan al- tanzil yang berarti menurunkan secara
bertahap, sedikit demi sedikit. Ungkapan al-Inzal terdapat pada
beberapa ayat dalam al-Qur’an dalam QS .Al-Qadr : 1 dan QS.Al-
Dukhan : 3 yang berbunyi :
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada
malam kemuliaan”
“Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang member peringatan

D.Penulisan Al-Quran Pada Masa Rasulullah SAW

Perlu diketahui, bahwa pada masa Nabi, Al-Quran


belum ditulis dan dibukukan dalam satu mushaf disebabkan
beberapa kemungkinan sebagai berikut :

1. Tidak adanya faktor pendorong untuk dibukukan Al-Quran


dalam satu mushaf sebagaimana pada masa Abu bakar dan
Usman ibn Affan.
2. Oleh karena Al-Quran diturunkan secara berangsur-
angsur, mulai Nabi SAW, diangkat menjadi Rasul sampai
menjelang akhir wafatnya, maka suatu hal yang logis bila
Al-Quran baru bisa dibukukan dalam satu mushaf setelah
wafat beliau.
3. Selama proses turunya Al-Quran masih terdapat
kemungkinan adanya ayat-ayat Al-Quran yang mansukh,
sementara tertib ayat dan urutan suratnya pun tidak
sebagaimana menurut tertibnya wahyu
(kurang lebih tecatat dalam mansukh ada 100 perintah,
100 halal haram dan 66 dzikir tasbih,tahmid dan tahlil)
E. Penulisan Al-Quran Pada Masa Khulafaur Rasyidin

1. Pada Masa Abu Bakar R.A

Ciri-ciri penulisan Al-Quran yang dilakukan pada


masa Khalifah Abu Bakr adalah sebagai berikut :
a. Seluruh ayat Al-Quran dikumpulkan dan ditulis dalam
satu mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan
seksama
b. Tidak termaksuk dalamnya, ayat-ayat Al-Quran yang
telah Mansukh atau dinasakh bacaannya.
c. Seluruh ayat Al-Quran yang ditulis di dalamnya telah
diakui ke mutawatirannya.

2. Usman Bin Affan R.A

Ciri-ciri mushaf Al-Quran yang ditulis pada


masa khalifah Usman ibn Affan, yaitu :
a) Ayat-ayat Al-Quran yang tertulis di dalamnya,
seluruhnya berdasarkan riwayat yang mutawatir
berasal dari Nabi SAW.
b) Tidak terdapat di dalamnya ayat-ayat Al-Quran
yang telah mansukh atau dinasakh bacaannya.
c) Surat-surat maupun ayat-ayatnya telah disusun
dengan tertib sebagaimana Al-Quran yang berada
di tangan kaum muslimin sekarang ini.
d) Tidak terdapat di dalamnya yang tidak tergolong
kepada Al-Quran, seperti yang ditulis oleh sebagian
sahabat nabi dalam mushafnya, penjelasan atau
keterangan terhadap makna ayat-ayat tertentu.
e) Mushaf-mushaf yang ditulis pada masa khalifah
Usman tersebut, mencakup tujuh huruf dimana Al-
Quran diturunkan dengannya.

F. Penyempurnaan Pemeliharaan Al-Quran setelah Masa


Khalifah

Mushaf yang ditulis atas pemerintah usman tidak memiliki


harakat dan tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu
qira’at yang tujuh. Ketika banyakorang non arab yang memeluk
islam, mereka merasa kesulitan membaca mushaf itu. Oleh arena,
itu, pada masa khalifah Abdul Al Malik (685-705) dilakukan
penyempurnaanya.

Ada dua tokoh yang berjasa dalam hal ini, yaitu ‘Ubaidillah
bin Ziyad (wafat 67 H) dan Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi (wafat 95
H). Upaya penyempurnaannya itu tidak berlangsung sekaligus, tetapi
bertahap dan dilakukan oleh setiap generasi sampai abad III (atau
akhir abad IX M) tercatat tiga naam yang disebut-sebut sebagai
orang yang pertama kali meletakan tanda titik pada mushaf Utsmani,
Abu Al Aswadi Ad-Du’ali, Yahya bin Ya’mar (45-129 H), dan Nashr
bin Ashim Al-Laits (wafat 89 H ), sedangkan orang orang yang
disebut-sebut pertama kali meletakan hamzah, tasydid, ar-raum,
dan al isymam adalah Khalil Ahmad Al Farahidi Al-Azdi yang diberi
kunyah Abu Abdurrahman (wafat 175 H).
Khalifah Al Walid (86-96 H) memerintahan Khalid bin Abi Al
Hyyaj yang tekenal keindahan tulisannya utnuk menulis mushaf Al-
Quran. Untuk pertama kalinya Al Quran dicetak di Bunduqiyah pada
tahun 1530 M, tetapi ketika dikeluarkan, penguasa gereja
mengeluarkan perintah pemusnahan kitab suci agama Islam ini.
Cetakan selanjutnya dilakukan oleh seorang jerman bernama
Hinkelman pada tahun 1694 M di Hamburg (Jerman), kemudian
disusul oleh maracci pada tahun 1698 M di padoue.

Penerbitan Al-Quran dengan label Islam baru dimulai pada


tahun 1787. Yang menerbitkan adalah Maulaya ‘Usman.Mushaf
cetakan itu lahir di Sain Petesbourgh, Uni Soviet, atau Leningrad,
Rusia Sekarang. Kemudian terbit mushaf cetakan di Kazan, lalu di
Iran pada tahun 1248 H/1828 M, yaitu di kota Teheran. Lima tahun
kemudian, yakni tahun 1833, terbit lagi mushaf cetakan di Tabris,
stealah dua tahun diterbitkan di Iran, setahun kemudian (1834)
terbit bagi musfah cetakan di Leipzig, Jerman.

Di Negara Arab,Raja Fuad dari Mesir membentuk pantian


khusu untuk penerbitan Al-Quran di perempatan pertama abad XX.
Panitia yang dimotori para masyaikh Al Azhar ini pada tahun 1342
H/1923 M, berhasil menerbitakan mushaf Al-Quran dalam cetakan
yang bagus. Mushaf yang pertama terbit di Negara Arab ini dicetak
sesuai dengan Riwayat Hafsh atas Qiroat Ashim. Sejak itu, berjuta-
juta mushaf dicetak di bebagai Negara lainnya.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

1. Al Quran menurut Bahasa adalah lafal Qur’an sama dengan


Qira’at. Ia merupakan bentuk mashdar menurut wazn (pola)
Fu’lan, seperti lafal Ghufran dan Syukran. Bentuk kata kerjanya
berasal dari kata Qara'a - Yaqra'u - Qira'atan - Qur'anan. Qara’a
yang berarti menngumpulkan dan menghimpun.
2. Dari akar kata qara'a juga memiliki arti al-jam'u (mengumpulkan
dan menghimpun). Jadi lafal qur’an dan qira'ah memiliki arti
menghimpun dan mengumpulkan sebagian huruf-huruf dan
kata-kata yang satu dengan yang lainnya.
3. Al-Qur’an itu diturunkan menurut keperluan; lima ayat, sepuluh
ayat, kadang-kadang lebih dan kadang- kadang hanya diturunkan
satu ayat.
4. Perlu diketahui, bahwa pada masa Nabi, Al-Quran belum ditulis
dan dibukukan dalam satu mushaf disebabkan beberapa
kemungkinan sebagai berikut : Tidak adanya faktor pendorong
untuk dibukukan Al-Quran dalam satu mushaf, Selama proses
turunya Al-Quran masih terdapat kemungkinan adanya ayat-ayat
Al-Quran yang mansukh.
5. Penulisan Al-Quran Pada Masa Khulafaur Rasyidin pada zaman
Sahabat Nabi Abu Bakar dan Sahabat Usman bin Affan, seluruh
ayat Al-Quran dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf
berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama samapimushaf-
mushaf yang ditulis pada masa Khalifah Usman tersebut,
mencakup tujuh huruf dimana Al-Quran diturunkan dengannya.

B.      Saran
            Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam
pembahasan masih terdapat kekurangan baik dari substansi materi
maupun contoh dari setiap materi yang dibahas.  Penulis berharap dapat
menyempurnakan makalah ini dengan bimbingan dosen yang terdapat
dalam makalah ini.
            Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat kekurangan lain,
oleh karena itu saran dan kritik penulis sangat butuhkan dalam
memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.

 
DAFTAR PUSTAKA

bin Abdurrahman Ar-Rumi, Fahd, ‘Ulumul Qur’an, Studi Kompleksitas Al-


Qur’an’,

Yogyakarta: Titian Ilahi Press. Hlm, 1996, 82–84

Khalid, Rusydi, Mengkaji Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Makassar: Alauddin


University Press, 2011)

Ad-Damasyiqi, Ismail bin Katsir Al-Qorsyi, Tafsir Al-Quranul Azdim,


Darul Fikri, Beirut, 1969

Khalid, Rusydi, Mengkaji Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Makassar: Alauddin


University Press, 2011)

Al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum Al-Quran, Isa Al-Rabi Al Halabi, Mesir +th

Anda mungkin juga menyukai