Anda di halaman 1dari 7

AGAMA LOKAL DI INDONESIA

(Kepercayaan Towani Tolotang)


Atika Kautsar (E02216004)
Email: atikakautsar05@gmail.com

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA: JL. Ahmad Yani 117, Telp. 031 84102/Fax
0318413300

ABSTRAK
Indonesia memiliki banyak agama atau kepercayaan, baik itu agama yang diakui dan
agama yang tidak di akui. Agama yang di akui bisa disebut juga agama resmi seperti agama
Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sedangkan agama yang tidak
diakui biasa seperti agama lokal atau kepercayaan lokal, karena keberadaannya tidak di akui
oleh Negara, meskipun mendapatkan tempat diwilayah Indonesia. Maksud dari agama lokal
atau kepercayaan lokal yaitu agama yang bukan datang dari luar sukunya. Agama ini sudah
ada jauh sebelum agama-agama dunia diperkenalkan. Agama atau kepercayaan lokal di
Indonesia sangat banyak. Mereka menempati daerah-daerah tertentu diwilayah Indonesia.
Salah satu kepercayaan lokal di Indonesia yaitu Towani Tolotang yang berada di Sulawesi
Selatan. Towani Tolotang ini merupakan agama yang dianut oleh sebagian masyarakat
Sidenreng Rappang di Sulawesi Selatan yang secara turun-temurun diwariskan dari generasi
ke generasi melalui beberapa jalur, jalur keturunan dan konversi agama. Komunitas
Tolotang terbagi menjadi dua kelompok besar atau sekte, yaitu Towani Tolotang yang
identitasnya tertulis Islam, dan Tolotang Benteng yang tertulis Hindu.Tetapi praktek
pelaksanaan tatacara peribadatan dan sistem kepercayaan berbeda dengan sistem ajaran
Hindu bahkan cenderung ke ajaran Islam. Penganutnya terhadap suatu agama mereka akui
tetapi dalam hati paham agama yang asli tetap dipertahakan. Pada awal kedatangannya,
Towani Tolotang mendapat penolakan dari pihak penguasa (kerajaan), namun hal tersebut
teratasi setelah dialog dilakukan. Towani Tolotang yang merupaakan kepercayaan lokal,
sampai saat ini tetap eksis di Indonesia, meskipun terekadang terjadi diskriminasi terhadap
pemeluk kepercayaan tersebut.
Kata kunci: agama lokal, Towani Tolotang, diskriminasi.

Pendahuluan
Di Indonesia tercatat ada enam agama yang diakui, yakni agama Hindu, agama
Buddha, agama Katolik, agama Protestan, agama Islam, dan agama Konghucu. Namun
sebelum adanya agama resmi tersebut di Indonesia sudah ada agama yang di kenal sebagai
agama lokal. Agama lokal merupakan sebuah agama yang bukan datang dari luar suku
penganutnya. Agama lokal ini sudah ada jauh sebelum agama-agama dunia itu di
perkenalkan. Beberapa dari satuan bangsa atau suku bangsa memiliki suatu kepercayaan yang
berkaitan dengan kegiatan kerokhanian yang bersifat khas, tak terkecuali beberapa suku yang
ada di Indonesia.
Agama Lokal
Istilah agama lokal bisa disamakan dengan agama asli atau agama pribumi. Maksud
dari agama asli adalah agama yang bukan datang dari luar suku penganutnya. Maka dari itu
agama asli juga disebut sebagai agama suku atau agama masyarakat. Agama ini lahir dan
hidup bersama sukunya dan mewarnai setiap aspek kehidupan suku penganutnya. Agama ini
telah dianut oleh suku penganutnya jauh sebelum agama dunia diperkenalkan kepada suku
itu.1
Istilah lain agama lokal adalah kepercayaan lokal. Kepercayaan lokal disetiap masing-
masing daerah memiliki ciri khas yang berlainan antara satu dengan yang lain. karena
kepercayaan-kepercayaan lokal itu muncul dan berkembang di lokalitas dengan latar belakang
kehidupan, tradisi, adat-istiadat dan kultur yang berbeda-beda. Dengan kata lain, suatu
kepercayaan lokal yang terdapat di suatu daerah tidak akan sama denga kepercayaan lokal
yang terdapat di darah lain. Namun ada kemungkinan terdapat kemiripan sebagai ekspresi
kerohanian dan wujud praktik kepercayaan, tetapi setiap keoercayaan lokal akan
menampakkan ciri khas dan karakteristiknya sendiri.2
Pada kenyataanya, agama lokal itu tidak berkembang, hanya dipeluk, dianut, serta
dipraktikkan oleh suku yang mendiami daerah tertentu. Walaupun agama lokal ini tidak
berkembang, tetapi agama-agama lokal mampu untuk tetap bertahan pada saat agama Hindu,
Buddha, Islam dan Kristen datang ke Nusantara dan terus dianut secara turun temurun oleh
suku-suku di daerah-daerah di Inodosenia hingga saat ini. Dengan demikian, agama lokal itu
tidak mengalami kepunahan dan tetap eksis sampai sekarang dalam kehidupan spiritual para
penganutnya.3
Terdapat dua elemen yang mendasar dalam setiap bingkai agama lokal, yakni lokalitas
dan spiritualitas. Lokalitas akan mempengaruhi spiritual. Begitupun dengan spiritual akan
membei warna pada lokalitas. Keduanya saling mempengaruhi. Spiritualitas lahir dan
terefleksikan dari asas ajaran agama lokal itu sendiri. Hal ini memunculkan ekspresi
kerohanian dan praktik-praktik ritual sesuai doktrin agama lokal yang dianut oleh suatu suku
di daerah tertentu. Dalam ekspresi spiritualitas dan praktik ritualitas tadi sudah barang tentu
masuk unsur-unsur lokalitas (tradisi, adat-istiadat, kebiasaan, dan seni budaya setempat) yang
kemudian menyatu, bersenyawa dan berintegrasi dengan unsur-unsur spiritualitas dan

1
Kiki Muhammad Hakiki, Politik Identitas Agama Lokal, Analisis Jurnal Studi Keislaman, Vol 11, No. 1,
Lampung, 2011. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/617/0
2
Faisal Ismail, Dinamika Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia, Cet 1 (Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang an Diklat Kementrian Agama RI, 2012), xiv.
3
Ibid., xv.
ritualitas. Semuanya menyatu dalam kehidupan kepercayaan atau agama suku. Maka ranah
kepercayaan tidak dapat dilepaskan dari wilayah tradisi, kebiasaan, seni dan budaya.
Sebaliknya wilayah tradisi, kebiasaan, adat istiadat, seni dan budaya tidak dapat dilepaskan
dari ranah kepercyaan, begitulah watak, karakteristik dan ciri khas agama lokal.4
Kepercayaan Towani Tolotang
Istilah Tolotang semula dipakai oleh raja Sidenreng sebagai panggilan kepada
pengungsi yang baru datang daru negerinya. To (tau) dalam bahasa bugis berarti orang,
sedangkan lotang dari kata lautang yang berarti arah selatan, maksudnya adalah sebelah
selatan Amparita, yang merupakan pemukiman pendatang. Jadi Tolotang artinya orang-orang
yang tinggal di sebelah selatan kelurahan Amparita, sekaligus menjadi nama bagi aliran
kepercayaan mereka.5
Towani Tolotang merupakan agama yang dianut oleh sebagian masyarakat Sidenreng
Rappang di Sulawesi Selatan yang secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi
melalui beberapa jalur, jalur keturunan dan konversi agama. Melalui keturunan, penganut
Towani Tolotang dari waktu ke waktu terus bertambah seiring dengan angka kelahiran di
Internal penganutnya. Generasi Towani Tolotang dijamin akan menganut ajaran ini jika kedua
orang tuanya memiliki keyakinan yang sama. Perkawinan beda agama pun dihindari demi
kepentingan kemurnian ajaran dan keberlangsungan generani. Sebab, jika salah satu dari
mereka menikah dengan penganut Islam misalnya, maka kemungkinan besar anaknya bahkan
dirinya berpindah agama. Pindah agama (keluar dari Towani Tolotang) telah banyak terjadi
melalui perkawinan seperti ini. Sebaliknya, pasangan yang salah satunya berasal dari agama
lain jarang memilih Towani Tolotang sebagai agamanya.6
Agama bagi masyarakat Towani Tolotang merupakan dasar etika sosial dimana praktis
sosial digerakkan. Nuansa keberagaman masyarakat Towani Tolotang yang titik sentral
kepemimpinannya dikendalikan oleh uwa’ dan uwatta kepemimpinan tradisional tersebut
diberikan dengan pola pewarisan secara estafet dari generasi ke generasi berikutnya sampai
sekarang, dan masih tetap dipertahankan sebagai sesuatu yang sakral.7 Pemimpin adat
tolotang atau uwa’ ini tidak memiliki status yang resmi di tingkat formal, namun memiliki

4
Faisal Ismail, Dinamika Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia …
5
Ahsanul Khalikin, Eksistensi dan Perkembangan Kepercayaan Towani Tootang di Kecamatan Tellu Limpoe
Kabupaten Sidenreng Rappang, Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol 10, No. 4, 2011.
https://anzdoc.com/eksistensi-dan-perkembangan-kepercayaan-towani-tolotang-di-k.html
6
Hasse J, Dinamika Hubungan Islam dan Agama Lokal di Indonesia: Pengalaman Towani Tolotang di Sulawesi
Selatan, Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol 1, No. 2, Bandung, 2016.
http://www.journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/article/view/744
7
Ahsanul Khalikin, Eksistensi dan Perkembangan Kepercayaan Towani Tootang di Kecamatan Tellu Limpoe
Kabupaten Sidenreng Rappang …
pengaruh yang besar terhadap masyarakat Tootang, bahkan dapat dikatakan bahwa pemimpin
adat ini merupakan keseimbangan yang tidak nampak dalam masyarakat dan mempunyai
tingkat kemampuan interaksi tatap muka yang cukup tinggi.8 Komunitas Towani Tolotang
hingga kini masih eksis, meskipun senantiasa mengalami berbagi tantangan. Tantangan untuk
mempertahankan identitas dan ajaran, serta tantangan untuk tetap bertahan di tengah situasi
sosial yang terus berubah.9
Komunitas Tolotang terbagi menjadi dua kelompok besar atau sekte, yakni Towani
Tolotang dan Tolotang Benteng. Walaupun Tolotang terbagi menjadi dua kelompok besar,
namun dalam sistem kepercayaan tidak terdapat perbedaan mendasar. Hanya saja kelompok
Tolotang Banteng identitas agama dalam KTP tertulis Islam, sedang kelompok Towani
Tolotang tertulis Hindu. Praktek pelaksanaan tatacara peribadatan dan sistem kepercayaan
berbeda dengan sistem ajaran Hindu bahkan cenderung ke ajaran Islam. Penganutnya
terhadao suatu agama mereka akui tetapi dalam hati paham agama yang asli tetap
dipertahakan.10
Perkembangan Kepercayaan Agama Lokal
Pada awal kedatangannya, Towani Tolotang mendapat penolakan dari pihak penguasa
(kerajaan), namun hal tersebut teratasi setelah dialog dilakukan. Dialog yang berlangsung
antara kerajaan (addatuang) Sidenreng dengan Towani Tolotang menyepakati mereka dapat
mendalami wilayah di sebelah Selatan Sidenreng. Pada perkembangan selanjutnya, penganut
Towani Tolotang dicap sebagai penganut aliran sesat sehingga mendapat serangan berupa
intimidasi bahkan fisik dari kalangan Islam yang melihat Towani Tolatang sebagai agama
sempalan sehingga ia menjadi sasaran dakwah. Tindakan kekerasan pun tidak terhindarkan
dan mengakibatkan konversi penganut Towani Tolotang ke dalam Islam. 11 Berbagai tekanan
yang dialami merupakan kreasi Negara melalui kebijakan mengenai agama. Negara hanya
mengakui beberapa agama sesuai dengan criteria yang ditentukan tanpa memperhatikan
kepentingan agama-agama lokal seperti Towani Tolotang.12
Pada masa penumpasan PKI, Towani Tolotang banyak yang mengaku Islam untuk
menyelamatkan diri. Upaya ini terpaksa dilakukan demi keberlangsungan hidup mereka.
8
Nursam, Kekuatan Politik Pemimpin Adat Uwa’ Tolotang Pada Pemilihan Kepala Daerah Sidrap Tahun 2013
(Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar, Skripsi, 2016), 5.
9
Ahsanul Khalikin, Eksistensi dan Perkembangan Kepercayaan Towani Tootang di Kecamatan Tellu Limpoe
Kabupaten Sidenreng Rappang …
10
Ahsanul Khalikin, Eksistensi dan Perkembangan Kepercayaan Towani Tootang di Kecamatan Tellu Limpoe
Kabupaten Sidenreng Rappang …
11
Hasse J, Dinamika Hubungan Islam dan Agama Lokal di Indonesia …
12
Hasse J, Kebijakan Negara Terhadap Agama Lokal “Towani Tolotong” di Kabupaten Sidrap, Sulawesi
Selatan, Jurnal Studi Pemerintahan, Vol 1, No. 1, Yogyakarta, 2010.
http://journal.umy.ac.id/index.php/jsp/article/viewFile/183/511
Strategi bertahan seperti ini memberikan ruang bagi mereka untuk tetap ada meskipun
dengan pengakuan yang sangat sulit dilakukan. Dalam sejarahnya, seperti yang dikemukakan
oleh Atho‘ Mudzhar, Towani Tolotang meninggalkan kampung halamannya akibat Islam
dijadikan agama kerajaan kala itu. Artinya, Islam berkontribusi bagi kepindahan Towani
Tolotang, dan pada kondisi yang sulit justru Islam pula yang menyelamatkan mereka. Saat
ini, perubahan-perubahan pada level lokal memberikan ruang yang terkadang
menguntungkan penganut agama lokal seperti Towani Tolotang. Namun, berbagai kesulitan
pun dihadapi oleh mereka setelah berhadapan dengan regulasi atau kebijakan Negara yang
sering membatasi ruang kebebasan ekspresi keagamaannya.13
Keberadaan agama lokal semisal Towani Tolotang, khususnya pasca kemerdakaan,
selalu mendapat gugatan. Kebijakan Negara mengenai agama di Indonesia dianggap sebagai
pemicu mutama munculnya gugatan-gugatan muncul tipologi agama, resmi dan tidak resmi,
legal dan illegal, diakui dan tidak diakui, dan lain-lain. ini terjadi karena penafsiran Negara
terhadap agama sangat kaku sehingga cenderung menguntungkan keompok agama tertentu,
sebaliknya menafikan agama-agama yang lain. salah satu pemicu perkelahian diantara agama
(penganut) tidak lepas dari perlakuan Negara yang menunjukkan pemihakan terhadap agama-
agama tertentu.14
Sikap pilih kasih dan perlakuan khusus negara terhadap agama tertentu memunculkan
respons baru bagi agama-agama yang merasa dirugikan oleh kebijakan negara. Kebijakan
justru memicu sikap masyarakat luas untuk turut mengecam keberadaan agama-agama lokal.
Kecaman mereka justru sering berakhir pada klaim sepihak dan menyalahkan orang- orang di
luar kelompoknya. Eksklusivisme kemudian muncul dalam konteks masyarakat yang
beragam. Sikap ini akhirnya menimbulkan kekisruhan yang sesungguhnya dapat ditangani
dengan baik jika kebijakan negara betul-betul bijak dan mengayomi semua warganya.15
Apapun yang terjadi pada agama lokal, termasuk pada agama atau kepercayaan
Towani Tolotang, mereka tetap eksis sampai saat ini. Sejarah panjang yang penganut Towani
Tolotang jalani hingga saat ini menandakan keberadaannya masih ada, tumbuh dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, tidak menuntut apa yang tidak menjadi hak
mereka. Mereka hanya ingin ketentraman, aman dan damai serta tidak diganggu keberadaan
kelompoknya.16

13
Hasse J, Dinamika Hubungan Islam dan Agama Lokal di Indonesia …
14
Ibid.
15
Ibid.,
16
Ahsanul Khalikin, Dinamika Paham Towani Tolotang di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selamat, Cet 1 (Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), 222.
Kesimpulan
Di Indonesia terdapat banyak agama, baik yang diakui dan tidak diakui. Agama yang
diakui seperti agama resmi yang ada di Imdomesia yaitu Islam, Katolik, Protestan, Buddha,
Hindu, dan Konghucu. Sedangkan agama yang tidak diakui seperti agama-agama lokal.
Agama lokal ini sudah ada jauh sebelum adanya agama-agama dunia. Agama lokal
merupakan agama asli, agama yang bukan datang dari luar suku penganutnya. Agama ini lahir
dan hidup bersama sukunya dan mewarnai setiap aspek kehidupan suku penganutnya. Di
Indonesia terdapat banya sekali agama atau kepercayaan lokal. Mereka menempati daerah-
daerah tertentu diwilayah Indonesia. Salah satu kepercayaan lokal di Indonesia yaitu Towani
Tolotang yang berada di Sulawesi Selatan.
Towani Tolotang ini merupakan agama yang dianut oleh sebagian masyarakat
Sidenreng Rappang di Sulawesi Selatan yang secara turun-temurun diwariskan dari generasi
ke generasi melalui beberapa jalur, jalur keturunan dan konversi agama. Pada awal
kedatangannya, Towani Tolotang mendapat penolakan dari pihak penguasa (kerajaan), namun
hal tersebut teratasi setelah dialog dilakukan. Pada perkembangan selanjutnya, penganut
Towani Tolotang dicap sebagai penganut aliran sesat sehingga mendapat serangan berupa
intimidasi bahkan fisik dari kalangan Islam yang melihat Towani Tolatang sebagai agama
sempalan sehingga ia menjadi sasaran dakwah. Tindakan kekerasan pun tidak terhindarkan
dan mengakibatkan konversi penganut Towani Tolotang ke dalam Islam. Meskipun sering
mengalami intimidasi pada mereka, agama lokal ini tetap eksis sampai sekarang.

Daftar Pustaka

Hakiki, Kiki Muhammad. Politik Identitas Agama Lokal, Analisis Jurnal Studi Keislaman.
Vol 11. No. 1. Lampung. 2011. .
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/617/0

Ismail, Faisal. Dinamika Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia. Cet 1. Jakarta: Puslitbang
Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. 2012.
J, Hasse. Dinamika Hubungan Islam dan Agama Lokal di Indonesia: Pengalaman Towani
Tolotang di Sulawesi Selatan, Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol 1, No. 2,
Bandung, 2016. http://www.journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/article/view/744
________. Kebijakan Negara Terhadap Agama Lokal “Towani Tolotong” di Kabupaten
Sidrap, Sulawesi Selatan, Jurnal Studi Pemerintahan, Vol 1, No. 1, Yogyakarta, 2010.
http://journal.umy.ac.id/index.php/jsp/article/viewFile/183/511
Khalikin, Ahsanul. Dinamika Paham Towani Tolotang di Kabupaten Sidrap, Sulawesi
Selamat. Cet 1. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2012.
______________. Eksistensi dan Perkembangan Kepercayaan Towani Tootang di
Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang, Jurnal Multikultural &
Multireligius, Vol 10, No. 4, 2011. https://anzdoc.com/eksistensi-dan-perkembangan-
kepercayaan-towani-tolotang-di-k.html

Nursam. Kekuatan Politik Pemimpin Adat Uwa’ Tolotang Pada Pemilihan Kepala Daerah
Sidrap Tahun 2013. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar. Skripsi. 2016.

Anda mungkin juga menyukai