Anda di halaman 1dari 10

UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL DAUN SEMBUNG (Blumea

Balsamifera D.C.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI ASAM


ASETAT

NAMA : I KETUT RUSDIARTA PUTRA


NPM : 2009482010105
KELAS : 3C
PRODI : S1 FARMASI

FALKUTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan alamnya. Salah satu kekayaan
alam yang dimiliki Indonesia adalah berbagai macam keanekaragaman hayati seperti
tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat obat yang saat ini sudah dimanfaatkan sebagai obat
tradisional untuk kesehatan keluarga oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun.
Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian umumnya efektivitas dan keamanannya
belum sepenuhnya didukung oleh penelitian. Sumber daya alam bahan obat dan obat
tradisional merupakan aset nasional yang perlu digali, diteliti, dikembangkan dan
dioptimalkan pemanfaatannya (Depkes. 2017).
Sembung (Blumea balsamifera D.C.) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai obat (Suweta, 2013). Tanaman sembung telah banyak digunakan dalam
sistem pengobatan tradisional sebagai obat untuk peradangan, batuk, bronkitis, dan asma .
Masyarakat Bali sejak dahulu mengenal daun sembung digunakan untuk obat, dengan konsep
usada taru pramana (Suryadarma, 2005). Selain itu tanaman ini mempunyai kadungan
senyawa seperti : alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid dan steroid. Senyawa-senyawa ini pada
penyakit tertentu dapat membantu melemahkan berbagai jenis organisme penyebab penyakit.
(Efendi et al., 2021)
Analgetik atau obat penghilang nyeri adalah obat- obat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa tanpa menghilangkan kesadaran (Sariana, 2011). Rasa sakit atau nyeri
merupakan petanda ada bagian tubuh yang bermasala. Fungsinya adalah melindungi serta
memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan didalam tubuh seperti
peradangan , infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri timbul karena adanya rangsangan
mekanis ataupun kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan dan melepaskan
zat-zat tertentu yang disebut mediator (perantara) nyeri seperti bradikinin, histamin,
serotonin, dan prostaglandin (Meustika dewi, 2014).
Daun sembung (Blumea Balsamifera D.C.) mengandung flavonoid. Flavonoid
berperan sebagai analgetik yang mekanisme kerjanya melindungi membran lipid dari
kerusakan dan menghambat enzim ciclooxigenase I yang merupakan jalur pertama sintesis
mediator nyeri seperti prostaglandin (Meustika dewi, et al., 2014). Berdasarkan uraian di atas,
Daun Sembung yang mengandung flavonoid diharapkan mempunyai efek analgesik yang
berperan sebagai peredanyeri . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgesik
Daun Sembung pada mencit putih jantan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Sembung
1. Deskripsi tanaman sembung
Tanaman sembung berupa perdu, tumbuh tegak, tinggi sampai 4 m, memiliki bunga
berkelompok berupa malai, keluar di ujung cabang, warnanya kuning. Buah longkah sedikit
melengkung, panjangnya 1 mm (Herbie, 2015). Tanaman sembung memiliki daun tunggal,
berwarna hijau, memiliki ukuran panjang 10-30 cm sedangkan lebar 2,5-12 cm dengan
panjang tangkai daun sekitar 1–2 cm. Daun berbentuk lonjong cenderung runcing di
ujungnya seperti tombak, tepi daun umumnya memiliki gerigi dan tajam, memiliki bulu di
permukaan daun (Afin, 2013).
Tanaman sembung mudah tumbuh di iklim tropis, seperti Indonesia. Tumbuh di
tempat terbuka sampai tempat yang agak terlindungi di tepi sungai, tanah pertanian,
pekarangan, dapat tumbuh pada tanah berpasir atau tanah yang agak basah pada ketinggian
sampai 2.200 mdpl (Herbie, 2015).

2. Klasifikasi tanaman sembung


Taksonomi tanaman sembung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Embryophyta
Division : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Order : Asterales
Family : Astereceae
Genus : Blumea
Species : Blumea balsamifera (BPOM RI, 2008)

3. Nama tanaman
Nama lokal tanaman sembung yaitu sembung (Sunda); sembung legi,
sembung gantung, sembung gula, sembung kuwuk, sembung mingsa, sembung langu,
sembung lelet (Jawa); kamandhin (Madura); sembung (Bali), sembung, capa, capo
(Sumatera); afoat (Timor), kesembung (Sasak); chapa (Sulawesi); buya sapa
(Sumatera) (Hidayat dan Napitupulu, 2015).
4. Kandungan tanaman sembung
Berdasarkan penelitian Amalia, Sari, dan Nursanty (2017) melaporkan bahwa
daun sembung mengandung metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tanin,
terpenoid dan steroid. Kandungan senyawa kimia dari daun sembung memiliki
mekanisme kerja dalam menghambat rasa nyeri. Ada pun fungsi dari masing – masing
senyawa tersebut :
a. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhtumbuhan, bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai lingkar
heterosiklis dengan nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsur-unsur penyusun
alkaloid adalah karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen. Alkaloid yang struktur
kimianya tidak mengandung oksigen hanya ada beberapa saja. Ada pula alkaloid
yang mengandung unsur lain selain keempat unsur yang telah disebutkan.
Adanya nitrogen dalam lingkar pada struktur kimia alkaloid, menyebabkan
alkaloid tersebut besifat alkali. Oleh karena itu, golongan senyawa-senyawa ini
disebut alkaloid (Sumardjo, 2008).
b. Flavonoid
Komponen flavonoid merupakan komponen non-volatile yang utama pada
Blumea balsamifera. Komponen flavonoid sembung terbanyak ada di daun
(2,94%), diikuti batang (1,36%) dan cabang (1,21%) (Pang et al., 2014).
Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut
polar seperti etanol, metanol, butanol dan aseton. Flavanoid merupakan
golongan terbesar dari senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat
pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Senyawa-senyawa flavanoid umumnya
bersifat antioksidan, analgesic dan banyak digunakan sebagai bahan baku obat-
obatan (Parwata, 2016).
c. Tanin
Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol
mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Tanin
terdapat dalam berbagai jenis tanaman terutama tanaman obat, selain digunakan
sebagi astringent (pengelat) dan obat untuk saluran pencernaan, tanin bekerja
sebagai obat untuk penyembuhan luka pada kulit. Secara kimia tanin dibagi
menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tanin katekin dan tanin
terhidrolisis. Tanin terkondensasi terdapat dalam paku-pakuan, gimnospermae
dan angiospermae, terutama pada jenis tumbuh-tumbuhan berkayu. Tanin
terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Tanin
merupakan serpihan mengkilat berwarna kekuningan sampai coklat muda, atau
serbuk amorf. Tidak bebau, kelarutan sangat mudah larut dalam air dan etanol,
kurang larut dalam etanol mutlak, larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam
benzene, dalam kloroform dan dalam eter (Ruhimat, 2015).
d. Steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar
siklopentanoperhidrofenantrena, yang memiliki empat cincin terpadu (biasa
ditandai cincin A, B, C dan D) (Tukiran, Suyatno, dan Hidayati, 2014). Menurut
Madduluri dan Ahmed dalam Sudarmi, Darmayasa, dan Muksin (2017)
mekanisme kerja steroid sebagai antibakteri yaitu dengan merusak membran
lipid, sehingga liposom mengalami kebocoran. Steroid juga diketahui dapat
berinteraksi dengan membran fosfolipid. Karena sifatnya yang permeabel
terhadap senyawasenyawa lipofilik menyebabkan integritas membran menurun
dan morfologi membran sel terganggu yang mengakibatkan sel mengalami lisis
dan rapuh.
e. Terpenoid
Terpena merupakan persenyawaan hidrokarbon alifatik atau hidrokarbon
siklik yang memiliki rumus perbandingan (C5H8). Terpena dapat dianggap
sebagai hasil kondensasi 2-metil-1,3-butadiena atau isoprena. Terpenoid
merupakan turunan-turunan terpena atau senyawa-senyawa yang strukturnya
mirip terpena. Molekul terpenoid dapat mengandung gugus karboksil, hidrosil,
formil, atau gugus yang lain (Sumardjo, 2008). Mekanisme kerja senyawa
terpenoid sebagai 11 antibakteri diduga melibatkan kerusakan membran oleh
senyawa lipofilik.

5. Khasiat tanaman sembung


Daun sembung berkhasiat sebagai antibakteri, antiradang, melancarkan peredaran
darah, memperlancar pengeluaran gas dari saluran pencernaan, memperlancar
pengeluaran keringat, menghangatkan badan, menurunkan panas, menghilangkan bekuan
darah dan pembengkakan, sebagai obat batuk, mengatasi reumatik sendi, persendian sakit
setelah melahirkan, nyeri haid, datang haid tidak teratur, influenza, demam, sesak napas
(asma), batuk, bronkhitis, perut kembung, diare, perut mulas, sariawan, nyeri dada akibat
penyempitan pembuluh darah koroner (angina pektoris), dan kencing manis (diabetes
melitus) (Ruhimat, 2015).

B. Analgesik
Analgesik adalah suatu senyawa yang dalam dosis terapeutik dapat meringankan atau
menekan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan 6 Rahardja, 2007).
Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekular, analgesik dibagi menjadi dua
golongan yaitu analgesik narkotik dan analgesik non narkotik (Siswandono dan
Soekardjo, 2000). Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua
kelompok besar, yakni:
1. Analgesik perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgesik antiradang termasuk kelompok ini.
2. Analgesik narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada
fractura dan kanker (Tjay dan Rahardja, 2007)

C. Nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan
(ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya
emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula
menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif
pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk
suhu adalah konstan, yakni pada 44-450C (Tjay dan Rahardja, 2007). Menurut
International Association for The Study of Pain (IASP), nyeri dapat digambarkan sebagai
suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi. Nyeri bersifat subjektif dan
merupakan suatu sensasi sekaligus emosi (Price dan Wilson, 2005).
Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri dirasakan untuk
pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah saat orang
merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan (Tjay dan
Rahardja, 2007)
BAB III
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksprimental
dengan rancangan penelitian Randomized Control Group Posttest only Design
Alat : bejana maserasi, timbangan analitik , cawan porselin , pipet tetes , kanula , jarum oral,
beaker glass , gelas ukur , stopwatch.
Bahan : DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera D.C.), Aquadest, Asam Asetat 0,1%
Etanol 96%, Asam Mefenamat 500 mg, dan NaCMC 0,5%.
Populasi dan Sampel : Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa mencit putih
jantan (Mus musculus), berat 20- 30 gram, umur 2-3 bulan sebanyak 15 ekor lalu dibagi
menjadi 5 kelompok.
Pembuatan ekstrak etanol daun sembung (Blumea Balsamifera D.C.)
Simplisa daun sembung (Blumea Balsamifera D.C.). Ditimbang sebanyak 500 gram
kemudian dimasukkan ke dalam bejana maserasi yang ditambahkan etanol 96% sebanyak 4
liter. Setelah 3 hari cairan penyari diganti dengan etanol 96% yang baru sebanyak 4 liter.
penggantian cairan penyari dilakukan sebanyak 1 kali setiap 3 hari dengan jumlah penyari
yang sama. Penggantian cairan dilakukan sebanyak 3 kali. Ekstrak cair etanol 96% yang
diperoleh kemudian dikumpulkan dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
Pembuatan Suspensi Na-CMC 0,5%
Ditimbang Na-CMC 0,5 gram dan dimasukan sedikit demi sedikit kedalam 50 ml air
panas sambil diaduk dengan pengaduk hingga terbentuk larutan kolodial dan cukupkan
volumenya hingga 100 ml kemudian disterilkan menggunakan autoklaf 15-20 menit.
Pengujian Efek Analgetik
Penelitian ini terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif,
ekstrak etanol daun sembung (Blumea Balsamifera D.C.). dengan dosis 100mg/kgBB,
300mg/kgBB, dan 600mg/kgBB.

Kelompok I : kontrol negatif (CMC-Na 0,5 %)


Kelompok II : kontrol positif (Asam Mefenamat 500 mg)
Kelompok III : Ekstrak etanol daun sembung 100 mg/kgBB
Kelompok IV : Ekstrak etanol daun sembung 300 mg/kgBB
Kelompok V : Ekstrak etanol daun sembung 600 mg/kgBB
Setelah diberi perlakuan dosis tunggal peroral, 30 menit kemudian mencit diberi perangsang
nyeri, yaitu dengan pemberian asam asetat. Kemudian diamati geliat karakteristik dihitung
tiap 5 menit selama 60 menit.
BAB IV
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tanaman daun sembung mengandung
alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid dan steroid. Salah satu kandungannya yaitu flavonoid
juga memiliki kemampuan sebagai analgetic. Senyawa flavonoid berperan sebagai analgetik
yang memiliki mekanisme kerja untuk menghambat kerja enzim siklooksigenase dengan cara
mengurangi prostaglandin oleh asam arakidonat sehingga mengurangi rasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Auliah, N., Lotuconsina, A. A., & Thalib, M. (2019). Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol
Daun Nangka (Mus musculus) yang Diinduksi Asam Asetat. Jurnal Riset Kefarmasian
Indonesia, 1(2), 103–113.
Ida. (2019). karakterisasi senyawa bioaktif ekstrak daun sembung (blumea balsamifera ( L )
DC ) dari beberapa jenis pelarut. (Scientific Journal of Food Technology), 6(1), 54–65.
Maslahat, M., & Yuliani, N. (2018). KANDUNGAN FITOKIMIA , KLOROFIL DAN
BIOMASSA DAUN Sembung Leaves ( Blumea balsamifera ). Jurnal Sains Natural
Universitas Nusa Bangsa, 4(1), 11–25.
Ruhardi, A., & Handoyo Sahumena, M. (2021). IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVANOID
DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera L.). Journal Syifa Sciences and Clinical
Research, 3(1), 29–36. https://doi.org/10.37311/jsscr.v3i1.9925

Anda mungkin juga menyukai