Anda di halaman 1dari 31

Kontrol Bagi Internal Audit

Oleh:

Nama NIM

1. Nyoman P. Uttari Candra Dewi 1902622010359


2. Ni Made Sapnawati 1902622010385

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

PRODI AKUNTANSI

TAHUN 2021
1.1 Definini dan Standar Kontrol Internal Audit
a. Definisi awal
Pentingnya kontrol audit bagi auditor ( atau pengecekan internal
seperti disebut pertama kali) diakui oleh L.R. Dicksee pada awal tahun
1905. Ia mengatakan bahwasistem pengecekan internal yang layak bisa
menghilangkan kebutuhan akan audit yangterperinci. Menurutnya kontrol
dapat dibagi menjadi 3 elemen yang terdiri atas : pembagian kerja,
penggunaan catatan akuntansi, dan rotasi pegawai. Menurut George
E.Bennett tahun 1930 pengecekan internal adalah koordinasi dari sistem
akun-akun dan prosedur perkantoran yang berkaitan sehingga seseorang
karyawan selain mengerjakantugasnya sendiri juga secara berkelanjutan
mengecek pekerjaan karyawan yang lainuntuk hal-hal tertentu yang rawan
kecurangan.
b. Definisi Kontrol
Menurut AICPA (Committee On Auditing Procedure) kontrol
internal adalah rencanaorganisasi dan semua metode yang terkoordinasi
dan pengukuran - pengukuran yangditerapkan di perusahaan untuk
mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dankeandalan data akuntansi,
meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong ketaatanterhadap
kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.
c. Perluasan SAS 78 atas Definisi AICPA tentang Kontrol Internal.
Kontrol internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh
aktivitas dewan komisaris,manajemen atau pegawai lainnya yang
dirancang untuk memberikan keyakinan yangwajar mengenai pencapaian
tujuan:
 Keandalan pelaporan keuangan
 Efektivitas dan efisiensi operasi
 Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
d. Definisi Kontrol Bagi Akuntan Publik
Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut
terlalu luas untuk tujuanmereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah
menjadi kontrol administratif dankontrol akuntansi. Menurut Statement of
Auditing Standards atau SAS No 1:
 Kontrol administratif mencakup tetapi tidak terbatas pada, rencana
organisasi , prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses
pengambilan keputusanyang tercermin dalam otorisasi manajemen
atas transaksi.
 Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan
catatan yang berkaitan dengan pengamanan aktiva dan keandalan
pencatatan keuangan, yangdirancang untuk memberikan keyakinan
yang wajar bahwa,
1. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum aatu
khusus darimanajemen.2.
2. Transaksi dicatat untuk mdenyiapkan penyusunan laporan
keuangan sesuaidengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum
atau kriteria lainnya yangb berlakuuntuk laopran tersebut dan
untuk menjaga akuntabilitas atas aktiva.3.
3. Akses terhadap aktiva hanya sesuai otorisasi manajemen.
4. Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan
aktiva yangada pada periode yang wajar dan bila ada terdapat
perbedaan maka akandiambil tindakan yang tepat.Dari definisi
diatas terlihat bahwa definisikontrol administrasif
menghubungkan kontrol tersebut dengan manajemen,sementara
definisi kontrol akuntansi tidak.
e. Definisi Kontrol bagi Auditor Internal
Auditor internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua
sarana perusahaanuntuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan
mengawasi berbagaiaktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa
tujuan perusahaan tercapai. Saranakontrol ini meliputi bentuk organisasi,
kebijakan, sistem, prosedur, induksi, standar,komite, bagan akun,
perkiraan, anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan,metode,
rencana dan audit internal. Namun, bagi auditor internal kontrol
akanmemadai dan berguna jika dirancang untuk mencapai suatu tujuan.
Dan definisikontrol menurut IIA (Institute of Internal Auditors) yaitu
setiap tindakan yang diambilmanajemen untuk meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

1.2 Model – model Kontrol Internal dan Penggunaan Model Kontrol pada
Audit Internal
Dulunya auditor menggunakan serangkaian fungsi control internal untuk
menentukankecukupan fungsi control organisasi beberapa tahun terakhir ini
muncul pertanyaanapakah pola elemen-elemen kontrol telah memadai.Kontrol
internal memiliki banyak konsep untuk menstandarkan definisi, Committee of
Sponsoring Organization mendefinisikan dan menjelaskan kontrol internal
untuk:
 Menetapkan definisi yang sama untuk kelompok yang berbeda
 Memberikan definisi standar yang bisa digunakan perusahaan
sebagai perbandingan dengan sistem kontrolnya.

Komite tersebut disingkat COSO, yang kemudian memberikan definisi berikut


yangmenyatakan kontrol internal dirancang untuk memberikan keyakinan yang
memadaitentang pencapaian tujuan dalam hal:

 Efektivitas dan efisiensi operasi


 Keandalan informasi keuangan
 Kelataan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Komite tersebut menyatakan bahwa proses kontrol dapat membantu dalam


mencapai:

 Tujuan dasar usaha dan operasional


 Pengaman aktivitas1.
 Keandalan laporan keuangan2.
 Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

 Model COSO
Model komponen internal control yang diterapkan oleh COSO (Committee
ofSponsoring Organizations) terdiri dari 5 yaitu :
1. Control enviroment (lingkungan Pengendalian)
2. Risk assessment (Penilaian resiko )
3. Control activities (aktivitas Pengendalian)
4. Information and communications (Informasi & komunikasi)
5. Monitoring (Pengawasan)

1. Lingkungan Pengendalian (The Control Environment)


Komponen ini meliputi sikap manajemen disemua tingkatan terhadap
operasi secaraumum dan konsep control secara khusus.Hal ini
mencakup,etika,kompetensi,sertaintegritas dan kepentingan terhadap
kesejahteraan organisasi. Juga tercakup strukturorganisasi serta kebijakan dan
filosofi manajemen.
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Komponen ini telah menjadi bagian dari aktivitas audit internal yang terus
berkembang.Penentuan risiko mencakup penentuan risiko disemua aspek
organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui risiko.COSO juga
menambahkan pertimbangantujuan disemua bidang operasi untuk memastikan
bahwa semua bagian organiasi bekerja secara harmonis.
3. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)
Komponen ini mencakup aktivitas-aktivitas yang dulunya dikaitkan
dengan konsepkontrol internal.Aktivitas-aktivitas ini meliputi
persetujuan,tanggumg jawab dan kewenangan, pemisahan tugas,
pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan yang kompetendan jujur,
pemeriksaan interbal dan audit internal. Aktivitas - aktivitas ini harus
dievaluasi risikonya untuk organisasi secara keseluruhan.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Komponen ini merupakan bagian penting dari proses
manajemen.Manajemen tidakdapat berfungsi tanpa informasi.Komunikasi
informasi tentang operasi kontrol internalmemberikan substansi yang
dapat digunakan manajemen untuk mengevaluasiefektivitas control dan
mengelola operasinya.
5. Pengawasan
Pengawasan merupakan evaluasi rasioanal yang dinamis atas informasinya
yangdiberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan manajemen
control.

 MODEL COCO
Model CoCo mencakup emapat komponen. Komponen-komponen
tersebut digunakanuntuk mengklasifikasikan 20 kriteria yang bisa menjadi
bagian dari program audit.Komponen dan ke-20 kriteria tersebut adalah
sebagai berikut:

Tujuan

a. Tujuan harus diterapkan dan dikomunikasikan


b. Risiko eksternal dan internal signifikan yang dihadapi organisasi
dalam pencapaian tujuannya harus ditentukan dan dinilai.
c. Kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk mendukung pencapaian
tujuanorganisasi dan pengelolaan risikonya harus diterapkan,
dikomunikasikan,dipraktikkan sehingga karyawan memahami apa
yang diharapkan dari merekadan lingkup kebesan mereka untuk
bertindak.
d. Rencana-rencan yang menjadi pedoman upaya-upaya pencapaian
tujuanorganisasi harus ditetapkan dan dikomunikasikan.
e. Tujuan dan rencana terkait harus mencakup target kinerja dan
indikator yang bisa diukur.

Komitmen

a. Nilai-nilai etis bersama, termasuk integritas, harus ditetapkan,


dikomunikasikan,dan dilaksanakan di organisasi
b. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia harus konsisten dengan
nilai etikaorganisasi dan dengan pencapaian tujuannya.
c. Kewenangan, tanggung jawab, dan akuntabilitas harus didefenisikan
secara jelasdan konsisten dengan tujuan organisasi sehingga keputusan
dan tindakan diambiloleh orang yang tepat.
d. Suasana saling percaya harus ditingkatkan untuk mendukung aliran
informasiantar karyawan dan kinerja efektif mereka menuju
pencapaian tujuan organisasi.

Kemampuan

a. Karyawan harus memiliki pengetahuan, keahlian, dan sarana yang


diperlukanuntuk mendukung pencapaian tujuan organisasi.
b. Proses komunikasi harus mendukung nilai-nilai organisasi dan
pencapaiantujuannya.
c. Informasi yang memadai dan relavan harus didefenisikan dan
dikomunikasikansecara tepat waktu sehingga memungkinkan karyawan
melaksanakan tugas yangmenjadi tanggung jawabnya.
d. Keputusan dan tindakan pihak-pihak yang berbeda dalam organisasi
harusdikoordinasi.
e. Aktivitas kontrol harus dirancang sebagai bagian yang integral dalam
organisasi,dengan mempertimbangkan tujuan, risiko untuk mencapainya,
dan keterkaitanantara elemen-elemen control.

Pengawasan dan pembelajaran

a. Lingkungan eksternal dan internal harus dimonitor untuk memperoleh


informasiyang bisa menandakan perlunya evaluasi ulang atas tujuan atau
kontrolorganisasi.
b. Kinerja harus dimonitor untuk menentukan kesesuainnya dengan target
danindicator yang terdapat pada tujuan dan rencana organisasi.
c. Asumsi-asumsi yang mendasari tujuan dan sistem organisasi harus diubah
secara periodic.
d. Kebutuhan informasi dan sistem informasi terkait harus dinilai ulang
seiring perubahan tujuan atau ditemukannya kelemahan.
e. Prosedur tindak lanjut harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa
perubahan atautindakan telah dilaksanakan.
f. Manajemen harus menilai secara periodic efektivitas kontrol di
organisasinyadan mengomunikasikan hasilnya ke pihak yang berwenang.

1.3 Elemen – elemen Sistem Kontrol


a. Manfaat Internal Kontrol
Seperti yang telah dikemukakan bahwa Internal Auditing
merupakan salah satu unsurdaripada pengawasan yang dibina oleh
manejemen, dengan fungsi utama adalah untukmenilai apakah pengawasan
intern telah berjalan sebagaimana yang diharapkan.Adapun manfaat
Internal Auditing secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerjaInternal
Auditing dalam mencapai tujuannya adalah:
1. Untuk membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan
pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi.
2. Untuk meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan,
rencanadan prosedur yang ditetapkan.
3. Untuk meyakinkan apakah kekayaan perusahaan / organisasi
dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap
segala kemungkinan resiko kerugian.
4. Untuk menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya
yangdikembangkan dalam organisasi.
5. Menilai kwalitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah
dibebankan.Kontrol tidak perlu dibatasi secara eksklusif. Juga tidak
perlu terikat atau memiliki daftar “apa saja yang tidak bisa dilakukan
oleh kontrol”. Kontrol dapat membantu manajer. Pendapat yang
berkembang saat ini menyatakan bahwa kontrolharuslah menjadi
sarana positif untuk membantu manajer mencapai tujuan dan sasaran.
Filosofi manajemen modern memandang kontrol sebagai bantuan,
bukan penyempitan ruang gerak. Filosofi tersebut memandang kontrol
sebagai sebuah saranamengintegrasikan pribadi-pribadi dan tujuan
perusahaan untuk membantu karyawanmencapai sasarannya. Filosofi
tersebut menyarankan agar orang-orang juga membantu merencanakan
kontrol. Jadi kontrol dipandang sebagai alat ukur seseorang
menentukanapakah standar telah dicapai, apakah seseorang telah
menyelesaikan pekerjaannya.
Dengan demikian kontrol menjadi sarana mengendalikan diri
sendiri. Saranakontrol tersebut digunakan untuk mengukur
kemampuan diri. Juga dapat digunakanuntuk mendorong individu
meningkatkan kinerja mereka tidak hanya puas dengan pekerjaan yang
telah dilakukan. Dipandang yang dari sudut pandang yang sempit
pun,kontrol tetap bisa bermanfaat. Kontrol dapat memusnahkan
godaan untuk melakukanuntuk melakukan kecurangan. Contohnya,
kita ketahui bahwa terdapat tiga kondisiyang menyebabkan karyawan
melakukan penyelewengan dana: kebutuhan yang berlebihan (dalam
kenyataan atau dalam keinginan), adanya kesempatan, dan anggapan
bahwa penyelewengan adalah hal yang biasa. Manajemen tidak dapat
berbuat banyakatas apa yang dianggap kebutuhan yang memadai oleh
karyawannya. Tetapi dengankontrol yang memadai, kesempatan atau
godaan untuk melakukan penyelewengan bisadikurangi atau
dihilangkan. Hal ini merupakan keniscayaan, sebelum karyawan
berpikir untuk merusak system kontrol. Namun jika aktiva dibiarkan
tanpa pengawasan, karyawan dapat saja beralasan bahwa kondisinya
memangmemungkinkan untuk melakukan penyelewengan terhadap
aktiva.
Kontrol yang baik tidak hanya melindungi organisasi, tetapi juga
karyawan.Manajemen bertanggung jawab secara moral bahwa tidak
ada celah untuk melakukankecurangan . Kebanyakan karyawan akan
menghargai operasi yang dikendalikandengan baik. Kelemahan kontrol
menimbulkan celah dan memudahkan karyawanuntuk mengajukan
alasan: karena manajemen juga tidak memerhatikan, kenapa kitatidak
melakukan kecurangan? Misalnya, penumpukan tugas semua bagian
operasi ditangan satu orang adalah berbahaya tidak baik untuk
organisasi dan juga untuk masing-masing individu.
Manfaat kontrol lainnya muncul dari teori agensi untuk
manajemen. Manajer,sebagai agen dari pemilik, bertanggung jawab
kepada pemilik. Mereka harus dapatmembuktikan bahwa mereka telah
menggunakan sumber daya yang telah dipercayakankepada mereka
dengan sebaik-baiknya.
Dengan melaksanakan kontrol melalui laporan dan verifikasi yang
objektif olehauditor pemilik bisa yakin bahwa tanggung jawab yang
dibebankan kepada manajertelah dilaksanakan dengan baik. Lebih
lanjut, dengan menerapkan system kontrol yangtepat, manajer sebagai
agen dapat memberikan keyakinan yang memadai kepada pemilik
mengenai pengelolaan perusahaan yang telah dijalankan.
Fungsi internal audit menjadi semakin penting sejalan dengan
semakinkompleksnya operasional perusahaan. Manajemen tidak
mungkin dapat mengawasiseluruh kegiatan operasional perusahaan,
karena itu manajemen sangat terbantu olehfungsi internal audit untuk
menjaga efisiensi dan efektivitas kegiatan.
Sawyer (2005:32) menyebutkan fungsi internal audit bagi
manajemen sebagai berikut :
1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri
oleh manajemen puncak.
2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko.
3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.
4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
5. Membantu proses pengambilan keputusan.
6. Menganalisis masa depan - bukan hanya untuk masa lalu.
7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.

b. Elemen – elemen Sistem Kontrol


Sarana kontrol meliputi orang, peraturan, anggaran, jadwal, dan
analisis komponen - kompeonen lainnya. Bila digabungkan, elemen -
elemen ini akna membentuk sistemkontrol. Sistem tersebut dapat memiliki
subsistem - subsistem dan bisa juga menjadi bagian dari sistem yang lebih
besar, semua sistem itu beroperasi secara harmonis untukmemenuhi satu
atau lebih tujuan bersama. Sistem tersebut bbisa berbentuk tertutup
atauterbuka. Sebuah
sistem tertutup (closed system) tidak berinteraksi dengan lingkungan,
sedangkan sistem terbuka (open system) memiliki interaksi. Sistem
tertutup jarang digunakan, namun sejak komputer digunakan secara luas,
sistem ini jadi seringdigunakan. Auditor internal akan berhubungan
dengan kedua sistem meskipun merekatidak dapat mengabaikan dampak
lingkungan pada sistem kontrol terbuka. Sistem usaha biasanya lebih
kompleks, namun cara kerjanya tetap sama. Sistem lingkaran tertutup yang
lebih umum, seperti sistem pemesanan ulang persediaan, diseutsistem
umpan balik (feedback system). Seperti halnya yang berlaku pada
termostat,keluaran (dalam hal ini lingkungan) dibandingkan dengan suatu
standar sehinggadiperoleh respon yang tepat. Semua sistem operasi
memiliki bagian - bagian dasar yangterdiri atas masukan (input),
pemrosesan (processing), dan keluaran (output).

Untuk mengendalikan proses sehingga output tetap memenuhi standar


yang digunakan,ada dua elemdn yang harus ditambahkan - control dan
umpan balik.

Jadi, dalam sistem produksi:

 Masukan terdiri dari karyawan, mesin, dan bahan mentah.


 Pemrosesan mengubah bahan mentah menjadi produk
 Keluaran adalah produk jadi.
 Sistem kontrol mencakup kontrol porduksi, yang mengatur arus
bahan bakudan jasa, serta inspeksi keluaran.
 Kontrol membandingkan keluaran dengan standar, melalui inspeksi
atau pengamatan terkomputerisasi.
 Umpan balik mengomunikasikan varians (penyimpangan) ke
elemen pemrosesan.
 Tindakan korektif membuat pemrosesan menjadi lebih baik untuk
mencapaistandar yang diinginkan.

Sistem lingkaran tertutup (close-loop system) - jangan


disamakan dengansistem terbuka - sesuai dengan pandangan manajemen
klasik tentang kontrol untukmeyakinkan bahwa tujuan telah tercapai.
Oleh karena itu, kontrol terdiri ataskeseluruhan usaha untuk mencapai
hasil yang sesuai dengan rencana, untukmeyakinkan bahwa tujuan telah
tercapai.

Pentingnya Kontrol

Kontrol menjadi lebih penting bagi organisasi - organisasi besar. Manajer


tidakdapat mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang menjadi
tanggungjawabnya.Jadi mereka harus mendelegasikan kewenangannya
kebawahan yang berfungsisebagai wakilnya. Bawahan tersebut akna diberi
tanggung jawab untukmelaksanakan tugasnya. Seiring dengan pemberian
tanggung jawaban muncul pulaakuntabilitas, yang memerlukan bahan bukti
bahwa tugas yang dibebankan telahdiselesaikan. Bukti tersebut biasanya dalam
laporan yang membandingkan hasilaktual dengan yang direncanakan. Inilah yang
disebut kontrol dasar (basic control).

Merancang sistem kontrol untuk memastikan bahwa tugas yang


diselesaikan dantujuan dicapai merupakan tanggung jawab manajemen. Manajer
bertanggung jawabuntuk menetapkan kontrol, mempertahankannya, memodifikasi
apa yang harusdiubah, dan memerhatikan informasi yang diberikan oleh sistem
kontrol. Manajer menerapkan kontrol karena memang harus. Renacana - renacana
bisa jadi tidak jelas atau tidak dikomuniaksikan dengan baik. Tujuan karyawan
bisa berbeda dari tujuan manajemen. Kecelakaan dan penundaan bisa terjasi,
sehinggamenimbulakn situasi yang tidak direncanakan sebelumnya. Kontrol
detektif tetap membandingkan yang sebenarnya dengan yang seharusnya,
mengomunikasikan kelemahan dengan manajemen, dan mendorong manajemen
melakukan tindakan perbaikan.

1.4 Standar – standar Kontrol Internal, Karakteristik Kontrol dan Sarana


untuk Mencapai Kontrol
A. Standar – standar Operasi
Standar-standar operasi bisa jadi merupakan elemen - elemen kunci
dalam proses kontrol. Standar menentukan jenis kinerja yang diharapkan.
Standar berperandalam dua hal: menentukan tujuan yang akan dicapai dan
menjadi dasar pengukuran.
Untuk memfasilitasi pengukuran, standar haruslah bersifat
kuantitatif. Setiaporang memahami angka - angka. Kriteria yang bersifat
kualitatif lebih sulit diukur.Akan tetapi stadar kualitatif tanpa
memperhatikan persyaratan kualitatif bisamenyesatkan dan menghasilkan
keputusan manajemen yang tidak tepat. Standar - standar opersai
sebaiknya berisfat spesifik, meskiun dapat memasukkan factor - faktor
toleransi. Jadi seorang manajer dapat mengukur “penyelesaian tugas
tanggal10 juli” tetapi akan sulit mengukur “penyelesaia tugas dalam waktu
yang wajar”.Sepuluh juli memiliki pengertian yang sama bagi semua
orang. “Waktu yang wajar” memunculkan pertanyaan apa yang disebut
wajar? Dan wajar bagi siapa
Kontrol umumnya membutuhkan standar - standar operasi. Standar
- standar inidapat berasal dari berbagai sumber, seperti:
 Standar produksi
 Standar akuntansi biaya
 Standar tugas
 Standar industri
 Standar historis
 Standar “estimasi terbaik”
Hal - hal yang baru yang menjadi perhatian adalah bahwa standar
tersebut bersifat wajar, mengadung faktor - faktor toleransi yang layak
mencerminkan kondisisaat ini,dan akan menghasilkan tujuan yang
diinginkan. Selain standar operasi yang merupakan bagian dari system
kontrol, terdapatkerangka standar yang harus diikuti system kontrol itu
sendiri. Standar-standar ini adalah:

a. Standar - standar Umum


 Keyakinan yang Wajar : Kontrol harus memberikan keyakinan
yangwajar bahwa tujuan kontrol internal akan dicapai.
 Perilaku yang Mendukung : Manajer dan karyawan harus memiliki
perilaku yang mendukung kontrol internal.
 Integritas dan Kompetensi : Orang-orang yang terlibat dalam
pengoperasian kontrol internal harus memiliki tingkat
profesionalitas,integritas pribadi dan kompetensi yang memadai
untuk melaksanakankontrol guna mencapai tujuan kontrol internal.
 Tujuan Kontrol : Tujuan kontrol yang spesifik, komprehensif,
danwajar harus ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi.
 Pengawasan Kontrol : Manajer harus terus menerus
mengawasikeluaran yang dihasilkan oleh system kontrol
mengambil langkah-langkah tepat terhadap penyimpangan yang
memerlukan tindakan tersebut.
b. Standar – standar Rinci
 Dokumentasi : Struktur, semua transaksi, dan kejadian signifikan
harusdidokumentasikan dengan baik. Dokumentasi tersebut harus
siaptersedia.
 Pencatatan Transaksi dan Kejadian dengan Layak Dan TepatWaktu
Otorisasi dan Pelaksanaan Transaksi dan Kejadian : Transaksi
dankejadian harus diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yang
bertugasuntuk itu.
 Pembagian Tugas: Otorisasi, pemrosesan, pencatatan dan
pemeriksaantransaksi harus dipisahkan ke masing-masing individu
(dan unit).
 Pegawasan : Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan
berkelanjutan untuk memastikan pencapaian tujuan kontrol
internal.
 Akses dan Akuntabilitas ke Sumber Daya/dan Catatan : Akses
harusdibatasi ke individu yang memang berwenang, seseorang
yang bertanggung jawab untuk pengamanan dan penggunaan
sumber daya danorang lain yang mencatat. Aspek ini harus
diperiksa secara periodicdengan membandingkan jumlah yang
tercatat dengan jumlah fisik.

B. Karakterirstik Internal Kontrol


Auditor internal dapat mengevaluasi system kontrol dengan
menentukankesesuaiannya dengan kriteria yang ditetapkan seperti berikut
ini:
a. Tepat waktu
Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau
potensial sjak awaluntuk menghindari tindakan perbaikan yang
memakan biaya. Kontrol harus tepatwaktu, meskipun efektivitas biaya
juga dipertimbangkan. Manajemen harus mengantisipasi masalah yang
dideteksi kontrol. Tetapi selalu ada “hal-hal yang tidak diketahui” bila
terjadi masalah-masalah yang tidak diharapkan maka
harusdiidentifikasi dan ditindaklanjuti tepat waktu.
b. Ekonomis
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai
hasil yangdiinginkan dengan biaya minimum dan dengan efek samping
yang paling rendah.Kontrol yang memberikan keyakinan yang mutlak
memang dimungkinkan(walaupun jarang), tetapi mencapai keyakinan
seperti ini bisa melebihi tambahan biaya yang harus membandingkan
biaya yang timbul akibat hal-hal yang bisadicegah, dideteksi, dan
dikoreksi oleh sistem kontrol dengan biaya kontrol terebut.Manajemen
tidak hanya harus memerhatikan efektivitas kontrol, tetapi juga
efisiendan keekonomisannya. Kontrol harus ditingkatkan hanya jika
manfaat yang diberikan lebih besar daripada biaya
tambahannya.Keseimbangan antara hal-hal yang dihasilkan dari
kontrol internal dengan proteksitidak selalu bisa diukur dengan
objektif. Beberapa kontrol bisa jadi diwajibkan karena pertimbangan
keamanan, lingkungan, situasi yang sensitif, atau reputasiyang
meningkat. Jadi, dalam beberpa hal, manajemen mungkin perlu
menggunakan pertimbangan yang subjektif saat menentukan ketat
tidaknya sistem kontrol yangakan diterapkan.
c. Akuntabilitas
Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan
tugas yangdiberikan. Manajer memerlukan kontrol untuk membantu
mereka memenuhitanggung jawabnya. Oleh karena itu, manajer harus
memerhatikan tujuan dan pengoperasian kontrol sampai akhir dan bisa
memanfaatkannya.
d. Penerapan
Kontrol harus diterapkan pada saat yang paling efektif, yaitu sebagai
berikut:
- Sebelum bagian proyek yang mahal dari suatu proyek dikerjakan.
- Sebelum waktu yang perusahaan tidak bisa untuk kembali.
- Saat satu tahap operasi berakhir dan tahap yang lain dimulai.
- Saat pengukuran paling nyaman untuk dilakukan.
- Saat tindakan korektif yang paling mudah untuk dilakukan.
- Bila tersedia waktu untuk tindakan perbaikan.
- Setelah penyelesaian tugas atau penyelesaian sebuah aktivitas yang
mengandungkesalahan.
- Jika akuntabilitas untuk seumber daya berubah.
e. Fleksibilitas
Keadaan bias berubah sewaktu-waktu. Kontrol yang akan
mengakomodasi perubahan seperti ini tanpa harus berubah lebih
disukai untuk menghindarikebutuhan akan adanya perubahan.
Perubahan dalam kontrol untuk menyesuaikandengan perubahan
operasi cenderung menyebabkan lebih banyak kebingungan.Contoh
dari kontrol yang fleksibel adalah sistem anggaran variabel
yangmemungkinkan biaya dan kuantitas operasi yang berbeda untuk
tingkat operasiyang berbeda.

f. Menentukan penyebab
Tindakan korektif yang diambil segera bias dilakukan bila kontrol
tidak hanyamengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya.
Penanganan standar biasdisiapkan dan dilaksanakan bila kontrol bias
menentukan penyebab kesulitan.Tidak ada tindakan korektif yang
benar-benar efektif kecuali bila penyebabnyadiketahui. Misalnya
adalah sistem akuntansi biaya yang memungkinkan berbagaielemen
biaya dan kuantitas diidendifikasi dan dibandingkan dengan standar.
Jadi,varians dalam biaya produk atau kuantitas dapat ditelusuri ke
masing-masingelemen jika terjadi penyimpangan dari standar.
g. Kelayakan
Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen. Kontrol tersebut
harusmembantu dalam pencapaian tujuan dan rencana manajemen dan
juga harus sesuaidengan karyawan dan struktur organisasi dari operasi.
Kontrol yang paling efisiendan bermanfaat adalah kontrol berbasis
pengecualian, yaitu hanya merespons penyimpangan-penyimpangan
yang signifikan.
h. Masalah-masalah dengan kontrol
Kontrol yang berlebihan dapat membuat kebingungan dan frustasi.
Begitukontrol mencapai titik tertentu, maka efektivitas sebenarnya bias
menurun sehingga biaya yang harus ditanggung menjadi lebih besar
dibandingkan manfaat yangsemula diinginkan.Penekanan yang
berlebihan atas kontrol akan membuatnya menjadi sebuahtujuan akhir,
bukan sarana untuk mencapai tujuan itu sendiri. Jadi, karyawan bisa
bekerja untuk memenuhi kontrol prosedural tetapi melupakan tujuan
operasionalyang akan dicapai.
Kontrol dapat menghasilkan kekakuan mental dan
mengurangifleksibilitas, seperti kesetiaan budak pada prosedur
sehingga mengalahkan penerapan alasan dan akal sehat.Kontrol bisa
menjadi usang. Sistem atau tujuan yang semula direncankan bisa
berubah, tetapi tidak demikian dengan kontrol. Oleh karena itu, kontrol
harusdiawasi agar tetap relevan. Kontrol bisa jadi tidak merespons
kebutuhan.Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif. Apalagi,
informasi yang diberikan kontrol bisa jadi tidak dipahami, atau bisa
juga diberikan ke orang yang tidak tepat,atau bisa juga terlalu rumit
sehingga tidak bermanfaat.Orang biasanya menolak kontrol, terutama
bila mereka tidak ikut dalam perancangannya atau tidak memahami
tujuan yang akan dicapai. Juga, kontrol yangdianggap tidak wajar
dapat melumpuhkan kreativitas dan inidiatif. Di samping itu, bila
kontrol menjadi dasar penghargaan atau hukuman, maka orang-orang
yang terkena imbasnya bisa menganggapnya sebagai
penghalang.Dalam merancang dan melaksanakan kontrol, tingkah laku
juga harusdipertimbangkan. Salah satu caranya adalah melalui
komunikasi dengan karyawan.
Cara lain adalah dengan mendorong partisipasi karyawan dalam
merancang operasikontrol. Jika karyawan diharapkan bersedia
menerima kontrol, mereka harusmemahami apa yang ingin dicapai
kontrol, mereka harus memahami tujuannya.Karyawan bisa merasa
kontrol telah mengikat, sebuah rintangan, atau tidak bermakna kecuali
mereka memahami tujuannya. Berikut ini contoh sistem kontrolyang
baik tetapi gagal dijalankan karena tidak memerhatikan aspek
perilaku:Unit produksi sebuah perusahaan manufaktur memproduksi
kepingan logam,tetapi tempah penjualannya berjarak dua mil. Kereta
angkut diisi dengan kepinglogam yang dihasilkan pada pabrik,
termasuk logam-logam mahal seperti bajatahan karat, molybdenum,
tembaga, titanium, dan beryllium.
Secara periodik,kereta angkut dikaitkan ke traktor kemudian
diangkat dari pabrik ke tempat penjualan.Sistem kontrol ditetapkan
untuk mengamankan kepingan logam yang bernilaitinggi selama
perjalanan. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan
yangmemadai bahwa kepingn tersebut bisa mencapaai tempat tujuan
tanpa berkurang.Standar yang ditetapkan adalah waktu yang wajar
untuk mengangkut kepinganlogam, secara langsung, tanpa berhenti,
dari pabrik ke tempat penjualan. Informasimengenai pencapaian
standar akan dimasukkan ke label yang ada di kepingan.Begitu traktor
penjaga di gerbang pabrik, penjaga akan mencatat waktu
mobilmeninggalkan pabrik di label. Seorang penjaga di tempat
penjualan akanmemasukkan waktu tiba. Kedua catatan tersebut
kemudian akan dibandingkan.
Perbedaan yang signifikan antara standar dan waktu akan
diperiksa. Di ataskertas, sistem kontrol kelihatan mengandung semua
komponen dari sistem kontrolyang memadai. Namun audit
menemukan bahwa penjaga tidak mencatat waktu keberangkatandan
waktu tiba di label. Tanpa informasi ini, sistem kontrol tersebut
menjadi tidak berguna. Para penjaga ditanya apakah mereka telah
diinstruksikan untuk mencatatwaktu di label dan, jika ya, mengapa
mereka tidak melakukannya. Penjaga di kedualokasi mengatakan
bahwa instruksi tersebut tidak masuk akal bagi mereka danmereka
tidak mau membuang waktu untuk sesuatu yang tidak masuk
akal.Jelaslah, bahwa para penjagaa telah diinstruksikan untuk
mengumpulkaninformasi tanpa diberi tahu tujuannya.
Auditor mengatakan bahwa jika supit traktor berhenti di suatu
tempat untuk menurunkan keping logam secara legal, maka perbedaan
antara waktu standar dengan waktu aktual akan menunjukkan
penyimpangan ini. Mendengar ini, mata si penjaga membelalak lebar
dan merekasetuju untuk mengumpulkan data tersebut dengan antusias.
Informasi yangdibutuhkan untuk sistem kontrol sekarang menjadi
lebih jelas bagi mereka.. Karena tujuan tidak pernah dijelaskan ke
penjaga, informasi tersebut tidakdikumpulkan, perbandingan tidak bisa
dilakukan, varisans tidak bisa diinvestigasi,dan tindakan korektif yang
dibutuhkan tidak bisa diambil. Sebuah sistm kontrol,yang secara
konsep memadai, justru menjadi tidak efektif sama sekali.
C. Sarana untuk Mencapai Kontrol
Sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan
fungsidi dalam perusahaan adalah :

a. Organisasi
Organisasi sebagai sarana kontrol merupakan struktur peran yang
disetujuiuntuk orang - orang di dalam perusahaan sehingga perusahaan
dapat mencapaitujuannya secara efisien dan ekonomis.
b. Kebijakan
Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan,
menjadi pedoman, atau membatasi tindakan.
c. Prosedur
Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas
sesuaidengan kebijakan yang telah diterapkan.
d. Personalia
Orang - orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki
kualifikasiuntuk melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol
terbaik disampingkinerja masing - masing individu adalah supervisi.
e. Akuntansi
Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol
keuangan pada aktivitas dan sumber daya. Akuntansi merupakan
“penjaga gawang” keuangan dalam organisasi.
f. Penganggaran
Penganggaran adalah sebuah pernyataan hasil - hasil yang diharapkan
yang dinyatakan dalam bentuk numerik.
g. Pelaporan
Manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan
yangditerima. Oleh karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat,
bermakna, danekonomis.

1.5 Laporan Auditor Internal tentang Kontrol dan Audit Kontrol


Auditor internal secara periodik akan mengakumulasikan evaluasi kontrol
dari banyak laporan audit internal dan mencapai kesimpulan tentang
lingkungan kontrolinternal, struktur, dan filosofi organisasi secara
keseluruhan. Pengamatan harusdilakukan dengan memperhatikan posisi
manajemen di berbagai tingkatan.Kebanyakan evaluasi ini dapat berasal dari
wawancara dengan manajemen.
 Pendekatan Siklus untuk Kontrol Akuntansi Internal
Pendekatan siklus menyarankan tiga langkah yaitu :
1. Klasifikasikan transaksi - transaksi sesuai siklusnya
2. Tentukan kriteria / standar kontrol internal yang cocok untuk
transaksisesuai tujuan yang akan dicapai,
3. Bandingkan prosedur dan teknik kontrol yang ada serta hasil
dengankriterianya.
 Dampak Pengaturan Organisasi terhadap Kontrol Internal
Perampingan operasi yang dilakukan manajemen agar lebih ekonomis
danefesien dapat berdampak besar terhadap fungsi kontrol internal
tradisional. Auditorselalu memperhatikan kejadian - kejadian yang
menyebabkan kontrol dikurangiatau diubah demi mencapai efisiensi yang
lebih tinggi sehingga meningkatkankinerja pegawai atau organisasi.
Terdapat dampak yang substansial terhadapelemen - elemen yang telah
lama dikenal sebagai substansi kontrol internal dan bahkan terhadap
elemen - elemen yang merupakan komponen kontrol internalmenurut
COSO.

 Pengurangan Kontrol - Organisasi Virtual


Dengan perampingan dan pengaturan organisasi, manajemen
sebenarnya telahmempertanyakan konsep kontrol tradisional pada aspek -
aspek operasi yangmemiliki banyak kontrol tradisional. Aspek - aspek ini
mencakup utang usaha, persediaan, piutang usaha, pengangkutan, dan
penjualan. Bahkan pada operasi yang pemindahan dana merupakan hal
yang substansial, pandangan baru yang berkembang adalah merancang
operasi untuk mengganti kontrol melalui pengalihan tanggung jawab dan
akuntabilitas ke organisasi lain yang melaksanakankontrol sebagai bagian
dari proses operasi perusahaan yang normal. Organisasi virtual didasarkan
pada asas saling percaya dan memberikan tanggung jawab
danakuntabilitas ke organisasi yang paling baik menjalakan fungsinya.

 Audit Kontrol
Tujuan audit control adalah untuk menentukan bahwa:
a. Control memang diterapkan
b. Kontrol secara structural memang wajar
c. Kontrol dirancang untuk mencapai tujuan menajemen khusus atau
untukmencapai ketaatan denganpersyaratan yang ditentukan, atau
memastikanakurasi dan kelayakan transaksi.
d. Kontrol memang digunakane)
e. Kontrol secara efisien melayani tujuan tersebutf)
f. Kontrol bersifat efektif, dang)
g. Manajemen menggunakan keluaran yang dihasilkan sistem control

 Secara rinci auditor harus :


a. Menelaah elemen risiko control.
b. Menentukan tujuan system control.
c. Menelaah tujuan untuk menentukan kesesuaiannya dengan
kebijakanorganisasi atau dirancang untuk memastikan ketaatandengan
persyarataninternal atau eksternal.
d. Memeriksa dan menganalisasistem control untuk menentukan
kewajaransusunannya: yaitu, apakah terdapat kreteria, metode
pengukuran kondisi,evaluasi penyimpangan, evaluasi efektivitas, dan
metode laporan.
e. Menentukan apakah hasil control dirancang untuk mencapai tujuan
yangdiinginkan.
f. Menelaah operasi sisitem control
g. Menentukan apakah hasil control mencapai tujuan manajemen
ketikamembuat control tersebut.
h. Menentukan apakah system control memiliki karakteristik-
karakteristik berikut:
 Fleksibilitas
 Pengindentifikasian penyebab
 Ketepatan waktu
 Kelayakan
 Akuntabilitas
 Penempatan

1.6 Artikel Penelitian Terkait Audit Kontrol

Pengaruh Sistem Internal, Kontrol, Audit Internal dan Penerapan Good Corporate
Governance Terhadap Kecurangan (FRAUD) perbangkan (Studi Kasus Pada
Bank Syariah Anak Perusahaan BUMN di Medan)

Abdi Saputra saputra.abdee@gmail.com

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kecurangan-kecurangan (Fraud) yang kerap


terjadi di dunia perbankan.Kasus-kasus fraud yang terjadi di dalam dunia
perbankan dapat terjadi dan dilakukan oleh siapa saja eksternal maupun internal
Perbankan itu sendiri. Sistem internal kontrol, audit internal dan penerapan Good
Corporate Governance (GCG) merupakan beberapa hal yang sangat penting
digunakan pihak perbankan untuk dapat menjalankan roda bisnisnya dengan baik
tanpa ada tindakan-tindakan illegal yang dilakukan untuk mencari keuntungan
semata. Penelitian ini dilakukan adalah untuk mencaritahu pengaruh sistem
internal control, audit internal dan penerapan GCG terhadap kecurangan (fraud)
dalam perbankan.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif asosiatif dengan menggunakan


metode analisis regresi linear berganda. Penelitian dilakukan di tiga tempat yaitu
PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Medan, PT. Bank Negara Indonesia
Syariah Cabang Medan dan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data kuisioner.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa secara parsial sistem internal kontrol
berpengaruh negatif signifikan terhadap kecurangan (fraud) yang berarti bahwa
semakin baik sistem internal kontrol maka tingkat kecurangan akan menurun.
Kedua secara parsial audit internal berpengaruh negatif signifikan terhadap
kecurangan (fraud) berarti semakin baik audit internal dalam sebuah perusahaan
maka tingkat kecurangan (Fraud) akan menurun. Selanjutnya adalah secara parsial
penerapan GCG berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan (fraud)
yang juga berarti semakin baik penerapan GCG maka tingkat kecurangan akan
menurun. Hasil uji F juga menunjukkan bahwa secara bersama-sama ketiga
variabel independen berpengaruh terhadap variabel independen. Hasil penelitian
ini berimplikasi terhadap jajaran manajemen PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank
Rakyat Indonesia Syariah dan PT. Bank Negara Indonesia Syariah untuk lebih
memperkuat sistem internal kontrol, audit internal dan penerapan GCG untuk
menekan tingkat kecurangan (Fraud) dalam perbankan.

Kata Kunci :Fraud, Audit, Bank, Islamic Bank, Good Corporate Governance,
Internal Control.

A. Pendahuluan

Kasus-kasus fraud yang terjadi di dalam dunia perbankan dapat terjadi dan
dilakukan oleh siapa saja eksternal maupun internal Perbankan itu sendiri. Sistem
internal kontrol, audit internal dan penerapan Good Corporate Governance (GCG)
merupakan beberapa hal yang sangat penting digunakan pihak perbankan untuk
dapat menjalankan roda bisnisnya dengan baik tanpa ada tindakan-tindakan illegal
yang dilakukan untuk mencari keuntungan semata.

Statement On Auditing Standard (SAS) No 82 (AU 316) dalam Amin Widjaya


Tunggal (2004: 8) mengemukakan tentang perbedaan antara dua jenis kesalahan
dalam perusahaan yaitu kekeliruan (errors) dan kecurangan (fraud). Kedua jenis
kesalahan ini dapat bersifat material.Suatu kekeliruan (error) adalah kesalahan
penyajian atas laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara kecurangan
(fraud) merupakan kesalahan penyajian yang disengaja.

Dalam Sawyer (2006: 339) dikemukakan bahwa istilah-istilah yang digunakan


dalam berbagai praktik illegal dan penipuan diantaranya yaitu :

1. kecurangan (fraud) yang menurut Insitut of Internal Auditors (IIA) adalah


meliputi serangkaian tindakantindakan tidak wajar dan illegal yang sengaja
dilakukan untuk menipu.

2. Kejahatan kerah putih yaitu serangkaian tindakan kejahatan yang dilakukan


dengan cara-cara non fisik melalui penyembunyian ataupun penipuan untuk
mendapatkan uang ataupun harta benda, untuk menghindari pembayaran atau
hilangnya uang atau harta benda atau untuk mendapatkan keuntungan bisnis atau
pribadi.

3. Penggelapan yaitu konversi secara tidak sah untuk kepentingan pribadi, harta
benda yang secara sah berada dibawah pengawasan pelaku kejahatan.

Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aktiva diuraikan dalam Statement On Auditing Standard (SAS)
99 (AU 316) dalam Amin Widjaya Tunggal (2004: 5) seperti yang diperlihatkan
dibawah ini, ketiga kondisi ini disebut sebagai segitiga kecurangan (fraud
triangle) :

1. Intensif / tekanan. Yaitu ketika manajemen atau pegawai lain merasakan


intensif atau tekanan untuk melakukan kecurangan.

2. Kesempatan. Yaitu situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen untuk


melakukan kecurangan

3. Sikap / Rasionalisasi. Yaitu sikap, karakter atau serangkaian nilai-nilai etis


yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang
tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang
membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
Hal ini sependapat dengan yang disampaikan dalam Mulyadi (2002: 180) bahwa
tujuan pengendalian intern adalah untuk menyediakan jaminan yang layak
mengenai pencapaian dari sasaran menajemen dalam kategori sebagai berikut :

1. Keandalan Laporan Keuangan

2. Efektivitas dan Efisiensi dari Operasional

3. Ketaatan pada Hukum dan Peraturan.

Menurut Amin Widjaya Tunggal (2010: 231), pencegahan kecurangan dapat


dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini :

1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik.

2. Mengefektifkan aktifitas pengendalian

3.Meningkatkan kultur organisasi yang dapat dilakukan dengan


mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance 4.
Mengefektifkan Fungsi Audit Internal.

5. Menciptakan Struktur penggajian yang wajar dan pantas

6. Mengadakan rotasi dan kewajiban pegawai untuk mengambil hak cuti

7. Memberikan Sanksi yang tegas kepada mereka yang melakukan kecurangan


dan memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.

B. Pembahasan a. Kecurangan (Fraud)

Menurut buku Fraud Auditing (1997) dalam Karni (2000:34) kecurangan terdiri
atas tujuh unsure yang penting. Apabila tidak terdapat salah satu unsure tersebut,
maka tidak ada kecurangan yang dilakukan.Unsur unsure tersebut adalah sebagai
berikut:

a. Harus terdapat penyajian yang keliru

(mispresentation)

b. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present)


c. Faktanya material (materialfact)

d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan

e. Dengan maksud untuk menyebabkan pihak lain bereaksi

f. Pihak yang terlukai harus bereaksi

terhadap kekeliruan penyajian

g. Mengakibatkan kerugian

b. Sistem Internal Kontrol.

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian sistem internal Kontrol, antara lain:

a. Menurut AICPA (Baidaie, 2005: 44), ”Pengendalian Internal adalah suatu


proses yang dipengaruhi (affected by) board ofdirectors, manajemen dan pegawai
lainnya, yang dirancang untukmemberikan keyakinan yang layak (reasonable
insurance) dapat dicapainya tujuan-tujuan yang berkaitan dengan :

1. Dapat dipercayainya laporan keuangan

2. Efektivitas dan efisiensi operasi

3. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Menurut Boynton, Johnson, Kell (2003: 373), Pengendalian Internal adalah


suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel
lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang
memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut:

a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

c. Efektivitas dan efisiensi operasi.

c. Menurut Paradiredja (2002:171), Pengendalian Internal adalah suatu proses


yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
berikut ini :

1. Keandalan pelaporan keuangan.

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

3. Efektivitas dan efisiensi operasi.

c. Pengertian Audit Internal

Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah sebuah penilaian yang
sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan
kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah halhal
sebagai berikut :

1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan

2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi

3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima
telah diikuti.

4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.

5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis.

6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

d. Pengertian Good Corporate Governance Beberapa definisi Corporate


Governance adalah sebagai berikut

1. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) bahwa Good


Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak- hak
dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk
menciptakan pertambahan nilai bagi pihak pemegang kepentingan.

2. Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) Good


corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ
perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan norma yang berlaku.” Daniri (2004:49).

C. Hasil Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis akan diuraikan pada pembahasan dibawah ini : 1.


Pengaruh Sistem Internal Kontrol Terhadap Kecurangan (Fraud) Perbankan

Hipotesis pertama menyatakan bahwa sistem internal kontrol berpengaruh


terhadap kecurangan (Fraud) perbankan.Hasil pengujian statistik menunjukkan
bahwa nilai koefisien regresi variabel sistem internal kontrol adalah 0.457. Nilai
ini signifikan pada tingkat signifikansi 0.05 dengan p value 0.000. hasil ini
didukung dengan hasil perhitungan t hitung4.183 > dari nilai t tabel 1.657. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem internal kontrol berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kecurangan (Fraud) perbankan. Pengaruh variabel X1 yaitu sistem
internal kontrol terhadap variabel Y yaitu Kecurangan (Fraud) pada penelitian ini
secara parsial adalah sebesar 45.7% 2. Pengaruh Audit Internal Terhadap
Kecurangan (Fraud) Perbankan

Hipotesis kedua menyatakan bahwa audit internal berpengaruh terhadap


kecurangan (Fraud) perbankan. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa nilai
koefisien regresi variabel audit internal adalah -0.472. Nilai ini signifikan pada
tingkat signifikansi 0.05 dengan p value 0.002. hasil ini didukung dengan hasil
perhitungan t hitung 3.149 > dari nilai t tabel 1.657. Hal ini menunjukkan bahwa
audit internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan (Fraud)
perbankan. Pengaruh variabel X2 yaitu audit internal terhadap variabel Y yaitu
Kecurangan (Fraud) pada penelitian ini secara parsial adalah sebesar 47.2%.
3. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kecurangan
(Fraud) Perbankan

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa penerapan Good Corporate Governance


berpengaruh terhadap kecurangan (Fraud) perbankan. Hasil pengujian statistik
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel Good Corporate Governance
adalah -0.336. Nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0.05 dengan p value
0.003. hasil ini didukung dengan hasil perhitungan t hitung 3.022 > dari nilai t
tabel 1.657. Hal ini menunjukkan bahwa Good Corporate Governance
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan (Fraud) perbankan.
Pengaruh variabel X3 yaitu penerapan Good Corporate Governance (GCG)
terhadap variabel Y yaitu Kecurangan (Fraud) pada penelitian ini secara parsial
adalah sebesar 33.6%

4. Pengaruh Penerapan Sistem Internal Control, Audit Internal dan


Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kecurangan (Fraud) Perbankan

Hipotesis keempat menyatakan bahwa sistem internal control, audit internal dan
penerapan Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kecurangan (Fraud)
perbankan. Hasil pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F
didapatkan bahwa nilai Fhitung sebesar 26.095 dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0.05 yaitu 0.000 lebih besar dari nilai Ftabel yaitu 2.680 sehingga dapat
dikatakan bahwa ketiga variabel independen yaitu sistem internal control, audit
internal dan penerapan GCG secara bersama-sama mempengaruhi variabel
independen yaitu kecurangan (fraud).

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Sistem internal control berpengaruh negative dan signifikan terhadap


kecurangan (Fraud) yang berarti bahwa adanya sistem internal kontrol yang baik
dalam perbankan merupakan hal yang penting, salah satunya adalah untuk
mencegah terjadinya tindakan - tindakan illegal dalam bentuk kecurangan-
kecurangan yang disengaja untuk kepentingan pribadi semata.
b. Audit internal berpengaruh negative dan signifikan terhadap kecurangan
(Fraud). Hal ini dapat diartikan bahwa dengan diterapkannya system pemeriksaan
yang baik atas segala aktifitas operasional perusahaan maka tingkat kecurangan-
kecurangan yang akan terjadi dapat ditahan ketingkat terkecil dan dapat
menjauhkan perbankan dari kerugian.

c. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh negative dan


signifikan terhadap kecurangan (Fraud) sehingga system ini adalah juga
merupakan sistem yang baik diterapkan oleh perbankan untuk mencapai visi dan
misi perusahaan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35251748/
MODUL_MODEL_MODEL_KONTROL_INTERNAL_docx

file:///C:/Users/USER/Downloads/15-Article%20Text-45-3-10-20171008.pdf

Anda mungkin juga menyukai