Oleh:
Nama NIM
PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2021
1.1 Definini dan Standar Kontrol Internal Audit
a. Definisi awal
Pentingnya kontrol audit bagi auditor ( atau pengecekan internal
seperti disebut pertama kali) diakui oleh L.R. Dicksee pada awal tahun
1905. Ia mengatakan bahwasistem pengecekan internal yang layak bisa
menghilangkan kebutuhan akan audit yangterperinci. Menurutnya kontrol
dapat dibagi menjadi 3 elemen yang terdiri atas : pembagian kerja,
penggunaan catatan akuntansi, dan rotasi pegawai. Menurut George
E.Bennett tahun 1930 pengecekan internal adalah koordinasi dari sistem
akun-akun dan prosedur perkantoran yang berkaitan sehingga seseorang
karyawan selain mengerjakantugasnya sendiri juga secara berkelanjutan
mengecek pekerjaan karyawan yang lainuntuk hal-hal tertentu yang rawan
kecurangan.
b. Definisi Kontrol
Menurut AICPA (Committee On Auditing Procedure) kontrol
internal adalah rencanaorganisasi dan semua metode yang terkoordinasi
dan pengukuran - pengukuran yangditerapkan di perusahaan untuk
mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dankeandalan data akuntansi,
meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong ketaatanterhadap
kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.
c. Perluasan SAS 78 atas Definisi AICPA tentang Kontrol Internal.
Kontrol internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh
aktivitas dewan komisaris,manajemen atau pegawai lainnya yang
dirancang untuk memberikan keyakinan yangwajar mengenai pencapaian
tujuan:
Keandalan pelaporan keuangan
Efektivitas dan efisiensi operasi
Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
d. Definisi Kontrol Bagi Akuntan Publik
Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut
terlalu luas untuk tujuanmereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah
menjadi kontrol administratif dankontrol akuntansi. Menurut Statement of
Auditing Standards atau SAS No 1:
Kontrol administratif mencakup tetapi tidak terbatas pada, rencana
organisasi , prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses
pengambilan keputusanyang tercermin dalam otorisasi manajemen
atas transaksi.
Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan
catatan yang berkaitan dengan pengamanan aktiva dan keandalan
pencatatan keuangan, yangdirancang untuk memberikan keyakinan
yang wajar bahwa,
1. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum aatu
khusus darimanajemen.2.
2. Transaksi dicatat untuk mdenyiapkan penyusunan laporan
keuangan sesuaidengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum
atau kriteria lainnya yangb berlakuuntuk laopran tersebut dan
untuk menjaga akuntabilitas atas aktiva.3.
3. Akses terhadap aktiva hanya sesuai otorisasi manajemen.
4. Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan
aktiva yangada pada periode yang wajar dan bila ada terdapat
perbedaan maka akandiambil tindakan yang tepat.Dari definisi
diatas terlihat bahwa definisikontrol administrasif
menghubungkan kontrol tersebut dengan manajemen,sementara
definisi kontrol akuntansi tidak.
e. Definisi Kontrol bagi Auditor Internal
Auditor internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua
sarana perusahaanuntuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan
mengawasi berbagaiaktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa
tujuan perusahaan tercapai. Saranakontrol ini meliputi bentuk organisasi,
kebijakan, sistem, prosedur, induksi, standar,komite, bagan akun,
perkiraan, anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan,metode,
rencana dan audit internal. Namun, bagi auditor internal kontrol
akanmemadai dan berguna jika dirancang untuk mencapai suatu tujuan.
Dan definisikontrol menurut IIA (Institute of Internal Auditors) yaitu
setiap tindakan yang diambilmanajemen untuk meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
1.2 Model – model Kontrol Internal dan Penggunaan Model Kontrol pada
Audit Internal
Dulunya auditor menggunakan serangkaian fungsi control internal untuk
menentukankecukupan fungsi control organisasi beberapa tahun terakhir ini
muncul pertanyaanapakah pola elemen-elemen kontrol telah memadai.Kontrol
internal memiliki banyak konsep untuk menstandarkan definisi, Committee of
Sponsoring Organization mendefinisikan dan menjelaskan kontrol internal
untuk:
Menetapkan definisi yang sama untuk kelompok yang berbeda
Memberikan definisi standar yang bisa digunakan perusahaan
sebagai perbandingan dengan sistem kontrolnya.
Model COSO
Model komponen internal control yang diterapkan oleh COSO (Committee
ofSponsoring Organizations) terdiri dari 5 yaitu :
1. Control enviroment (lingkungan Pengendalian)
2. Risk assessment (Penilaian resiko )
3. Control activities (aktivitas Pengendalian)
4. Information and communications (Informasi & komunikasi)
5. Monitoring (Pengawasan)
MODEL COCO
Model CoCo mencakup emapat komponen. Komponen-komponen
tersebut digunakanuntuk mengklasifikasikan 20 kriteria yang bisa menjadi
bagian dari program audit.Komponen dan ke-20 kriteria tersebut adalah
sebagai berikut:
Tujuan
Komitmen
Kemampuan
Pentingnya Kontrol
f. Menentukan penyebab
Tindakan korektif yang diambil segera bias dilakukan bila kontrol
tidak hanyamengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya.
Penanganan standar biasdisiapkan dan dilaksanakan bila kontrol bias
menentukan penyebab kesulitan.Tidak ada tindakan korektif yang
benar-benar efektif kecuali bila penyebabnyadiketahui. Misalnya
adalah sistem akuntansi biaya yang memungkinkan berbagaielemen
biaya dan kuantitas diidendifikasi dan dibandingkan dengan standar.
Jadi,varians dalam biaya produk atau kuantitas dapat ditelusuri ke
masing-masingelemen jika terjadi penyimpangan dari standar.
g. Kelayakan
Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen. Kontrol tersebut
harusmembantu dalam pencapaian tujuan dan rencana manajemen dan
juga harus sesuaidengan karyawan dan struktur organisasi dari operasi.
Kontrol yang paling efisiendan bermanfaat adalah kontrol berbasis
pengecualian, yaitu hanya merespons penyimpangan-penyimpangan
yang signifikan.
h. Masalah-masalah dengan kontrol
Kontrol yang berlebihan dapat membuat kebingungan dan frustasi.
Begitukontrol mencapai titik tertentu, maka efektivitas sebenarnya bias
menurun sehingga biaya yang harus ditanggung menjadi lebih besar
dibandingkan manfaat yangsemula diinginkan.Penekanan yang
berlebihan atas kontrol akan membuatnya menjadi sebuahtujuan akhir,
bukan sarana untuk mencapai tujuan itu sendiri. Jadi, karyawan bisa
bekerja untuk memenuhi kontrol prosedural tetapi melupakan tujuan
operasionalyang akan dicapai.
Kontrol dapat menghasilkan kekakuan mental dan
mengurangifleksibilitas, seperti kesetiaan budak pada prosedur
sehingga mengalahkan penerapan alasan dan akal sehat.Kontrol bisa
menjadi usang. Sistem atau tujuan yang semula direncankan bisa
berubah, tetapi tidak demikian dengan kontrol. Oleh karena itu, kontrol
harusdiawasi agar tetap relevan. Kontrol bisa jadi tidak merespons
kebutuhan.Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif. Apalagi,
informasi yang diberikan kontrol bisa jadi tidak dipahami, atau bisa
juga diberikan ke orang yang tidak tepat,atau bisa juga terlalu rumit
sehingga tidak bermanfaat.Orang biasanya menolak kontrol, terutama
bila mereka tidak ikut dalam perancangannya atau tidak memahami
tujuan yang akan dicapai. Juga, kontrol yangdianggap tidak wajar
dapat melumpuhkan kreativitas dan inidiatif. Di samping itu, bila
kontrol menjadi dasar penghargaan atau hukuman, maka orang-orang
yang terkena imbasnya bisa menganggapnya sebagai
penghalang.Dalam merancang dan melaksanakan kontrol, tingkah laku
juga harusdipertimbangkan. Salah satu caranya adalah melalui
komunikasi dengan karyawan.
Cara lain adalah dengan mendorong partisipasi karyawan dalam
merancang operasikontrol. Jika karyawan diharapkan bersedia
menerima kontrol, mereka harusmemahami apa yang ingin dicapai
kontrol, mereka harus memahami tujuannya.Karyawan bisa merasa
kontrol telah mengikat, sebuah rintangan, atau tidak bermakna kecuali
mereka memahami tujuannya. Berikut ini contoh sistem kontrolyang
baik tetapi gagal dijalankan karena tidak memerhatikan aspek
perilaku:Unit produksi sebuah perusahaan manufaktur memproduksi
kepingan logam,tetapi tempah penjualannya berjarak dua mil. Kereta
angkut diisi dengan kepinglogam yang dihasilkan pada pabrik,
termasuk logam-logam mahal seperti bajatahan karat, molybdenum,
tembaga, titanium, dan beryllium.
Secara periodik,kereta angkut dikaitkan ke traktor kemudian
diangkat dari pabrik ke tempat penjualan.Sistem kontrol ditetapkan
untuk mengamankan kepingan logam yang bernilaitinggi selama
perjalanan. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan
yangmemadai bahwa kepingn tersebut bisa mencapaai tempat tujuan
tanpa berkurang.Standar yang ditetapkan adalah waktu yang wajar
untuk mengangkut kepinganlogam, secara langsung, tanpa berhenti,
dari pabrik ke tempat penjualan. Informasimengenai pencapaian
standar akan dimasukkan ke label yang ada di kepingan.Begitu traktor
penjaga di gerbang pabrik, penjaga akan mencatat waktu
mobilmeninggalkan pabrik di label. Seorang penjaga di tempat
penjualan akanmemasukkan waktu tiba. Kedua catatan tersebut
kemudian akan dibandingkan.
Perbedaan yang signifikan antara standar dan waktu akan
diperiksa. Di ataskertas, sistem kontrol kelihatan mengandung semua
komponen dari sistem kontrolyang memadai. Namun audit
menemukan bahwa penjaga tidak mencatat waktu keberangkatandan
waktu tiba di label. Tanpa informasi ini, sistem kontrol tersebut
menjadi tidak berguna. Para penjaga ditanya apakah mereka telah
diinstruksikan untuk mencatatwaktu di label dan, jika ya, mengapa
mereka tidak melakukannya. Penjaga di kedualokasi mengatakan
bahwa instruksi tersebut tidak masuk akal bagi mereka danmereka
tidak mau membuang waktu untuk sesuatu yang tidak masuk
akal.Jelaslah, bahwa para penjagaa telah diinstruksikan untuk
mengumpulkaninformasi tanpa diberi tahu tujuannya.
Auditor mengatakan bahwa jika supit traktor berhenti di suatu
tempat untuk menurunkan keping logam secara legal, maka perbedaan
antara waktu standar dengan waktu aktual akan menunjukkan
penyimpangan ini. Mendengar ini, mata si penjaga membelalak lebar
dan merekasetuju untuk mengumpulkan data tersebut dengan antusias.
Informasi yangdibutuhkan untuk sistem kontrol sekarang menjadi
lebih jelas bagi mereka.. Karena tujuan tidak pernah dijelaskan ke
penjaga, informasi tersebut tidakdikumpulkan, perbandingan tidak bisa
dilakukan, varisans tidak bisa diinvestigasi,dan tindakan korektif yang
dibutuhkan tidak bisa diambil. Sebuah sistm kontrol,yang secara
konsep memadai, justru menjadi tidak efektif sama sekali.
C. Sarana untuk Mencapai Kontrol
Sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan
fungsidi dalam perusahaan adalah :
a. Organisasi
Organisasi sebagai sarana kontrol merupakan struktur peran yang
disetujuiuntuk orang - orang di dalam perusahaan sehingga perusahaan
dapat mencapaitujuannya secara efisien dan ekonomis.
b. Kebijakan
Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan,
menjadi pedoman, atau membatasi tindakan.
c. Prosedur
Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas
sesuaidengan kebijakan yang telah diterapkan.
d. Personalia
Orang - orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki
kualifikasiuntuk melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol
terbaik disampingkinerja masing - masing individu adalah supervisi.
e. Akuntansi
Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol
keuangan pada aktivitas dan sumber daya. Akuntansi merupakan
“penjaga gawang” keuangan dalam organisasi.
f. Penganggaran
Penganggaran adalah sebuah pernyataan hasil - hasil yang diharapkan
yang dinyatakan dalam bentuk numerik.
g. Pelaporan
Manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan
yangditerima. Oleh karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat,
bermakna, danekonomis.
Audit Kontrol
Tujuan audit control adalah untuk menentukan bahwa:
a. Control memang diterapkan
b. Kontrol secara structural memang wajar
c. Kontrol dirancang untuk mencapai tujuan menajemen khusus atau
untukmencapai ketaatan denganpersyaratan yang ditentukan, atau
memastikanakurasi dan kelayakan transaksi.
d. Kontrol memang digunakane)
e. Kontrol secara efisien melayani tujuan tersebutf)
f. Kontrol bersifat efektif, dang)
g. Manajemen menggunakan keluaran yang dihasilkan sistem control
Pengaruh Sistem Internal, Kontrol, Audit Internal dan Penerapan Good Corporate
Governance Terhadap Kecurangan (FRAUD) perbangkan (Studi Kasus Pada
Bank Syariah Anak Perusahaan BUMN di Medan)
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa secara parsial sistem internal kontrol
berpengaruh negatif signifikan terhadap kecurangan (fraud) yang berarti bahwa
semakin baik sistem internal kontrol maka tingkat kecurangan akan menurun.
Kedua secara parsial audit internal berpengaruh negatif signifikan terhadap
kecurangan (fraud) berarti semakin baik audit internal dalam sebuah perusahaan
maka tingkat kecurangan (Fraud) akan menurun. Selanjutnya adalah secara parsial
penerapan GCG berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan (fraud)
yang juga berarti semakin baik penerapan GCG maka tingkat kecurangan akan
menurun. Hasil uji F juga menunjukkan bahwa secara bersama-sama ketiga
variabel independen berpengaruh terhadap variabel independen. Hasil penelitian
ini berimplikasi terhadap jajaran manajemen PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank
Rakyat Indonesia Syariah dan PT. Bank Negara Indonesia Syariah untuk lebih
memperkuat sistem internal kontrol, audit internal dan penerapan GCG untuk
menekan tingkat kecurangan (Fraud) dalam perbankan.
Kata Kunci :Fraud, Audit, Bank, Islamic Bank, Good Corporate Governance,
Internal Control.
A. Pendahuluan
Kasus-kasus fraud yang terjadi di dalam dunia perbankan dapat terjadi dan
dilakukan oleh siapa saja eksternal maupun internal Perbankan itu sendiri. Sistem
internal kontrol, audit internal dan penerapan Good Corporate Governance (GCG)
merupakan beberapa hal yang sangat penting digunakan pihak perbankan untuk
dapat menjalankan roda bisnisnya dengan baik tanpa ada tindakan-tindakan illegal
yang dilakukan untuk mencari keuntungan semata.
3. Penggelapan yaitu konversi secara tidak sah untuk kepentingan pribadi, harta
benda yang secara sah berada dibawah pengawasan pelaku kejahatan.
Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aktiva diuraikan dalam Statement On Auditing Standard (SAS)
99 (AU 316) dalam Amin Widjaya Tunggal (2004: 5) seperti yang diperlihatkan
dibawah ini, ketiga kondisi ini disebut sebagai segitiga kecurangan (fraud
triangle) :
Menurut buku Fraud Auditing (1997) dalam Karni (2000:34) kecurangan terdiri
atas tujuh unsure yang penting. Apabila tidak terdapat salah satu unsure tersebut,
maka tidak ada kecurangan yang dilakukan.Unsur unsure tersebut adalah sebagai
berikut:
(mispresentation)
g. Mengakibatkan kerugian
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian sistem internal Kontrol, antara lain:
Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah sebuah penilaian yang
sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan
kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah halhal
sebagai berikut :
3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima
telah diikuti.
C. Hasil Pembahasan
Hipotesis keempat menyatakan bahwa sistem internal control, audit internal dan
penerapan Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kecurangan (Fraud)
perbankan. Hasil pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F
didapatkan bahwa nilai Fhitung sebesar 26.095 dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0.05 yaitu 0.000 lebih besar dari nilai Ftabel yaitu 2.680 sehingga dapat
dikatakan bahwa ketiga variabel independen yaitu sistem internal control, audit
internal dan penerapan GCG secara bersama-sama mempengaruhi variabel
independen yaitu kecurangan (fraud).
D. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35251748/
MODUL_MODEL_MODEL_KONTROL_INTERNAL_docx
file:///C:/Users/USER/Downloads/15-Article%20Text-45-3-10-20171008.pdf