SENGKETA PERPAJAKAN
Kelompok 14
R.010
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sengketa pajak adalah adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara
Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada
Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk
Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa. Dasar hukum sengketa pajak:
a. Pasal 1 angka 5 UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
b. Pasal 31 ayat [3] UU 14/2002 jo. Pasal 23 ayat [2] , Pasal 27 ayat [1] Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Pengertian Keberatan
Dalam UU KUP Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 26A maupun PMK 9/2013 s.t.d.t.d PMK
202/2015 tidak menjabarkan definisi keberatan secara eksplisit. Namun secara sederhana,
keberatan adalah upaya yang dapat ditempuh wajib pajak yang merasatidak/kurang puas
atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas gugatan oleh pihak ketiga.
Dalam hal ini, Wajib Pajak dapat mengajukan. keberatan kepada Dirjen Pajak melalui
Kantor Pelayanan Pajak di mana Wajib Pajak yang bersangkutan terdaftar.
Wajib Pajak hanya dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari surat
ketetapan pajak, yang meliputi jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
3
undangan perpajakan, jumlah besarnya pajak, atau terhadap materi atau isi dari
pemotongan atau pemungutan pajak.
Sebagian besar Wajib Pajak melakukan proses keberatan karena Surat Ketetapan
Pajak (SKP) yang dianggap tidak adil. Dan surat ketetapan pajak itu biasanya diterbitkan
sebagai produk dari pemeriksaan pajak. Keberatan umumnya didahului dengan proses
pemeriksaan.
1. Satu Keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak;
2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
3. Wajib menyatakan alasan-alasan secara jelas;
4. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang menurut penghitungan Wajib
Pajak.
5. 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1
(satu) pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak;
6. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah
yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau
pembahasan akhir hasil verifikasi, sebelum Surat Keberatan disampaikan;
1. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal SKP atau
sejak tanggal dilakukan pemotongan/ pemungutan, kecuali Wajib Pajak dapat
menunjukkan jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena di luar
kekuasaannya
2. Surat keberatan yang diantar langsung ke Kantor Pelayanan Pajak, maka jangka
waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKP atau sejak dilakukan
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh
Kantor Pelayanan Pajak.
3. Surat keberatan yang dikirim melalui pos (harus dengan pos tercatat), maka jangka
waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKP atau sejak dilakukan
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal bukti
pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.
Jika lewat tiga bulan, surat keberatan tidak dianggap karena tidak memenuhi syarat formal.
Tetapi juga membolehkan jangka waktu lebih dari tiga bulan jika “dalam keadaan diluar
kekuasaannya.” Inilah klausul yang sering dimanfaatkan oleh Wajib Pajak. Pengajuan
Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
Pengertian Banding
4
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas keberatan
yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding ke Badan
Peradilan Pajak.
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Putusan Banding adalah putusan badan
peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh
Wajib Pajak.
Pencabutan Banding
Terhadap Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak.
penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang
dilaksanakan;
putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan
pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding.
Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan, tidak dapat diajukan kembali.
KEBERATAN
Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu ketetapan pajak
dengan mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat
3 bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau
pemungutan kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut
tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
5
Atas keberatan tersebut Direktur Jenderal Pajak akan memberikan keputusan paling lama
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat keberatan diterima.
Syarat pengajuan keberatan adalah:
1. Mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala Kantor
Pelayanan Pajak setempat atas SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, dan
Pemotongan dan Pemungutan oleh pihak ketiga.
2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah
pajak terutang menurut perhitungan Wajib Pajak dengan menyebutkan
alasanalasan yang jelas.
3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak surat ketetapan
pajak, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat
dipenuhi karena di luar kekuasaannya.
4. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai Surat
Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
5. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib
Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang
telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum
surat keberatan disampaikan.
Perlu diketahui bahwa apabila permohonan keberatan Wajib Pajak ditolak dan
Wajib Pajak tidak mengajukan banding maka Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan.
BANDING
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas keberatan
yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding ke Badan
Peradilan Pajak.
Syarat pengajuan banding adalah:
1. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam waktu
3 (tiga) bulan sejak keputusan keberatan diterima dilampiri surat Keputusan
Keberatan tersebut.
2. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
Pengadilan Pajak harus menetapkan putusan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak
Surat Banding diterima. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian,
Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang
telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Dalam proses hukum yang berkaitan dengan sengketa perpajakan, maka terdapat istilah
juga yang dikenal dengan peninjauan kembali. Secara umum, peninjauan kembali
merupakan keadaan dimana apabila Wajib Pajak masih merasa belum puas dengan
putusan banding yang telah ditetapkan, maka Wajib Pajak dapat mengajukan peninjauan
6
kembali yang ditujukan kepada Mahkamah Agung sebagai hak yang dimiiki oleh Wajib
Pajak.
Hal tersebut juga tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang
Pengadilan Pajak, Pasal 77 ayat (3) yang menyatakan bahwa pihak-pihak yang mengalami
sengketa pajak, maka dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan pengadilan
pajak yang ditujukan kepada Mahkamah Agung.
Meskipun putusan pengadilan pajak ini merupakan putusan akhir dan memiliki kekuatan
hukum sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, namun dari hasil putusan pengadilan
pajak ini masih diberikan hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan peninjauan kembali
apabila dirasa ada putusan yang masih belum dapat diterima.
Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat menjadi alasan kuat beserta jangka waktu
pengajuan peninjauan kembali atas putusan pengadilan pajak:
1. Apabila terdapat kebohongan ataupun tipu muslihat yang dilakukan oleh pihak lawan
atas putusan pengadilan pajak ini dan diketahui setelah perkara ini diputuskan, atau dalam
keadaan lain ternyata putusan pengadilan pajak ini didasarkan pada bukti-bukti yang
kemudian dinyatakan palsu oleh hakim pidana.
Wajib Pajak dapat mengajukan paling lambat 3 bulan yang terhitung sejak diketahuinya
kebohongan ataupun tipu muslihat yang dilakukan pihak lawan. Ataupun sejak putusan
pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
2. Apabila dalam perjalanannya ditemukan bukti baru yang bersifat menentukan dan
dapat menghasilkan putusan yang berbeda dalam tahap persidangan di pengadilan pajak.
Dapat diajukan dalam jangka waktu 3 bulan yang terhitung sejak ditemukannya surat-surat
bukti yang dimana hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan dibawah sumpah dan
juga disahkan oleh pejabat yang berwenang.
3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak, dituntut, atau lebih dari pada yang
dituntut, terkecuali yang telah diputuskan adalah berupa pengabulan sebagian atau
seluruhnya atau menambah jumlah pajak yang harus dibayarkan. Wajib Pajak dapat
mengajukan dalam jangka waktu 3 bulan yang terhitung sejak putusan dikirimkan.
4. Apabila terdapat suatu bagian dari apa yang menjadi tuntutan belum juga diputuskan
tanpa dipertimbangkan apa yang menjadi sebab-sebabnya. Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan dalam jangka waktu 3 bulan sejak putusan dikirimkan.
5. Apabila terdapat suatu putusan yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan dalam kebijakan Undang-Undang yang berlaku. Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan dalam jangka waktu 3 bulan sejak putusan dikirimkan.
7
Jangka Waktu Keputusan
1. Dalam jangka waktu 6 bulan, Mahkamah Agung telah mengambil keputusan sejak
permohonan yang diajukan diterima oleh Mahkamah Agung. Sedangkan dalam hal
pengadilan pajak akan mengambil putusan melalui pemeriksaan acara biasa.
2. Dalam jangka waktu 1 bulan, Mahkamah Agung telah mengambil keputusan sejak
permohonan yang diajukan diterima oleh Mahkamah Agung. Sedangkan dalam hal
pengadilan pajak, akan mengambil putusan melalui pemeriksaan acara cepat.
3. Putusan atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan harus diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.
Pencabutan Permohonan
Dalam hal permohonan peninjauan kembali yang telah diajukan oleh Wajib Pajak, dapat
dicabut permohonannya apabila permohonan tersebut belum diputuskan, apabila
permohonan tersebut sudah dicabut, maka permohonan atas peninjauan kembali sudah
tidak dapat diajukan kembali.
Bab III
Penutup
Kesimpulan