UNIVERSITAS PAMULANG
OLEH:
2021
1
MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
IDENTITAS MATAKULIAH
2
c. Mampu menganalisis masalah kontekstual PKn, mengembangkan sikap positif dan
menampilkan perilaku yang mendukung kesadaran hukum dan keragaman.
Mengetahui :
3
KATA PENGANTAR
Tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan merubah kurikulum mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Sesuai dengan Undang-Undang No 12 tahun
2012, bahwa perguruan tinggi memiliki otonomi dalam penyusunan kurikulum, namun pada
pelaksanaannya diperlukan rambu-rambu yang sama agar dapat mencapai hasil yang optimal.
Disamping itu, peserta didik di perguruan tinggi merupakan insan dewasa, sehingga dianggap
sudah memiliki kesadaran dalam mengembangkan potensi diri untuk menjadi intelektual,
ilmuwan, praktisi, dan atau professional. Sehubungan dengan itu, maka perubahan pada
proses pembelajaran menjadi penting dan akan menciptakan iklim akademik yang akan
meningkatkan kompetensi mahasiswa baik hardskills maupun softskills. Hal ini sesuai
dengan tujuan Pendidikan Tinggi dalam UU No 12 tahun 12 yaitu menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, seluruh mahasiswa harus mengikuti pembelajaran mata kuliah
dasar umum yang dikenal dengan MKDU (general education).
Sebagian dari MKDU telah dinyatakan dalam UU No 12 tahun 2012 sebagai mata kuliah
wajib, yaitu Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Dalam rangka
menyempurnakan capaian pembelajaran, maka MKDU ditambah dengan bahasa Inggris,
Kewirausahaan, dan mata kuliah yang mendorong pada pengembangan karakter lainnya, baik
yang terintegrasi maupun individu. Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
pelajaran yang menyelenggarakan pendidikan kebangsaan, demokrasi, hukum, multikultural
dan kewarganegaraan bagi mahasiswa guna mendukung terwujudnya warga Negara yang
sadar akan hak dan kewajiban, serta cerdas, terampil dan berkarakter sehingga dapat
diandalkan untuk membangun bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan UUD1945
sesuai bidang keilmuan dan profesinya.
Kepada para penulis baik yang memberikan data atau pun ilmu nya, secara langsung ataupun
tidak langsung, saya mengucapkan terima kasih atas dedikasi, waktu dan curahan
pemikirannya untuk menuangkan buah pemikiran untuk memantapkan Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi. Penyempurnaan secara periodik akan tetap
dilakukan, untuk ini kami mohon kepada para pengguna dapat memberikan masukan secara
tertulis, baik langsung kepada penulis maupun kepada Direktorat Pembelajaran dan
4
Kemahasiswaan Ditjen Dikti. Semoga bahan ajar ini bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-
baiknya.
Penyusun
NIDN: 0405076702
5
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
6
3. PERTEMUAN KE – 3, PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL
A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Pengertian Identitas nasional
D. Pengertian Pancasila Sebagai Identitas nasional
E. Alasan Pancasila Sebagai Identitas nasional
9
13. PERTEMUAN KE – 13, REFORMASI
A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Sejarah Awal Lahirnya Reformasi
D. Kondisi Ekonomi Politik Sebelum Reformasi
E. Perkembangan Politik Setelah 21 Mei 1998
F. Kronologi Peristiwa Reformasi
G. Peristiwa Reformasi
H. Kebijakan dan Kepemimpinan Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY
I. Keterkaitan Reformasi Dengan UU dan Perda 2010
DAFTAR PUSTAKA
10
PERTEMUAN KE – 1
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui sejarah UUD 1945.
2. Untuk mengetahui perubahan UUD 1945.
3. Untuk mengetahui Tujuan Perubahan UUD 1945.
4. Untuk mengetahui Hakekat pendidikan Kewarganegaraan.
5. Untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang
cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa.
6. Untuk menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal pershabatan, perdamaian
dunia, kesadaran bela Negara, dan sikap perilaku yang bersendikan nilai budaya
bangsa, wawasan dan ketahanan nasional.
7. Untuk menumbuhkan dasar pemikiran pendidikan kewarganegaraan.
8. Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
B. LATAR BELAKANG
1. UUD 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan
negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar
negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di
Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia
berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD
1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia.
a) Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama
UUD 1945.
11
b) Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua
UUD 1945.
c) Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga
UUD 1945.
d) Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat
UUD 1945.
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16
bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan
49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan
Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3
pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah
Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.
12
Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17
Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia.
13
d. Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik
ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka
pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang
salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang
dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada
waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:
1) Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara.
2) MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
3) Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September
Partai Komunis Indonesia
e. Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di
antara melalui sejumlah peraturan:
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto
digantikan oleh B.J. Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari
NKRI.
14
g. Periode UUD 1945 Amandemen
Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa reformasi
adalah reformasi konstitusional (constitutional reform). Reformasi konstitusi dipandang
merupakan kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan karena UUD 1945sebelum
perubahan dinilai tidak cukup untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara
sesuai harapan rakyat, terbentuknya good governance, serta mendukung penegakan
demokrasi dan hak asasi manusia.
Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda Sidang
MPR dari 1999 hingga 2002[1]. Perubahan pertama dilakukan dalam SidangUmum MPR
Tahun 1999. Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden
dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.
Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan kedua
menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara dan
pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan pertama dalam hal
memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan-ketentuan terperinci tentang HAM.
Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001. Perubahan tahap
ini mengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas landasan
bemegara, kelembagaan negara dan hubungan antar lembaga negara, serta ketentuan-
ketentuan tentang Pemilihan Umum. Perubahan keempat dilakukan dalam Sidang
Tahunan MPR Tahun 2002. Perubahan Keempat tersebut meliputiketentuan
tentang kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, penghapusan Dewan
Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan
kesejahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan tambahan.
15
Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan materi UUD
1945. Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan perubahan yang
dilakukan menghasilkan 199 butir ketentuan.[5] Saat ini, dari 199 butir ketentuan yang
ada dalam UUD 1945, hanya 25 (12%) butir ketentuan yang tidak mengalami perubahan.
Selebihnya, sebanyak 174 (88%) butir ketentuan merupakan materi yang baru atau telah
mengalami perubahan.
Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena mengubah
prinsip kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR menjadi
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua lembaga
negara dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat dan melaksanakan kedaulatan rakyat
dalam lingkup wewenangnya masing-masing. Perubahan lain adalah dari kekuasaan
Presiden yang sangat besar (concentration of power and responsibility upon the
President) menjadi prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances).
Prinsip-prinsip tersebut menegaskan cita negara yang hendak dibangun, yaitu negara
hukum yang demokratis.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah: menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya
tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan
(staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan Presidensiil.
16
D. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah Unsur Negara Sebagai Syarat Berdirinya Suatu
Negara upaya sadar yang ditempuh secara sistematis untuk mengenalkan, menanamkan
wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan
perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila demi tetap utuh
dan tegaknya NKRI.
Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama penjajahan,
dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan mengisi
kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda sesuai dengan
zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap bangsa Indonesia
berdasarkan kesamaan nilai-nulai kejuangan bangsa yang dilandasi jiwa, tekad dan
semangat kebangsaan. Semangat perjuangan bangsa yang tidak mengenal menyerah
harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik Indonesia.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
17
Kuliah Umum (MKU) dan wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi”.
Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti No.
267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewiraan disamping membahas tentang PPBN juga
membahas tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan Pendidikan
Kewiraan diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok Pendidikan
Kewarganegaraan adalah: tentang hubungan warga negara dengan negara, dan
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN).
Kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab
yang harus dimiliki oleh seseorang agar ia mampu melaksanakan tugas-tugas dalam
bidang pekerjaan tertentu.
a. Pengertian Bangsa
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa dan
sejarah serta berpemerintahan sendiri. Dengan demikian, Bangsa Indonesia adalah
sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan
dirinya sebagai satu bangsa serta berproses dari dalam satu wilayah: Nusantara /
Indonesia.
b. Pengertian Negara
Negara merupakan suatu organisasi / beberapa kelompok manusia yang bersama-
sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan serta
keselamatan manusia tersebut.
18
c. Pengertian Hak Dan Kewajiban
1. Pengertian Hak
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri. Contoh dari hak adalah:
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
b. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
c. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di
dalam pemerintahan;
d. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama
dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
e. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
f. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan
Indonesia atau nkri dari serangan musuh; dan
g. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,
berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-
undang yang berlaku.
2. Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung jawab.Contoh dari
kewajiban adalah:
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam
membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan
musuh;
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda);
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-
baiknya;
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia; dan
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah
yang lebih baik.
19
f. Sebagaimana yang telah diatur oleh UUD 1945 maka kita harus
melaksankan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara dengan
tertib,yang meliputi:
1. Hak dan kewajiban dalam bidang politik.
2. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya.
3. Hak dan kewajiban dalam bidang hukum, dan
4. Hak dan kewajiban dalam bidang ekonomi.
Pada hakekatnya Pendidikan adalah: upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah
suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya.
Selaku warga masyarakat, warga bangsa dan negara, secara berguna dan bermakna serta
mampu mengantisipasi hari depan mereka yang selalu berunah dan selalu terkait dengan
konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan hubungan international, maka pendidikan
tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarka
sebagai perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak keterdugaan.
Dalam kehidupan kampus di seluruh perguruan tinggi Indonesia, harus dikembangkan
menjadi lingkungan ilmiah yang dinamik, berwawasan budaya bangsa, bermoral
keagamaan dan berkepribadian Indonesia. Untuk pembekalan kepada para mahasiswa di
Indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai, sikap dan kepribadian, diandalkan
kepada Pendidikan Pancasila, Bela Negara, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar dan
Ilmu Alamiah Dasar sebagai latar aplikasi nilai dalam kehidupan, yang disebut Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).
20
Negara adalah: suatu orang dari sekolompok atau beberapa kelompok manusia
yang bersamaan mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu
pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan kelompok.
b. Teori terbentuknya negara
1) Teori Hukum alam (Plato dan Aristoteles)
2) Teori Ketuhanan : menganggap segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan
3) Teori perjanjian (Thommas Hobbes)
c. Proses terbentuknya negara dan dizaman modern
d. Unsur negara bersifat:
1) Konstitutif : bahwa dalam negara terdapat wilayah,rakyat,masyarakat,dan
pemerintahan yang berdaulat.
2) Deklatratif : adanya tujuan Negara, UUD, pengakuan dari Negara lain dan
masuknya Negara dalam PBB.
Indonesia masuk ke PBB mendapat pengakuan dari negara internasional, yaitu ikut serta
menjaga perdamain negara terhadap warganya adalah memberikan kesejahteraan hidup
dan keamanan lahir dan batin.
21
Pasal 26 ayat (1): yang menjadi warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan
bangsa lain yang campuran Indonesia bersikap setia kepada negara R.I.
2. Kesamaan kedudukan.
Pasal 27 ayat (1): adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dan tidak adanya
diskriminasi.
3. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 27 ayat (2): menciptakan lapangan kerja agar warga negara memperoleh
penghidupan yang layak.
4. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
Pasal 28 negara Indonesia bersiafat demokratis.
5. Kemerdekaan memeluk agama.
Terdapat dalam pasal 29 ayat (1) dan (2).
6. Hak dan kewajiban pembelaan negara.
Pasal 30 ayat (1) dan (2) : Undang No.20 tahun 1982 tentang pokok-pokok
pertahanan keamanan rakyat semesta.
7. Hak mendapat pengajaran.
Pasal 31 ayat (1) dan (2) : UU No.2 thn 1989.
8. Kebudayaan nasional Indonesia.
9. Kesejahteraan sosial.
Pasal 33 merupakan pasal yang penting dan esensial karena menyakut pelaksanaan
demokrasi ekonomi dan keadilan sosial, sedangkan pasal 34 UUD’45 yang mengatur
fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
Hak asasi adalah: hak – hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya.
Hak asasi manusia meliputi hak hidup,hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik dan
hak – hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat diganggu
gugat oleh orang lain. Hak asasi manusia hakikatnya semata – mata bukan dari manusia
sendiri tetapi dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dibawa sejak lahir. Hak – hak asasi ini
menjadi dasar hak – hak dan kewajiban – kewajiban yang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia, harga diri, harkat dan martabat kemanusiaannya,
diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak – hak
kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati
yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini
sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak asasi manusia (HAM).
Hak asasi manusia yang dikenal saat ini dalam berbagai piagam atau konstitusi
sesungguhnya telah diperjuangkan sejak abad ke: 13 di Inggris. Pada masa raja
Inggris John Lackland (1199-1216) memerintah secara sewenang – wenang telah
timbul protes keras dikalangan para bangsawan. Protes tersebut melahirkan sebuah
piagam agung yang dikenal dengan nama Magna Charta. Di dalam piagam ini
pengertian hak asasi belum sempurna karena terbatas hanya memuat jaminan
perlindungan terhadap hak – hak kaum bangsawan dan gereja.
23
Pada tahun 1628 di Inggris pula terjadi pertentangan antara raja Charles I dengan
parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (the hause of sommons) yang menghasilkan
petition of rights. Petisi ini membuat ketentuan bahwa penetapan pajak dan hak – hak
istimewa harus dengan izin parlemen, dan bahwa siapapun tidak boleh ditangkap
tanpa tuduhan – tuduhan yang sah.Perjuangan hak asasi manusia yang lebih nyata
terjadi pada tahun 1689 ketika raja willem III revolution. Revolusi ini besar
mengawali babak baru kehidupan demokasi di Inggris dengan suatu perpindahan
kekuasaan dari tangan raja ke parlemen.
Pemerintahan raja yang sewenang – wenang dan kaum bangsawan yang feodalistik
menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Perancis. Pada masa pemerintahan Raja
Louis XVI yang lemah, rakyat perancis baru berani membentuk Assemblee Nationale,
yaitu: dewan nasional sebagai perwakilan bangsa Perancis. Pada masa pemerintahan
Raja Louis XVI yang lemah, rakyat Perancis baru berani membentuk Assemblee
Nationale, yaitu: dewan nasional sebagai perwakilan bangsa Perancis. Masyarakat
Perancis baru berani mengubah strukturnya dari feodalistis lama, menjadi (kerajaan)
dihapuskan dan disusunlah pemerintah baru.
Di dalam mukadimah deklarasi universa tentang hak asasi manusia yang telah
disetujui dan diumuman oleh resolusi Majelis umum perserikatan bangsa – bangsa
nomor 217 Z (III) tanggal 10 desember 1984 terdapat pertimbangan – pertimbangan
berikut:
a. Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak – hak yang
sama dan tidak tersaingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan, keadilan,
dan perdamaian di dunia.
24
b. Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada hak – hak asasi
manusia telah mengakibatkan perbuatan – perbuatan bengis yang menimbulkan
rasakemarahan dalam hati nurani umat manusia dan bahwa terbentuknya suatu
dunia dimana manusia akan mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan
agama tertinggi dari rakyat jelata.
c. Menimbang bahwa Negara – Negara anggota telah berjanji akan mencapai
perbaikan penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak – hak manusia dan
kebebasan asas dalam kerja sama dengan PBB.
a. Kejahatan genosida;
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan.
25
c. Paham Islam fundamentalis.
26
KESIMPULAN:
Dari hasil analisis tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut:
LATIHAN 1:
Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas,
penuh tanggung jawab dari peserta didik.
27
2. Berbudi pekerti luhur.
3. Rasional dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Profesional dan aktif memanfaatkan ilmu.
5. Bagaimana perjalanan Sejarah UUD 1945?
6. Bagaimana Perubahan UUD 1945?
7. Apakah Tujuan Perubahan UUD 1945 ?
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. ”Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani”. ICCE UIN.
Jakarta.
Surjanto, Brigadir Jenderal TNI, Mengatasi Gerakan Sparatis di Irian Jaya dengan
HB. Amiruddin Maulana, Drs, SH, Msi. Menjaga Kepantingan Nasional Melalui
Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, Mencegah Keinginan beberapa Daerah Untuk
Memisahkan Diri dari Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas, 2001.
http://tiosijimbo.wordpress.com/2010/04/06/bab-i-pengantar-pendidikankewarganegaraan/
http://gracellya.wordpress.com/2012/03/12/latar-belakang-maksuddan-tujuan-pendidikan-
kewarganegaraan-2/
http://electroggmu.blogspot.co.id/2014/03/tugas-makalah-pengantar-pendidikan.html
28
Kaelan dan Zubaidi.2007. Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma, Edisi
pertama.
http://ryant.faa.im/makalah-uud-1945.xhtml
Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006; Membangun Karakter dan Kepribadian melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, UIEU – University Press, Jakarta.
http://tiosijimbo.wordpress.com/2010/04/06/bab-i-pengantar-pendidikankewarganegaraan/
http://gracellya.wordpress.com/2012/03/12/latar-belakang-maksuddan-
tujuan-pendidikan-kewarganegaraan-2/
http://electroggmu.blogspot.co.id/2014/03/tugas-makalah-pengantar-pendidikan.html
http://tiosijimbo.wordpress.com/2010/04/06/bab-i-pengantar-pendidikankewarganegaraan/
http://gracellya.wordpress.com/2012/03/12/latar-belakang-maksud-dan-tujuanpendidikan-
kewarganegaraan-2/
29
PERTEMUAN KE – 2
IDENTITAS NASIONAL
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui pengertian Identitas Nasional
2. Mengetahui faktor-faktor pendukung kelahiran Identitas Nasional.
3. Mengetahui maksud dari pancasila sebagai kepribadian dan Identitas Nasional.
B. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia
senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-
kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu
organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang
besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya
manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok
lebih besar lagi sperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara.
Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu
organisasi yang dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup
dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa
memiliki pengertian yang berbeda.
Apabila negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka
bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih
ada bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara
yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu
bangsa. Baik bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau
negara tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa
merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga
merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati
dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa.
Pemerintahan di Indonesia sudah lama menjadi mimpi buruk banyak orang di Indonesia.
Kendati pemahaman mayarakat tentang pemerintahan sangatlah berbeda-beda, Namun
setidaknya sebagian besar dari masyarakat membayangkan bahwa dengan adanya
30
pemerintahan, masyarakat akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik.
Banyak di antara masyarakat-masyarakat yang ada di inonesia membayangkan, bahwa
dengan memiliki tata kelola pemerintahan yang lebih baik, maka kualitas pelayanan
publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah
menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga.
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek dan
semakin sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan
rakyat banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang baik atau
yang sering disebut good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini
masih menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera
terbangun dari tidur panjangnya. Maka dari itu, Pemerintah inonesia berinisiatif akan
membangun Indonesia ini dalam sistem pemerintahannya agar dapr menjadi lebih baik.
Dan menggunakan sistem pemerintahan yang berlandaskan kejujuran serta ketulusan.
31
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila.
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945.
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
9. Konsepsi Wawasan Nusantara.
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.
32
2. Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya,
Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
“Indonesia Raya”.
3. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, sertakepercayaan.
Menurut sumber lain disebutkan bahwa Satu jati diri dengan dua identitas:
a. Identitas Primordial
Orang dengan berbagai latar belakang etnik dan budaya: jawa, batak, dayak,
bugis, bali, timor, maluku, dsb.
Orang dengan berbagai latar belakang agama: Islam, Kristen, Khatolik,
Hindu, Budha, dan sebagainya.
b. Identitas Nasional
c. Suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan sebelumnya.
Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama
karena pengaruh kekuasaan internasional.
Menurut Berger, era globalisasi dewasa ini, ideology kapitalisme yang akan
menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan
menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar
bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, social, politik dan
kebudayaan.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi
maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan
kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era
globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.
33
b. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, social, politik, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002).
a. Sejarah
Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah negara, bangsa Indonesia
pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan nusantara,
Majapahit dan Sriwijaya misalnya. Kebesaran dua kerajaan nusantara tersebut
telah membekas pada semangat perjuangan bangsa Indonesia pada abad-abad
berikutnya ketika penjajahan asing menancapkan kuku imperealisme nya.
b. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi 3
unsur, yaitu: akal budi, peradaban, dan pengetahuan.
3. Suku bangsa
Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari
sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk
hidup bersama dalam kemajemukan merupakan unsur lain yang harus terus
dikembangkan dan dibudayakan.
4. Agama
Keaneka ragaman Agama merupakan identitas lain dari kemajukan alamiah
Indonesia. Dengan kata lain, keragaman Agama dan keyakinan di Indonesia tidak
hanya dijamin oleh konstitusi negara, tetapi juga merupakan rahmat tuhan YME.
5. Bahasa
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting. Sekali
pun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa penghubung berbagai kelompok etnis yang mendiami Nusantara memberikan
34
nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda tahun 1928
menyatakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkala bangsa Indonesia berkembang menujufase nasionalisme modern, diletakanlan
prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan
bernagara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat
dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan
pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul
secara tiba-tiba dan dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu
historis yang cukup panjang.
1. Spiritual, untuk mcletakkan landasan ctik, moral, religiusiias, sebagai dasar dan arah
pengembangan sesuatu profesi;
2. Akademis, untuk menunjukkan bahwa Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
(MPK) merupakan aspek being yang tidak kalah pentingnya, bahkan lebih penting
35
daripada aspek having dalam kerangka penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang
bukan sekadar instrumen, melainkan sebagai subjek pembaharuan dan pencerahan;
3. Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalismenya agar dalam pergaulan
antarbangsa tetap setia pada kepentingan bangsanya, serta bangga dan respek pada
jati diri bangsanya yang memiliki ideologi tersendiri; dan
4. Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap
menghadapi dialektika perkembangan dalam masyarakat dunia yang “terbuka”.
Selain itu, diharapkan mampu untuk segera beradaptasi dengan perubahan yang
terus-menerus terjadi dengan cepat.
36
ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat
ridha Allah SWT yang merupakan dorongan spiritual.
4. Alinea keempat menyebutkan: “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan Negara republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada: ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Alinea ini
mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah
Negara kesatuan republik Indonesia.
KESIMPULAN:
Sekilas kata-kata diatas memang membuat tanda tanya besar dalam memaknainya. Beribu-
ribu kemungkinan yang terus melintas dibenak pikiran, untuk menjawab sebuah
pertanyaan yang membahas tentang identitas nasional. Identitas Nasional merupakan suatu
ciri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk dapat membedakannya dengan bangsa lain.
Identitas Nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat oleh wilayah dan selalu memiliki
wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah sistem hukum/perundang
– undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.
Faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional ada lima, yaitu sejarah, kebudayaan,
suku bangsa, agama dan bahasa. Ke lima faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam
proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari
masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, menjadi hal paling mendasar bagi identitas
bangsa Indonesia, namun pemberdayaan idetitas nasional di Indonesia masih minim
sekali, apalagi di zaman globalisasi ini.
37
LATIHAN 2:
DAFTAR PUSTAKA
Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006; Membangun Karakter dan Kepribadian melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, UIEU – University Press, Jakarta.
http://ilhamberkuliah.blogspot.co.id/2015/09/makalah-identitas-nasional.html
38
PERTEMUAN KE – 3
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui pengertian Identitas Nasional.
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi Identitas Nasional.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional.
4. Untuk mengetahui pengertian Pancasila sebagai Identitas Nasional.
5. Untuk mengetahui alasan mengapa Pancasila dijadikan sebagai Identitas Nasional.
B. Latar Belakang
Identitas adalah tanda pengenal. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang
identitas, yang diketahui oleh hampir semua orang. Pengertian Identitas Nasional adalah
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai
Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara . Identitas Nasional dijadikan ciri dari suatu bangsa dan negara
tersebut, sehingga identitas Nasional mencerminkan kepribadian suatu bangsa.
Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari bahasa
Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.
39
warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban
warga Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di
Indonesia. atau juga Istilah Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada
padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas
Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu
bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan
internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution, eraglobalisasi dewasa
ini, ideology kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah
masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib
ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib,
social, politik dan kebudayaan.
Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan suatu ideologi, yaitu
dari ideologi partikular kearah ideology universal dan dalam kondisi seperti ini
kapitalisme lah yang akan menguasainya. Dalam kondisi seperti ini, negara nasional
akan dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-negara
dengan prinsip kapitalisme. Konsekuensinya,negara-negara kebangsaan lambat laun akan
semakin terdesak. Namun demikian, dalam menghadapi proses perubahan tersebut
sangat tergantung kepada kemampuan bangsa itu sendiri.
40
Menurut Toyenbee, cirri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi Challence dan response. Jika
Challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan
hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di
Amerika. Namun demikian jika Challance kecil sementara response besar maka bangsa
tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka
harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian
bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh tantangan yangcenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan
kembali kesadaran nasional.
Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional karena Bangsa Indonesia sebagai
salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah serta prinsip dalam
hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia .Tatkala bangsa Indonesia
berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakanlah prinsip-prinsip dasar filsafat
sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari filsafat
hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar
filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri.
Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara
Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
KESIMPULAN:
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa identitas nasional merupakan manifestasi
nilai budaya bangsa dengan ciri khas, Pancasila juga sebagai kesepakatan bangsa. dentitas
Nasional adalah ciri atau jati diri suatu bangsa yang membedakansuatu bangsa dengan
41
bangsa lainnya. Suatu bangsa berdiri kerena pada kodratnyamanusia adalah makhluk
individual sekaligus makhluk social yang membutuhkan bantuan atau pertolongan dari
orang lain sehinngi mendorongg terbentuk suatu masyarakat.
LATIHAN 3:
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/8352416/Pancasila_Sebagai_Identitas_Nasional_Bangsa_Ind
onesia
http://elysabethvitrian.blogspot.com/2013/08/pancasila-sebagai-identitas-nasional.html
42
PERTEMUAN KE – 4
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Negara.
2. Untuk mengetahui pengertian Konstitusi.
3. Untuk mengetahui keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui hubungan antara Negara dan Konstitusi.
B. Latar Belakang
Saat ini sebagian masyarakat Indonesia yang mengabaikan arti dari Pancasila sebagai
dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi. Bahkan tidak hanya mengabaikan, tetapi
banyak juga yang tidak mengetahui makna dari negara dan konstitusi tersebut. Terlebih
di era-globalisai ini masyarakat dituntut untuk dapat memilah-milah pengaruh positif dan
negatif. Dengan adanya pendidikan tentang dasar negara dan konstitusi diharapkan
masyarakat Indonesia mampu mempelajari, memahami serta melaksanakan segala
kegiatan kenegaraan berlandaskan pada dasar negara dan konstitusi, namun dengan tidak
menghilangkan jati dirinya.
Dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan kostitusi. Dasar Negara menempati
kedudukan sebagai norma hukum yang tertinggi disuatu Negara. Sebagai norma
tertinggi, dasar negara menjadi sumber pembentukan bagi norma-norma hukum yang ada
dibawahnya. Konstitusi adalah salah satu norma hukum dibawah dasar negara. Konstitusi
dalam arti luas adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan
(hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara, dan dalam arti
sempit sendiri konstitusi adalah Udang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa dokumen
yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok. Dengan demikian, konstitusi bersumber
dari dasar negara, norma hukum dibawah dasar negara isinya tidak boleh bertentangan
dengan norma dasar. Isi norma tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung
dalam dasar negara. Dasar Negara merupakan cita hukum dari Negara. Dan terdapat
hubungan yang sangat terkait antara keduanya yang perlu kita ketahui.
43
C. Pengertian Negara dan Konstitusi Menurut para Ahli
1. Pengertian Negara
a. Menurut Gettell Negara adalah komunitas oknum- oknum, secara permanent
mendiami wilayah tertentu, menuntut dengan sah kemerdekaan diri dari luar dan
mempunyai sebuah organisasi pemerintahan, dengan menciptakan dan
menjalankan hukum secara menyeluruh didalam lingkungan.
b. Menurut Aristoteles
Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga
pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan
kehormatan bersama.
c. Menurut Georg Jellinek
Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang telah
berdiam di suatu wilayah tertentu.
d. Menurut Prof. R. Djokosoetono
Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di
bawah suatu pemerintahan yang sama.
2. Pengertian Konstiusi
a. Menurut Prof. Miriam Budiarjo
Konstitusi adalah keseluruhan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintah
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
b. Menurut Sri Soemantri
Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-
sendi sistem pemerintahan negara.
c. Menurut Paul B. Barthollomew
Konstitusi adalah seperangkat hukum-hukum fundamental dan prinsip-prinsip
yang mengatur bagaimana sebuah pemerintah politis dijalankan.
45
c. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintah memiliki
kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu
negara dan dalam wilayah negara.
Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan,
kedaulatan negara, kedaulatan hukum, dan kedaulatan rakyat.
a. Teori Kedaulatan Tuhan (Gods Souvereiniteit)
Teori kedaulatan Tuhan (Gods Souvereiniteit) menyatakan atau menganggap
kekuasaan pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan. Contohnya kerajaan
Belanda, Raja atau Ratu secara resmi menamakan dirinya Raja atas kehendak
Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau Ethiopia (Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa
Penakluk dari suku Yuda yang terpilih Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”.
b. Teori Kedaulatan Negara (Staats Souvereiniteit)
kedaulatan Negara (Staats Souvereiniteit) menganggap sebagai suatu axioma yang
tidak dapat dibantah, yang artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah yang
berdaulat. Inilah inti pokok dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu
negara. Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “
kemauan negara aadalah milik kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam”.
Sementara itu Jellinek dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan bahwa
kedaulatan negara sebagai pokok pangkal kekuasaan yang tidak diperoleh dari
siapapun. Pemerintah adalah “Alat Negara”.
c. Teori Kedaulatan Hukum (Rechts Souvereiniteit)
Teori kedaulatan Hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan
dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku
Die Moderne Staats Idee.
d. Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit)
Teori kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam suatu
negara didasarkan pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis)
menyatakan apa yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu perjanjian antara
seluruh rakyat yang menyetujui Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu
negara.
46
Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4 bahkan 5
yaitu:
a. Rakyat,
b. wilayah,
c. pemerintahan,
d. UUD (Konstitusi), dan
e. pengakuan Internasional (secara de facto maupun de jure).
2. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berarti pembentukan, yang berasal dari kata kerja “Constituer” (Prancis)
atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, yang mengandung arti awal atau
permulaan dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda
menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi
dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi
Undang-Undang Dasar.
47
Tertulis ”(Ongeschreven Recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan
“Constitution of Nation”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di
dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali inggris dan kanada. Dibeberapa negara
terdapat dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara tersebut tidak
disebut sebagai konstitusi. Dalam buku yang berjudul “The Law and The
Constitution”, Ivor Jenning menyebutkan didalam dokumen konstitusi tertulis yang
dianut oleh negara-negara tertentu mengartur tentang:
a. Adanya wewenang dan tata cara bekerja disuatu lembaga kenegaraan.
b. Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang diakui dan
dilindungi oleh pemerintah.
Tidak semua lembaga-lembaga pemerintahan dapat diatur dalam poin 1 dan tidak
semua warga negara diatur dalam poin 2. Seperti halnya negara inggris. Dokumen-
dokumen yang tertulis hanya mengatur beberapa lembaga dan beberapa hak asasi
yang dimiliki oleh rakyat, satu dokumen dengan dokumen lainnya tidak sama. Ada
konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat pendek. Konstitusi yang
terpanjang yaitu di negara India yang mempunyai 394 pasal. Kemudian Amerika
Latin seperti Uruguay mempunyai 332 pasal, Nicaragua 328 pasal, Cuba mempunyai
286 pasal, Panama mempunyai 271 pasal, Peru mempunyai 236 pasal, Brazil dan
Colombia 286 pasal, selanjutnya di Asia Burma mempunyai 234 pasal, di Eropa
Belanda mempunyai 210 pasal. Konstitusi terpendek adalah Spanyol yang
mempunyai 36 pasal, Indonesia mempunyai 37 pasal, Laos mempunyai 44 pasal,
Guatemala mempunyai 45 pasal, Ethiopia mempunyai 55, Ceylon mempunyai 91
pasal dan Finlandia mempunyai 95 pasal.
Pada umumnya hukum bertujuan agar adanya tata tertib untuk keselamatan masyarakat
yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah masyarakat.
Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari hukum tata
negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat
dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki tujuan hampir sama
dengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan:
48
2. Hubungan antara lembaga negara.
3. Hubungan antara lembaga (pemerintah) dengan warga negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin
bahwa konstitusi tersebut baik. Buktinya, banyak negara yang memiliki lembaga-
lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peran yang tidak
kalah penting dengan lembaga - lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan
terdapat hak-hak asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan
lebih baik dibandingkan dengan yang di atur di dalam konstitusi. Dengan demikian
banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis diluar konstitusi memiliki kekuatan
yang sama dalam pasal-pasal yang terdapat pada konstitusi. Konstitusi selalu terkait
dengan paham konstitusionalisme.
F. Klasifikasi Konstitusi
Hampir semua negara memiliki konstitusi, namun antara negara satu dengan negara
lainya tentu memiliki perbedaan dan persamaan. Dengan demikian akan sampai pada
klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua negara.
Para ahli hukum tata negara atau hukum konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi
berdasarkan cara pandang mereka sendiri, antara lain K. C. Wheare, C. F. Strong, James
Bryce dan lain-lainnya. Dalam buku K. C Wheare “Modern Constitution” (1975)
mengklasifikasi konstitusi sebagai berikut:
49
Konstitusi flesibelitas memiliki ciri-ciri pokok:
Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tinggi dalam negara
(tingkat peraturan perundang-undang). Konstitusi tidak derajat tinggi yaotu konstitusi
yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai dasar hukum yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara
itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi adalah rakyat.
Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku
tidaknya suatu konstitusi. Hal ini disebut para ahli sebagai constituent power yang
merupakan kewenangan yang diluar dan sekaligus diatas sistem yang diaturnya. Karena
itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan
berlakunya suatu konstitusi.
50
Constituent Power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organisasi
pemerintahan yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian constituent
power berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi
merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling fundamental
sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan
otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya.
Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan
yang tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan
diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih
tinggi tersebut. Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh Wheare ” Konstitusi
Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive and
Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi Pemerintahan Presidensial
maupun pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam tubuh UUD 45
mengndung ciri-ciri pemerintahan presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer.
Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi
campuran.
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa indonesia, pancasila merupakan
filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa lalu
timbul suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan
untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi
ideologi tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahawa pancasila berada diatas
dan diluar konstitusi. Pancasila disebut sebagai konstitusi norma fundamental negara
(Staats Fundamental Norm) dan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawaiasky.
Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan
rantai validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh
yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky.
Teori Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan
norma menurut teori tersebut adalah:
51
c. Undang-undang formal (formell gesetz).
d. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung).
52
ataupun Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu
Piagam Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945,
yang merupakan Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia.
Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara
Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila.
Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan dasar
negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan
dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam
Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada
dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
KESIMPULAN:
53
LATIHAN 4:
DAFTAR PUSTAKA
Hady, Nuruddin. 2010. Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi. Malang : Setara Press
www.google.com
www.wikipedia.com
www.prince-mienu.blogspot.com
http://endahnormadewi.blogspot.co.id/2015/05/makalah-negara-dan-konstitusi.html
54
PERTEMUAN KE – 5
DEMOKRASI DI INDONESIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan demokrasi.
2. Untuk mengetahui pengertian demokrasi menurut para ahli.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri demokrasi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dan prinsip demokrasi di Indonesia.
5. Untuk mengetahui perkembangan serta pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
B. Latar belakang
Sejak bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 selalu menjadi
pertanyaan bagaimana sistem pemerintahan yang tepat dan paling bermanfaat baginya.
Indonesia menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Demokrasi menjadi
pilihan bangsa Indonesia sejak awal berdirinya. Perkembangan sistem demokrasi
berlangsung sejak tahun 1945 hingga masa sekarang. Berbagai model Demokrasi pernah
diterapkan di Indonesia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Perkembangan
demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut dari masa kemerdekaan sampai saat ini.
Hal ini dibuktikan dengan telah dilaksanakannya beberapa bentuk demokrasi di negara
Indonesia. Perkembangan Demokrasi di Indonesia dibagi dalam empat periode, yaitu
Demokrasi pada Periode 1945–1959, Demokrasi pada Periode 1959–1965 (Era Orde
Lama), Demokrasi pada Periode 1966–1998 (Era Orde Baru), Demokrasi pada Periode
1998–sekarang (Era Reformasi)
55
1. Aspek material, prinsip dasar Demokrasi Pancasila adalah hasil berpikir dan ciptaan
manusia Indonesia sebagai bagian integral dari sosial budaya bangsa Indonesia.
Pikiran dasar yang berkembang merupakan upaya bersama manusia Indonesia dalam
rangka memecahkan berbagai masalah kehidupan yang dihadapinya. Untuk itu, unsur
kebersamaan yang dijiwai oleh prinsip kekeluargaan menjadi faktor utama. Dengan
demikian, hasil pemecahan masalahnya tetap berada dalam konteks
kegotongroyongan dan kebahagiaan hidup bersama pula.
2. Aspek formal, peristiwa 17 Agustus 1945 selain mendatangkan kehidupan
kemerdakaan bagi bangsa Indonesia, juga menghasilkan kehidupan berkonstitusi
tertulis/formal. Di dalam konstitusi telah disepakati dan ditetapkan berbagai prinsip
hidup bernegara, antaralain tentang hal kedaulatan rakyat, kekuasaan presiden, DPR,
kehakiman, MPR, dan sebagainya. Melalui proklamasi, falsafah/ ideologi dengan
sistem politik Demokrasi Pancasila ditetapkan secara formal di dalam UUD 1945
yang selanjutnya digunakan dalam perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Sejarah mencatat bahwa dalam perjalanan bangsa Indonesia setelah ditetapkan UUD
1945, telah terjadi inkonstitusional terhadap hasil kesepakatan sistem politik. Hal ini
terbukti dengan banyaknya perubahan pelaksanaan demokrasi di Indonesia selama kurun
waktu 50 tahun.
D. Demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ) dan demokrasi liberal (1950 – 1959)
Masa antara tahun 1945 – 1950 merupakan masa revolusi fisik di Indonesia. Bangsa
Indonesia masih berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari Belanda. Karena
itulah, demokrasi belum dapat terlaksana dengan baik di Indonesia. Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan menjadi tujuan utama saat itu. Pada awal kemerdekaan
masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 4
Aturan Peralihan UUD 1945 (dihapus berdasarkan amandemen IV tahun 2002 ). Pada
pasal tersebut tertulis “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, DewanPerwakilan
Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar
ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite
Nasional”.Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang
absolut, pemerintah mengeluarkan maklumat antara lain:
56
a. Maklumat Wakil Presiden Nomor X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan
KNIP menjadi Lembaga Legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang Pembentukan Partai
Politik.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 tentang Perubahan Sistem
Pemerintahan Presidensial menjadi Parlementer.
a. Berkembangnya partai politik pada masa tersebut. Pada masa ini, terlaksana
pemilihan umum pertama di Indonesia untuk memilih anggota konstituante.
Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu multipartai. Melalui pelaksanaan pemilu,
berarti negara telah menjamin hak politik warga negara.
b. Tingginya akuntabilitas politik.
c. Berfungsinya parlemen sebagai lembaga legislatif.
57
Sidang konstituante mampu memenuhi harapan bangsa Indonesia. Hingga akhirnya,
Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:
a. menetapkan pembubarkan konstituante,
b. menetapkan UUD 1945 berlaku kembali dan tidak berlakunya UUDS 1950,
c. pembentukan MPRS dan DPAS.
E. Demokrasi Terpimpin/ Orde Lama (1959 – 1965) dan Orde Baru (1966 – 1998)
1. Pelaksanaan pada masa demokrasi terpimpin (1959 – 1965)
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Sukarno.
Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan
pada kepemimpinan Presiden Sukarno. Terpimpin pada saat pemerintahan Sukarno
adalah kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden.
58
Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD
1945 adalah sebagai berikut:
1. Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan
tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk
kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS.
Hal tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat Ketua
MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan wakil ketua
MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang
masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin
departemen.
2. Pembentukan MPRS
Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun
1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan
UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus
melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat
memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR.
59
Tugas DPR GR adalah sebagai berikut:
60
c. Mengembalikan Irian Barat.
Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil presiden
diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja mengalami tiga kali
perombakan (reshuffle). Program kabinet ini adalah sebagai berikut:
61
8. Adanya ajaran RESOPIM
Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan
bernegara harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan
dikendalikan oleh satu pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi
(PBR), yaitu Presiden Sukarno.
62
tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah berjaya masa
demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Alasan pembubaran partai tersebuat adalah karena sejumlah anggota dari kedua
partai tersebut terlibat dalam pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua Partai
tersebut resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.
1. Pengangkatan Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta
pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai- partai
besar serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri
yang tidak memimpin departemen.
2. Pidato presiden yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada
tanggal 17 Agustus 1959 yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik
Indonesia (Manipol) ditetapkan sebagai GBHN atas usul DPA yang
bersidang tanggal 23-25 September 1959.
3. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.
4. Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi yang berarti
sebagai presiden seumur hidup.
63
5. Pidato presiden yang berjudul ”Berdiri di atas Kaki Sendiri” sebagai
pedoman revolusi dan politik luar negeri.
6. Presiden berusaha menciptakan kondisi persaingan di antara angkatan,
persaingan di antara TNI dengan Parpol.
7. Presiden mengambil alih pemimpin tertinggi Angkatan Bersenjata dengan di
bentuk Komandan Operasi Tertinggi (KOTI).
Masa sejak tahun 1969 menjadi awal bagi bangsa Indonesia untuk hidup dengan harapan.
Pemerintah Orde Baru mulai melaksanakan pembangunan secara bertahap. Tahapan
pembangunan yang dikenal dengan sebutan Pelita (pembangunan lima tahun)
dilaksanakan menyeluruh di wilayah Indonesia. Pelaksanaan pembangunan meliputi
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.
64
Pemerintah Orde Baru berhasil menyelenggarakan pemilihan umum tahun 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, dan 1997.
Pelaksanaan Demokrasi pada masa Orde Baru juga terjadi berbagai penyimpangan, antara
lain:
Berakhirnya masa Orde Baru, melahirkan era baru yang disebut masa reformasi. Orde
Baru berakhir pada saat Presiden Suharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil
Presiden B.J.
Habibie pada tanggal 21 Mei 1998. Pergantian masa juga mengubah pelaksanaan
demokrasi di Indonesia. Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada
dasarnya adalah demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.
65
Pelaksanaan Pemilu 1999 merupakan salah satu amanat reformasi yang harus
dilaksanakan. Sebagai upaya perbaikan pelaksanaan Demokrasi, terdapat beberapa
langkah yang dilaksanakan, yaitu:
a. banyaknya partai politik peserta pemilu,
b. pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung,
c. pemilu untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR, MPR, dan
DPD.
d. pelaksanaan pemilu berdasarkan asas luber dan jurdil,
e. pemilihan kepala daerah secara langsung,
f. kebebasan penyampaian aspirasi lebih terbuka.
KESIMPULAN:
1. Demokrasi dalam Pancasila yang diterapkan di Indonesia merupakan jalan dan sarana
penting untuk mencapai Tujuan Bangsa, yaitu Masyarakat yang maju, adil dan
sejahtera. Itu hanya terwujud kalau kehidupan bangsa diliputi Dinamika dan
Kreativitasi yang tinggi.
2. Masa kepemimpinan orde baru merupakan masa kepemimpinan nasional yang
bertekad melaksanakan pancasiladan UUD 1945 secara murni dan knsekuen serta
bertujuan menegakkan keadilan.
3. Pelaksanaan demokrasi di masa orde lama memiliki prinsip Dasar sila keempat
Pancasila. Presiden menafsirkan bahwa kata dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaandalam permusyawaratan/perwakilan , berarti pimpinan terletak di
tangan “Pemimpin Besar Revolusi”.
4. Di masa reformasi ini, kebebasan masyarakat dalam menggunakan haknya lebih
terbuk dan meluas. Pengawasan terhadap pemerintah semakin dalam dilakukan oleh
masarakt.
LATIHAN 5:
66
3. Bagaimana Pelaksanaan Demokrasi pada masa terpimpin/ orde lama (1959 – 1965)
dan pada masa orde baru (1966 – 1998)?.
4. Bagaimana Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi (1998 – sekarang)?.
DAFTAR PUSTAKA
http://kenshinlp.blogspot.co.id/2014/12/makalah-demokrasi-di-indonesia.html
Rogaiyah, Alfitri. 2009. Jurnal PPKn dan Hukum: Demokrasi Kesetaraan atau
Kendari
https://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentang-demokrasi-indonesia/
67
PERTEMUAN KE – 6
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Hak Asasi Manusia.
3. Untuk mengetahui perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
4. Untuk mengetahui apa saja pelanggaran Hak Asasi Manusia.
B. Latar belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak Asasi
merupakan sebuah bentuk anugerah yang diturunkan oleh Tuhan sebagai sesuatu karunia
yang paling mendasar dalam hidup manusia yang paling berharga. Hak Asasi dilandasi
dengan sebuah kebebasan setiap individu dalam menentukan jalan hidupnya, tentunya
Hak asasi juga tidak lepas dari kontrol bentuk norma-norma yang ada. Hak-hak ini berisi
tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan,
keturunanan, jabatan, agama dan lain sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya
adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.
Terkait tentang hakikat hak asasi manusia, maka sangat penting sebagai makhluk ciptaan
Tuhan harus saling menjaga dan menghormati hak asasi masing-masing individu. Namun
pada kenyataannya, kita melihat perkembangan HAM di Negara ini masih banyak bentuk
pelanggaran HAM yang sering kita temui.
Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang Undang No. 39 tahun 1999
pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan “Negara Republik Indonesia mengakui
dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang
secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi,
dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.”
68
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap
pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa
sebagai anugerah dari Tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan
atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan
martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan. Hak asasi mencangkup hak
hidup, hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Ditinjau dari berbagai
bidang, HAM meliputi:
Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal karena diyakini bahwa
beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis
kelamin.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri
pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut:
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan bagian dari
manusia secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya.
69
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar dan
membatasi orang lain.
1. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang -
wenangan.
2. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia.
3. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk
menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar.
E. HAM di Indonesia
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku tiga undang-
undang dalam 4 periode, yaitu:
Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
Negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan,
pemantauan dan mediasi hak asasi manusia.
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dengan Pancasila, UUD 1945 dan piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan.
70
G. Hak Asasi Manusia Dalam Perundang-undangan Nasional
Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk hukum
tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (Undang-undang
Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-
undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan
pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat,
karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam
ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang antara lain
melalui amandemen dan referendum. Sedangkan kelemahannya karena yang diatur
dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang
HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan
HAM melalui TAP MPR, kelemahannya tidak dapat memberikan sanksi hukum bagi
pelanggarnya. Sedangkan pengaturan HAM dalam bentuk Undang-Undang dan
peraturan pelaksanaannya kelemahan Hak–hak asasi manusia dan warga negara
menurut UUD 1945 mencakup :
1. Hak untuk menjadi warga negara (pasal 26).
2. Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum (pasal 27 ayat 1).
3. Hak atas persamaan kedudukan dalam pemerintahan (pasal 27 ayat 1).
4. Hak atas penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
5. Hak bela negara (pasal 27 ayat 3).
6. Hak untuk hidup (pasal 28 A).
7. Hak membentuk keluarga (pasal 28 B ayat 1).
8. Hak atas kelangsungan hidup dan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
bagi anak (pasal 28 B ayat 2).
9. Hak pemenuhan kebutuhan dasar (pasal 28 C ayat 1).
10. Hak untuk memajukan diri (pasal 28 C ayat 2).
11. Hak memperoleh keadilan hukum (pasal 28 d ayat 1).
12. Hak untuk bekerja dan imbalan yang adil (pasal 28 D ayat 2).
13. Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (pasal 28 D ayat 3).
14. Hak atas status kewarganegaraan (pasal 28 D ayat 4).
15. Kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
71
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak
kembali (pasal 28 E ayat 1).
16. Hak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai
denga hati nuraninya (pasal 28 E ayat 2).
17. Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (pasal 28
E ayat 3).
18. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (pasal 28 F).
19. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta
benda (pasal 28 G ayat 1).
20. Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat manusia (pasal 28 G ayat 2).
21. Hak memperoleh suaka politik dari negara lain (pasal 28 G ayat 2).
22. Hak hidup sejahtera lahir dan batin (pasal 28 H ayat 1).
23. Hak mendapat kemudahan dan memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
(pasal 28 H ayat 2).
24. Hak atas jaminan sosial (pasal 28 H ayat 3).
25. Hak milik pribadi (pasal 28 H ayat 4).
26. Hak untuk tidak diperbudak (pasal 28 I ayat 1).
27. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (pasal 28 I ayat 1).
28. Hak bebas dari perlakuan diskriminatif (pasal 28 I ayat 2).
29. Hak atas identitas budaya (pasal 28 I ayat 3).
30. Hak kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat baik lisan
maupun tulisan (pasal 28).
31. Hak atas kebebasan beragama (pasal 29).
32. Hak pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1).
33. Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1).
1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
72
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi Manusia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.
3. Pengadilan Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM Adalah
pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
4. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, baik sipil, militer, Maupun
polisi yang bertanggung jawab secara individual.
5. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
ada tidaknya suatu peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran hak asasi manusia
yang berat guna ditindaklanjuti dengan penyidikan sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang ini.
H. Hak–hak asasi manusia dan warga negara menurut UUD 1945 mencakup :
1. Hak untuk menjadi warga negara (pasal 26).
2. Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum (pasal 27 ayat 1).
3. Hak atas persamaan kedudukan dalam pemerintahan (pasal 27 ayat 1).
4. Hak atas penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
5. Hak bela negara (pasal 27 ayat 3).
6. Hak untuk hidup (pasal 28 A).
7. Hak membentuk keluarga (pasal 28 B ayat 1).
8. Hak atas kelangsungan hidup dan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
bagi anak (pasal 28 B ayat 2).
9. Hak pemenuhan kebutuhan dasar (pasal 28 C ayat 1).
10. Hak untuk memajukan diri (pasal 28 C ayat 2).
11. Hak memperoleh keadilan hukum (pasal 28 d ayat 1).
12. Hak untuk bekerja dan imbalan yang adil (pasal 28 D ayat 2).
13. Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (pasal 28 D ayat 3).
14. Hak atas status kewarganegaraan (pasal 28 D ayat 4).
15. Kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak
kembali (pasal 28 E ayat 1).
73
16. Hak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai
denga hati nuraninya (pasal 28 E ayat 2).
17. Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (pasal 28
E ayat 3).
18. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (pasal 28 F).
19. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta
benda (pasal 28 G ayat 1).
20. Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat manusia (pasal 28 G ayat 2).
21. Hak memperoleh suaka politik dari negara lain (pasal 28 G ayat 2).
22. Hak hidup sejahtera lahir dan batin (pasal 28 H ayat 1).
23. Hak mendapat kemudahan dan memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
(pasal 28 H ayat 2).
24. Hak atas jaminan sosial (pasal 28 H ayat 3).
25. Hak milik pribadi (pasal 28 H ayat 4).
26. Hak untuk tidak diperbudak (pasal 28 I ayat 1).
27. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (pasal 28 I ayat 1).
28. Hak bebas dari perlakuan diskriminatif (pasal 28 I ayat 2).
29. Hak atas identitas budaya (pasal 28 I ayat 3).
30. Hak kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat baik lisan
maupun tulisan (pasal 28).
31. Hak atas kebebasan beragama (pasal 29).
32. Hak pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1).
33. Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1).
Banyak macam Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus ham yang
terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak lepas
dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai pemegang
kekuasaan sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini.
74
a. Pembunuhan masal (genosida: setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa).
b. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan.
c. Penyiksaan.
d. Penghilangan orang secara paksa.
e. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis.
2. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi:
a. Pemukulan.
b. Penganiayaan.
c. Pencemaran nama baik.
d. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya.
KESIMPULAN:
Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan
dilindungi oleh setiap individu.
2. Rule of Law adalah gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja
maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan
perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan
perundang-undangan.
3. Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk hukum
tertulis yang memuat aturan tentang HAM.
a. Dalam konstitusi (Undang-undang Dasar Negara),
b. dalam ketetapan MPR (TAP MPR),
c. dalam Undang-undang, dan
d. dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah,
keputusan Presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak
75
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang, dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
LATIHAN 6:
DAFTAR PUSTAKA
chieva-chiezchua.blogspot.com
http://wwwmakalahkimiadasar.blogspot.co.id/2015/10/makalah-ham.html
http://makalahhakasasimanusiaham.blogspot.co.id/
76
PERTEMUAN KE – 7
A. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui pengertian hak dan kewajiban warga negara.
2. Mengetahui asas-asas kewarganegaraan.
3. Memahami hak dan kewajiban warga negara Indonesia.
4. Memahami hak dan kewajiban mahasiswa sebagai warga negara Indonesia.
5. Mampu membedakan antara konsep kewarganegaraan dan pewarganegaraan.
6. Mampu memahami kedudukan dan peran warga dalam negara.
7. Mampu memahami dan menjelaskan problem status kewarganegaraan sehingga
mampu menemukan solusi atas problem tersebut.
B. Latar Belakang
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam
praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas
dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih
berada dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban
bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat
pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan
kewajiban tidak berjalan secara seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi
suatu permasalahan yang akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan
kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Dalam hal ini sering terlihat permasalahan antara hak dan kewajiban, terutama dalam
bidang lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak bagi setiap warga negara.
Lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hal yang perlu
diperhatikan. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa “ Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “. Secara garis
besar dapat dijelaskan bahwa pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan
hak untuk setiap warga negara sebagai salah satu tanda adanya perikemanusiaan .
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan
yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak. Penghidupan yang layak
77
dapat diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar,
seperti sandang, pangan, dan papan.
Hak adalah: segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu
sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan. Hak pada umumnya
didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Hak
warga negara yang tercantum dalam UUD 1945 meliputi hak hidup, hak memperoleh
pendidikan, hak untuk melanjutkan keturunan, dan masih banyak lagi.
78
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum
dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum
yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah Negara
tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.
Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan penanggung jawab kemajuan
dan kemunduran suatu negara. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi anggota atau
warga suatu negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat oleh negara tersebut.
Sebelum negara menentukan siapa yang menjadi warga negara, maka negara harus
79
mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali sebagaimana diatur pasal
28 E ayat (1) UUD 1945.
Pernyataan ini berarti bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat
diklasifikasikian menjadi:
1. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara
sesuai dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara
yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan negara melalui
kantor imigrasi.
1. Kriterium kelahiran
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
a. Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis.
Di dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara
berdasarkan asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
b. Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli. Di dalam asas
ini, seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di
mana dia dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara
tersebut.
80
a. Hak Opsi, ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif);
b. Hak Reputasi, ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel
pasif).
2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang menyebabkan
seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai hak kewarganeraan negara lain.
Hak dan kewajiban memiliki hubungan yang cukup erat dan tidak dapat dipisahkan.
Segala akibat yang ditimbulkan dari adanya hak tentunya ada kewajiban, Untuk itu
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, antara hak dan kewajiban dapat dijalankan
dengan imbang, karena kalau tidak dijalankan dengan imbang maka akan menimbulkan
pertentangan.
Hak kita sebagai warga negara yaitu mendapatkan sesuatu yang sama dari negara tanpa
membeda-bedakanya dengan warga negara lainnya. Sedangkan kewajiban kita sebagai
warga negara Indonesia yaitu memberikan atau melakukan apa yang harus kita lakukan
demi kemajuan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dan rela berkorban demi
tumpah darah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang seharusnya diterima dan
dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan menjamin kelangsungan
kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945.
Hak dan kewajiban manusia sebagai warga negara tercantum dalam Undang-Udang
dasar 1945 mulai dari pasal 27 sampai dengan pasal 34 sebagai berikut:
81
d. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat 2).
e. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia (pasal 28C ayat 1).
f. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya (pasal 28C
ayat 2).
g. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28D ayat
1).
h. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2).
i. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan (pasal 28D ayat 3).
j. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya (pasal 28D ayat 4).
k. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (pasal 28E ayat 2).
l. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat (pasal 28E ayat 3).
m. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 28F).
n. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi (Pasal 28G ayat 1).
o. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain (Pasal 28G ayat 2).
82
p. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28H ayat 1).
q. Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28H ayat 2).
r. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (Pasal 28H ayat 3).
s. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 28H ayat 4).
t. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu (Pasal 28I ayat 2).
u. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 28J ayat 1).
v. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara (pasal 30 ayat 1).
w. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran (pasal 31 ayat 1).
83
3. Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dan Hubungan dengan Warga Negara
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“. Pasal tersebut menjelaskan bahwa
setiap individu sebagai anggota warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan
serta kehidupan yang layak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan
pendapatan yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak.
Penghidupan yang layak diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan
kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan dan papan.
Pada era globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan tuntutan hak tanpa
diimbangi dengan kewajiban. Disisi lain, masih terdapat pula hak yang kian tak
bersambut dengan kewajiban yang telah dilakukan. Kedua hal tersebut merupakan
pemicu terjadinya ketimpangan antara hak untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak dengan kewajiban yang tak kunjung dilaksanakan.
Tingginya angka akan tuntutan hak tanpa diimbangi dengan kewajiban, pada
umumnya disebabkan oleh adanya sifat malas dan kurangnya kemampuan dalam
suatu bidang pekerjaan. Sifat malas tersebut dapat menghambat individu sebagai
tenaga kerja untuk menjadi lebih produktif dan inovatif yang menyebabkan
tertundanya penghidupan yang layak, sedangkan kurangnya kemampuan memicu
pola pikir individu menjadi pesimis yang menyebabkan individu tidak dapat bergerak
kearah tingkat kehidupan yang lebih layak.
Hak yang tak kunjung bersambut atas pelaksanaan kewajiban yang telah dilakukan,
pada umumnya disebabkan oleh kurangnya perhatian baik dari pihak pemerintah
maupun swasta atas upah yang tidak sesuai dengan pelaksanaan kewajiban yang telah
dilakukan.
Hal tersebut dapat memicu gejolak masyarakat atas terjadinya ketimpangan akan hak
dengan kewajiban. Gejolak masyarakat timbul akibat adanya rasa ketidakpuasan
terhadap ketimpangan tersebut yang menyebabkan timbulnya berbagai demo hingga
mogok kerja. Fenomena tersebut merupakan hal yang seharusnya tidak perlu
dijumpai dalam kehidupan kewarganegaraan.
84
4. Pelaksanaan Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“. Bunyi ayat pasal tersebut secara teori
telah dijelaskan dalam UUD 1945, namun secara praktik belum dapat dikatakan
bahwa pelaksanaan akan pasal tersebut telah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari tingginya tingkat pengangguran dan warga negara dengan tingkat
kehidupan yang kurang layak. Pengangguran dapat disebabkan oleh berbagai macam
hal, terutama tingkat pendidikan dan kemampuan. Hal tersebut merupakan pemicu
terbesar dari tingginya tingkat pengangguran. Tingginya angka tingkat pengangguran
menyebabkan terjadinya ketidakefisienan terhadap kegiatan produksi yang
mengakibatkan semakin jauhnya tingkat kehidupan yang layak bagi warga negara.
Disisi lain, tingkat kehidupan yang kurang layak dapat disebabkan oleh sifat
malas dari warga negara tersebut yang tidak ingin mencoba merubah tingkat
kehidupannya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Pada umumnya, warga negara
demikian terfokus untuk menunggu uluran tangan dari individu lain maupun
pemerintah, tanpa melakukan suatu usaha sebagai kewajiban untuk memenuhi hak
penghidupan yang layak.
Tanggung jawab warga negara merupakan pelaksanaan hak (right) dan kewajiban (duty)
sebagai warga negara dan bersedia menanggung akibat atas pelaksanaannya tersebut.
85
4. Memberikan bantuan sosial, memberikan rehabilitasi sosial, mela- kukan pembinaan
kepada fakir miskin.
5. Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.
6. Mengembangkan IPTEK yang dilandasi iman dan takwa.
7. Menciptakan kerukunan umat beragama.
8. Ikut serta memajukan pendidikan nasional.
9. Merubah budaya negatif yang dapat menghambat kemajuan bangsa.
10. Memelihara nilai–nilai positif (hidup rukun, gotong royong, dan lain-lain).
11. Mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara.
12. Menjaga keselamatan bangsa dari segala macam ancaman.
KESIMPULAN:
Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada didalam kandungan,
sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban bagi individu dalam
melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak
yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Hak dan kewajiban merupakan suatu
hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang.
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“. Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap
individu sebagai anggota warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan serta
kehidupan yang layak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan
yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak. Penghidupan yang layak
diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti
sandang, pangan dan papan.
86
LATIHAN 7:
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. ”Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani”. ICCE UIN.
Jakarta.
http://kenshinlp.blogspot.co.id/2014/12/makalah-demokrasi-di-indonesia.html
87
PERTEMUAN KE – 8
KETAHANAN NASIONAL
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.
2. Untuk menambah kesadaran tentang pentingnya mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan.
3. Untuk menambah dan berkeinginan untuk selalu mencapai atau mewujudkan
apa yang menjadi tujuan nasional.
4. Untuk menambah wawasan dan ilmu tentang ketahanan nasional.
B. Latar Belakang
Latar Belakang Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh
bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain,
karena potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam
yang banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari
dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI,
ancaman dan gangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampai
yang idiologis. Meski demikian, bangsa Indonesia memegang satu komitmen bersama
untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia. Dorongan kesadaran bangsa yang
dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan dihadapkan pada lingkungan dunia yang
serba berubah akan memberikan motivasi dlam menciptakan suasana damai. Sejak
merdeka negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa. Tetapi bangsa Indonesia mampu mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatannya dari agresi Belanda dan mampu menegakkan wibawa
pemerintahan dari gerakan separatis. Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi
dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang
terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menggapai dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang dating dari luar dan dari dalam untuk
menjamin identitas, integrasi, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan
mencapai tujuan nasional. Konsepsi ketahanan nasional adalah konsepsi pengembangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan
yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
88
terpadu berlandaskan UUD 1945 dan wawasan nusantara dengan kata lain konsepsi
ketahanan nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan
bangsa yang mengandung kemampuan mengembangan kekuatan nasional dengan
pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai
kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya
demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dam merata, rohaniah, dan jasmaniah.
Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional
terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.
Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwujudkan dalam hidup dan
kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan yang sebenar-
benarnyadan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuannasionalnya. Namun
demikian, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional itu bukan sesuatu yang mudah
diwujudkan karena dalam perjalanannya kearah itu akan muncul energi baik yang positif
maupun negatif yang memaksa suatu bangsa untuk mencari solusi terbaik, terarah,
konsisten, efektif, dan efisien.
Energi positif bisa muncul dari dua situasi kondisi yaitu dalam negeri dan luar negeri.
Kedua situasi kondisi itu akan menjadi motor dan stimulan untuk membangkitkan
kesadaran pada bangsa untuk membangun ketahanan nasional yang holistik dan
komprehensif. Di sisi lain, energi negatif juga akan muncul dari dua situasi kondisi tadi,
yang biasanya menjadi penghambat dan rintangan untuk membangun
ketahanan nasional.
Energi negatif biasanya muncul secara parsial tetapi tidak bisa dipungkiri dalam banyak
hal merupakan suatu produk yang tersistem dan terstruktur dengan rapi dalam
sistem operasional yang memakan waktu lama. Energi positif tersebut diatas dalam
banyak wacana biasanya disebut dengan daya dan upaya penguatanpembangunan suatu
bangsa dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Sementara itu, energi
negatif cenderung untuk menghambat dengan tujuan akhir melemahkan bahkan
menghancurkan suatu bangsa. Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah
bangsa melemahkan dan atau menghancurkan setiap tantangan, ancaman, rintangan dan
gangguan itulah yang yang disebut dengan Ketahanan Nasional. Oleh karena
itu,ketahanan nasional mutlak senantiasa untuk dibina dan dibangun serta
ditumbuhkembangkan secara terus-menerus dengan simultan dalam upaya
89
mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa. Lebih jauh dari itu adalah makin
tinggi tingkat ketahanan nasional suatu bangsa maka makin kuat pula posisi bangsa itu
dalam pergaulan dunia.
C. Pokok-Pokok Pikiran
Upaya pencapaian ketahanan nasional sebagai pijakan tujuan nasional yang disepakati
bersama didasarkan pada pokok-pokok pikiran berikut:
1. Manusia Berbudaya
90
g. Manusia dengan rasa Keindahan dinamakan Seni/Budaya.
h. Manusia dengan rasa aman dinamakan Pertahanan dan Keamanan.
Dari uraian tersebut di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa manusia bermasyarakat
untuk mendapatkan kebutuhan
hidupnya yaitu kesejahteraan, keselamatan dan keamanan. Ketiga hal itu adalah
hakekat dari ketahanan nasional yang mencakup dan meliputi kehidupan nasional
yaitu aspek alamiah dan aspek sosial/kemasyarakatan sebagai berikut :
Aspek alamiah bersifat statis dan sering disebut denganistilah Trigatra, sedangkan
aspek sosial/kemasyarakatan bersifat dinamis disebut juga dengan istilah Pancagatra.
Kedua aspek itu biasanya disebut dengan Astagatra. Aspek-aspek di atas mempunyai
hubungan timbal balik antargatra yang sangat erat yang disebut dengan istilah
keterhubungan (korelasi) dan ketergantungan (interdependensi).
Tujuan nasional menjadi pokok pikiran dalam ketahanan nasional karena suatu
organisasi apapun bentuknya dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkannya akan selalu berhadapan dengan masalahmasalah yang internal dan
ekternal, demikian pula dengan negara dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu situasi dan kondisi yang siap untuk menghadapinya.
Untuk Indonesia, falsafah dan ideologi menjadi pokok pikiran ketahanan nasional
diperoleh dari Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:
91
a. Alinea Pertama, menyebutkan bahwa ”sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”mempunyai makna :
”merdeka adalah hak semua bangsa”, ”penjajahan bertentangan dengan hak asasi
manusia”.
b. Alinea Kedua, menyebutkan ”dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia
yang merdeka, berdaulat adil dan makmur” mempunyai makna : ”adanya masa
depan yang harus diraih (cita-cita).
c. Alinea Ketiga, menyebutkan ”atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan
dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya mempunyai
makna: ”bila negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan
bernegara harus mendapat ridho Allah yang merupakan dorongan spiritual”.
d. Alinea Keempat, menyebutkan ”kemerdekaan dari pada itu untuk membentuk
suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatanrakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Alinea
itu mempunyai makna yaitu mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa
Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang
92
dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat
membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Kondisi atau situasi dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu berubah-ubah
tidak statik. Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya maupun besarnya.
Karena itu ketahanan nasional harus selalu dibina dan ditingkatkan, sesuai dengan
kondisi serta ancaman yang akan dihadapi. Dan inilah yang disebut dengan sifat
dinamika pada ketahanan nasional.
Kata ketahanan nasional telah sering kita dengar disurat kabar atau sumber-sumber
lainnya. Mungkin juga kita sudah memperoleh gambarannya.
Untuk mengetahui ketahanan nasional, sebelumnya kita sudah tau arti dari wawasan
nusantara. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik yang dimiliki suatu bangsa,
yang didalamnya terkandung keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan
kekuatan nasional.
Kekuatan ini diperlukan untuk mengatasi segala macam ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan yang langsung atau tidak langsung akan membahayakan kesatuan,
keberadaan, serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bisa jadi ancaman-ancaman
tersebut dari dalam ataupun dari luar.
93
mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil
dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa
melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.
Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan politik bangsa
Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi
serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari
luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin
kelangsungan kehidupan politik bangsa dan negara Republik Indonesia berdasar
Pancasila dan UUD 1945.
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari dalam
maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti dibawah
ini:
1. Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat bertahan, kuat
menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
2. Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam menggunakan
kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
3. Identitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan. Negara dilihat
dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi oleh wilayah
dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan peran
internasionalnya.
4. Integritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik unsur sosial
maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun fungsional.
94
5. Ancaman
Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau merombak
kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual, kriminal dan politis.
6. Hambatan dan gangguan
Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri sendiri yang bersifat dan
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.
95
a. Mawas ke Dalam.
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan
nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemadirian yang proporsional untuk
meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.
b. Mawas ke Luar
Mawas Ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta
mengatasi dampak lingkungan stategis luar negeri dan menerima kenyataan
adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia internasional.
c. Asas Kekeluargaan.
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan kebersamaan, kesamaan,
gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perbedaan tersebut harus
dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak
berkembangkan menjadi konflik yang bersifat saling menghancurkan.
96
H. Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional
1. Kedudukan.
Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh
bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu di implementasikan secara
berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin diwujudkan,
wawasan nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan sebagai landasan
konseptual, yang didasari oleh Pancasil sebagai landasan ideal dan UUD sebagai
landasan konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
2. Fungsi.
Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional perlu
dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak dan pola
kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional (wilayah),
inter – sektoral maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada
cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila
penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana, yang
bahkan berpotensi dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi
sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah dan
pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional disegala bidang dan sektor
pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.
Pada hekekatnya ketahanan nasional ialah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa
untuk menjamin kelangsungan hidupnya.Penyelenggaraan ketahanan nasional dilakukan
melalui pendekatan keamanan dan kesejahteraan:
97
tertentu, demikian pula keadaaan sebaliknya. Dengan demikian evaluasi
penyelenggaraan ketahanan nasional sekaligus memberikan gambaran tentang tingkat
kesejahteraan dan keamanan suatu bangsa.
4. Konsep ketahanan dikembangkan berdasarkan konsep wawasan nusantara, sehingga
konsep ketahanan nasional dapat dipahami dengan baik apabila telah memahami
wawasan nusantara.
Ketahanan nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata) kehidupan nasional
dalam berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap-tiap aspek relatif berubah menurut waktu,
ruang dan lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis sehingga interaksinya
menciptakan kondisi umum yang sulit dipantau karena sangan komplek. Konsepsi
ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung kehidupan,
yaitu:
98
nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan kepentingan pribadi yang
menuntut kebebasan individu secara mutlak. Tokoh: Thomas Hobbes,
John Locke, J.J. Rousseau, Herbert Spencer, Harold J. Laski.
b. Komunisme (ClassTheory) Negara
Adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas lain. Golongan
borjuis menindas golongan proletar (buruh), oleh karena itu kaum buruh
dianjurkan mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara
dari kaum kapitalis dan borjuis, dalam upaya merebut kekuasaan /
mempertahankannya, komunisme, akan:
a) Menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan
tertentu serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
b) Atheis, agama adalah racun bagi kehidupan masyarakat.
c) Mengkomuniskan dunia, masyarakat tanpa nasionalisme.
d) Menginginkan masyarakat tanpa kelas, hidup aman, tanpa
pertentangan, perombakan masyarakat dengan revolusi.
c. Paham Agama Negara membina kehidupan keagamaan umat dan bersifat
spiritual religius. Bersumber pada falsafah keagamaan dalam kitab suci
agama. Negara melaksanakan hukum agama dalam kehidupan dunia.
2. Ideologi Pancasila
Merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya
bangsa Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh
sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang
terkandung didalamnya. Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi
dinamik kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta
gangguan yang dari luar/dalam, langsung/tidak langsung dalam rangka
menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Untuk mewujudkannya diperlukan kondisi mental bangsa yang berlandaskan
keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara serta pengamalannya yang konsisten dan berlanjut.
Untuk memperkuat ketahanan ideologi perlu langkah pembinaan sebagai
berikut:
99
a. Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif.
b. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan dan
diaktualisasikan agar mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara.
c. Bhineka Tunggal Ika dan Wasantara terus dikembangkan dan ditanamkan
dalam masyarakat yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah.
d. Contoh para pemimpin penyelenggara negara dan pemimpin tokoh
masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar.
e. Pembangunan seimbang antara fisik material dan mental spiritual untuk
menghindari tumbuhnya materialisme dan sekularisme.
f. Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada anak didik dengan cara
mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain.
100
4. KomunikasiPolitik Hubungan timbal balik antar berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik rakyat sebagai
sumber aspirasi maupun sumber pimpinan-pimpinan nasional.
101
4. Aspek Ekonomi ( Pengaruh Aspek Ekonomi ).
102
3. Monopoli: Merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita
keadilan sosial.
4. Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang antara sektor
pertanian, perindustrian dan jasa.
5. Pembangunan ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama dibawah
pengawasan anggota masyarakat memotivasi dan mendorong peran
serta masyarakat secara aktif.
6. Pemerataan pembangunan.
7. Kemampuan bersaing.
1. Ancaman.
2. Misi.
3. Kewilayahan.
104
4. Politik Pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari luar dan
menjadi tanggung jawab TNI.
Keamanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari dalam negeri dan menjadi
tanggung jawab Polri. TNI dapat dilibatkan untuk ikut menangani masalah
keamanan apabila diminta atau Polri sudah tidak mampu lagi karena eskalasi
ancaman yang meningkat ke keadaan darurat. Secara geografis ancaman dari luar
akan menggunakan wilayah laut dan udara untuk memasuki wilayah Indonesia
(initial point). Oleh karena itu pembangunan postur kekuatan pertahanan keamanan
masa depan perlu diarahkan kepada pembangunan kekuatan pertahanan keamanan
secara proporsional dan seimbang antara unsur-unsur utama. Kekuatan Pertahanan =
AD, AL, AU.
Dan unsur utama Keamanan = Polri. Gejolak dalam negeri harus diwaspadai karena
tidak menutup kemungkinan mengundang campur tangan asing (link up) dengan
alasan-alasan:
a. Menegakkan HAM.
b. Demokrasi.
c. Penegakan hokum.
d. Lingkungan hidup.
Mengingat keterbatasan yang ada, untuk mewujudkan postur kekuatan pertahanan
keamanan kita mengacu pada negara-negara lain yang membangun kekuatan
pertahanan keamanan melalui pendekatan misi yaitu: untuk melindungi diri sendiri
dan tidak untuk kepentingan invasi (standing armed forces):
a. Perlawanan bersenjata = TNI, Polri, Ratih (rakyat terlatih) sebagai fungsi
perlawanan rakyat.
b. Perlawanan tidak bersenjata = Ratih sebagai fungsi dari TIBUM, KAMRA,
LINMAS.
c. Komponen pendukung = Sumber daya nasional sarana dan prasarana serta
perlindungan masyarakat terhadap bencana perang.
105
Ketahanan pada Aspek Pertahanan Keamanan:
1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang
berupa keuletan dan ketangguhan yang tidak mengenal menyerah yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka
menghadapi segala ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang
dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsunganhidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional.
2. Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga setiap warga
106
negara Indonesia baik secara individu maupun kelompok dapat mengeliminir
pengaruh tersebut, karena bangsa Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta
kemerdekaan. Hal itutercermin akan adanya kesadaran bela negara dan cinta tanah
air.Apabila setiap warga negara Indonesia memiliki semangat perjuangan bangsa dan
sadar serta peduli terhadap pengaruh yang timbul dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara serta dapat mengeliminir pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan
tercermin keberhasilan ketahanan nasional Indonesia. Untuk mewujudkan ketahanan
nasional diperlukan suatu kebijakan umum dari pengambil kebijakan yang
disebut Politik dan Strategi Nasional (Polstranas).
KESIMPULAN:
Ketahanan nasional (tannas) Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang
meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan , baik
yang datang dari dalam maupun luar untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan Negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional.
Ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan, dibina
terus menerus dan sinergis, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional
bermodalkan keuletan dan ketangguhan yan mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional. Proses berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan
berdasarkan pemikiran geostrategic yang dirancang dengan memerhatikan kondisi bangsa
dan konstelasi georafi Indonesia.
107
LATIHAN 8:
DAFTAR PUSTAKA
http://mawarmerahtakberdurii.wordpress.com/2012/12/07/makalahketahanan-nasional/
http://www.naynienay.wordpress.com
http://www.organisasi.org
http://pancasilazone.blogspot.com
http://riechihuhu.wordpress.com/2010/04/20/ketahanan-nasional/
www.slideshare.net/theshizuka11/ketahanan-nasional-14455072
http://www.tugaskuliah.info/2010/03/makalah-ketahanan-nasional
http://tamanpintarbaca.blogspot.co.id/2015/03/makalah-ketahanan-nasional.html
108
PERTEMUAN KE – 9
BELA NEGARA
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk menjelaskan makna Bela Negara.
2. Untuk menjelaskan implementasi Bela Negara dalam kehidupan.
3. Untuk mengetahui Peraturan Perundang-undangan tentang Wajib Bela Negara.
B. Latar Belakang.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dasar kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.
232/U/2000. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) ialah kelompok bahan
kajian dari mata pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, berkepribadian mantap dan
mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kesadaran bela negara merupakan satu hal yang esensial dan harus dimiliki oleh setiap
warga negara Indonesia (WNI), sebagai wujud penunaian hak dan kewajibannya dalam
upaya bela negara. Kesadaran bela negara menjadi modal dasar sekaligus kekuatan
bangsa, dalam rangka menjaga keutuhan, kedaulatan serta kelangsungan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945) mengatur mengenai Upaya Bela Negara yaitu ketentuan Pasal 27 Ayat (3):
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara,” dan
Pasal 30 Ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”
Upaya bela negara harus dilakukan dalam kerangka pembinaan kesadaran bela negara
sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan WNI yang memahami dan menghayati serta
yakin untuk menunaikan hak dan kewajibannya. Pembinaan tersebut salah satunya
dilakukan oleh pendidik (guru dan dosen) yang perannya, baik dalam kegiatan kurikuler
maupun ekstrakurikuler, bertanggung jawab untuk mengajar dan mendidik, membina
kepribadian dan akhlak yang baik dan mulia serta melaksanakan pendidikan dalam
rangka membangun karakter bangsa yang unggul, terhadap peserta didiknya sebagai
generasi penerus bangsa dan negara. Hal ini merupakan upaya yang harus dilakukan
secara terus menerus, bertahap, bertingkat dan berkelanjutan (nation and character
109
building is a never ending process) guna menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kemajuan suatu bangsa tergantung dari besarnya perhatian dan upaya bangsa itu dalam
mendidik generasi mudanya. Jika anak bangsa memperoleh kesempatan yang seluas-
luasnya untuk mengembangkan bakat, kemampuan dan kecakapannya, mendalami ilmu
pengetahuan, serta mengembangkan disiplin, watak, kepribadian, keluhuran budi pekerti,
nasionalisme dan karakter yang berkualitas (unggul) serta akhlak yang mulia, maka bisa
dikatakan bangsa tersebut akan memiliki masa depan yang cerah. Bangsa Indonesia ingin
pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat dicapai
apabila masyarakat dan bangsa kita juga merupakan masyarakat dan bangsa yang baik
(good society and nation), damai, adil dan sejahtera, sebagaimana yang telah diwasiatkan
oleh para pendiri bangsa (founding fathers) dalam Pembukaan UUD 1945.
Bela negara adalah sikap dan perilaku warganegara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (UU No.3
tahun 2002).
Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945, bahwa usaha bela negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini menunjukka adanya asas
demokrasi dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti:
Pertama, bahwa setiap warganegara turut serta daam menentukan kebijakan tentang
pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan
perundang-undangan yang berlaku.
110
Kedua, bahwa setiap warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan
negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.
Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 3 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Artinya setiap warga negara memiliki
wewenang menggunakan hak selaku warga negara dalam membela negara. Tidak ada
hak untuk orang lain atau kelompok lain melarangnya. Demikian juga setiap warga
negara wajib membela negaranya jika negara dalam keadaan bahaya.
Misalnya ada ancaman dari dalam maupun dari luar yang berupaya mengancam
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka setiap warga negara harus
membela dan mempertahankan tegaknya NKRI. Kata “Wajib” sebagaimana terdapat
dalam UUD 1945, mengandung makna bahwa negara dapat memaksa warga negara
untuk ikut dalam pembelaan negara.
Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga Negara yang teratur, menyeluruh,
terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa
dan bemegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi Negara,
kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar maupun dari
dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan Negara, kesatuan dan
persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila
dan UUD 1945 (Basrie, 1998: 8).
Bela Negara merupakan sikap setiap individu dengan semangat kejuangan pantang
menyerah dalam jiwa Sapta Marga, dilandasi keimanan dan ketaqwaan, berniat tekad
bulat tanpa pamrih dan berani rela berkorban melaksanakan bela Negara dengan didasari
sikap profesionalitas dan integritasnya untuk bersama-sama mencapai tujuan Negara
yang aman dengan landasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 demi kejayaan
Negara (Yulianto, 2013:365).
111
Upaya Hankamneg mencakup pembentukan dan penggunaan sumber daya buatan dan
segenap prasarana fisik dan prasarana psikis bengsa dan Negara. Hankamneg yang
mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan Negara sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional diartikan sebagai keikutsertaan seluruh rakyat secara aktif dalam
Sishakamrata bukan dengan mempersenjatai seluruh rakyat secara fisik untuk
mengadakan perlawanan fisik, melainkan merupakan keikutsertaan seluruh rakyat dalam
upaya Hankamneg melalui bidang profesinya masing-masing.
Dengan demikian setiap warga Negara melakukan usaha Hankamneg sebagai bagian dari
pelaksanaan bidang profesi atau pekerjaan masing-masing atau merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari.
Salah satu bentuk keikutsertaan rakyat dalam upaya Hankamneg diselenggarakan melalui
Pendidikan Bela Negara (PPBN) sebagai bagian tidak terpisahkan dari Sistem
Pendidikan Nasional. Dengan Pendahuluan Bela Negara yang dilaksanakan melalui
pendidikan disekolah maupun pendidikan diluar sekolah akan dihasilkan wrga Negara
yang cinta tanah air, rela berkorban bagi bangsa dan Negara, yakin akan kesaktian
Pancasila dan UUD 1945 serta mempunyai kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga Negara yang bertanggung jawab. PPBN merupakan proses menuju kepada
kualitas manusia yang lebih baik, yakni manusia yang mampu menghadapi tantangan-
tantangan dimasa depan yang dapat menjamin tetap tegaknya identitas dan integritas
bangsa.
PPBN wajib diikuti oleh setiap warga Negara dan diberikan secara bertahap sesuai usia,
tingkat pendidikan dan perkembangan jiwa. Penyelenggaraan PPBN secara bertahap dan
berlanjut ini merupakan usaha pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya
yang berdasarkan ideology Pancasila, yang dapat menumbuhkan kecintaan terhadap
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, kerelaan berkorban pada Negara dan
bangsa serta kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara Indonesia yang
bertanggung jawab.
Penyelenggaraan PPBN tidak saja ditunjukkan untuk menghasilkan kualitas manusia
Indonesia yang dapat mengembangkan kemampuan dan kesediaan untuk
mempertahankan dan membela bangsa, Negara, dan tanah air, tetapi juga memberikan
bekal sebagai warga Negara bangsa Indonesia yang baik, terutama dalam
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bangsa dan Negara serta
membangkitkan motivasi dan dedikasi berupa rasa turut memiliki, rasa ikut bertanggung
112
jawab serta turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional guna mewujudkan suatu
masyarakat yang tata tentram kertaraharja.
Warga masyarakat telah menghayati hak dan kewajiban dalam upaya Hankamneg, secara
naluriah akan merasakan bahwa gangguan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dan
dapat mengganggu kelancaran kegiatan masyarakat, pada prinsipnya akan mengganggu
pribadinya dan secara spontan akan berusaha untuk meniadakannya baik secara
perorangan maupun berpartisipasi kedalam fungsi keikutsertaan rakyat dalam Pertahanan
Keamanan Negara, Kepribadian dengan tanggung jawab demikian merupakan factor
penting dalam mempertahankan, memelihara, ataupun mengembangkan kehidupan
masyarakat dan akan menanggap partisipasinya kedalam fungsi Pertahanan dan
Keamanan Negara (Hankamneg) sebagai kewajiban dan kepentingan pribadinya.
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaanya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara (UU No.3 tahun 2002).
Upaya bela Negara selain sebagai dasar kewajiban manusia, juga merupakan kehormatan
bagi setiap warganegara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggungjawab,
dan rela berkorban dalam pengabdian kepada Negara dan bangsa.
Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945, bahwa usaha bela Negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini menunjukkan adanya asas
demokrasi dalam pembelaan Negara yang mencakup dua arti, yaitu:
Pertama, bahwa setiap warga Negara berhak ikut serta dalam menentukan kebijakan
tentang pembelaan Negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD
1945 dan perundang-undangan yang berlaku.
Kedua, bahwa setiap warga Negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-
masing.
113
Usaha pembelaan Negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan hak dan
kewajibannya. Kesadaran bela Negara perlu ditumbuhkan secara terus menerus antara
lain melalui proses pendidikan disekolah maupun diluar sekolah dengan memberikan
motivasi untuk mencintai tanah air dan abngga sebagai bangsa Indonesia. Motivasi untuk
membela Negara dan bangsa akan berhasil jika setiapawarga Negara memahami
kelebihan atau keunggulan dan kelemahan bangsa dan negaranya. Motivasi setiap warga
Negara untuk ikut serta membela Negara Indonesai juga dipengaruhi oleh berbagai factor
antara lain pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia, letak geografis Indonesia
yang strategis, kekayaan sumber daya alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Disamping itu setiapwarga Negara hendanya juga memahami kemungkinan adanya
ancaman terhadap eksistensi bangsa dan Negara Indonesia, baik yang dating dari dalam
negeri maupun dari luar negeri yang masing-masing dapat berdiri sendiri atau saling
pengaruh mempengaruhi.
Dewasa ini ancaman dapat diartikan sebagai kekhawatiran akan jaminan hidup sehari-
hari, artinya ancaman telah bergeser bentuknya dari ancaman senjata menjadi ancaman:
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kelaparan, penyakut yang belum ditemukan
obatnya, kelangkaan lapangan kerja, tindakan kesewenangan penguasa, kriminalitas,
SARA, disintregasi nasional, terorisme, perdagangan narkotika, masa depan generasi
muda.
Berikut adalah unsur-unsur dan Dasar Hukum Bela Negara, yaitu:
1. Unsur-unsur Bela Negara, diantaranya:
a. Cinta tanah air.
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara.
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e. Memiliki kemampuan awal Bela Negara.
114
c. Undang-Undang No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam
Negara RI.
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
d. Tap MPR No. VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e. Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
f. Amandemen UUD’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
g. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
h. Undang-Undang No. 56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih.
Dalam upaya bela Negara yang merupakan hak dan kewajiban setiap warga Negara,
implementasinya dapat ditekmpuh melalui:
116
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diselenggarakan guna memasyarakatkan upaya
bela Negara serta menegakkan hak dan kewajiban warga Negara dalam upaya bela
Negara. PPBN sebagaimana dimaksudkan diatas wajib diikuti oleh setiap warga.
Secara khusus sasaran yang dicapai adalahmembentuk peserta didik agar sadar akan
perannya sebagai tunas bangsa dan kader bangsa dimasa mendatang, mengenal dan
mencintai tanah air, rela membela kehormatan martabat bangsa dan Negara, memiliki
watak dan sikap kejuangan dan kesatria.
2. Lingkungan pekerjaan
Sasaran yang dicapai dalam membentuk karyawan yang selalu mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, memiliki motivasi kerja yang tinggi, memiliki disiplin
dan produktifitas yang tinggi pula sesuai dengan profesinya masing-masing.
3. Lingkungan pemukiman
Sasaran yang akan dicapai adalah membentuk masyarakat yang dapat memahami nilai-
nilai perjuangan bangsa. Mencintai tanah air dan rela berkorban serta mempunyai
kemampuan awal bela Negara, memiliki persatuan dan kesatuan, bangsa yang
diwujudkan dalam kehidupan secara gotong royong, sehat, tertib dan aman, bersih,
pelestarian lingkungan disetiap pemukiman.
117
b. Memiliki kerelaan berkorban untuk Negara dan Bangsa
Dalam perwujudannya adalah:
1. Rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan harta benda untuk kepentingan
umum.
2. Siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan Negara.
KESIMPULAN:
1. Urgensi peran pendidik dalam peningkatan kesadaran bela negara melalui pendidikan
kewarganegaraan sebagai bagian dari pendidikan karakter bangsa merupakan tantangan
nyata di dunia pendidikan yang harus dilaksanakan oleh pendidik maupun pihak
lainnya yang terkait, untuk mewujudkan tujuan generasi terdidik yang berjiwa patriotik
dan nasionalisme tinggi. Pendidik mempunyai tugas yang mulia dalam pengabdian
sesuai dengan profesinya dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
2. Penyelenggaraan Pertahanan Negara diarahkan sebagai wujud kepentingan nasional
dalam menjaga pilar berbangsa dan bernegara yang meliputi tetap tegaknya nilai-nilai
Pancasila, konsistensi terhadap UUD 1945, dan tetap tegaknya NKRI, serta
terpeliharanya Bhinneka Tunggal Ika.
3. Pertahanan negara menghendaki perlibatan seluruh sumber daya nasional yang
diselenggarakan dan dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan
secara total, terarah, terpadu dan berlanjut. Mengingat kompleksitas perlibatan sumber
daya nasional itu, sebuah kerangka sikap yang mengedepankan identitas, karakter dan
integritas serta jati diri bangsa yang berbhineka menuju terwujudnya tujuan nasional
adalah sebuah keniscayaan. Untuk itu pendidikan kewarganegaraan yang
mengedepankan sikap moral cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara Indonesia,
yakin kebenaran Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban, sehingga
mampu memunculkan kemampuan awal bela negara, dapat menjadi kerangka landasan
untuk mengurai kompleksitas perlibatan sumber daya nasional dalam sistem pertahanan
bersifat semesta. Dalam kerangka pendidikan kewarganegaraan ini sebuah kesadaran
akan kondisi awal keindonesiaan yang berbhineka merupakan resultante yang
menghasilkan energi kolektif bangsa yang mampu menghadapi setiap ancaman.
Kesadaran ini akan mendorong warga negara untuk memahami hak dan kewajibannya
dalam dinamika kehidupan bangsa.
118
4. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, hak dan kewajiban harus
seiring sejalan, hak-hak yang telah diberikan oleh negara harus disertai pemahaman dan
kesadaran akan kewajiban yang dilakukan oleh warga negara dan hak yang diatur oleh
negara harus juga memberikan ruang kesadaran bagi warga negara untuk menunaikan
kewajibannya. Pencerdasan kehidupan bangsa sebagai amanat UUD 1945 harus
dijabarkan secara arif. Kecerdasan kehidupan bangsa tidak hanya dalam arti fisik-
material tetapi juga psikis-spiritual, artinya bahwa proses mencerdaskan dalam konteks
keilmuan, harus dibarengi dengan proses mencerdaskan watak kebangsaan
sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia yang hendak mencerdaskan kehidupan kebangsaan dilakukan dengan
menanamkan kesadaran tentang identitas, karakter, integritas serta jati diri bangsa.
5. Kesadaran bela negara merupakan sikap moral dan implementasi profesionalisme,
sehingga dalam aktualisasinya mampu menjadikan sebagai unsur utama kekuatan
bangsa dalam menghadapi ancaman militer. Profesionalisme yang berdasarkan semata-
mata intelektualitas dan tidak memiliki roh kebangsaan, tidak memiliki arti bagi dan
tidak mampu mengendus ancaman militer. Dalam profesionalisme yang dapat menjadi
penggerak unsur utama kekuatan dalam menghadapi ancaman militer menjadi
bermakna adalah profesionalisme yang dihasilakan dari intensitas sentuhan kebangsaan
yang mampu menumbuhkan kesadaran bela negara.
6. Pendidikan kewarganegaraan merupakan upaya untuk menumbuhkan sikap perilaku
bela negara yang mencakup pembangunan sikap moral dan watak bangsa memberikan
ikatan dasar yang dapat mendukung ide kewarganegaraan tersebut. Sikap moral dan
watak bangsa memberikan arah sikap dan perilaku, karena dapat memberikan kerangka
orientasi nilai. Orientasi nilai sama yang dilandasi nilai-nilai komunal (nilai-nilai
kebangsaan) yang disepakati merupakan ikatan maya, yang jika tertanam dalam
sanubari tiap warga negara justru dapat mengikat kuat karena menjadi pedoman
perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
LATIHAN 9:
119
DAFTAR PUSTAKA
http://a-
research.upi.edu/operator/upload/pdt_orasi_2010_wisuda_afandi_guru_bela_negara.
https://mustakalfarizi.files.wordpress.com/2013/04/bela-negara.
https//:smpn1karangdadap.files.wordpress.com/2011/05/belanegara.
http://upnyk.ac.id/admin/upload/data/Bela%20Negara%20(letkol.%20%yulianto%20h
120
PERTEMUAN KE – 10
OTONOMI DAERAH
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia.
2. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian Otonomi Daerah.
3. Untuk memahami landasan hukum Otonomi Daerah.
4. Untuk memahami prinsip-prinsip Otonomi Daerah.
B. Latar Belakang
Sebuah negara kesatuan, menurut sistemnya dibedakan menjadi dua, yaitu sistem
sentralisasi dan sistem desentralisasi. Sebuah negara yang menganut sistem sentralisasi
berarti pemerintah pusat dalam negara tersebut memiliki kedaulatan penuh untuk
menyelenggarakan urusan pemerintah dari pusat hingga daerah, termasuk segala hal
yang menyangkut urusan pemerintahan daerah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
pemerintah daerah bersifat pasif dan hanya mematuhi perintah dari pemerintah pusat.
Sedangkan sistem desentralisasi adalah sebuah sistem dimana pemerintah sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara memberikan sebagian kekuasaanya kepada
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang menganut sistem desentralisasi. Oleh
karena itu, meskipun pemerintah pusat adalah pemegang kekuasaan tertinggi di
Indonesia, setiap daerah di Indonesia memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, dengan catatan apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah tidak
menentang pemerintah pusat.
121
2. Menurut Widarta, otonomi daerah berarti kebebasan dan kemandirian daerah dalam
menentukan langkah-langkah sendiri.
Dari kedua pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa otonomi daerah adalah
hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
122
7. UU No. 22 tahun 1999. Pemerintah daerah sebagai titik sentral dalam
penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan dengan mengedepankan otonomi
luas, nyata dan bertanggung jawab.
KESIMPULAN:
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
LATIHAN 10:
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lintasjari.com/2013/07/prinsip-prinsip-otonomi-daerah.html
http://www.smansax1-edu.com/2015/01/asas-prinsip-dan-dasar-hukum-otonomi.html
http://www.kompasiana.com/ekanovias/permasalahan-dalam-otonomi-daerah-di-
indonesia_5529a5406ea834202b552d8a
http://arnienuranisa.blogspot.co.id/2011/05/pelaksanaan-otonomi-daerah-di-
indonesia.html
http://nurchorimah.blogs.uny.ac.id/2016/05/16/makalah-otonomi-daerah/
124
PERTEMUAN KE – 11
(good governance)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk memahami mengenai pengertian dari Good Governance.
2. Untuk mengetahui gambaran bagaimana penerapannya Good Governance di
Indonesia.
3. Untuk memahami bagaimana Good Governance menjadi jalan keluar yang di
gembar-gemborkan pada masa Orde Baru ke Reformasi.
An overall institutional framework within wich its citizens are allowed to interact and
transact freely, at difference levels, to fulfil its political, economic and social apirations.
Basically, good governance has three aspect:
(i) The ability of citizens to express views and acces decision making freely;
(ii) The capacity of the government agencies (both political and bureaucratic) to
translate these views into realistic plans and to implement them cost effectively; and
125
(iii) The ability of citizens and institutions to compare what has been asked for with what
has been planned, and to compare what has been planned with what has been
implemented".
Sedangkan dari segi teori pembangunan, good governance diartikan sebagai berikut:
" ........ a plitical and bureaucratic framework wich provides an enabling macra-
economic environment for investment and growth, which pursues distributional and
equity related policies; which makes entrepreneurial interventions when and where
required and which practices honest and afficient management principles. A commited
and imaginative political leadership accompanied by an efficient and accountable
bureaucracy does seem to be the key to the establishment of good governance in a
country."
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa good governance mensyaratkan adanya
hubungan yang harmonis antara negara (state), masyarakat (civil siciety) dan pasar
(market).
Jika mengacu pada World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan sektor publik (public
sector) adalah menciptakan good governance. Pengertian good governance adalah
kepemerintahan yang baik, menurut UNDP (United Nation Develepment Program) dapat
diartikan sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politik
maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
126
menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent
of Change.
127
menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
b. Rule of law, kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
c. Tranparancy, transparansi dibangun atas dasar kebebbasan memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh
oleh mereka yang membutuhkan.
d. Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam
melayani stake holders.
e. Concensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat luas.
f. Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperleh
kesejahteraan dan keadilian.
g. Efficiency dan effectiveness, pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara
berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
h. Accountbility, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang
dilakukan.
i. Strategic vision, penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat memiliki visi jauh
ke depan.
128
mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal
itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan agama tidak semata-mata
mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama, namun juga mengakui
eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup, berdampingan, dan saling
menghormati.
3. Tegaknya prinsip Demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan,
demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama membangun dan
memperjuangkan perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahtera.
Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan yang tinggi kepada Tuhan, hidup
berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup modern
dan progresif, mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak, dan moral yang baik,
mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, serta menentukan
nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.
Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis
finansial dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahya
corporate governance.
129
Studi dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu:
Data dari kuesioner diolah dan dianalisis secara kuantitatif, sedangkan hasil
wawancara mendalam dan penelusuran dokumen diolah dan dianalisis secara
kualitatif. Analisis implementasi GCG dilakukan dengan mengukur implementasi
berdasarkan prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, dan fairness, serta berdasarkan kerangka kerja GCG yaitu compliance,
conformance, dan performance. Selain itu, secara khusus dilihat aspek code of
conduct, pencegahan korupsi dan disclosure. Dari hasil studi diketahui bahwa secara
umum implementasi GCG pada perusahaan-perusahaan yang menjadi responden
sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari Indeks GCG yang didapat, baik
berdasarkan prinsip-prinsip GCG yang mencapai angka 88,89 maupun berdasarkan
kerangka kerja implementasi GCG (compliance, conformance dan performance) yang
mencapai 90,41. Demikian juga untuk aspek code of conduct, pencegahan korupsi,
dan disclosure.
Hal ini berarti secara rata-rata, hampir 90% dari prinsip-prinsip GCG sudah
dilaksanakan oleh perusahaan responden. Dari prinsip-prinsip GCG, ada satu prinsip
yang relatif lemah yaitu responsibilitas. Lemahnya implementasi prinsip ini berkenaan
dengan masih lemahnya implementasi dalam pembentukan komite-komite fungsional
di bawah Komisaris. Sebagian perusahaan responden hanya memiliki Komite Audit,
Komite Nominasi dan Remunerasi serta Komite Manajemen Resiko, sedangkan
komite-komite lainnya seperti Komite Asuransi, Komite Kepatuhan, Komite
130
Eksekutif, dan Komite GCG, masih banyak yang belum memilikinya. Adapun prinsip
yang sudah relatif kuat adalah prinsip transparansi dan fairness.
Ini menunjukkan perusahaan telah berupaya untuk lebih transparan dan fair kepada
stakeholder. Jika dilihat berdasarkan kerangka kerja GCG, aspek yang masih lemah
adalah aspek compliance pada sisi Board dan conformance pada sisi Karyawan. Pada
sisi Board, kelemahannya selain pada pembentukan komite-komite, juga pada
implementasi pencegahan benturan kepentingan, dan peningkatan kerjasama dengan
penegak hukum. Sedangkan pada sisi karyawan, berkaitan dengan penandatanganan
pernyataan kepatuhan kepada Pedoman Perilaku dan Peraturan Perusahaan. Indeks
code of conduct adalah 88,77. Artinya secara umum perusahaan telah memiliki code
of conduct dan telah memuat beberapa hal yang berkaitan dengan implementasi
prinsip-prinsip GCG. Namun yang masih perlu diperbaiki dalam code of conduct ini
adalah sosialisasi kepada pihak eksternal seperti pelanggan, pemasok dan perusahaan
asuransi.
Indeks pencegahan korupsi adalah 89,39, yang berarti sudah cukup baik. Namun
beberapa hal yang perlu didorong adalah pengawasan terhadap pelaksanaan dari
tindakan yang berpotensi terhadap terjadinya benturan kepentingan. Selain itu, masih
belum adanya kerjasama antara perusahaan dengan lembaga penegak hukum dalam
mengembangkan sistem pencegahan korupsi. Indeks untuk disclosure ini adalah
92,42. Aspek ini termasuk yang menonjol dan menjadi perhatian utama dari
responden, terutama bagi perusahaan yang sudah go public. Aspek ini menjadi sangat
diprioritaskan oleh perusahaan karena kinerja pada aspek ini dapat dinilai dan
dirasakan oleh pihak luar. Untuk analisis, perusahaan responden dibagi dalam 4
(empat) kelompok, yaitu BUMN/BUMD Lembaga Keuangan, BUMN/BUMD Non
Lembaga Keuangan, Swasta Lembaga Keuangan, dan Swasta Non Lembaga
Keuangan.
Pembagian ini untuk memudahkan analisis serta agar perbandingan antar perusahaan
dapat dilakukan lebih fair. Hasil studi menunjukkan bahwa swasta lembaga keuangan
memiliki indeks yang paling tinggi dibanding kelompok yang lain, baik berdasarkan
prinsip-prinsip GCG maupun berdasarkan compliance, conformance, dan
performance. Selain itu, kelompok ini juga memiliki indeks yang paling tinggi untuk
code of conduct dan pencegahan korupsi.
131
Namun untuk disclosure, indeks tertinggi diraih kelompok swasta non lembaga
keuangan. Secara umum implementasi di perusahaan yang bergerak di
sektor keuangan, baik perusahaan swasta BUMN/BUMD lebih baik dibanding
perusahaan non lembaga keuangan. Selain itu, implementasi di perusahaan
yang swasta lebih baik dibanding BUMN/BUMD. Demikian pula, perusahaan yang
sudah terbuka (go public) lebih baik dibanding perusahaan yang belum go public.
Berdasarkan kerangka kerja GCG, aspek compliance cukup lemah pada kelompok
perusahaan non lembaga keuangan. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya perusahaan
yang belum melengkapi komite-komite fungsionalnya. Selain itu, masih kurangnya
tindakan komisaris terhadap (potensi) benturan kepentingan yang menyangkut
dirinya. Sebaliknya, aspek-aspek tersebut sangat diperhatikan oleh perusahaan-
perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, sehingga lembaga keuangan lebih
patuh dibanding perusahaan non lembaga keuangan. Sebagai rekomendasi, untuk
meningkatkan kualitas implementasi GCG, perusahaan-perusahaan perlu didorong
untuk lebih patuh dalam membentuk berbagai komite fungsional yang diperlukan
dalam penerapan GCG. Lembaga-lembaga yang berfungsi mengawasi dan membina
seperti Bank Indonesia, Menneg BUMN dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam LK) agar lebih proaktif dalam mengawasi
implementasi GCG terutama berkaitan dengan potensi terjadinya benturan
kepentingan.
Selain itu, perlu diterbitkan peraturan yang dapat memaksa perusahaan sawsta yang
belum terbuka dan BUMD untuk menerapkan GCG. Implementasi Good Goverment
dan Clean Goverment pada institusi pemerintah terutama yang berkaitan dengan
pelayanan publik seperti Ditjen Pajak, Bea Cukai, Imigrasi, BPN, Institusi yang
mengeluarkan perizinan, dan institusi penegak hukum. Hal ini untuk mendorong
badan usaha lebih konsisten dalam menerapkan GCG serta untuk menciptakan iklam
usaha yang lebih sehat, kondusif dan kompetitif. Dalam rangka meningkatkan
kerjasama perusahaan dengan lembaga penegak hukum dalam upaya pencegahan
korupsi, diperlukan rumusan bentuk dan metode kerjasama yang dapat dilakukan dan
mendorong perusahaan untuk melakukan kerjasama dengan lembaga penegak hukum.
Perlu adanya sosialisasi yang intensif tentang pedoman umum GCG, penyusunan code
of conduct, kaitan GCG dengan pencegahan korupsi, dan best practises
dalam penerapan GCG melalui berbagai media.
132
G. Struktur Organisasi dan Manajemen Perubahan dalam Good Governance
Menurut Lukman Hakim Saifuddin, (2004) good governance (G) di Indonesia adalah
penyelenggaraan peerintahan yang baik yang dapat diartikan sebagai suatu mekanisme
pengelolaan sumber daya dengan substansi dan implementasi yang diarahkan untuk
mencapai pembangunan yang efisien dan efektif secara adil. Oleh karena itu, good
governance akan tercipta di antara unsur-unsur negara dan institusi kemasyarakatan
(ormas, LSM, pers, lembaga profesi, lembaga usaha swasta, dan lain-lain) memiliki
keseimbangan dalam proses checks and balances dan tidak boleh satu pun di antara
mereka yang memiliki kontrol absolute.
1. check and balances, suatu sistem yang dimaksudkan untuk menjaga sesuatu bagian
pemerintah, atau pemerintah secara keseluruhan dari langkah-langkah yang telah
ditetapkan untuk bisanya mencapai satu pemerintahan yang efisien atau satu
pemerintahan yang benar-benar melayani kesejahteraan umum, atau kedua-duanya.
2. Decentralization, merupakan suatu alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara
yaitu memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses
pengambilan keputusan yang lebih demokratis.
3. Effectiveness, perbandingan antara hasil yang diperoleh dibagi dengan target yang
harus dicapai.
4. efficiency, sebuah usaha untuk mengadakan penyebaran atau alokasi sumber
ekonomis, dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dengan sebaik-baiknya
sehingga sesuai dengan keinginan masyarakat.
5. equity, Kesetaraan atau kesederajatan, artinya semua warga masyarakat mempunyai
kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
6. human rights protection, hak-hak dasar dan kebebasan yang semua manusia
dianggap berhak: hak untuk hidup, kebebasan, kebebasan berpikir dan berekspresi,
dan perlakuan yang sama di hadapan hukum, antara lain. Hak-hak ini merupakan hak
dari individu atau kelompok vis-B-vis pemerintah, serta tanggung jawab individu dan
otoritas pemerintah.
133
7. integrity, merupakan aspek yang menjamin bahwa data tidak boleh berubah tanpa ijin
pihak yang berwenang (authorized)
8. participation, Partisipasi masyarakat, artinya semua warga masyarakat mempunyai
suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-
lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh
tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat,
serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
9. pluralism, sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang
menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain.
10. predictability, kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas
dengan berbagai cara.
11. rule of law, Tegaknya supremasi hukum, artinya kerangka hukum harus adil dan
diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang
menyangkut hak asasi manusia.
12. transparency. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh
proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi dapat diakses oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau.
Menurut Lukman Hakim, ada tiga faktor determinan pencapaian good governance,
yakni:
Terkait dengan tiga faktor determinan tersebut, pada subbab ini akan dibahas tentang
lembaga atau pranata, budaya dan sumber daya manusia dalam dua bagian, yaitu struktur
organisasi dalam good governance dan manajemen perubahan yang diperlukan oleh
organisasi.
134
1. Struktur Organisasi dalam Good Governance
Perubahan besar dalam organisasi, baik struktur dan budaya tidak akan pernah
sukses bila organisasi tersebut cepat puas. Kesadaran tinggi akan tingkat urgensi
yaitu memahami hak yang mendesak dan menempatkannya sebagai prioritas dalam
menghadapinya, sangat membantu proses mengatasi masalah dan langkah
perubahan yang besar. Peningkatan fungsi organisasi akan menyebabkan tingginya
tingkat organisasi. Untuk memelihara urgensi tingkat tinggi maka diperlukan
sistem informasi manajemen yang menyangkut sistem informasi akuntansi, untuk
keuangan, sistem informasi sumber daya manusia (SDM) untuk mengukur kinerja
SDM, dan sistem informasi lain yang diperlukan oleh organisasi. Sistem informasi
ini akan menjamin kecermatan dan kejelian data, sehingga data yang digunakan
untuk pengambilan keputusan yang valid.
Misi dan tujuan setiap organisasi sektor publik adalah memuaskan para pihak yang
berkepentingan dengan pelayanan publik serta melestarikan tingkat kepuasan
masyarakat. Tanangan untuk mencapai kepuasan adalah melalui mutu pelayanan
yang prima atas pelayanan dan kepercayaan publik. Permasalahan dalam
peningkatan mutu ini pada birokrasi terkendala dengan sumber informasi yang
terbatas, tingkat pengetahuan aparat yang tidak memadai, budaya birokrasi, dan
pengambilan keputusan yang tidak efektif karena delegasi wewenang yang tidak
optimal serta tidak adanya insentif dan berkorelasi dengan sistem penggajian.
135
Permasalahan dalam penyusunan pranata organisasi adalah masalah keagenan,
yaitu kebijaksanaan yang salah dan berjalan terus-menrus, program yang tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta pekerjaan yang tidak berkonstruksi
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Singkatnya, tantangan utama dalam
mendesain dan pengembangan pranata organisasi pemerintah dan sistem nasional
adalah mengoptimalkan informasi pengambilan keputusan serta menciptakan
sistem penggajian yang sepadan dengan kinerja. Perbaikan sistem informasi dan
sistem penggajian berbasis kinerja ini akan meningkatkan mutu layanan dan
kepercayaan publik.
Perubahan kondisi pasar, teknologi, sistem sosial, regulasi, dan pelaksanaan Good
Governance dapat memengaruhi struktur pengembangan organisasi. Untuk
perubahan struktur organisasi perlu dilakukan analisis biaya dan manfaat terhadap
pengaruh pelayanan public terhadap organisasi melalui perubahan yang bersifat
strategis.
Masalah utama dalam perubahan struktur organisasi adalah meyakinkan diri bahwa
pengambilan keputusan dan akuntabilitas semua pihak yang berkepentingan
terhadap organisasi mempunyai informasi dan pengetahuan yang relevan
mengambil keputusan yang baik dan benar serta adanya insentif sepadan yang
menggunakan informasi secara produktif dan terpercaya. Perubahan lingkungan
yang berpengaruh terhadap perubahan struktur organisasi, biaya, dan manfaat
langsung maupun tidak langsung harus dianalisis secara cermat dan hati-hati.
1. Sebelum GG
a. Struktur bersifat:
136
1. Birokratik.
2. Multilevel.
3. Disorganisasi dengan manajemen.
4. Kebijakan, program, dan prosedur ruwet.
b. Sistem:
1. Tergantung pada beberapa sistem informasi kinerja.
2. Distribusi informasi terbatas pada eksekutif.
3. Pelatihan manajemen hanya pada karyawan senior.
c. Budaya organisasi:
1. Orientasi kedalam.
2. Tersentralisasi.
3. Lambat dalam pengambilan keputusan.
4. Realistis – ideologi.
5. Kurang berani mengambil keputusan.
2. Sesudah GG:
a. Struktur bersifat:
1. Nonbirokratik, sedikit aturan.
2. Lebih sedikit level.
3. Manajemen berfungsi baik.
4. Kebijakan, progran dan prosedur sederhana, tidak menimbulkan
ketergantungan.
b. Sistem:
1. Tergantung pada sistem informasi kerja.
2. Distribusi informasi luas.
3. Memberikan pelatihan pada karyawan yang membutuhkan.
c. Budaya Organisasi:
1. Orientasi keluar.
2. Memberdayakan sumber daya.
3. Pengambilan keputusan cepat.
4. Terbuka dan berintegrasi.
5. Berani mengambil resiko.
137
Dalam rangka pelaksanaan GG, makia organisasi modern dapat melakukan :
2. Manajemen Perubahan
138
Untuk mengurangi kegagalan dalam perubahan budaya organisasi, maka harus
dihilangkan atau dikurangi dampak negatif dari perubahan seperti bubarnya
organisasi, kehilangan pasar dan kepuasaan pelanggan, penurunan gaji dan harus
dikikis dengan menjelaskan mengapa organisasi perlu mengadakan perubahan,
bagaimana tahap perubahan, bagaimana hasil akhir dari perubahan, dan bagaimana
peran serta dari setiap anggota organisasi dalam perubahan. Untuk mencapai
keberhasilan dalam perubahan, ada beberapa hal yang diperlukan, yaitu:
1. Urusan Pemerintahan;
2. Kelembagaan;
3. Personil;
4. Keuangan;
5. Perwakilan;
6. Pelayanan Publik dari
7. Pengawasan.
139
Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang akan ditata dari dikembangkan
serta direvitalisasi dalam koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun disamping penataan
terhadap tujuan elemen dasar diatas, terdapat juga hal-hal yang bersifat kondisional yang
akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari grand strategi yang merupakan
kebutuhan nyata dalam rangka penataan otonomi daerah di Indonesia secara keseluruhan
yaitu penataan Otonomi Khusus NAD dari Papua, penataan daerah dari wilayah
perbatasan , serta pemberdayaan masyarakat.
Sistem akuntabilitas semacam ini maka terdapat keuntungan yang dapat diperoleh yakni,
akuntabilitas lebih dapat terukur tidak hanya dilihat dari sudut pandang politis semata.
Hal ini merupakan antitesis sistem akuntabilitas dalam UU No. 22 Tahun 1999 dimana
penilaian terhadap laporan pertanggungjawaban kepala daerah oleh DPRD seringkali
tidak berdasarkan pada indikator-indikator yang tidak jelas. Karena akuntabilitas
140
didasarkan pada indikator kinerja yang terukur,maka laporan keterangan
penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak mempunyai dampak politis ditolak atau
diterima. Dengan demikian maka stabilitas penyelenggaraanpemerintahan daerah dapat
lebih terjaga.
Informasi dan pendapat tersebut disampaikan kepada pejabat yang berwenang dan atau
instansi yang terkait. Menurut Pasal 16 Keppres No. 74 Tahun 2001, masyarakat berhak
memperoleh informasi perkembangan penyelesaian masalah yang diadukan kepada
pejabat yang berwenang. Pasal tersebut berusaha untuk memberikan kekuatan kepada
masyarakat dalam menjalankan pengawasan.
141
dan fungsi konsumsinya, serta perlunya pemberdayaan untuk meningkatkan efisiensi,
produktivitas dan kualitas produksinya.
Good Governance hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh lembaga yang
melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut adalah sebagai berikut:
1. Negara
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil.
b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable.
d. Menegakkan HAM.
e. Melindungi lingkungan hidup.
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.
2. Sektor Swasta
a. Menjalankan industri.
b. Menciptakan lapangan kerja.
c. Menyediakan insentif bagi karyawan.
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat.
e. Memelihara lingkungan hidup.
f. Menaati peraturan.
g. Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat.
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM.
3. Masyarakat Madani
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi.
b. Mempengaruhi kebijakan publik.
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah.
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah.
e. Mengembangkan SDM.
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat.
142
Kedua, sektor swasta: pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif
dalam interaksi sistem pasar, seperti: industri pengolahan perdangan, perbankan, dan
koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.
1. Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk
berpartisipasi secara konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di
dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua
pihak yang berkepentingan.
143
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda
demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi
kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai
kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang
ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-
lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu
dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas
tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja
yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga
harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang
menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
KESIMPULAN:
1. Pemerintahan yang baik tidak di lihat dari sistem yang berbuat atau rancanggan
undang-undang yang di rumuskan, melainkan suatu sikap yang pasti dalam
menangani suatu permasalahn tanpa memandang siapa serta mengapa hal tersebut
harus di lakukan.
2. Good Governance merupakan pengertian dalam hal yang luas sehingga untuk
memberikan arti serta defenisi tidak semudah mengartikan kata perkata melainkan
perlunya aspek –aspek serta pemikiran yang luas menyangkut bidang tersebut.
144
3. Perlunya pengertian menggenai aspek-aspek dalam Good Governance sehingga tidak
ada kesalahan dalam aplikasinya.
4. Penerapan Good Governance dalam sistem kepemerintahan saat ini sangat di perlukan
karena peranan perintah dalam memajukan suatu negara sangatlah besar.
LATIHAN 11:
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lintasjari.com/2013/07/prinsip-prinsip-otonomi-daerah.html
http://www.smansax1-edu.com/2015/01/asas-prinsip-dan-dasar-hukum-otonomi.html
http://www.kompasiana.com/ekanovias/permasalahan-dalam-otonomi-daerah-di-
indonesia_5529a5406ea834202b552d8a
Otonomi Daerah: Landasan Hukum, Asas, dan Pemda
http://arnienuranisa.blogspot.co.id/2011/05/pelaksanaan-otonomi-daerah-di-
indonesia.html
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/99011-12-466363723031.doc
http://www.alisjahbana08.wordpress.com/page/22/
http://www.bangka.go.id/artikel.php?id_artikel=7
http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1067
145
PERTEMUAN KE – 12
MASYARAKAT MADANI
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk lebih menelaah masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada
saat ini khususnya yang berhubungan dengan konsep Masyarakat Madani.
2. Untuk mendeskripsikan pengertian Masyarakat Madani.
3. Untuk Mengidentifikasikan karakteristik Masyarakat Madani.
4. Untuk mengetahui lebih dalam Masyarakat Madani di Indonesia.
5. Untuk mengetahui Tantangan dan Hambatan Penerapan Masyarakat Madani Di
Indonesia.
6. Untuk mengetahui upaya mengatasi kendala yang dihadapi bangsa Indonesia
dalam mewujudkan Masyarakat Madani.
Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak masa
Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada abad
pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang berbeda-beda,
civil society mengalami evolusi pengertian yang berubah dari masa ke masa. Di zaman
pencerahan dan modern, isttilah tersebut dibahas oleh para filsuf dan tokoh-tokoh ilmu-
ilmu sosial seperti Locke, Hobbes, Ferguson, Rousseau, Hegel, Tocquiville, Gramsci,
Hebermas.Dahrendorf, Gellner dan di Indonesia dibahas oleh Arief Budiman, M.Amien
Rais, Fransz, Magnis Suseso, Ryaas Rasyid, AS. Hikam, Mansour Fakih.
146
tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru yang berusaha mempertahankan
tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat yang madani. Untuk
mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Namun,
memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-masing warga
bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu perjuangan
yang gigih.
147
menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam msyarakat yang secara relative.
Secara global dari ketiga batasan di atas dapat ditarik benang emas, bahwa yang
dimaksud dengan masyrakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan
masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan Negara, yang
memiliki ruang publik dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga
yang mandiri yang dapat mengeluarkan aspirasi dan kepentingan publik.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka
149
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-nisa: 59)
Yang dimaksud dengan pilar masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi
bagian dari sosial control yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang
diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Dalam
penegakkan masyrakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi persyaratan mutlak bagi
terwujudnya kekuatan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut antara lain adalah:
1. Lembaga Swadaya masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya
masyrakat yang tugas esensinya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan masyarakat yang tertindas.
2. Pers merupakan institusi yang penting dalam penegakan masyarakat madani, karena
kemungkinannya dapat mengkiritis dan menjadi bagian dari sosial control yang dapat
menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan
dengan warga negaranya.
3. Supremasi Hukum; setiap warga Negara, baik yang duduk dalam formasi
pemerintahan maupun sebagai rakyat, harus tunduk kepada (aturan) hukum.
4. Perguruan tinggi; yakni tempat dimana civitas akademikanya (dosen dan mahasiswa)
merupakan bagian dari kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak pada
jalur moral Force untuk menyalurkan aspirasi masyrakat dan mengkritisi berbagai
kebijakan-kebijakan pemerintah, dengan catatan gerakan yang dilancarkan oleh
mahasiswa tersebut.
5. Partai politik merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan
asipirasi politiknya.
Menurut Riswandi Immawan, perguruan tinggi memiliki tiga peranan dalam
mewujudkan masyarakat madani.
a. Pemihakan yang tegas pada prinsip egalitarianisme yang menjadi dasar
kehidupan politik yang demokratis,
b. Membangun mengembangkan dan mempublikasikan informasi secara objektif
dan tidak manipulatif.
c. Melakukan tekanan terhadap ketidakadilan dengan cara santun dan saling
menghormati.
150
6. Partai politik merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan
asipirasi politiknya dan tempat ekspresi politik warga Negara, maka partai politik ini
menjadi persyaratan bagi tegaknya Masyrakat Madani.
151
c. Demokrasi bisa berkembang dengan meningkatkan kemandirian independensi
masyrakat madani dari tekanan dan Negara.
152
dengan cara memahami target-target group yang paling strategis serta penciptaan
pendekatan-pendekatan yang tepat di dalam proses.
KESIMPULAN:
Kemungkinan akan adanya kekuatan civic sebagai bagian dari komunitas bangsa ini akan
mengantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang, yakni Masyarakat
Madani. Dalam mendefinisikan terma masyarakat madani ini sangat bergantung pada
kondisi sosio kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep masyarakat madani
merupakan bangunan terma terakhir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat.
Dan Masyarakat Madani juga harus mempunyai pilar-pilar penegak, karena berfungsi
sebagai mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu
memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.
Hubungan antara Masyarakat Madani dengan demokratis menurut Dawam bagaikan dua
sisi mata uang yang keduanya bersifat ko-eksistensi.
LATIHAN 12:
2. Jelaskan Masyarakat Madani yang merujuk kepada Bahasa Inggris, berasal dari kata
civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer.
153
3. Jelaskan Menurut Blakeley dan Suggate (1997), bahwa Masyarakat Madani sering
digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi, Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta, Tim
ICCE UIN, Jakarta, 2000
http://abang-sahar.blogspot.com/2012/12/makalah-masyarakat-madani.html
http://www.crayonpedia.org/favicon.ico
http://www.fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/
http://www.anneahira.com/masyarakat-madani.htm
http://yoanra14.blogspot.com/2011/04/masyarakat-madani-civil-society.html
http://iingeenandyciicharmingg.blogspot.com/2011/11/perbedaan-masyarakat-madani-
dan-civil.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengertiansejarah-perkembangan-dan.html
http://abang-sahar.blogspot.co.id/2012/12/makalah-masyarakat-madani.html
154
PERTEMUAN KE – 13
REFORMASI
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui sejarah pemerintah masa Reformasi.
2. Untuk mengetahui Pekembangan masyarakat Indonesia pada masa Reformasi.
B. Latar Belakang
Gerakan Reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi
kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang
mendorong lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah
satu indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh
ditawar-tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung
sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.
Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama catatanan kehidupan baru
yang lebih baik.Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan
tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dengan demikian,
155
reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan kehidupan baru menuju
terwujudnya Indonesia baru.
Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi adalah kesulitan
warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-harga sembilan bahan
pokok (sembako), seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula, susu, telur,
ikan kering, dan garam mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat
harus antri untuk membeli sembako itu.
Sementara, situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak menentu dan
tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh
dari kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak
percaya terhadap pemerintahan Orde Baru.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang
adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Kesulitan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan
reformasi.Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun,
ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada
awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
1. Krisis politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan
politik pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan
pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi
Pancasila.Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan
156
kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya.Artinya, demokrasi yang
dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan
demokrasi rekayasa.
Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari penguasa, oleh penguasa,
dan untuk penguasa.Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu
adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang
yang berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:
2. Krisis hukum
157
3. Krisis ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi Indonesia
tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis ekonomi Indonesia
diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Pada
tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp
2,603.00 per dollar Amerika Serikat.
Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun
menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah
terus melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis
ekonomi yang melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi,
seperti:
a. Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya
krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi
sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.
b. Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai negara
industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat
Indonesia.Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agraris dengan
tingkat pendidikan yang sangat rendah (rata-rata).
c. Pemerintahan Sentralistik, pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik sifatnya
sehingga semua kebijakan ditentukan dari Jakarta. Oleh karena itu, peranan
pemerintah pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah hanya sebagai
kepanjangan tangan pemerintah pusat.
4. Krisis sosial
158
sembako, rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan
terhadap krisis sosial.
5. Krisis kepercayaan
159
a. Tujuan Reformasi
1. Reformasi politik bertujuan tercapainya demokratisasi.
2. Reformasi ekonomi bertujuan meningkatkan tercapainya masyarakat.
3. Reformasi hukum bertujuan tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
4. Reformasi sosial bertujuan terwujudkan integrasi bangsa Indonesia.
162
8. Agenda reformasi bidang pendidikan
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai Presiden
dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Presiden Suharto membentuk
dan melantik Kabinet Pembangunan VII.
2. Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar
demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga barang-barang
kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi
kepresidenan.
163
3. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti
Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat
orang mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan
Hendriawan Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami
luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan semangat para
mahasiswa dan kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran.
4. Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan
penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa
itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar.
5. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta
dan sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR. Pada saat yang bersamaan,
tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alun-alun utara Keraton Yogyakarta
untuk menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan maklumat dari Sri Sultan
Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.
6. Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan
pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri’.
7. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan
tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk
Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Suharto.
8. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto meletakkan
jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota Mahkamah
Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya
kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI.Pada waktu itu juga B.J.
Habibie dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.
164
6. Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.
G. Peristiwa Reformasi
1. 5 Maret 1998
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk
menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang
disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional.
Mereka diterima dan didukung oleh Fraksi ABRI.
2. 11 Maret 1998
Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
3. 14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.
4. 15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena
sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri
melakukan unjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik.
5. 18 April 1998
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14
menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan
Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi yang menolak dialog tersebut.
6. 1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi
Dachlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
7. 2 Mei 1998
Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi
bisa dilakukan sejak sekarang (tahun 1998).
8. 4 Mei 1998
Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan
bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi itu
berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas
165
keamanan. Di Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat
bentrokan tersebut.
9. 5 Mei 1998
Demonstrasi mahasiswa besar - besaran terjadi di Medan yang berujung pada
kerusuhan.
10. 9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini
merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.
11. 12 Mei 1998
Aparat keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi secara
damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak saat berada di halaman kampus.
12. 13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi
datang ke Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kegiatan itu diwarnai
kerusuhan.
13. 14 Mei 1998
Soeharto seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat
menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara
itu kerusuhan dan penjarahan terjadi di beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek
seperti Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan Borobudur.
Beberapa dari bangunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang
meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.
14. 15 Mei 1998
Soeharto tiba di Indonesia setelah memperpendek kunjungannya di Kairo. Ia
membantah telah mengatakan bersedia mengundurkan diri. Suasana Jakarta masih
mencekam. Toko-toko banyak ditutup. Sebagian warga pun masih takut keluar rumah.
15. 16 Mei 1998
Warga asing berbondong-bondong kembali ke negeri mereka. Suasana di Jabotabek
masih mencekam.
16. 19 Mei 1998
Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurrahman
Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama
hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh
166
membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap
menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite
Reformasi. Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi
presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang ke
Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak.
Sementara itu Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional
untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
17. 20 Mei 1998
Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar
kawat berduri untuk mencegah massa masuk ke komplek Monumen Nasional namun
pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dinihari Amien Rais meminta massa tak
datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan
korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak
berdatangan ke gedung MPR / DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.
18. 21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi
Presiden dan BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.
H. Kebijakaan Dan Kepemimpinan Presiden Habibie, Gus Dur, Megawti, Dan Susilo
Bambang Yudhayono
1. Presiden Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie
Tanggal 21 Mei 1998, ProfDr. Bacharuddin Jusuf Habibie, terpilih menjadi Presiden
ke 3 Indonesia, dalam waktu singkat masa pemerintahannya, B J Habibie
menunjukan prestasi kerjanya yang sangat menakjubkan. Berhasil menyelamatkan
krisis moneter dan melengkapi lahirnya Bank Mu’amalah pada masa Presiden
Soeharto, dengan ditambahkan Bank Syariah. Hal ini sebagai pertanda Presiden Prof.
Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie, tidak dapat diragukan juga kedekatannya dengan
Ulama dan Santri, apalagi sebagai pendiri Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia,
ICMI yang pertama di Malang.
2. Keberhasilan menciptakan Pesawat CN 35 yang mampu melakukan short take off
and landing, hanya 400 meter, merupakan prestasi tanpa tanding, di kelasnya di
dunia. Diikuti dengan penciptaan Air Bus 600 yang tercepat di dunia. Selain itu juga,
telah merancang pesawat terbang yang tercepat di dunia, diumumkan oleh B.J.
167
Habibie sejak awal pembentukan ICMI di Malang, suatu pesawat sipil dengan
kecepatan jarak Jakarta NewYork hanya empat jam. Tentu, prestasi ini sangat
mencemaskan eksistensi negara industri pesawat terbang, terutama dari negara
adikuasa Barat. Sampai kini, pesawat produk dari Barat sekalipun, jarak Jakarta –
Jeddah ditempuh selama delapan jam.
Tambahan lagi, di bidang persenjataan, PINDAD yang dipimpin oleh Presiden Prof.
Dr. B.J Habibie, mampu menciptakan senjata yang mempunyai jarak tembak 1.000
meter dan sangat akurat. Senjata produk barat, hanya mampu 750 meter jarak
tembaknya. Senjata produk PINDAD melampaui produk pabrik senjata dari Barat.
Pribadi Presiden Prof. Dr. B.J Habibie dengan kemampuan teknologinya yang tinggi
prestasinya, belum pernah dimiliki oleh seorangpun dari Presiden Amerika Serikat
Walaupun telah merdeka sejak 1775 hingga 2008 M dan terjadi pergantian 86
Presiden. Demikian pula negara barat lainnya, tidak mempunyai seorangpun Kepala
Negarayang memiliki kemampuan menciptakan teknologi pesawat terbang baru.
Andaikata rancangan pesawatnya dapat terwujud maka Indonesia akan menjadi
negara yang memiliki kekuatan dirgantara yang luar biasa.
Ketika Habibie mengganti Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998, ada lima
isu terbesar yang harus dihadapinya, yaitu:
1. masa depan Reformasi;
2. masa depan ABRI;
3. masa depan daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Indonesia;
4. masa depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya; serta
5. masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Berikut ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan B.J. Habibie dalam rangka
menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat:
168
b. Kebijakan dalam bidang ekonomi Untuk memperbaiki perekonomian yang
terpuruk, terutama dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah
mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
Apalagi dibawah pimpinan K.H. Abdurrahman Wahid, 23 Oktober 1999, Sabtu Legi,
13 Rajab 1420, hingga 22 Juli 2001, Ahad Wage, 1 Jumadi Awal 1422, terjadi
goncangan situasi nasional di berbagai bidang, tak dpat dielakan. Dampaknya, masa
pemerintahan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid sangat pendek.
169
Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999 (lihat: Pemilu 1999), partai PDI-P
pimpinan Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%).
Tetapi karena jabatan presiden masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati tidak
secara langsung menjadi presiden. Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai
dengan suara terbanyak kedua saat itu, terpilih kemudian sebagai presiden Indonesia
ke-4. Megawati sendiri dipilih Gus Dur sebagai wakil presiden. Masa pemerintahan
Abdurrahman Wahid diwarnai dengan gerakan-gerakan separatisme yang makin
berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain itu, banyak kebijakan Abdurrahman
Wahid yang ditentang oleh MPR/DPR.
Selain itu, di bawah Presiden K.H. Abdurrahman Wahid, dalam upayanya menarik
kembali wiraniagawan Cina yang eksodus dari Indonesia, dengan cara menghidupkan
kembali Kong Fu Tsu. Dengan cara ini, diharapkan proses pembauran Bangsa atau
hubungan etnis Cina – Non-Pribumi dengan etnis Indonesia – Pribumi lainnya, akan
semakin akrab.
IAIN di ubah menjadi UIN dengan membuka fakultas dan jurursan yang sama dengan
fakultas dan jurusan yang dikelola oleh perguruan tinggi dari Diknas. Dengan
demikian, alumni pendidikan yang diselenggarakan Departemen Agama, dapat
bekerja ke departemen manapun. Institut Keguruan Ilmu Pendidikan IKIP berubah
menjadi Universitas Pendidikan Indonesia – UPI.
Selain itu, kepolisian tidak lagi menjadi satu kesatuan dengan ABRI. Kepolisian
bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri Indonesia. Kementrian penerangan
dan kementrian sosial ditiadakan. Sedangkan Departemen Agama yang pernah
diusulkan oleh Rasuna Said dari kelompok komunis Tan Malaka, agar dibubarkan,
tetap dipertahankan oleh Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Barangkali karena
eksistensi Departemen Agama secara historis dirintis awalnya oleh ayahnya, Wachid
Hasjim.
Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan meminta
Gus Dur untuk mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi. Di bawah tekanan yang
besar, Abdurrahman Wahid lalu mengumumkan pemindahan kekuasaan kepada wakil
presiden Megawati Soekarnoputri.Melalui Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001,
Megawati secara resmi diumumkan menjadi Presiden Indonesia ke-5.
170
3. Presiden Megawati Soekarnopoetri
171
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Demikian pula kehidupan lingkungan pesantren, melahirkan putra-putra terhormat
bagi nusa dan bangsa. Lingkungan keluarga Pondok Pesantren Termas Pacitan
Keresidenan Madiun, melahirkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Demikian
pula, Wakil presiden Jusuf Kalla terlahir dari lingkungan kehidupan Pesantren di
Makasar sebagai daerah pengaruh Waliullah Syech Yusuf.
Dengan adanya pergantian sistem pemilihan langsung untuk Pemilu Presiden,
pasangan Megawati – Hasyim Muzadi, PDIP-NU gugur karena hanya memperoleh
42.833.652 suara atau 39,09%. Sedangkan Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla,
Partai Demokrat – Partai Golkar, memperoleh suara rakyat mencapai jumlah
66.731.944 suara atau 60.91%.
Susilo Bambang Yudhoyono- SBY diangkat resmi sebagai Presiden RI, dan
Mohamad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden, pada 20 Oktober 2004, untuk periode
kepresidenan 2004-2009 M. Untuk kedua kalinya, Presiden dari TNI AD.
172
Satu-satunya unit pemerintah yang tampak efisien adalah Badan Sar Nasional
yang saat inipun terlihat kedodoran karena sumber daya yang terbatas.
Sementara itu, pembentukan komisi dll hanya menjadi pemborosan yang luar
biasa.
3. Masalah kepemimpinan SBY dan JK yang sangat memperihatinkan. SBY
yang ‘sok’ kalem dan berwibawa dikhawatirkan berhati pengecut dan selalu
cari aman, sedangkan JK yang sok profesional dikhawatirkan penuh tipu
muslihat dan agenda kepentingan kelompok. Rakyat Indonesia sudah melihat
dan memahami hal tersebut. Selain itu, ketidakkompakan anggota kabinet
menjadi nilai negatif yang besar.
4. Masalah politik dan keamanan cukup stabil dan tampak konsolidasi demokrasi
dan keberhasilan pilkada Aceh menjadi catatan prestasi. Namun, potensi
demokrasi ini belum menghasilkan sistem yang pro-rakyat dan mampu
memajukan kesejahteraan bangsa Indonesia. Tetapi malah mengubah arah
demokrasi bukan untuk rakyat melainkan untuk kekuatan kelompok.
5. Masalah korupsi. Mulai dari dasar hukumnya sampai proses peradilan, terjadi
perdebatan yang semakin mempersulit pembersihan Republik Indonesia dari
koruptor-koruptor perampok kekayaan bangsa Indonesia. Misalnya pernyataan
JK yang menganggap upaya pemberantasan korupsi mulai terasa menghambat
pembangunan.
6. Masalah politik luar negeri. Indonesia terjebak dalam politk luar negeri
‘Pahlawan Kesiangan’. Dalam kasus Nuklir Korea Utara dan dalam kasus-
kasus di Timur Tengah, utusan khusus tidak melakukan apa-apa. Indonesia
juga sangat sulit bergerak diantara kepentingan Arab Saudi dan Iran. Selain
itu, ikut serta dalam masalah Irak jelas merupakan dikte Amerika Serikat yang
diamini oleh korps Deplu. Juga desakan peranan Indonesia dalam urusan
dalam negeri Myanmar akan semakin menyulitkan Indonesia di masa
mendatang. Singkatnya, Indonesia bukan lagi negara yang bebas dan aktif
karena lebih condong ke Amerika Serikat.
Lalu munculah UU no.32 guna merevisi UU no.22 yang memiliki letak perbedaan dalm
kewenanganya dimana pemerintahan daerah diikutsertakan dalam urusan pemerintahan
pusat.
Pada tahun 2010 UU no. 32 tahun 2004 direvisi lagi dan digantikan dengan UU pemda
2010 yang rincianya terbagi menjadi tiga yaitu: tentang UU Pemerintahan Daerah, UU
Pemilu Kepala Daerah, dan tentang UU tentang Desa.
KESIMPULAN:
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan
atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan social. Reformasi bertujuan untuk menata
kembali kehidupan berma-sayarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik
berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi
bukan untuk menjatuhkan pemerintahan orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto
dari kursi kepresidenan Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto
dipandang tidak mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta
untuk mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan
Negara Indonesia yang akan dating. Reformasi yang tidak terkontrol akan kehilangan
arah, dan bahkan cenderung menyimpang dari norma-norma hukum. Dengan demikian,
174
cita-cita reformasi yang telah banyak sekali menimbulkan korban baik jiwa maupun
harta akan gagal. Untuk itu, kita sebagi pelajar Indonesia harus dan wajib penjaga
kelangsungan reformasi agar berjalan sesuai dengan harapan para pahlawan reformasi
yang gugur.
Pemerintahan orde baru jatuh dan muncul era reformasi. Namun reformasi dan
keterbukaan tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram dalam kehidupan
sosial ekonomi masyarakat. Konflik antar kelompok etnis bermunculan di berbagai
daerah seperti Kalimantan Barat. Konflik tersebut dilatarbelakangi oleh masalah-masalah
sosial, ekonomi dan agama.
Rakyat sulit membedakan apakah sang pejabat bertindak sebagai eksekutif atau pimpinan
partai politik karena adanya perangkapan jabatan yang membuat pejabat bersangkutan
tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan publik yang diembannya.
Banyak kasus muncul ke permukaan yang berkaitan dengan pemberian batas yang tegas
pada teritorial masing-masing wilayah, seperti penerapan otonomi pengelolaan wilayah
pengairan.
Pemerintah tidak lagi otoriter dan terjadi demokratisasi di bidang politik (misalnya:
munculnya parpol-parpol baru), ekonomi (misalnya: munculnya badan-badan umum
milik swasta, tidak lagi melulu milik negara), dan sosial (misalnya: rakyat berhak
memberikan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah).
Peranan militer di dalam bidang politik pemerintahan terus dikurangi (sejak 2004, wakil
militer di MPR/DPR dihapus).
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan
atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial:
175
mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia di masa yang akan datang
Oleh karena itu, semua agenda reformasi tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu yang
bersamaan dan dalam waktu yang singkat. Agar agenda reformasi dapat dilaksanakan
dan berhasil dengan baik, maka diperlukan strategi yang tepat, seperti:
1. Menetapkan prioritas, yaitu menentukan aspek mana yang harus direformasi lebih
dahulu dan aspek mana yang direformasi kemudian.
2. Melaksanakan kontrol agar pelaksanaan reformasi dapat mencapai tujuan dan sasaran
secara tepat.
LATIHAN 13:
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi [2010/07/27]
http://id.slideshare.net/silfiyasaefas/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-
reformasi
http://id.slideshare.net/silfiyasaefas/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-
reformasi
http://prezi.com/a_qafufnyeoe/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-
reformasi/
176
http://mujtahid269.blogspot.com/2013/07/perkembangan-masyarakat-indonesia-
pada.html
http://id.slideshare.net/silfiyasaefas/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-
reformasi
http://sejarahreformasiindonesia.blogspot.com/
177
PERTEMUAN KE – 14
GLOBALISASI
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui Pengertian Globalisasi.
2. Untuk mengetahui Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan.
3. Untuk mengetahui dampak positif dan Negatif Globalisasi bagi kehidupan.
4. Untuk mengetahui pengaruh Globalisasi terhadap kebudayaan Nasional.
Di era modern seperti sekarang ini tidak lepas dengan istilah Globalisasi. Kehadiran
teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi
ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan
berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Oleh karena itu sebagai manusia yang hidup pada era ini, kita juga harus mengetahui
pengertian, dan dampak globalisasi itu sendiri, baik terhadap masyarakat luas maupun
terhadap diri kita pribadi, agar kita dapat mengambil semua hal positif dan menghindari
hal negatif dari Globalisasi itu.
C. PENGERTIAN GLOBALISASI
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar
negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang
melintasi batas Negara
178
D. TEORI GLOBALISASI
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga
posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan.
Mereka percaya bahwa negara-negara dankebudayaan lokal akan hilang diterpa
kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis
tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
a. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan
semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat
dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
b. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena
negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk
penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk
budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar
dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk
menentang globalisasi (antiglobalisasi).
2. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat
bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu
dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalismetelah menjadi sebuah
fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini
hanyalah merupakan tahap lanjutan.
3. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka
setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis.
Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal
keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya
dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni
melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung".
Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut
negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
179
E. CIRI – CIRI GLOBALISASI
Pengaruh dari Globalisasi sudah mencakup berbagai aspek dalam kehidupan, baik dalam
aspek ekonomi, informasi dan teknologi, budaya, ilmu pengetahuan maupun hukum.
1. Globalisasi Ekonomi
Tidak ada definisi yang baku atau standar mengenai globalisasi ekonomi, tetapi secara
sederhana globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana semakin
banyak negara yang terlibatdalam kegiatan ekonomi dunia.
180
tekstil/pakaian jadi , akan tetapi kurang menguntungkan sektor pertanian khususnya
produk makanan.
3. Globalisasi Budaya
Globalisasi budaya identik dengan budaya pop yang bersifat fleksibel dan berubah-
ubah. Budaya pop awalnya merupakan hegemoni budaya Barat (terutama Amerika),
ditandai dengan merebaknya gaya hidup Amerika melalui industri budayanya seperti
musik, olahraga, mode pakaian, dan film-film Amerika yang akhirnya menyebar ke
seluruh dunia.
Dengan adanya globalisasi budaya ini, seluruh budaya didunia dapat dengan bebas
dilakukan oleh orang orang di Negara berbeda, sehingga sering kali terjadi hilangnya
suatu budaya tertentu ataupun pergabungan antara budaya yang akhirnya melahirkan
budaya baru.
Globalisasi Ilmu pengtahuan telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan umat manusia. Berlangsung nya globalisasi ilmu pengetahuan
memberikan ruang luas kepada manusia untuk semakin giat belajar dan menambah
pengetahuaannya. Karena setiap ilmu pengetahuan baru yang ditemukan oleh Negara
tertentu akan cepat menyebar dan turut diterapkan pula di Negara lain.
5. Globalisasi Hukum
181
Globalisasi hukum juga membuat suatu negara tidak lagi dapat mengklaim bahwa
mereka adalah penganut suatu system hukum nasional secara mutlak. Karena hokum
tesebut dapat dengan mudah diadopsi oleh Negara lain.
Proses globalisasi yang berlangsung sangat cepat menembus batas – batas ruang dan
waktu antar Negara telah membawa perubahan sangat besar bagi Negara- Negara di
dunia. Tidak ada negara yang mampu menutup diri dari perkembangan yang terjadi. Mau
tidak mau setiap Negara harus mampu menghadapi derasnya arus globalisasi.
Arus globalisasi tentu saja memberikan berbagai dampak dalam kehidupan, baik itu
dampak positif maupun dampak negatif, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bidang Politik
a. Dampak Positif
1) Pemerintahan dijalankan dengan terbuka ( transparan ).
2) Meningkatkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan.
3) Mendorong kreativitas rakyat sehingga menjadi alat control dan pengawas
yang efektif untuk mengawasi pemerintahan.
4) Semakin banyaknya organisasi nonpemerintah, partai politik, dan LSM yang
menyuarakan HAM dan aspires rakyat.
5) Terbukanya kesempatan untuk belajar dari Negara lain terkait dengan
kebijakan politik yang telah sukses mereka diterapkan.
b. Dampak Negatif
1) Semakin lunturnya nilai – nilai politik yang telah mendasar yang berdasarkan
kekeluargaan, musyawarah mufakat dan gotong royong.
2) Semakin menguatnya nilai – nilai politik yang berdasar semangat
individualis, kelompok dan tirani minoritas.
3) Penyebaran nilai – nilai politik barat yang cenderung anarkis tanpa
mementingkan kepentingan umum.
182
2) Menguatkan hokum dan pembuatan UU yang berpihak pada kepentingan
bersama terutama pada rakyat kecil.
3) Semakin menguatkan tuntutan aparat penegak hokum, pertahanan dan
keamanan agar bertindak secara professional, transpararan dan tidak pandang
bulu.
4) Masyarakat dapat melakukan control hokum yang dilakasanakan oleh
pemerintah.
b. Dampak negative
1) Peran masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban berkurang karena
telah menjadi tugas pihak yang berwajib.
2) Akan semakin banyak pihak yang ingin memisahkan diri dari suatu megarah
karena terpengaruh oleh kasus –kasus dinegara lain.
3. Bidang Ekonomi
a. Dampak Positif
1) Dapat memperluas pasar untuk memproduksi barang dalam negeri hingga ke
luar negeri.
2) Menigkatkan kesmpatan kerja dan menambah devisa Negara.
3) Mendorong masyarakat untuk belomba lomba menghasilkan produk
berkualitas tinggi.
4) Memudahkan memperoleh tambahan modal, baik dari dalam maupun luar
negeri.
b. Dampak Negatif
1) Beberapa usaha kecil akan tersingkir oleh usaha yang bermodal besar.
2) Akibat adanya pasar bebas, dapat mengancam produk dalam negeri yang
mayoritas kualitasnya jauh dibawah produk luar negeri.
3) Membuka masuk untuk investasi luar negeri yang juga berpotensi dapat
menguasai perekonomian dalam negeri yang tentu saja akan memperburuk
kondisi perekonomian.
4) Memperlebar kesenjangan antara perekonomian Negara maju dan Negara
berkembang.
183
4. Bidang Sosial dan Budaya
a. Dampak positif
1) Memajukan pola pikir masyarakat.
2) Meningkatkan etos kerja, disiplin dan jiwa kemandirian.
3) Mudahnya mengadopsi budaya budaya yang baik dari Negara lain.
b. Dampak negative
1) Mudahnya masuk budaya dari luar yang tidak sesuai dengan budaya Negara
asal.
2) Luturnya semangat dan nilai – nilai yang telah mengakar.
3) Merusak moral bangsa akibat dari kurang nya penyaringan dari budaya yang
masuk.
4) Menumbuhkan beberapa gaya hidup yang kurang baik, seperti;
a. konsummerisme (konsumsi berlebihan),
b. pragtisme ( melakukan kegitatan yang vermanfaat saja),
c. hedonisme ( mengutamakan kepentingan dunia saja ) dan
d. individualisme ( mengutamakan kepentikan diri sendiri).
KESIMPULAN:
Globalisasi merupakan suatu gejala wajar yang pasti akan dialami oleh setiap bangsa di
dunia, baik pada masyarakat yang maju, masyarakat berkembang, masyarakat transisi,
maupun masyarakat yang masih rendah taraf hidupnya.
Dalam era global, suatu masyarakat/negara tidak mungkin dapat mengisolasi diri terhadap
proses globalisasi. Jika suatu masyarakat/negara mengisolasi diri dari globalisasi, mereka
dapat dipastikan akan terlindas oleh jaman serta terpuruk pada era keterbelakangan dan
kebodohan.
Globalisasi juga memberikan dampak positif dan negative dalam kehidupan baik dibidang
politik, hokum, pertahanan, keamanan, ekonomi, social dan budaya. Salah satu manfaat
184
globalisasi yang sangat dirasakan adalah terbukanya peluang bisnis bagi masyarakat untuk
memasarkan produknya ke luar negeri, sedangkan salah satu dampak negatifnya adalah
masuknya beberapa budaya luar yang sangat bertentangan dengan budaya Negara kita.
LATIHAN 14:
DAFTAR PUSTAKA
http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-
kebudayaan-daerah/
http://agungaw.wordpress.com/2010/03/01/pkn-minggu3/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/06/dampak-globalisasi-dalam-kehidupan-
modern/
http://boyyendratamin.blogspot.com/2011/08/globalisasi-hukum.html
***********************SEMOGA BERMANFAAT**********************
185