Anda di halaman 1dari 185

MODUL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 2 SKS

PROGRAM STUDI: TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS PAMULANG

OLEH:

Dian Megasari, S.H., M.H.

TANGERANG SELATAN- BANTEN

2021

1
MATA KULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDENTITAS MATAKULIAH

Program Studi : Teknik Informatika

Nama Matakuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Kode Mata Kuliah : UPBA04

Jumlah SKS : 2 SKS

Mata Kuliah Prasarat :

Deskripsi Mata Kuliah : Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan merupakan


matakuliah wajib pada semua jurusan dan program studi di lingkungan Universitas
Pamulang. Matakuliah ini merupakan kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK). Bobot mata kuliah ini adalah 2 sks. Metode perkuliahan yang digunakan dalam
proses pembelajaran adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan tugas. Kegiatan tatap
muka dikelas dilakukan dalam waktu 90 menit per pertemuan dengan total berjumlah 14 kali
pertemuan. Adapun perincian perpertemuannya adalah: 1. Pengantar Pendidikan
Kewarganegaraan, 2. Identitas Nasional, 3. Pancasila Sebagai Identitas nasional, 4. Negara
dan Konstitusi, 5. Demokrasi di Indonesia, 6. Hak Asai Manusia (HAM), 7. Hak dan
Kewajiban Warga Negara, 8. Ketahanan Nasional, 9. Bela Negara, 10. Otonomi Daerah, 11.
Pemerintahan Yang Baik (Good Governance), 12. Masyarakat Madani, 13. Reformasi, 14.
Globalisasi. Dalam Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dilakukan evaluasi dengan tes
hasil belajar berupa: Absensi, Tugas, Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester
(UAS), dan selanjutnya data nilai tersebut diproses dan hitung prosentase kelulusannya.

Capaian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan:

a. Mampu menganalisis masalah kontekstual PKn, mengembangkan sikap positif dan


menampilkan perilaku yang mendukung semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
b. Mampu menganalisis masalah kontekstual PKn, mengembangkan sikap positif dan
menampilkan perilaku yang mendukung demokrasi berkeadaban.

2
c. Mampu menganalisis masalah kontekstual PKn, mengembangkan sikap positif dan
menampilkan perilaku yang mendukung kesadaran hukum dan keragaman.

Tangerang Selatan, .......... Januari 2021

Mengetahui :

Kaprodi Tek. Informasi Penyusun

DR., Ir. Iwa Sewaka, M.M Dian Megasari, S.H., M.H

NIDN: NIDN: 0405076702

3
KATA PENGANTAR

Tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan merubah kurikulum mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Sesuai dengan Undang-Undang No 12 tahun
2012, bahwa perguruan tinggi memiliki otonomi dalam penyusunan kurikulum, namun pada
pelaksanaannya diperlukan rambu-rambu yang sama agar dapat mencapai hasil yang optimal.

Disamping itu, peserta didik di perguruan tinggi merupakan insan dewasa, sehingga dianggap
sudah memiliki kesadaran dalam mengembangkan potensi diri untuk menjadi intelektual,
ilmuwan, praktisi, dan atau professional. Sehubungan dengan itu, maka perubahan pada
proses pembelajaran menjadi penting dan akan menciptakan iklim akademik yang akan
meningkatkan kompetensi mahasiswa baik hardskills maupun softskills. Hal ini sesuai
dengan tujuan Pendidikan Tinggi dalam UU No 12 tahun 12 yaitu menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, seluruh mahasiswa harus mengikuti pembelajaran mata kuliah
dasar umum yang dikenal dengan MKDU (general education).

Sebagian dari MKDU telah dinyatakan dalam UU No 12 tahun 2012 sebagai mata kuliah
wajib, yaitu Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Dalam rangka
menyempurnakan capaian pembelajaran, maka MKDU ditambah dengan bahasa Inggris,
Kewirausahaan, dan mata kuliah yang mendorong pada pengembangan karakter lainnya, baik
yang terintegrasi maupun individu. Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
pelajaran yang menyelenggarakan pendidikan kebangsaan, demokrasi, hukum, multikultural
dan kewarganegaraan bagi mahasiswa guna mendukung terwujudnya warga Negara yang
sadar akan hak dan kewajiban, serta cerdas, terampil dan berkarakter sehingga dapat
diandalkan untuk membangun bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan UUD1945
sesuai bidang keilmuan dan profesinya.

Kepada para penulis baik yang memberikan data atau pun ilmu nya, secara langsung ataupun
tidak langsung, saya mengucapkan terima kasih atas dedikasi, waktu dan curahan
pemikirannya untuk menuangkan buah pemikiran untuk memantapkan Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi. Penyempurnaan secara periodik akan tetap
dilakukan, untuk ini kami mohon kepada para pengguna dapat memberikan masukan secara
tertulis, baik langsung kepada penulis maupun kepada Direktorat Pembelajaran dan

4
Kemahasiswaan Ditjen Dikti. Semoga bahan ajar ini bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-
baiknya.

Tangerang Selatan, ...... Januari 2021

Penyusun

Dian Megasari, S.H., M.H.

NIDN: 0405076702

5
DAFTAR ISI

Judul

Identitas Mata Kuliah

Kata Pengantar

Daftar Isi

1. PERTEMUAN KE – 1, PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang PKN
C. UUD 1945
D. Pembukaan UUD 1945
E. Latar Belakang PKN
F. Pengertian PKN
G. Kompetisi Pengertian Negara, Bangsa, Hak dan Kewajiban Warganegara
H. Pengertian, Pemahaman Bangsa dan Negara
I. Negara dan Warga Negara dalam Sistem Kenegaraan di Indonesia
J. Proses Berbangsa dan Bernegara
K. Pemahaman Hak dan Kewajiban Warga Negara
L. Hubungan Warga Negara dan Negara
M. Pemahaman Tentang Demokrasi
N. Pemahaman Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
O. Kerangka Dasar Kehidupan Nasional Mengikuti Keterkaitan Antara Falsafah
Pancasila
P. Landasan Hubungan UUD 1945 dan Negara Kesatuan R.I
Q. Perkembangan Pendidikan Bela Negara

2. PERTEMUAN KE – 2, IDENTITAS NASIONAL


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Pengertian Identitas Negara
D. Unsur-unsur Identitas Negara
E. Pancasila sebagai Kepribadian Identitas Negara

6
3. PERTEMUAN KE – 3, PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL
A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Pengertian Identitas nasional
D. Pengertian Pancasila Sebagai Identitas nasional
E. Alasan Pancasila Sebagai Identitas nasional

4. PERTEMUAN KE – 4, NEGARA DAN KONSTITUSI


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Pengertian Negara dan Konstitusi Menurut Para Ahli
D. Pengertian Negara dan Konstitusi Secara Umum
E. Tujuan Dari Konstitusi
F. Klarifikasi Konstitusi
G. Pancasila dan Konstitusi di Indonesia
H. Hubungan Negara dan Kostitusi

5. PERTEMUAN KE – 5, DEMOKRASI DI INDONESIA


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Sejarah Pertumbuhan Demokrasi di Indonesia
D. Demokrasi Pada Masa Revolusi
E. Demokrasi Terpimpin
F. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Orde Baru
G. Demokrasi Pada Masa Reformasi

6. PERTEMUAN KE – 6, HAK ASASI MANUSIA


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
D. Ciri-ciri dan Tujuan Hak Asasi Manusia (HAM)
7
E. Hak asasi Manuasia (HAM) di Indonesia
F. Komisi Nasional Hak asasi Manuasia (HAM)
G. Hak asasi Manuasia (HAM) Dalam Perundang-Undangan Nasional
H. Hak asasi Manuasia (HAM) dan Warga Negara Menurut UUD 1945
I. Pelanggaran Hak asasi Manuasia (HAM)

7. PERTEMUAN KE – 7, HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Pengertian Hak, Kewajiban dan Warga Negara
D. Pengertian Warga Negara Menurut Para Ahli
E. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
F. Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945
G. Tanggung Jawab Negara
H. Peran warga Negara

8. PERTEMUAN KE – 8, KETAHANAN NASIONAL


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar belakang
C. Pokok-Pokok Pikiran Ketahanan Nasional
D. Pengertian Ketahanan Nasional
E. Konsepsi Ketahanan Nasional
F. Asas Ketahanan Nasional
G. Sifat-sifat Ketahanan Nasional
H. Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional
I. Hakikat Ketahanan Nasional
J. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional Pada Kehidupan Bernegara
K. Keberhasilan Ketahanan Nasional

9. PERTEMUAN KE – 9, BELA NEGARA


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Pengertian Bela Negara
D. Makna Bela Negara
8
E. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wajib Bela Negara
F. Implementasi Bela Negara

10. PERTEMUAN KE – 10, OTONOMI DAERAH


A. Tujuan Pembelajaran
B. B. Latar Belakang
C. Pengertian Otonomi Daerah
D. Landasan Hukum Pengertian Otonomi Daerah
E. Prinsip-Prinsip Pengertian Otonomi Daerah
F. Pemahaman Pengertian Otonomi Daerah

11. PERTEMUAN KE – 11, PEMERINTAHAN YANG BAIK (GG)


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar belakang
C. Pengertian Good Governance
D. Prinsip dan Konsepsi Good Governance
E. Karakteristik Dasar Good Governance
F. Penerapan Prinsip Good Governance Pada sektor Publik
G. Struktur Organisasi dan Manajemen Perubahan Dalam Good Governance
H. Good Governance Dalam Kerangka Otonomi Daerah
I. Pilar-Pilar Good Governance
J. Prinsip-Prinsip Good Governance

12. PERTEMUAN KE – 12, MASYARAKAT MADANI


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Pengertian Masyarakat Madani
D. Sejarah dan Perkembangan Good Governance
E. Karakteristik Good Governance
F. Good Governance Menurut Al-quran
G. Pilar Penegak Good Governance
H. Good Governance Demokratisasi
I. Good Governance di Indonesia

9
13. PERTEMUAN KE – 13, REFORMASI
A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Sejarah Awal Lahirnya Reformasi
D. Kondisi Ekonomi Politik Sebelum Reformasi
E. Perkembangan Politik Setelah 21 Mei 1998
F. Kronologi Peristiwa Reformasi
G. Peristiwa Reformasi
H. Kebijakan dan Kepemimpinan Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY
I. Keterkaitan Reformasi Dengan UU dan Perda 2010

14. PERTEMUAN KE – 14, GLOBALISASI


A. Tujuan Pembelajaran
B. Latar Belakang
C. Pengertian Globalisasi
D. Teori Globalisasi
E. Ciri-ciri Globalisasi
F. Pengaruh Globalisasi Bagi kehidupan
G. Dampak Globalisasi Bagi Kehidupan

DAFTAR PUSTAKA

10
PERTEMUAN KE – 1

PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui sejarah UUD 1945.
2. Untuk mengetahui perubahan UUD 1945.
3. Untuk mengetahui Tujuan Perubahan UUD 1945.
4. Untuk mengetahui Hakekat pendidikan Kewarganegaraan.
5. Untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang
cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa.
6. Untuk menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal pershabatan, perdamaian
dunia, kesadaran bela Negara, dan sikap perilaku yang bersendikan nilai budaya
bangsa, wawasan dan ketahanan nasional.
7. Untuk menumbuhkan dasar pemikiran pendidikan kewarganegaraan.
8. Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

B. LATAR BELAKANG
1. UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan
negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar
negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di
Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia
berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD
1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan


(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

a) Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama
UUD 1945.

11
b) Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua
UUD 1945.
c) Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga
UUD 1945.
d) Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat
UUD 1945.

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16
bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan
49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan
Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3
pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.

Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah
Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.

2. Sejarah UUD 1945

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk


pada tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada
masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945,
Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama
Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia
Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat
"dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka
naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945
Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya
diperuntukkan untuk tanah Jawa saja.

12
Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17
Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia.

a. Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949


Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16
Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena
MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet
Semi-Presidensiel ("Semi-Parlementer") yang pertama, sehingga peristiwa ini
merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.

b. Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950


Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.
Bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang
didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian
memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.

c. Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959


Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang
sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih
berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai
lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah negara RI
dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia
selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan
sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila
dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan
Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta
merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai
pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak
berlakunya UUDS 1950.

13
d. Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik
ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka
pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang
salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang
dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada
waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:
1) Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara.
2) MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
3) Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September
Partai Komunis Indonesia

e. Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan


UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di
antara melalui sejumlah peraturan:

1) Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR


berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan
melakukan perubahan terhadapnya.
2) Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih
dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan
pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

f. Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999

Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto
digantikan oleh B.J. Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari
NKRI.

14
g. Periode UUD 1945 Amandemen

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)


terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain
karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden,
adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir),
serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang
belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

C. PERUBAHAN UUD 1945

Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa reformasi
adalah reformasi konstitusional (constitutional reform). Reformasi konstitusi dipandang
merupakan kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan karena UUD 1945sebelum
perubahan dinilai tidak cukup untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara
sesuai harapan rakyat, terbentuknya good governance, serta mendukung penegakan
demokrasi dan hak asasi manusia.

Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda Sidang
MPR dari 1999 hingga 2002[1]. Perubahan pertama dilakukan dalam SidangUmum MPR
Tahun 1999. Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden
dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.

Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan kedua
menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara dan
pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan pertama dalam hal
memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan-ketentuan terperinci tentang HAM.

Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001. Perubahan tahap
ini mengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas landasan
bemegara, kelembagaan negara dan hubungan antar lembaga negara, serta ketentuan-
ketentuan tentang Pemilihan Umum. Perubahan keempat dilakukan dalam Sidang
Tahunan MPR Tahun 2002. Perubahan Keempat tersebut meliputiketentuan
tentang kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, penghapusan Dewan
Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan
kesejahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan tambahan.

15
Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan materi UUD
1945. Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan perubahan yang
dilakukan menghasilkan 199 butir ketentuan.[5] Saat ini, dari 199 butir ketentuan yang
ada dalam UUD 1945, hanya 25 (12%) butir ketentuan yang tidak mengalami perubahan.
Selebihnya, sebanyak 174 (88%) butir ketentuan merupakan materi yang baru atau telah
mengalami perubahan.

Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena mengubah
prinsip kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR menjadi
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua lembaga
negara dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat dan melaksanakan kedaulatan rakyat
dalam lingkup wewenangnya masing-masing. Perubahan lain adalah dari kekuasaan
Presiden yang sangat besar (concentration of power and responsibility upon the
President) menjadi prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances).
Prinsip-prinsip tersebut menegaskan cita negara yang hendak dibangun, yaitu negara
hukum yang demokratis.

Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusional, tahapan selanjutnya yang harus


dilakukan adalah pelaksanaan UUD 1945 yang telah diubah tersebut. Pelaksanaan UUD
1945 harus dilakukan mulai dari konsolidasi norma hukum hingga
dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai hukum dasar, UUD 1945
harus menjadi acuan dasar sehingga benar-benar hidup dan berkembang dalam
penyelenggaraan negara dan kehidupan warga negara (the living constitution).

Tujuan Perubahan UUD 1945

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah: menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya
tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan
(staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan Presidensiil.

16
D. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah Unsur Negara Sebagai Syarat Berdirinya Suatu
Negara upaya sadar yang ditempuh secara sistematis untuk mengenalkan, menanamkan
wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan
perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila demi tetap utuh
dan tegaknya NKRI.

Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama penjajahan,
dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan mengisi
kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda sesuai dengan
zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap bangsa Indonesia
berdasarkan kesamaan nilai-nulai kejuangan bangsa yang dilandasi jiwa, tekad dan
semangat kebangsaan. Semangat perjuangan bangsa yang tidak mengenal menyerah
harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik Indonesia.

Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika perjalanan


kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang ditandai dengan
pesatnya perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi, Komunikasi dan
Transportasi, sehingga dunia menjadi transparan yang seolah-olah menjadi kampung
sedunia tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia serta mempengaruhi pola
pikir, sikap dan tindakan masyarakat Indonesia.

Semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi


globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara,
sikap dan perilaku, cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
dalam rangka bela negara demi utuh dan tegaknya NKRI.

E. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Kep. Mendikbud No. 056/U/1994 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan


Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa “Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam Mata

17
Kuliah Umum (MKU) dan wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi”.
Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti No.
267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewiraan disamping membahas tentang PPBN juga
membahas tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan Pendidikan
Kewiraan diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok Pendidikan
Kewarganegaraan adalah: tentang hubungan warga negara dengan negara, dan
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN).

F. Kompetensi Pengertian Negara, Bangsa, Hak dan Kewajiban

Kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab
yang harus dimiliki oleh seseorang agar ia mampu melaksanakan tugas-tugas dalam
bidang pekerjaan tertentu.

Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang


cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku
sebagai berikut :

1. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Berbudi luhur, berbangsa dan bernegara.
3. Rasional dan dinamis.
4. Bersifat profesional.
5. Aktif.

Pengertiannya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengertian Bangsa
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa dan
sejarah serta berpemerintahan sendiri. Dengan demikian, Bangsa Indonesia adalah
sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan
dirinya sebagai satu bangsa serta berproses dari dalam satu wilayah: Nusantara /
Indonesia.

b. Pengertian Negara
Negara merupakan suatu organisasi / beberapa kelompok manusia yang bersama-
sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan serta
keselamatan manusia tersebut.

18
c. Pengertian Hak Dan Kewajiban
1. Pengertian Hak
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri. Contoh dari hak adalah:
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
b. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
c. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di
dalam pemerintahan;
d. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama
dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
e. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
f. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan
Indonesia atau nkri dari serangan musuh; dan
g. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,
berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-
undang yang berlaku.

2. Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung jawab.Contoh dari
kewajiban adalah:
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam
membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan
musuh;
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda);
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-
baiknya;
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia; dan
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah
yang lebih baik.

19
f. Sebagaimana yang telah diatur oleh UUD 1945 maka kita harus
melaksankan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara dengan
tertib,yang meliputi:
1. Hak dan kewajiban dalam bidang politik.
2. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya.
3. Hak dan kewajiban dalam bidang hukum, dan
4. Hak dan kewajiban dalam bidang ekonomi.

Pada hakekatnya Pendidikan adalah: upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah
suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya.
Selaku warga masyarakat, warga bangsa dan negara, secara berguna dan bermakna serta
mampu mengantisipasi hari depan mereka yang selalu berunah dan selalu terkait dengan
konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan hubungan international, maka pendidikan
tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarka
sebagai perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak keterdugaan.
Dalam kehidupan kampus di seluruh perguruan tinggi Indonesia, harus dikembangkan
menjadi lingkungan ilmiah yang dinamik, berwawasan budaya bangsa, bermoral
keagamaan dan berkepribadian Indonesia. Untuk pembekalan kepada para mahasiswa di
Indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai, sikap dan kepribadian, diandalkan
kepada Pendidikan Pancasila, Bela Negara, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar dan
Ilmu Alamiah Dasar sebagai latar aplikasi nilai dalam kehidupan, yang disebut Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).

G. Pengertian dan Pemahaman tentang Bangsa dan Negara


1. Pengertian bangsa
Bangsa: adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bangsa
dan sejarah serta pemerintahan sendiri.
Bangsa Indonesia adalah: sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang
sama dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa, serta proses didalam satu wilayah.

2. Pengertian dan pemahaman negara


a. Pengertian negara

20
Negara adalah: suatu orang dari sekolompok atau beberapa kelompok manusia
yang bersamaan mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu
pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan kelompok.
b. Teori terbentuknya negara
1) Teori Hukum alam (Plato dan Aristoteles)
2) Teori Ketuhanan : menganggap segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan
3) Teori perjanjian (Thommas Hobbes)
c. Proses terbentuknya negara dan dizaman modern
d. Unsur negara bersifat:
1) Konstitutif : bahwa dalam negara terdapat wilayah,rakyat,masyarakat,dan
pemerintahan yang berdaulat.
2) Deklatratif : adanya tujuan Negara, UUD, pengakuan dari Negara lain dan
masuknya Negara dalam PBB.

H. Negara dan Warga Negara dalam Sistem Kenegaraan di Indonesia

Indonesia masuk ke PBB mendapat pengakuan dari negara internasional, yaitu ikut serta
menjaga perdamain negara terhadap warganya adalah memberikan kesejahteraan hidup
dan keamanan lahir dan batin.

I. Proses Berbangsa yang Bernegara


1. Perjuangan kemerdekaan Indonesia.
2. Proklamasi kemerdekaan.
3. Keadaan Negara nilai dasarnya adalah merdeka.

J. Pemahaman Hak dan Kewajiban Warga Negara


Pemahaman hak dan kewajiban warga negara, terdapat dalam pasal-pasal UUD 1945,
yaitu:
1. Pasal 26 ayat 1.
2. Pasal 27 ayat 1.
3. Pasal 28.
4. Pasal 30 ayat 1.

K. Hubungan Warga Negara dan Negara


1. Siapakah warga negara?

21
Pasal 26 ayat (1): yang menjadi warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan
bangsa lain yang campuran Indonesia bersikap setia kepada negara R.I.
2. Kesamaan kedudukan.
Pasal 27 ayat (1): adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dan tidak adanya
diskriminasi.
3. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 27 ayat (2): menciptakan lapangan kerja agar warga negara memperoleh
penghidupan yang layak.
4. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
Pasal 28 negara Indonesia bersiafat demokratis.
5. Kemerdekaan memeluk agama.
Terdapat dalam pasal 29 ayat (1) dan (2).
6. Hak dan kewajiban pembelaan negara.
Pasal 30 ayat (1) dan (2) : Undang No.20 tahun 1982 tentang pokok-pokok
pertahanan keamanan rakyat semesta.
7. Hak mendapat pengajaran.
Pasal 31 ayat (1) dan (2) : UU No.2 thn 1989.
8. Kebudayaan nasional Indonesia.
9. Kesejahteraan sosial.
Pasal 33 merupakan pasal yang penting dan esensial karena menyakut pelaksanaan
demokrasi ekonomi dan keadilan sosial, sedangkan pasal 34 UUD’45 yang mengatur
fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

L. Pemahaman tentang Demokrasi


1. Konsep Demokrasi
Definisi demokrasi adalah: Sebuah bentuk kekuasan (kratein) untuk rakyat (demos).
2. Bentuk demokrasi dalam pengertian sistem pemerintahan negara, terdiri dari:
a. Bentuk demokrasi.
b. Kekuasaan dalam pemerintahan.
c. Pemahaman demokrasi di Indonesia.
d. Prinsip dasar pemerintahan R.I.
e. Rumusan Pancasila.
f. Struktur pemerintahan R.I:
1) Eksekutif.
22
2) Pemerintahan pusat.
3) Badan pelaksanaan pemerintahan.
4) Tugas pokok.
5) Pemerintahan daerah.
3. Pemahaman tentang demokrasi Indonesia
Akibat buruknya pemerintahan diktaktor:
a. Penindasan dan ekploitasi terhadap rakyat.
b. Timbulnya konflik dengan korban lebih banyak di pihak rakyat.
c. Kesejahteraan bertumpu pada penguasa sedangkan rakyat hidup melarat.

M. Pemahaman tentang hak asasi manusia

Hak asasi adalah: hak – hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya.
Hak asasi manusia meliputi hak hidup,hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik dan
hak – hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat diganggu
gugat oleh orang lain. Hak asasi manusia hakikatnya semata – mata bukan dari manusia
sendiri tetapi dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dibawa sejak lahir. Hak – hak asasi ini
menjadi dasar hak – hak dan kewajiban – kewajiban yang lain.

Kesadaran akan hak asasi manusia, harga diri, harkat dan martabat kemanusiaannya,
diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak – hak
kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati
yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini
sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak asasi manusia (HAM).

1. Sejarah singkatnya timbulnya HAM

Hak asasi manusia yang dikenal saat ini dalam berbagai piagam atau konstitusi
sesungguhnya telah diperjuangkan sejak abad ke: 13 di Inggris. Pada masa raja
Inggris John Lackland (1199-1216) memerintah secara sewenang – wenang telah
timbul protes keras dikalangan para bangsawan. Protes tersebut melahirkan sebuah
piagam agung yang dikenal dengan nama Magna Charta. Di dalam piagam ini
pengertian hak asasi belum sempurna karena terbatas hanya memuat jaminan
perlindungan terhadap hak – hak kaum bangsawan dan gereja.

23
Pada tahun 1628 di Inggris pula terjadi pertentangan antara raja Charles I dengan
parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (the hause of sommons) yang menghasilkan
petition of rights. Petisi ini membuat ketentuan bahwa penetapan pajak dan hak – hak
istimewa harus dengan izin parlemen, dan bahwa siapapun tidak boleh ditangkap
tanpa tuduhan – tuduhan yang sah.Perjuangan hak asasi manusia yang lebih nyata
terjadi pada tahun 1689 ketika raja willem III revolution. Revolusi ini besar
mengawali babak baru kehidupan demokasi di Inggris dengan suatu perpindahan
kekuasaan dari tangan raja ke parlemen.

Pemikiran John locke mempengaruhi Montesquieu dan Rousseau, sehingga mereka


menentang kekuasaan mutlak raja. Montesquieu menyusun teori trias politica, yaitu
konsepsi pemisahan kekuasaan antara legislative, eksekutif dan yudikatif. Sedangkan
dalam hukum du contract social Rousseau menyatakan bahwa Negara dilahirkan
bebas yang tak boleh dibelenggu oleh manusia lain termasuk oleh raja. Pandangan
demikian ini menmbulkan semangat bagi rakyat tertindas, khususnya di Perancis,
untuk memperjuangkan hak asasinya.

Pemerintahan raja yang sewenang – wenang dan kaum bangsawan yang feodalistik
menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Perancis. Pada masa pemerintahan Raja
Louis XVI yang lemah, rakyat perancis baru berani membentuk Assemblee Nationale,
yaitu: dewan nasional sebagai perwakilan bangsa Perancis. Pada masa pemerintahan
Raja Louis XVI yang lemah, rakyat Perancis baru berani membentuk Assemblee
Nationale, yaitu: dewan nasional sebagai perwakilan bangsa Perancis. Masyarakat
Perancis baru berani mengubah strukturnya dari feodalistis lama, menjadi (kerajaan)
dihapuskan dan disusunlah pemerintah baru.

2. Pemahaman Hak Asasi Manusia

Di dalam mukadimah deklarasi universa tentang hak asasi manusia yang telah
disetujui dan diumuman oleh resolusi Majelis umum perserikatan bangsa – bangsa
nomor 217 Z (III) tanggal 10 desember 1984 terdapat pertimbangan – pertimbangan
berikut:

a. Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak – hak yang
sama dan tidak tersaingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan, keadilan,
dan perdamaian di dunia.

24
b. Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada hak – hak asasi
manusia telah mengakibatkan perbuatan – perbuatan bengis yang menimbulkan
rasakemarahan dalam hati nurani umat manusia dan bahwa terbentuknya suatu
dunia dimana manusia akan mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan
agama tertinggi dari rakyat jelata.
c. Menimbang bahwa Negara – Negara anggota telah berjanji akan mencapai
perbaikan penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak – hak manusia dan
kebebasan asas dalam kerja sama dengan PBB.

3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia


Pelanggaran HAM adalah: setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).

4. Pengadilan Hak Asasi Manusia


Pengadilan adalah: Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh

Pengadilan HAM meliputi:

a. Kejahatan genosida;
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan.

N. Kerangka Dasar Kehidupan Nasional Meliputi Keterkaitan antara Falsafah


Pancasila.

UUD’45, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional:

1. Konsepsi hubungan antara pancasila dan bangsa.


2. Pancasila sebagai landasan idiil negara, paham ideologis:
a. Paham komunisme.
b. Paham liberalisme.

25
c. Paham Islam fundamentalis.

O. Landasan Hubungan UUD’45 dan Negara Kesatuan R.I


1. Pancasila sebagai ideologi negara.
2. UUD’45 sebagai landasan kostitusi.
3. Implementasi konspsi UUD’45 sebagai landasan konstitusi.
4. Konsepsi pertama tentang pancasila sebagai cita-cita dan ideologi negara, terdapat
dalam makna pembukaan UUD’45:
a. Alinea-1 : kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan penjajahan pertentangan
dengan HAM.
b. Alinea-2 : adanya masa depan yang harus diraih.
c. Alinea-3 : kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapatkan Ridho Allah
S.W.T.
d. Alinea-4 : mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa indonesia
melalui wadah persatuan R.I.
5. Konsepsi UUD’45 dalam mewadahi perbedaan pendapat dalam kemasyarakatan
Indonesia.
6. Negara kesatuan R.I bersifat demokratis, karena idealisme Pancasila mengakui
adanya perbedaan pendapat dalam kelompok bangsa Indonesia.
7. Konsepsi UUD’45 dalam infrastruktur politik.

Infrastruktur politik: wadah masyarakat Menggambarkan bahwa masyarakat ikut


menentukan keputusan politik dalam mewujudkan cita-cita nasional berdasarkan falsafah
bangsa.

Secara teoritis sistem Kepartaian ada 3, yaitu:

1. Monoparty : 1 partai yg terdapat pada Negara komunis


2. Biparty : partai yg berkuasa dan partai oposisi.
3. Multiparty : lebih dari 2 partai.

P. Perkembangan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara


1. Situasi NKRI terbagi dalam periode-periode.
2. Pada periode lama bentuk ancaman yang dihadapi adalah ancaman politik.
3. Periode orde baru dan priode reformasi.

26
KESIMPULAN:

Dari hasil analisis tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat


akumulasi permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih
sehingga perlu penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta
mengutamakan aspek hukum, keadilan, sosial budaya.
2. Pemberlakuan Otonomi Daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan daerah
di Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya heterogental
dibidang SARA.
3. Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang
dapat menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat diantisipasi.
4. Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat
menentukan meredamnya konflik pada skala dini. Namun pada skala kejadian
diperlukan profesionalisme aparat kemanan secara terpadu.
5. Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu
diantisipasi dengan penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan
sosialisasi.
6. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya
lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.

LATIHAN 1:

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas,
penuh tanggung jawab dari peserta didik.

Jelaskan dan berikan contoh sikap yang disertai dengan perilaku:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

27
2. Berbudi pekerti luhur.
3. Rasional dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Profesional dan aktif memanfaatkan ilmu.
5. Bagaimana perjalanan Sejarah UUD 1945?
6. Bagaimana Perubahan UUD 1945?
7. Apakah Tujuan Perubahan UUD 1945 ?

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. “Pendidikan Kewarganegaraan”. Paradigma, Jogjakarta, 2007.

Zaelani, Endang Sukaya. ”Pendidikan Kewarganegaraan”, Paradigma, Jogjakarta.

Herdiawanto, Hery.”Pendidikan Kewarganegaraan”.Erlangga. Jakarta

Azra, Azyumardi. ”Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani”. ICCE UIN.
Jakarta.

Surjanto, Brigadir Jenderal TNI, Mengatasi Gerakan Sparatis di Irian Jaya dengan

Pendekatan Ketahanan Nasional, Jakarta, Lemhannas, 2001.

HB. Amiruddin Maulana, Drs, SH, Msi. Menjaga Kepantingan Nasional Melalui

Pelaksanaan Otonomi Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi Bangsa, Jakarta,


Lemhannas, 2001.

Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, Mencegah Keinginan beberapa Daerah Untuk
Memisahkan Diri dari Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas, 2001.

Krsna @Yahoo.com. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di


Negara Berkembang.2005.internet:Public Jurnal 30

http://tiosijimbo.wordpress.com/2010/04/06/bab-i-pengantar-pendidikankewarganegaraan/

http://gracellya.wordpress.com/2012/03/12/latar-belakang-maksuddan-tujuan-pendidikan-
kewarganegaraan-2/

http://electroggmu.blogspot.co.id/2014/03/tugas-makalah-pengantar-pendidikan.html

28
Kaelan dan Zubaidi.2007. Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma, Edisi
pertama.

http://ryant.faa.im/makalah-uud-1945.xhtml

Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006; Membangun Karakter dan Kepribadian melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, UIEU – University Press, Jakarta.

Krisna @Yahoo.com. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di


Negara Berkembang.2005.internet:Public Jurnal

http://tiosijimbo.wordpress.com/2010/04/06/bab-i-pengantar-pendidikankewarganegaraan/

http://gracellya.wordpress.com/2012/03/12/latar-belakang-maksuddan-

tujuan-pendidikan-kewarganegaraan-2/

http://electroggmu.blogspot.co.id/2014/03/tugas-makalah-pengantar-pendidikan.html

http://tiosijimbo.wordpress.com/2010/04/06/bab-i-pengantar-pendidikankewarganegaraan/

http://gracellya.wordpress.com/2012/03/12/latar-belakang-maksud-dan-tujuanpendidikan-

kewarganegaraan-2/

29
PERTEMUAN KE – 2

IDENTITAS NASIONAL

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui pengertian Identitas Nasional
2. Mengetahui faktor-faktor pendukung kelahiran Identitas Nasional.
3. Mengetahui maksud dari pancasila sebagai kepribadian dan Identitas Nasional.

B. LATAR BELAKANG

Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia
senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-
kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu
organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang
besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya
manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok
lebih besar lagi sperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara.
Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu
organisasi yang dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup
dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa
memiliki pengertian yang berbeda.

Apabila negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka
bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih
ada bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara
yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu
bangsa. Baik bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau
negara tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa
merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga
merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati
dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa.

Pemerintahan di Indonesia sudah lama menjadi mimpi buruk banyak orang di Indonesia.
Kendati pemahaman mayarakat tentang pemerintahan sangatlah berbeda-beda, Namun
setidaknya sebagian besar dari masyarakat membayangkan bahwa dengan adanya

30
pemerintahan, masyarakat akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik.
Banyak di antara masyarakat-masyarakat yang ada di inonesia membayangkan, bahwa
dengan memiliki tata kelola pemerintahan yang lebih baik, maka kualitas pelayanan
publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah
menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga.

Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek dan
semakin sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan
rakyat banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang baik atau
yang sering disebut good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini
masih menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera
terbangun dari tidur panjangnya. Maka dari itu, Pemerintah inonesia berinisiatif akan
membangun Indonesia ini dalam sistem pemerintahannya agar dapr menjadi lebih baik.
Dan menggunakan sistem pemerintahan yang berlandaskan kejujuran serta ketulusan.

C. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara


etimologis, identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “ nasional”. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati
diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga membedakan
dengan yang lain. Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Jadi, pengertian
Identitas Nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila
dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang
berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara yang merupakan norma
peraturan yang harus dijnjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule of
law”, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak
asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di Indonesia.

Secara global, identitas nasional Indonesia adalah:

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia.


2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya.
4. Lambang Negara yaitu Pancasila.

31
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila.
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945.
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
9. Konsepsi Wawasan Nusantara.
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.

D. UNSUR-UNSUR IDENTITAS NASIONAL


1. Unsur-unsur pembentuk identitas yaitu:
a. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada
sejak lahir),yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di
Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak
kurang 300 dialeg bangsa.
b. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-
agama yan tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde
baru tidak diakui sebagai agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan
presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
c. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahsa
dipahami sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-
unsur ucapan manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar
manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya


menjadi 3 bagian sebagai berikut :

1. Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar


Negara, dan Ideologi Negara.

32
2. Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya,
Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
“Indonesia Raya”.
3. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, sertakepercayaan.

Menurut sumber lain disebutkan bahwa Satu jati diri dengan dua identitas:

a. Identitas Primordial
Orang dengan berbagai latar belakang etnik dan budaya: jawa, batak, dayak,
bugis, bali, timor, maluku, dsb.
Orang dengan berbagai latar belakang agama: Islam, Kristen, Khatolik,
Hindu, Budha, dan sebagainya.
b. Identitas Nasional
c. Suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan sebelumnya.

Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama
karena pengaruh kekuasaan internasional.

Menurut Berger, era globalisasi dewasa ini, ideology kapitalisme yang akan
menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan
menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar
bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, social, politik dan
kebudayaan.

Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi
maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan
kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era
globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional meliputi:

a. Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.

33
b. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, social, politik, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002).

2. Faktor pembentukan Identitas Bersama.

Proses pembentukan bangsa- negara membutuhkan identitas-identitas untuk


menyatukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan
menjadi identitas bersama suatu bangsa, yaitu :

a. Sejarah
Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah negara, bangsa Indonesia
pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan nusantara,
Majapahit dan Sriwijaya misalnya. Kebesaran dua kerajaan nusantara tersebut
telah membekas pada semangat perjuangan bangsa Indonesia pada abad-abad
berikutnya ketika penjajahan asing menancapkan kuku imperealisme nya.

b. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi 3
unsur, yaitu: akal budi, peradaban, dan pengetahuan.

3. Suku bangsa
Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari
sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk
hidup bersama dalam kemajemukan merupakan unsur lain yang harus terus
dikembangkan dan dibudayakan.

4. Agama
Keaneka ragaman Agama merupakan identitas lain dari kemajukan alamiah
Indonesia. Dengan kata lain, keragaman Agama dan keyakinan di Indonesia tidak
hanya dijamin oleh konstitusi negara, tetapi juga merupakan rahmat tuhan YME.

5. Bahasa
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting. Sekali
pun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa penghubung berbagai kelompok etnis yang mendiami Nusantara memberikan

34
nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda tahun 1928
menyatakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia sebagai berikut:

a. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama dibawah penjajahan bangsa


asing lebih kurang selama 350 tahun.
b. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu
penjajahan.
c. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari
Sabang sampai Merauke.
d. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu
bangsacita- cita, tujuan dan visi Negara Indonesia.

E. PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN DAN IDENTITAS NASIONAL

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkala bangsa Indonesia berkembang menujufase nasionalisme modern, diletakanlan
prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan
bernagara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat
dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan
pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul
secara tiba-tiba dan dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu
historis yang cukup panjang.

Dalam merevitalisasi Pancasila sebagai manifestasi Identitas Nasional, penyelenggaraan


MPK. hendaknya dikaitkan dengan wawasan:

1. Spiritual, untuk mcletakkan landasan ctik, moral, religiusiias, sebagai dasar dan arah
pengembangan sesuatu profesi;
2. Akademis, untuk menunjukkan bahwa Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
(MPK) merupakan aspek being yang tidak kalah pentingnya, bahkan lebih penting

35
daripada aspek having dalam kerangka penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang
bukan sekadar instrumen, melainkan sebagai subjek pembaharuan dan pencerahan;
3. Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalismenya agar dalam pergaulan
antarbangsa tetap setia pada kepentingan bangsanya, serta bangga dan respek pada
jati diri bangsanya yang memiliki ideologi tersendiri; dan
4. Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap
menghadapi dialektika perkembangan dalam masyarakat dunia yang “terbuka”.
Selain itu, diharapkan mampu untuk segera beradaptasi dengan perubahan yang
terus-menerus terjadi dengan cepat.

Study Robert I Rotberg secara eksplisit mengidentifikasikan salah satu karakteristik


penting Negara gagal (failed states) adalah ketidakmampuan negara mengelola identitas
Negara yang tercermin dalam semangat nasionalisme dalam menyelesaikan berbagai
persoalan nasionalnya. Ketidakmampuan ini dapat memicu intra dan interstatewar secara
hampir bersamaan. Nasionalisme bukan saja dapat dipandang sebagai sikap untuk siap
mengorbankan jiwa raga guna mempertahankan Negara dan kedaulatan nasional, tetapi
juga bermakna sikap kritis untuk member kontribusi positif terhadap segala aspek
pembangunan nasional. Dengan kata lain, sikap nasionalisame membutuhkan sebuah
wisdom dalam mlihat segala kekurangan yang masih kita miliki dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan sekaligus kemauan untuk terus
mengoreksi diri demi tercapainya cita-cita nasional. Makna falsafah dalam pembukaan
UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Alinea pertama menyatakan: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala


bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan , karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Maknanya, kemerdekaan
adalah hak semua bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.
2. Alinea kedua menyebutkan: “ dan perjuangan kemerdekaaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia kepada depan gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka,
berdaulat, adil, dan makmur. Maknanya: adanya masa depan yang harus diraih (cita-
cita).
3. Alinea ketiga menyebutkan: “ atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Maknanya, bila Negara

36
ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat
ridha Allah SWT yang merupakan dorongan spiritual.
4. Alinea keempat menyebutkan: “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan Negara republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada: ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Alinea ini
mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah
Negara kesatuan republik Indonesia.

KESIMPULAN:

Sekilas kata-kata diatas memang membuat tanda tanya besar dalam memaknainya. Beribu-
ribu kemungkinan yang terus melintas dibenak pikiran, untuk menjawab sebuah
pertanyaan yang membahas tentang identitas nasional. Identitas Nasional merupakan suatu
ciri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk dapat membedakannya dengan bangsa lain.

Identitas Nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat oleh wilayah dan selalu memiliki
wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah sistem hukum/perundang
– undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.

Faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional ada lima, yaitu sejarah, kebudayaan,
suku bangsa, agama dan bahasa. Ke lima faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam
proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari
masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, menjadi hal paling mendasar bagi identitas
bangsa Indonesia, namun pemberdayaan idetitas nasional di Indonesia masih minim
sekali, apalagi di zaman globalisasi ini.

37
LATIHAN 2:

1. Apa itu Identitas Nasional?

2. Bagaimanakah identitas nasional Indonesia?

3. Apa dan bagaimana faktor pendukung terbentuknya Identitas Nasional Indonesia?.

4. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai kepribadian dan Identitas Nasional?.

5. Bagaimana pemberdayaan Identitas Nasional Indonesia?.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan dan Zubaidi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma, Edisi


pertama.

Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006; Membangun Karakter dan Kepribadian melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, UIEU – University Press, Jakarta.

Suryo, Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah Seminar Terbatas


Pengembangan Wawasan tentang Civic Education, LP3 UMY, Yogyakarta.

http://ilhamberkuliah.blogspot.co.id/2015/09/makalah-identitas-nasional.html

38
PERTEMUAN KE – 3

PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui pengertian Identitas Nasional.
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi Identitas Nasional.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional.
4. Untuk mengetahui pengertian Pancasila sebagai Identitas Nasional.
5. Untuk mengetahui alasan mengapa Pancasila dijadikan sebagai Identitas Nasional.

B. Latar Belakang

Identitas adalah tanda pengenal. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang
identitas, yang diketahui oleh hampir semua orang. Pengertian Identitas Nasional adalah
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai
Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara . Identitas Nasional dijadikan ciri dari suatu bangsa dan negara
tersebut, sehingga identitas Nasional mencerminkan kepribadian suatu bangsa.

C. Pengertian Identitas Nasional

Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara


etimologis, identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan ”nasional”. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati
diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan dengan
yang lain.

Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari bahasa
Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.

Jadi, pegertian Identitas Nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian


bangsa, filsafat Pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai
kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk
disini adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai
Dasar Negara yang merupakan norma peraturan yang harus dijunjung tinggi oleh semua

39
warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban
warga Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di
Indonesia. atau juga Istilah Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

D. Pengertian Pancasila sebagai identitas Nasional

Sebagai identitas nasional, Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus mampu


mendorong bangsa Indonesia secara keseluruhan agar tetap berjalan dalam koridornya
yang bukan berarti menentang arus globalisasi, akan tetapi lebih cermat dan bijak dalam
menjalani dan menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta. Bila menghubungkan
kebudayaan sebagai karakteristik bangsa dengan Pancasila sebagai kepribadian bangsa,
tentunya kedua hal ini merupakan suatu kesatuan layaknya keseluruhan sila dalam
Pancasila yang mampu menggambarkan karakteristik yang membedakan Indonesia
dengan negara lain adalah Naskah Pancasila.

Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada
padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas
Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu
bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan
internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution, eraglobalisasi dewasa
ini, ideology kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah
masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib
ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib,
social, politik dan kebudayaan.

Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan suatu ideologi, yaitu
dari ideologi partikular kearah ideology universal dan dalam kondisi seperti ini
kapitalisme lah yang akan menguasainya. Dalam kondisi seperti ini, negara nasional
akan dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-negara
dengan prinsip kapitalisme. Konsekuensinya,negara-negara kebangsaan lambat laun akan
semakin terdesak. Namun demikian, dalam menghadapi proses perubahan tersebut
sangat tergantung kepada kemampuan bangsa itu sendiri.

40
Menurut Toyenbee, cirri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi Challence dan response. Jika
Challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan
hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di
Amerika. Namun demikian jika Challance kecil sementara response besar maka bangsa
tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif.

Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka
harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian
bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh tantangan yangcenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan
kembali kesadaran nasional.

E. Alasan Pancasila menjadi identitas bangsa

Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional karena Bangsa Indonesia sebagai
salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah serta prinsip dalam
hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia .Tatkala bangsa Indonesia
berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakanlah prinsip-prinsip dasar filsafat
sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernegara.

Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari filsafat
hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar
filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri.

Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara
Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.

KESIMPULAN:

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa identitas nasional merupakan manifestasi
nilai budaya bangsa dengan ciri khas, Pancasila juga sebagai kesepakatan bangsa. dentitas
Nasional adalah ciri atau jati diri suatu bangsa yang membedakansuatu bangsa dengan

41
bangsa lainnya. Suatu bangsa berdiri kerena pada kodratnyamanusia adalah makhluk
individual sekaligus makhluk social yang membutuhkan bantuan atau pertolongan dari
orang lain sehinngi mendorongg terbentuk suatu masyarakat.

LATIHAN 3:

1. Jelaskan Pengertian Pancasila sebagai identitas Nasional.


2. Jelaskan alasan Pancasila menjadi Identitas Bangsa Indonesia.
3. Jelaskan mengapa Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak
pernah ada padanan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Suryo, Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah Seminar Terbatas


Pengembangan Wawasan tentang Civic Education, LP3 UMY, Yogyakarta.

http://www.academia.edu/8352416/Pancasila_Sebagai_Identitas_Nasional_Bangsa_Ind
onesia

http://elysabethvitrian.blogspot.com/2013/08/pancasila-sebagai-identitas-nasional.html

42
PERTEMUAN KE – 4

NEGARA DAN KONSTITUSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Negara.
2. Untuk mengetahui pengertian Konstitusi.
3. Untuk mengetahui keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui hubungan antara Negara dan Konstitusi.

B. Latar Belakang

Saat ini sebagian masyarakat Indonesia yang mengabaikan arti dari Pancasila sebagai
dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi. Bahkan tidak hanya mengabaikan, tetapi
banyak juga yang tidak mengetahui makna dari negara dan konstitusi tersebut. Terlebih
di era-globalisai ini masyarakat dituntut untuk dapat memilah-milah pengaruh positif dan
negatif. Dengan adanya pendidikan tentang dasar negara dan konstitusi diharapkan
masyarakat Indonesia mampu mempelajari, memahami serta melaksanakan segala
kegiatan kenegaraan berlandaskan pada dasar negara dan konstitusi, namun dengan tidak
menghilangkan jati dirinya.

Dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan kostitusi. Dasar Negara menempati
kedudukan sebagai norma hukum yang tertinggi disuatu Negara. Sebagai norma
tertinggi, dasar negara menjadi sumber pembentukan bagi norma-norma hukum yang ada
dibawahnya. Konstitusi adalah salah satu norma hukum dibawah dasar negara. Konstitusi
dalam arti luas adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan
(hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara, dan dalam arti
sempit sendiri konstitusi adalah Udang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa dokumen
yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok. Dengan demikian, konstitusi bersumber
dari dasar negara, norma hukum dibawah dasar negara isinya tidak boleh bertentangan
dengan norma dasar. Isi norma tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung
dalam dasar negara. Dasar Negara merupakan cita hukum dari Negara. Dan terdapat
hubungan yang sangat terkait antara keduanya yang perlu kita ketahui.

43
C. Pengertian Negara dan Konstitusi Menurut para Ahli
1. Pengertian Negara
a. Menurut Gettell Negara adalah komunitas oknum- oknum, secara permanent
mendiami wilayah tertentu, menuntut dengan sah kemerdekaan diri dari luar dan
mempunyai sebuah organisasi pemerintahan, dengan menciptakan dan
menjalankan hukum secara menyeluruh didalam lingkungan.
b. Menurut Aristoteles
Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga
pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan
kehormatan bersama.
c. Menurut Georg Jellinek
Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang telah
berdiam di suatu wilayah tertentu.
d. Menurut Prof. R. Djokosoetono
Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di
bawah suatu pemerintahan yang sama.

2. Pengertian Konstiusi
a. Menurut Prof. Miriam Budiarjo
Konstitusi adalah keseluruhan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintah
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
b. Menurut Sri Soemantri
Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-
sendi sistem pemerintahan negara.
c. Menurut Paul B. Barthollomew
Konstitusi adalah seperangkat hukum-hukum fundamental dan prinsip-prinsip
yang mengatur bagaimana sebuah pemerintah politis dijalankan.

D. Pengertian Negara dan Konstitusi secara Umum


1. Pengertian Negara
Negara merupakan suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendalami wilayah (teritorial) tertentu, dengan
mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
44
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya. Organisasi
negara dalam suatu wilayah bukanalah satu-satunya organisasi, ada beberapa
organisasi-organisasi lain (keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi
lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian yang terlepas dari masalah
kenegaraan). Secara umum negara diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada
didalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan mampu
untuk ikut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi lainnya.

Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk negara. Elemen-elemen


tersebut adalah:
a. Masyarakat
Masyarakat adalah unsur terpenting dalam tatanan suatu negara. Masyarakat atau
rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam suksesnya suatu
tatanan dalam pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak
hanya diperlukan dalam ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi juga perlu melahirkan
apa yang disebut ilmu kemasyarakatan (sosiologi), yaitu suatu ilmu pengetahuan
baru yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi
merupakan ilmu penolong bagi ilmu ketatanegaraan.
b. Wilayah (tutorial)
Suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya suatu wilayah. Selain
pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan
khusus wilayah yang bersangkutan, artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk
suaty negara tertentu atau sebaliknya dipecah menjadi wilayah berbagai negara.
Dan apabila menegluarkan peraturan perundang-undangan hanya berlaku bagi
orang-orang yang berada di wilayah itu sendiri. Orang akan segera sadar jika
berada dalam suatu negara tertentu apabila melampaui batas-batas wilayahnya
setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk memenuhi berbagai
kewajiban yang ditentukan oleh wilayah tersebut. Paul Renan (Prancis)
menyatakan bahwa satu-satunya ukuran bagi suatu masyarakat untuk menjadi
suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir de’etre ansemble). Otto Bauer
menyatakan bahwa ukuran itu lebih diletakkan pada keadaan khusus dari wilayah
satu negara.

45
c. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintah memiliki
kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu
negara dan dalam wilayah negara.

Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan,
kedaulatan negara, kedaulatan hukum, dan kedaulatan rakyat.
a. Teori Kedaulatan Tuhan (Gods Souvereiniteit)
Teori kedaulatan Tuhan (Gods Souvereiniteit) menyatakan atau menganggap
kekuasaan pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan. Contohnya kerajaan
Belanda, Raja atau Ratu secara resmi menamakan dirinya Raja atas kehendak
Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau Ethiopia (Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa
Penakluk dari suku Yuda yang terpilih Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”.
b. Teori Kedaulatan Negara (Staats Souvereiniteit)
kedaulatan Negara (Staats Souvereiniteit) menganggap sebagai suatu axioma yang
tidak dapat dibantah, yang artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah yang
berdaulat. Inilah inti pokok dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu
negara. Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “
kemauan negara aadalah milik kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam”.
Sementara itu Jellinek dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan bahwa
kedaulatan negara sebagai pokok pangkal kekuasaan yang tidak diperoleh dari
siapapun. Pemerintah adalah “Alat Negara”.
c. Teori Kedaulatan Hukum (Rechts Souvereiniteit)
Teori kedaulatan Hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan
dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku
Die Moderne Staats Idee.
d. Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit)
Teori kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam suatu
negara didasarkan pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis)
menyatakan apa yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu perjanjian antara
seluruh rakyat yang menyetujui Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu
negara.

46
Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4 bahkan 5
yaitu:

a. Rakyat,
b. wilayah,
c. pemerintahan,
d. UUD (Konstitusi), dan
e. pengakuan Internasional (secara de facto maupun de jure).

2. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berarti pembentukan, yang berasal dari kata kerja “Constituer” (Prancis)
atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, yang mengandung arti awal atau
permulaan dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda
menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi
dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi
Undang-Undang Dasar.

Dulu konstitusi digunakan sebagai petunjuk hukum penting biasanya biasanya


dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum kanon
untuk menandakan keputusan subsitusi tertentu terutama dari Paus. Konstitusi pada
umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan
untuk menjalankan suatu organisasi pemerintah negara, namun dalam pengertian ini,
konstitusi harus diartikan dalam arti tidak semuanya berupa dokumen tertulis
(formal). Tetapi menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus
diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan
keputusan, kebijakan, dan distibusi maupun alokasi konstitusi bagi organisasi
pemerintah negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas
strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti
konstitusi ekonomi.

Kontitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang suatu negara.


Ada dua jenis konstitusi, yaitu konstitusi tertuis (Written Constitution) dan konstitusi
tidak tertulis (Unwritten Constitution). Yang diartikan seperti halnya “Hukum
Tertulis ”(Geschreven Recht) yang temuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak

47
Tertulis ”(Ongeschreven Recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan
“Constitution of Nation”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di
dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali inggris dan kanada. Dibeberapa negara
terdapat dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara tersebut tidak
disebut sebagai konstitusi. Dalam buku yang berjudul “The Law and The
Constitution”, Ivor Jenning menyebutkan didalam dokumen konstitusi tertulis yang
dianut oleh negara-negara tertentu mengartur tentang:
a. Adanya wewenang dan tata cara bekerja disuatu lembaga kenegaraan.
b. Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang diakui dan
dilindungi oleh pemerintah.

Tidak semua lembaga-lembaga pemerintahan dapat diatur dalam poin 1 dan tidak
semua warga negara diatur dalam poin 2. Seperti halnya negara inggris. Dokumen-
dokumen yang tertulis hanya mengatur beberapa lembaga dan beberapa hak asasi
yang dimiliki oleh rakyat, satu dokumen dengan dokumen lainnya tidak sama. Ada
konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat pendek. Konstitusi yang
terpanjang yaitu di negara India yang mempunyai 394 pasal. Kemudian Amerika
Latin seperti Uruguay mempunyai 332 pasal, Nicaragua 328 pasal, Cuba mempunyai
286 pasal, Panama mempunyai 271 pasal, Peru mempunyai 236 pasal, Brazil dan
Colombia 286 pasal, selanjutnya di Asia Burma mempunyai 234 pasal, di Eropa
Belanda mempunyai 210 pasal. Konstitusi terpendek adalah Spanyol yang
mempunyai 36 pasal, Indonesia mempunyai 37 pasal, Laos mempunyai 44 pasal,
Guatemala mempunyai 45 pasal, Ethiopia mempunyai 55, Ceylon mempunyai 91
pasal dan Finlandia mempunyai 95 pasal.

E. Tujuan Dari Konstitusi

Pada umumnya hukum bertujuan agar adanya tata tertib untuk keselamatan masyarakat
yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah masyarakat.
Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari hukum tata
negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat
dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki tujuan hampir sama
dengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan:

1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-


masing.

48
2. Hubungan antara lembaga negara.
3. Hubungan antara lembaga (pemerintah) dengan warga negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.

Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin
bahwa konstitusi tersebut baik. Buktinya, banyak negara yang memiliki lembaga-
lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peran yang tidak
kalah penting dengan lembaga - lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan
terdapat hak-hak asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan
lebih baik dibandingkan dengan yang di atur di dalam konstitusi. Dengan demikian
banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis diluar konstitusi memiliki kekuatan
yang sama dalam pasal-pasal yang terdapat pada konstitusi. Konstitusi selalu terkait
dengan paham konstitusionalisme.

Walton H. Hamilton menyatakan “Constitutionalisme is the name given to the trust


which men repose in the power of words engrossed on parchment to keep a government
in order. Untuk tujuan to keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang
sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat
dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi
kekuasaan ini secara alamiah muncul kareana adanya kebutuhan untuk merespon
perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia.

F. Klasifikasi Konstitusi

Hampir semua negara memiliki konstitusi, namun antara negara satu dengan negara
lainya tentu memiliki perbedaan dan persamaan. Dengan demikian akan sampai pada
klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua negara.

Para ahli hukum tata negara atau hukum konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi
berdasarkan cara pandang mereka sendiri, antara lain K. C. Wheare, C. F. Strong, James
Bryce dan lain-lainnya. Dalam buku K. C Wheare “Modern Constitution” (1975)
mengklasifikasi konstitusi sebagai berikut:

1. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis (Written Constitution and Unwritten


Constitution).
2. Konstitusi fleksibelitas dan konstitusi rigid (Flexible and Rigid Constitution).

49
Konstitusi flesibelitas memiliki ciri-ciri pokok:

1. Sifat elastis artinya dapat disesuaikan dengan mudah.


2. Dinyatakan dan dilakukan perubahan dengan mudah seperti mengubah udang-
undang.
3. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak tinggi (Supreme and Not
Supreme Constitution).

Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tinggi dalam negara
(tingkat peraturan perundang-undang). Konstitusi tidak derajat tinggi yaotu konstitusi
yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama.

a. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary


Constitution)
Bentuk negara akan sangat menentukan kostitusi negara yang bersangkutan. Dalam
suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat)
dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur dalam kostitusinya. Pembagian
kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan, karena pada
dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat.
b. Konstitusi Pemerintah Presidensial dan Pemerintah Parlementer (President
Executive dan Parliamentary Executive Constitution).
Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain:
1. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga memiliki
kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
3. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintah pemilihan umum.

Berlakunya suatu konstitusi sebagai dasar hukum yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara
itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi adalah rakyat.
Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku
tidaknya suatu konstitusi. Hal ini disebut para ahli sebagai constituent power yang
merupakan kewenangan yang diluar dan sekaligus diatas sistem yang diaturnya. Karena
itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan
berlakunya suatu konstitusi.

50
Constituent Power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organisasi
pemerintahan yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian constituent
power berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi
merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling fundamental
sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan
otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya.
Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan
yang tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan
diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih
tinggi tersebut. Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh Wheare ” Konstitusi
Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive and
Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi Pemerintahan Presidensial
maupun pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam tubuh UUD 45
mengndung ciri-ciri pemerintahan presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer.
Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi
campuran.

G. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa indonesia, pancasila merupakan
filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa lalu
timbul suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan
untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi
ideologi tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahawa pancasila berada diatas
dan diluar konstitusi. Pancasila disebut sebagai konstitusi norma fundamental negara
(Staats Fundamental Norm) dan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawaiasky.

Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan
rantai validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh
yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky.
Teori Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan
norma menurut teori tersebut adalah:

a. Norma fundamental negara (Staats Fundamental Norm).


b. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz).

51
c. Undang-undang formal (formell gesetz).
d. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung).

Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan


konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi
hukum dari suatu Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi berlakunya suatu
konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara.
Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi membandingkannya dengan
teori Kelsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia. Attamimi
menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan teori
Nawiasky. Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah:

a. Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).


b. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi
Ketatanegaraan.
c. Formell gesetz: Undang-Undang.
d. Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah
hingga Keputusan Bupati atau Walikota.

Penempatan pancasila sebagai suatu Staatsfundamentalnorm di kemukakan pertama kali


oleh Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk
mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif.
Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm maka pembentukan
hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai
Pancasila. Dengan menempatkan pancasila sebagi Staatsfundamentalnorm, maka
kedudukan pancasila berada di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk
dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas konstitusi.

Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah pancasila merupakan


staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi?

Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai Philosofische grondslag


sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya akan
didirikan bangunan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah
Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima asas.
Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische grondslag

52
ataupun Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu
Piagam Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945,
yang merupakan Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia.
Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara
Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila.

H. HUBUNGAN NEGARA DENGAN KONSTITUSI

Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan dasar
negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan
dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam
Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada
dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

KESIMPULAN:

1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok


manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu
dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.
2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang
menopang berdirinya suatu negara.
3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena
melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun
sawa. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan
mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila
bukan sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.

53
LATIHAN 4:

1. Jelaskan pengertian Negara?.


2. Jelaskan pengertian Konstitusi?.
3. Bagaimana keberadaan Pancasila dan Konstutusi di Indonesia?.
4. Bagaimanakah hubungan antara Negara dan Konstitusi?.

DAFTAR PUSTAKA

Hady, Nuruddin. 2010. Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi. Malang : Setara Press

www.google.com

www.wikipedia.com

www.prince-mienu.blogspot.com

http://endahnormadewi.blogspot.co.id/2015/05/makalah-negara-dan-konstitusi.html

54
PERTEMUAN KE – 5

DEMOKRASI DI INDONESIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan demokrasi.
2. Untuk mengetahui pengertian demokrasi menurut para ahli.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri demokrasi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dan prinsip demokrasi di Indonesia.
5. Untuk mengetahui perkembangan serta pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
B. Latar belakang

Demokrasi adalah pemerintahan rakyat, maksudnya pemerintahan memberi kekuasaan


dan wewenang kepada rakyat, semua keputusan berdasarkan suara rakyat. Jadi,
Demokrasai Indonesia adalah pemerintahan dari semua rakyat Indonesia, oleh rakyat
Indonesia dan untuk rakyat Indonesia dari Sabang sampai Meroke. Cara Pemerintahan
seperti ini menjadi cita-cita semua Partai Nasionalis di Indonesia.

Sejak bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 selalu menjadi
pertanyaan bagaimana sistem pemerintahan yang tepat dan paling bermanfaat baginya.
Indonesia menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Demokrasi menjadi
pilihan bangsa Indonesia sejak awal berdirinya. Perkembangan sistem demokrasi
berlangsung sejak tahun 1945 hingga masa sekarang. Berbagai model Demokrasi pernah
diterapkan di Indonesia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Perkembangan
demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut dari masa kemerdekaan sampai saat ini.
Hal ini dibuktikan dengan telah dilaksanakannya beberapa bentuk demokrasi di negara
Indonesia. Perkembangan Demokrasi di Indonesia dibagi dalam empat periode, yaitu
Demokrasi pada Periode 1945–1959, Demokrasi pada Periode 1959–1965 (Era Orde
Lama), Demokrasi pada Periode 1966–1998 (Era Orde Baru), Demokrasi pada Periode
1998–sekarang (Era Reformasi)

C. Sejarah Pertumbuhan Demokrasi Di Indonesia

Untuk dapat melihat pelaksanaan demokrasi di Indonesia, sebelumnya perlu dilihat


sejarah pertumbuhan Demokrasi Pancasila berdasarkan aspek material dan formal
sebagai berikut.

55
1. Aspek material, prinsip dasar Demokrasi Pancasila adalah hasil berpikir dan ciptaan
manusia Indonesia sebagai bagian integral dari sosial budaya bangsa Indonesia.
Pikiran dasar yang berkembang merupakan upaya bersama manusia Indonesia dalam
rangka memecahkan berbagai masalah kehidupan yang dihadapinya. Untuk itu, unsur
kebersamaan yang dijiwai oleh prinsip kekeluargaan menjadi faktor utama. Dengan
demikian, hasil pemecahan masalahnya tetap berada dalam konteks
kegotongroyongan dan kebahagiaan hidup bersama pula.
2. Aspek formal, peristiwa 17 Agustus 1945 selain mendatangkan kehidupan
kemerdakaan bagi bangsa Indonesia, juga menghasilkan kehidupan berkonstitusi
tertulis/formal. Di dalam konstitusi telah disepakati dan ditetapkan berbagai prinsip
hidup bernegara, antaralain tentang hal kedaulatan rakyat, kekuasaan presiden, DPR,
kehakiman, MPR, dan sebagainya. Melalui proklamasi, falsafah/ ideologi dengan
sistem politik Demokrasi Pancasila ditetapkan secara formal di dalam UUD 1945
yang selanjutnya digunakan dalam perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Sejarah mencatat bahwa dalam perjalanan bangsa Indonesia setelah ditetapkan UUD
1945, telah terjadi inkonstitusional terhadap hasil kesepakatan sistem politik. Hal ini
terbukti dengan banyaknya perubahan pelaksanaan demokrasi di Indonesia selama kurun
waktu 50 tahun.

D. Demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ) dan demokrasi liberal (1950 – 1959)

1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 )

Masa antara tahun 1945 – 1950 merupakan masa revolusi fisik di Indonesia. Bangsa
Indonesia masih berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari Belanda. Karena
itulah, demokrasi belum dapat terlaksana dengan baik di Indonesia. Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan menjadi tujuan utama saat itu. Pada awal kemerdekaan
masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 4
Aturan Peralihan UUD 1945 (dihapus berdasarkan amandemen IV tahun 2002 ). Pada
pasal tersebut tertulis “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, DewanPerwakilan
Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar
ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite
Nasional”.Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang
absolut, pemerintah mengeluarkan maklumat antara lain:

56
a. Maklumat Wakil Presiden Nomor X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan
KNIP menjadi Lembaga Legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang Pembentukan Partai
Politik.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 tentang Perubahan Sistem
Pemerintahan Presidensial menjadi Parlementer.

2. Pelaksanaan demokrasi pada masa demokrasi liberal (1950 – 1959)

Pada masa antara tahun 1950-1959, Indonesia memberlakukan sistem


demokrasiparlementer. Sistem ini dikenal pula dengan sebutan demokrasi liberal.
Konstitusi yang digunakan pada masa demokrasi liberal adalah Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS)1950. Pada masa demokrasi liberal, terjadi beberapa kali
pergantian kabinet. Akibatnya, pembangunan tidak berjalan lancar. Setiap partai
hanya memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Masa demokrasi liberal
ditandai dengan berubahnya sistem kabinet ke sistem parlementer. Pada masa
tersebut, presiden hanya sebagai simbol. Presiden berperan sebagai kepala negara,
bukan sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang
perdana menteri. Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki pada masa pelaksanaan
demokrasi parlemen, yaitu:

a. Berkembangnya partai politik pada masa tersebut. Pada masa ini, terlaksana
pemilihan umum pertama di Indonesia untuk memilih anggota konstituante.
Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu multipartai. Melalui pelaksanaan pemilu,
berarti negara telah menjamin hak politik warga negara.
b. Tingginya akuntabilitas politik.
c. Berfungsinya parlemen sebagai lembaga legislatif.

Adapun kegagalan pelaksanaan Demokrasi liberal adalah:

a. Dominannya kepentingan partai politik dan golongan sehingga menyebabkan


konstituante digunakan sebagai ajang konflik kepentingan.
b. Kegagalan konstituante menetapkan dasar negara yang baru.
c. Masih rendahnya tingkat perekonomian masyarakat. Akibatnya, masyarakat tidak
tertarik untuk memahami proses politik.Kegagalan sistem parlementer dibuktikan
dengan kegagalan parlemen menyusun konstitusi negara.

57
Sidang konstituante mampu memenuhi harapan bangsa Indonesia. Hingga akhirnya,
Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:
a. menetapkan pembubarkan konstituante,
b. menetapkan UUD 1945 berlaku kembali dan tidak berlakunya UUDS 1950,
c. pembentukan MPRS dan DPAS.

E. Demokrasi Terpimpin/ Orde Lama (1959 – 1965) dan Orde Baru (1966 – 1998)
1. Pelaksanaan pada masa demokrasi terpimpin (1959 – 1965)
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Sukarno.
Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan
pada kepemimpinan Presiden Sukarno. Terpimpin pada saat pemerintahan Sukarno
adalah kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden.

Tugas Demokrasi terpimpin:

Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak


setabil sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih
mantap/stabil. Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi
Parlementer/Liberal.

Hal ini disebabkan karena: Pada masa Demokrasi parlementer, kekuasaan


presiden hanya terbatas sebagai kepala negara. Sedangkan kekuasaan Pemerintah
dilaksanakan oleh Partai.

Dampaknya: Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu


demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi
(pemusatan kekuasaan di tangan presiden).

Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin:

Kebebasan partai dibatasi Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala


negara sekaligus kepala pemerintahan. Pemerintah berusaha menata kehidupan
politik sesuai dengan UUD 1945. Dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain
MPRS, DPAS, DPRGR dan Front Nasional.

58
Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD
1945 adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan
tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk
kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS.
Hal tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat Ketua
MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan wakil ketua
MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang
masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin
departemen.
2. Pembentukan MPRS
Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun
1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan
UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus
melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat
memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR.

Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat :

Setuju kembali kepada UUD 1945, Setia kepada perjuangan Republik


Indonesia, dan Setuju pada manifesto Politik. Keanggotaan MPRS terdiri dari
61 orang anggota DPR, 94 orang utusan daerah, dan 200 orang wakil golongan.
Tugas MPRS terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN).

3. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena
DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden
selanjutnya menyatakan pembubaran DPR dan sebagai gantinya presiden
membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Dimana
semua anggotanya ditunjuk oleh presiden. Peraturan DPRGR juga ditentukan
oleh presiden. Sehingga DPRGR harus mengikuti kehendak serta kebijakan
pemerintah. Tindakan presiden tersebut bertentangan dengan UUD 1945 sebab
berdasarkan UUD 1945 presiden tidak dapat membubarkan DPR.

59
Tugas DPR GR adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan manifesto politik.


b. Mewujudkan amanat penderitaan rakyat.
c. Melaksanakan Demokrasi Terpimpin.

4. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara

Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan


Penetapan Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh Presiden
sendiri. Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12 orang wakil
partai politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil golongan. Tugas
DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan Presiden dan mengajukan usul
kepada Pemerintah.

Pelaksanaannya kedudukan DPAS juga berada dibawah pemerintah/presiden


sebab presiden adalah ketuanya. Hal ini disebabkan karena DPAS yang
mengusulkan dengan suara bulat agar pidato presiden pada hari kemerdekaan RI
17 AGUSTUS 1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang
dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) ditetapkan
sebagai GBHN berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960.

Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme


Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.

5. Pembentukan Front Nasional

Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959.


Front Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-
cita proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya
adalah menyatukan segala bentuk potensi nasional menjadi kekuatan untuk
menyukseskan pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Sukarno
sendiri. Tugas front nasional adalah sebagai berikut:

a. Menyelesaikan Revolusi Nasional.


b. Melaksanakan Pembangunan.

60
c. Mengembalikan Irian Barat.

6. Pembentukan Kabinet Kerja

Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil presiden
diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja mengalami tiga kali
perombakan (reshuffle). Program kabinet ini adalah sebagai berikut:

1. Mencukupi kebutuhan sandang pangan.


2. Menciptakan keamanan negara.
3. Mengembalikan Irian Barat.

7. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom

Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa demokrasi


parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa
dan bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada
masa demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan
pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
menyampaikan ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis).
Tujuannya untuk menggalang persatuan bangsa.

Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan paham berbagai golongan dalam


masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan menerima dan melaksanakan Nasakom
maka persatuan Indonesia akan terwujud. Ajaran Nasakom mulai disebarkan pada
masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja dengan upaya untuk
memperkuat kedudukan Presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja dengan
menolak presiden.

Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan


dan ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI
dengan mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela
NASAKOM. Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom
menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser
kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil
alih kedudukan dan kekuasaan pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan
presiden bahwa Presiden Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.

61
8. Adanya ajaran RESOPIM

Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan


Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno. Ajaran
Resopim diumumkan pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia ke-16.

Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan
bernegara harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan
dikendalikan oleh satu pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi
(PBR), yaitu Presiden Sukarno.

Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka kedudukan lembaga-lembaga tinggi


dan tertinggi negara ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan adanya
pemberian pangkat menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal
kedudukan menteri seharusnya sebagai pembantu presiden.

9. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

TNI dan Polri disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia


(ABRI) yang terdiri atas 4 angkatan yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan
Laut, TNI Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian. Masing-masing angkatan
dipimpin oleh Menteri Panglima Angkatanyang kedudukannya langsung berada
di bawah presiden. ABRI menjadi salah satu golongan fungsional dan kekuatan
sosial politik Indonesia.

10. Penataan Kehidupan Partai Politik

Pada masa demokrasi Parlementer, partai dapat melakukan kegiatan politik


secara leluasa. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin, kedudukan partai
dibatasi oleh penetapan presiden No. 7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi
syarat, misalnya jumlah anggota yang terlalu sedikit akan dibubarkan sehingga
dari 28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai.

Tindakan pemerintah ini dikenal dengan penyederhanaan kepartaian.

Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan pemerintah


terutama presiden. Kedudukan presiden yang kuat tersebut tampak dengan

62
tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah berjaya masa
demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Alasan pembubaran partai tersebuat adalah karena sejumlah anggota dari kedua
partai tersebut terlibat dalam pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua Partai
tersebut resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.

11. Arah Politik Luar Negeri Politik Mercusuar

Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa


Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di
seluruh dunia. Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek
besar dan spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada
kedudukan yang terkemuka di kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut
membutuhkan biaya yang sangat besar mencapai milyaran rupiah diantaranya
diselenggarakannya GANEFO (Games of the New Emerging Forces ) yang
membutuhkan pembangunan kompleks Olahraga Senayan serta biaya perjalanan
bagi delegasi asing. Pada tanggal 7 Januari 1965, Indonesia keluar dari
keanggotaan PBB sebab Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB.

Besarnya kekuasaan Presiden dalam Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin tampak


dengan:

1. Pengangkatan Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta
pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai- partai
besar serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri
yang tidak memimpin departemen.
2. Pidato presiden yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada
tanggal 17 Agustus 1959 yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik
Indonesia (Manipol) ditetapkan sebagai GBHN atas usul DPA yang
bersidang tanggal 23-25 September 1959.
3. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.
4. Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi yang berarti
sebagai presiden seumur hidup.

63
5. Pidato presiden yang berjudul ”Berdiri di atas Kaki Sendiri” sebagai
pedoman revolusi dan politik luar negeri.
6. Presiden berusaha menciptakan kondisi persaingan di antara angkatan,
persaingan di antara TNI dengan Parpol.
7. Presiden mengambil alih pemimpin tertinggi Angkatan Bersenjata dengan di
bentuk Komandan Operasi Tertinggi (KOTI).

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang


dipenjarakan.
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR.
3. Jaminan HAM lemah.
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan.
5. Terbatasnya peranan Pers.
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.

F. Pelaksanaan Demokrasi pada masa orde baru (1966 – 1998)

Berakhirnya pelaksanaan demokrasi terpimpin terjadi bersamaan dengan berakhirnya


Orde Lama. Orde berganti dengan Orde Baru. Masa pemerintahan baru ini berlangsung di
bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Segala macam penyimpangan yang terjadi di
masa Orde Lama dibenahi oleh Orde Baru. Orde Baru bertekad akan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Masa sejak tahun 1969 menjadi awal bagi bangsa Indonesia untuk hidup dengan harapan.
Pemerintah Orde Baru mulai melaksanakan pembangunan secara bertahap. Tahapan
pembangunan yang dikenal dengan sebutan Pelita (pembangunan lima tahun)
dilaksanakan menyeluruh di wilayah Indonesia. Pelaksanaan pembangunan meliputi
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi, pemerintah melaksanakan pemilihan umum


setiap 5 tahun sekali. Pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih anggota DPR/MPR.

64
Pemerintah Orde Baru berhasil menyelenggarakan pemilihan umum tahun 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, dan 1997.

Pelaksanaan Demokrasi pada masa Orde Baru juga terjadi berbagai penyimpangan, antara
lain:

1. Terjadi sentralistik kekuasaan yang menjurus pada otoriter.


2. Sentralisasi kekuasaan mengakibatkan pelaksanaan pembangunan tidak merata.
3. Merebaknya praktik-praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam
pemerintahan.
4. Terjadi monopoli di bidang perekonomian oleh kelompok tertentu yang dekat
dengankekuasaan.
5. Tidak adanya pembatasan jabatan Presiden.

G. Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 – Sekarang)

Berakhirnya masa Orde Baru, melahirkan era baru yang disebut masa reformasi. Orde
Baru berakhir pada saat Presiden Suharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil
Presiden B.J.

Habibie pada tanggal 21 Mei 1998. Pergantian masa juga mengubah pelaksanaan
demokrasi di Indonesia. Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada
dasarnya adalah demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis dengan


mengeluarkan peraturan perundangan, antara lain:

1. Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi.


2. Ketetapan Nomor VII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR tentang
Referendum.
3. Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bebas dari KKN.
4. Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI.
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV Sebagai bentuk
pelaksanaan demokrasi, pada masa reformasi dilaksanakan Pemilihan Umum 1999.

65
Pelaksanaan Pemilu 1999 merupakan salah satu amanat reformasi yang harus
dilaksanakan. Sebagai upaya perbaikan pelaksanaan Demokrasi, terdapat beberapa
langkah yang dilaksanakan, yaitu:
a. banyaknya partai politik peserta pemilu,
b. pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung,
c. pemilu untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR, MPR, dan
DPD.
d. pelaksanaan pemilu berdasarkan asas luber dan jurdil,
e. pemilihan kepala daerah secara langsung,
f. kebebasan penyampaian aspirasi lebih terbuka.

KESIMPULAN:

1. Demokrasi dalam Pancasila yang diterapkan di Indonesia merupakan jalan dan sarana
penting untuk mencapai Tujuan Bangsa, yaitu Masyarakat yang maju, adil dan
sejahtera. Itu hanya terwujud kalau kehidupan bangsa diliputi Dinamika dan
Kreativitasi yang tinggi.
2. Masa kepemimpinan orde baru merupakan masa kepemimpinan nasional yang
bertekad melaksanakan pancasiladan UUD 1945 secara murni dan knsekuen serta
bertujuan menegakkan keadilan.
3. Pelaksanaan demokrasi di masa orde lama memiliki prinsip Dasar sila keempat
Pancasila. Presiden menafsirkan bahwa kata dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaandalam permusyawaratan/perwakilan , berarti pimpinan terletak di
tangan “Pemimpin Besar Revolusi”.
4. Di masa reformasi ini, kebebasan masyarakat dalam menggunakan haknya lebih
terbuk dan meluas. Pengawasan terhadap pemerintah semakin dalam dilakukan oleh
masarakt.

LATIHAN 5:

1. Bagaimana sejarah pertumbuhan Demokrasi di Indonesia?.


2. Bagaimana Pelaksanaan Demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ) dan pada
masa demokrasi liberal (1950 – 1959)?.

66
3. Bagaimana Pelaksanaan Demokrasi pada masa terpimpin/ orde lama (1959 – 1965)
dan pada masa orde baru (1966 – 1998)?.
4. Bagaimana Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi (1998 – sekarang)?.

DAFTAR PUSTAKA

http://kenshinlp.blogspot.co.id/2014/12/makalah-demokrasi-di-indonesia.html

Adi, 2011. (http://www.adipedia.com/2011/04/perkembangan-demokrasi-di-

indonesia.html?=1) diakses pada tanggal 18 November, pukul 21:43

Anonim, 2010. Tuntas Pendidikan Kewarganegaraan. Graha Pustaka. Jakarta

Arifin, 2012 (http://arifin-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/05/

makalah-demokrasi.html?m=1) diakses pada tanggal 15 November 2013, pukul 20:08

Hendro, Saka. 2010. (http://sakauhendro.wordpress.com/demokrasi-dan- politik/pengertian-


demokrasi.html) diakses pada tanggal 17

November, pukul 22:29

Krisiyanto, 2009 (http://krizi.wordpress.com/2009/09/30/makalah

perkembangan-demokrasi-di-indonesia.html) diakses pada tanggal 20 November 2013, pukul


09:44

Rogaiyah, Alfitri. 2009. Jurnal PPKn dan Hukum: Demokrasi Kesetaraan atau

Kesenjangan. Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan

Sulfa, 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Halu Oleo.

Kendari

Wikipedia, 2013 (http://id.m.wikipedia.org/wiki/demokrasi.html)

https://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentang-demokrasi-indonesia/

67
PERTEMUAN KE – 6

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Hak Asasi Manusia.
3. Untuk mengetahui perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
4. Untuk mengetahui apa saja pelanggaran Hak Asasi Manusia.

B. Latar belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak Asasi
merupakan sebuah bentuk anugerah yang diturunkan oleh Tuhan sebagai sesuatu karunia
yang paling mendasar dalam hidup manusia yang paling berharga. Hak Asasi dilandasi
dengan sebuah kebebasan setiap individu dalam menentukan jalan hidupnya, tentunya
Hak asasi juga tidak lepas dari kontrol bentuk norma-norma yang ada. Hak-hak ini berisi
tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan,
keturunanan, jabatan, agama dan lain sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya
adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.

Terkait tentang hakikat hak asasi manusia, maka sangat penting sebagai makhluk ciptaan
Tuhan harus saling menjaga dan menghormati hak asasi masing-masing individu. Namun
pada kenyataannya, kita melihat perkembangan HAM di Negara ini masih banyak bentuk
pelanggaran HAM yang sering kita temui.

C. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang Undang No. 39 tahun 1999
pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan “Negara Republik Indonesia mengakui
dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang
secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi,
dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.”

68
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap
pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa
sebagai anugerah dari Tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan
atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan
martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan. Hak asasi mencangkup hak
hidup, hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Ditinjau dari berbagai
bidang, HAM meliputi:

1. Hak asasi pribadi (Personal Rights)


Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk agama.
2. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara.
Misalnya: memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.
3. Hak asasi ekonomi (Property Rights)
Misalnya: hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak bekerja dan
mendapatkan hidup yang layak.
4. Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).
5. Misalnya: mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan, hak pensiun, hak
mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.
6. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan Pemerintah (Rights
Of Legal Equality)
7. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum.

D. Ciri dan Tujuan Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal karena diyakini bahwa
beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis
kelamin.

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri
pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut:

1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan bagian dari
manusia secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya.

69
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar dan
membatasi orang lain.

Tujuan Hak Asasi Manusia, yaitu sebagai berikut:

1. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang -
wenangan.
2. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia.
3. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk
menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar.

E. HAM di Indonesia

Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku tiga undang-
undang dalam 4 periode, yaitu:

1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945,


2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku Konstitusi Republik
Indonesia Serikat.
3. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.

F. Komisi Nasional HAM

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
Negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan,
pemantauan dan mediasi hak asasi manusia.

Tujuan Komnas HAM antara lain:

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dengan Pancasila, UUD 1945 dan piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan.

70
G. Hak Asasi Manusia Dalam Perundang-undangan Nasional

Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk hukum
tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (Undang-undang
Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-
undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan
pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.

Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat,
karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam
ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang antara lain
melalui amandemen dan referendum. Sedangkan kelemahannya karena yang diatur
dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang
HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan
HAM melalui TAP MPR, kelemahannya tidak dapat memberikan sanksi hukum bagi
pelanggarnya. Sedangkan pengaturan HAM dalam bentuk Undang-Undang dan
peraturan pelaksanaannya kelemahan Hak–hak asasi manusia dan warga negara
menurut UUD 1945 mencakup :
1. Hak untuk menjadi warga negara (pasal 26).
2. Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum (pasal 27 ayat 1).
3. Hak atas persamaan kedudukan dalam pemerintahan (pasal 27 ayat 1).
4. Hak atas penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
5. Hak bela negara (pasal 27 ayat 3).
6. Hak untuk hidup (pasal 28 A).
7. Hak membentuk keluarga (pasal 28 B ayat 1).
8. Hak atas kelangsungan hidup dan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
bagi anak (pasal 28 B ayat 2).
9. Hak pemenuhan kebutuhan dasar (pasal 28 C ayat 1).
10. Hak untuk memajukan diri (pasal 28 C ayat 2).
11. Hak memperoleh keadilan hukum (pasal 28 d ayat 1).
12. Hak untuk bekerja dan imbalan yang adil (pasal 28 D ayat 2).
13. Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (pasal 28 D ayat 3).
14. Hak atas status kewarganegaraan (pasal 28 D ayat 4).
15. Kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,

71
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak
kembali (pasal 28 E ayat 1).
16. Hak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai
denga hati nuraninya (pasal 28 E ayat 2).
17. Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (pasal 28
E ayat 3).
18. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (pasal 28 F).
19. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta
benda (pasal 28 G ayat 1).
20. Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat manusia (pasal 28 G ayat 2).
21. Hak memperoleh suaka politik dari negara lain (pasal 28 G ayat 2).
22. Hak hidup sejahtera lahir dan batin (pasal 28 H ayat 1).
23. Hak mendapat kemudahan dan memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
(pasal 28 H ayat 2).
24. Hak atas jaminan sosial (pasal 28 H ayat 3).
25. Hak milik pribadi (pasal 28 H ayat 4).
26. Hak untuk tidak diperbudak (pasal 28 I ayat 1).
27. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (pasal 28 I ayat 1).
28. Hak bebas dari perlakuan diskriminatif (pasal 28 I ayat 2).
29. Hak atas identitas budaya (pasal 28 I ayat 3).
30. Hak kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat baik lisan
maupun tulisan (pasal 28).
31. Hak atas kebebasan beragama (pasal 29).
32. Hak pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1).
33. Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1).

nya pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan

Menurut UU no 26 Tahun 2000 pasal 1 tentang pengadilan HAM, Dalam Undang-


undang ini yang dimaksud dengan:

1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

72
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi Manusia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.
3. Pengadilan Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM Adalah
pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
4. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, baik sipil, militer, Maupun
polisi yang bertanggung jawab secara individual.
5. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
ada tidaknya suatu peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran hak asasi manusia
yang berat guna ditindaklanjuti dengan penyidikan sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang ini.

H. Hak–hak asasi manusia dan warga negara menurut UUD 1945 mencakup :
1. Hak untuk menjadi warga negara (pasal 26).
2. Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum (pasal 27 ayat 1).
3. Hak atas persamaan kedudukan dalam pemerintahan (pasal 27 ayat 1).
4. Hak atas penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
5. Hak bela negara (pasal 27 ayat 3).
6. Hak untuk hidup (pasal 28 A).
7. Hak membentuk keluarga (pasal 28 B ayat 1).
8. Hak atas kelangsungan hidup dan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
bagi anak (pasal 28 B ayat 2).
9. Hak pemenuhan kebutuhan dasar (pasal 28 C ayat 1).
10. Hak untuk memajukan diri (pasal 28 C ayat 2).
11. Hak memperoleh keadilan hukum (pasal 28 d ayat 1).
12. Hak untuk bekerja dan imbalan yang adil (pasal 28 D ayat 2).
13. Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (pasal 28 D ayat 3).
14. Hak atas status kewarganegaraan (pasal 28 D ayat 4).
15. Kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak
kembali (pasal 28 E ayat 1).

73
16. Hak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai
denga hati nuraninya (pasal 28 E ayat 2).
17. Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (pasal 28
E ayat 3).
18. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (pasal 28 F).
19. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta
benda (pasal 28 G ayat 1).
20. Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat manusia (pasal 28 G ayat 2).
21. Hak memperoleh suaka politik dari negara lain (pasal 28 G ayat 2).
22. Hak hidup sejahtera lahir dan batin (pasal 28 H ayat 1).
23. Hak mendapat kemudahan dan memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
(pasal 28 H ayat 2).
24. Hak atas jaminan sosial (pasal 28 H ayat 3).
25. Hak milik pribadi (pasal 28 H ayat 4).
26. Hak untuk tidak diperbudak (pasal 28 I ayat 1).
27. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (pasal 28 I ayat 1).
28. Hak bebas dari perlakuan diskriminatif (pasal 28 I ayat 2).
29. Hak atas identitas budaya (pasal 28 I ayat 3).
30. Hak kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat baik lisan
maupun tulisan (pasal 28).
31. Hak atas kebebasan beragama (pasal 29).
32. Hak pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1).
33. Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1).

I. Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Banyak macam Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus ham yang
terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak lepas
dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai pemegang
kekuasaan sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini.

1. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi:

74
a. Pembunuhan masal (genosida: setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa).
b. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan.
c. Penyiksaan.
d. Penghilangan orang secara paksa.
e. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis.
2. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi:
a. Pemukulan.
b. Penganiayaan.
c. Pencemaran nama baik.
d. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya.

KESIMPULAN:

Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan
dilindungi oleh setiap individu.
2. Rule of Law adalah gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja
maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan
perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan
perundang-undangan.
3. Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk hukum
tertulis yang memuat aturan tentang HAM.
a. Dalam konstitusi (Undang-undang Dasar Negara),
b. dalam ketetapan MPR (TAP MPR),
c. dalam Undang-undang, dan
d. dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah,
keputusan Presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak

75
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang, dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

LATIHAN 6:

1. Apa pengertian dan ruang lingkup Hak Asasi Manusia?


2. Bagaimana perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia?
3. Jelaskan Hak Asasi Manusia dalam perundang-undangan Nasional?.
4. Apa saja pelanggaran Hak Asasi Manusia?

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2007. “Pendidikan Kewarganegaraan”. Paradigma. Jogjakarta

Zaelani, Endang Sukaya.”Pendidikan Kewarganegaraan”.Paradigma.Jogjakarta

Herdiawanto, Hery.”Pendidikan Kewarganegaraan”.Erlangga.Jakarta

Azra,Azyumardi.”Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani”.ICCE


UIN.Jakarta

Raika, Tika.2012.Pengertian-hak-asasi-manusia. (diakses lewat internet)


inforingankita.blogspot.com/.../

Chieva,C.”Perkembangan dan pemikiran ham di Indonesia”.2012. (diakses lewat


internet)

chieva-chiezchua.blogspot.com

http://wwwmakalahkimiadasar.blogspot.co.id/2015/10/makalah-ham.html

http://makalahhakasasimanusiaham.blogspot.co.id/

76
PERTEMUAN KE – 7

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

A. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui pengertian hak dan kewajiban warga negara.
2. Mengetahui asas-asas kewarganegaraan.
3. Memahami hak dan kewajiban warga negara Indonesia.
4. Memahami hak dan kewajiban mahasiswa sebagai warga negara Indonesia.
5. Mampu membedakan antara konsep kewarganegaraan dan pewarganegaraan.
6. Mampu memahami kedudukan dan peran warga dalam negara.
7. Mampu memahami dan menjelaskan problem status kewarganegaraan sehingga
mampu menemukan solusi atas problem tersebut.

B. Latar Belakang

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam
praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas
dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih
berada dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban
bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat
pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan
kewajiban tidak berjalan secara seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi
suatu permasalahan yang akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan
kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.

Dalam hal ini sering terlihat permasalahan antara hak dan kewajiban, terutama dalam
bidang lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak bagi setiap warga negara.
Lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hal yang perlu
diperhatikan. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa “ Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “. Secara garis
besar dapat dijelaskan bahwa pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan
hak untuk setiap warga negara sebagai salah satu tanda adanya perikemanusiaan .
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan
yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak. Penghidupan yang layak

77
dapat diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar,
seperti sandang, pangan, dan papan.

C. Pengertian Hak, Kewajiban dan Warga Negara

Hak adalah: segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu
sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan. Hak pada umumnya
didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Hak
warga negara yang tercantum dalam UUD 1945 meliputi hak hidup, hak memperoleh
pendidikan, hak untuk melanjutkan keturunan, dan masih banyak lagi.

1. Contoh Hak Warga Negara Indonesia ;


a. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
b. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
c. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan.
d. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama
dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
e. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
f. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia
atau NKRI dari serangan musuh.
g. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,
berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang
yang berlaku.
h. Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan untuk
dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak
yang pantas untuk didapat dengan kata lain memberikan atau melakukan apa
yang harus kita lakukan demi kemajuan bangsa ke arah yang lebih baik.

2. Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia ;


a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh.
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).

78
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum
dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum
yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah Negara
tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.

D. Pengertian Warga Negara menurut para ahli


1. Kansil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal
pokok (domisili) dalam wilayah negara tersebut.
2. Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah
sebuah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai
seorang warga dari negara itu.
3. Sedangkan menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah anggota dari sebuah komunitas
yang membentuk itu sendiri.
4. Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh UUD 1945, pasal 26
menyatakan : “ warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang
disahkan undang-undang sebagai warga negara”.Sedangkan di dalam pasal 26 ayat 2
berbunyi, “Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-
undang”.
5. Pasal 1 UU No. 22/1958, dan UU Np. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia, menekankan kepada peraturan yang menyatakan bahwa warga negara RI
adalah orang yang berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian
dan atau peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi
warga negara RI.

Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan penanggung jawab kemajuan
dan kemunduran suatu negara. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi anggota atau
warga suatu negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat oleh negara tersebut.
Sebelum negara menentukan siapa yang menjadi warga negara, maka negara harus

79
mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali sebagaimana diatur pasal
28 E ayat (1) UUD 1945.

Pernyataan ini berarti bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat
diklasifikasikian menjadi:

1. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara
sesuai dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara
yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan negara melalui
kantor imigrasi.

Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2


kriterium.

1. Kriterium kelahiran
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
a. Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis.
Di dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara
berdasarkan asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
b. Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli. Di dalam asas
ini, seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di
mana dia dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara
tersebut.

Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan


mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara Ius
Soli dan Ius Sanguinis akan menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bi-
patride) atau tidak mempunya kewarganegaraan sama sekali (a-patride).
Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan kewarga negaraan seseorang
digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel
aktif dan stelsel pasif.

Pelaksanaan kedua stelsel ini kita bedakan dalam:

80
a. Hak Opsi, ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif);
b. Hak Reputasi, ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel
pasif).
2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang menyebabkan
seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai hak kewarganeraan negara lain.

E. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Hak dan kewajiban memiliki hubungan yang cukup erat dan tidak dapat dipisahkan.
Segala akibat yang ditimbulkan dari adanya hak tentunya ada kewajiban, Untuk itu
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, antara hak dan kewajiban dapat dijalankan
dengan imbang, karena kalau tidak dijalankan dengan imbang maka akan menimbulkan
pertentangan.

Hak kita sebagai warga negara yaitu mendapatkan sesuatu yang sama dari negara tanpa
membeda-bedakanya dengan warga negara lainnya. Sedangkan kewajiban kita sebagai
warga negara Indonesia yaitu memberikan atau melakukan apa yang harus kita lakukan
demi kemajuan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dan rela berkorban demi
tumpah darah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

F. Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945

Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang seharusnya diterima dan
dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan menjamin kelangsungan
kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945.

Hak dan kewajiban manusia sebagai warga negara tercantum dalam Undang-Udang
dasar 1945 mulai dari pasal 27 sampai dengan pasal 34 sebagai berikut:

1. Hak warga negara Indonesia


a. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
b. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dalam
kehidupannya (pasal 28A).
c. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).

81
d. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat 2).
e. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia (pasal 28C ayat 1).
f. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya (pasal 28C
ayat 2).
g. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28D ayat
1).
h. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2).
i. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan (pasal 28D ayat 3).
j. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya (pasal 28D ayat 4).
k. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (pasal 28E ayat 2).
l. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat (pasal 28E ayat 3).
m. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 28F).
n. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi (Pasal 28G ayat 1).
o. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain (Pasal 28G ayat 2).

82
p. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28H ayat 1).
q. Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28H ayat 2).
r. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (Pasal 28H ayat 3).
s. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 28H ayat 4).
t. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu (Pasal 28I ayat 2).
u. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 28J ayat 1).
v. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara (pasal 30 ayat 1).
w. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran (pasal 31 ayat 1).

2. Kewajiban warga negara Indonesia


a. Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
(Pasal 27 ayat 1).
b. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 28J ayat 1).
c. Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis (pasal 28J ayat 2).
d. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara (pasal 30 ayat 1).

83
3. Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dan Hubungan dengan Warga Negara
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“. Pasal tersebut menjelaskan bahwa
setiap individu sebagai anggota warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan
serta kehidupan yang layak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan
pendapatan yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak.
Penghidupan yang layak diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan
kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan dan papan.
Pada era globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan tuntutan hak tanpa
diimbangi dengan kewajiban. Disisi lain, masih terdapat pula hak yang kian tak
bersambut dengan kewajiban yang telah dilakukan. Kedua hal tersebut merupakan
pemicu terjadinya ketimpangan antara hak untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak dengan kewajiban yang tak kunjung dilaksanakan.
Tingginya angka akan tuntutan hak tanpa diimbangi dengan kewajiban, pada
umumnya disebabkan oleh adanya sifat malas dan kurangnya kemampuan dalam
suatu bidang pekerjaan. Sifat malas tersebut dapat menghambat individu sebagai
tenaga kerja untuk menjadi lebih produktif dan inovatif yang menyebabkan
tertundanya penghidupan yang layak, sedangkan kurangnya kemampuan memicu
pola pikir individu menjadi pesimis yang menyebabkan individu tidak dapat bergerak
kearah tingkat kehidupan yang lebih layak.
Hak yang tak kunjung bersambut atas pelaksanaan kewajiban yang telah dilakukan,
pada umumnya disebabkan oleh kurangnya perhatian baik dari pihak pemerintah
maupun swasta atas upah yang tidak sesuai dengan pelaksanaan kewajiban yang telah
dilakukan.
Hal tersebut dapat memicu gejolak masyarakat atas terjadinya ketimpangan akan hak
dengan kewajiban. Gejolak masyarakat timbul akibat adanya rasa ketidakpuasan
terhadap ketimpangan tersebut yang menyebabkan timbulnya berbagai demo hingga
mogok kerja. Fenomena tersebut merupakan hal yang seharusnya tidak perlu
dijumpai dalam kehidupan kewarganegaraan.

84
4. Pelaksanaan Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“. Bunyi ayat pasal tersebut secara teori
telah dijelaskan dalam UUD 1945, namun secara praktik belum dapat dikatakan
bahwa pelaksanaan akan pasal tersebut telah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari tingginya tingkat pengangguran dan warga negara dengan tingkat
kehidupan yang kurang layak. Pengangguran dapat disebabkan oleh berbagai macam
hal, terutama tingkat pendidikan dan kemampuan. Hal tersebut merupakan pemicu
terbesar dari tingginya tingkat pengangguran. Tingginya angka tingkat pengangguran
menyebabkan terjadinya ketidakefisienan terhadap kegiatan produksi yang
mengakibatkan semakin jauhnya tingkat kehidupan yang layak bagi warga negara.

Disisi lain, tingkat kehidupan yang kurang layak dapat disebabkan oleh sifat
malas dari warga negara tersebut yang tidak ingin mencoba merubah tingkat
kehidupannya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Pada umumnya, warga negara
demikian terfokus untuk menunggu uluran tangan dari individu lain maupun
pemerintah, tanpa melakukan suatu usaha sebagai kewajiban untuk memenuhi hak
penghidupan yang layak.

G. Tanggung jawab warga negara

Tanggung jawab warga negara merupakan pelaksanaan hak (right) dan kewajiban (duty)
sebagai warga negara dan bersedia menanggung akibat atas pelaksanaannya tersebut.

Bentuk tanggung jawab warga negara:

1. Mewujudkan kepentingan nasional.


2. Ikut terlibat dalam memecahkan masalah–masalah bangsa.
3. Mengembangkan kehidupan masyarakat ke depan (lingkungan kelembagaan).
4. Memelihara dan memperbaiki demokrasi.

H. Peran warga negara


1. Ikut berpartisipasi untuk mempengaruhi setiap proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan publik oleh para pejabat atau lembaga–lembaga negara.
2. Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan.
3. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.

85
4. Memberikan bantuan sosial, memberikan rehabilitasi sosial, mela- kukan pembinaan
kepada fakir miskin.
5. Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.
6. Mengembangkan IPTEK yang dilandasi iman dan takwa.
7. Menciptakan kerukunan umat beragama.
8. Ikut serta memajukan pendidikan nasional.
9. Merubah budaya negatif yang dapat menghambat kemajuan bangsa.
10. Memelihara nilai–nilai positif (hidup rukun, gotong royong, dan lain-lain).
11. Mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara.
12. Menjaga keselamatan bangsa dari segala macam ancaman.

KESIMPULAN:

Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada didalam kandungan,
sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban bagi individu dalam
melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak
yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Hak dan kewajiban merupakan suatu
hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang.

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“. Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap
individu sebagai anggota warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan serta
kehidupan yang layak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan
yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak. Penghidupan yang layak
diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti
sandang, pangan dan papan.

86
LATIHAN 7:

1. Apa itu hak, kewajiban dan warga negara?.


2. Apakah hak dan kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia?.
3. Bagaimana bunyi hak dan kewajiban menurut UUD 1945?.
4. Bunyi Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dan hubungan dengan warga negara?.
5. Bagaimana pelaksanaan Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945?.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. “Pendidikan Kewarganegaraan”. Paradigma, Jogjakarta, 2007.

Zaelani, Endang Sukaya. ”Pendidikan Kewarganegaraan”, Paradigma, Jogjakarta.

Herdiawanto, Hery.”Pendidikan Kewarganegaraan”.Erlangga.Jakarta

Azra, Azyumardi. ”Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani”. ICCE UIN.
Jakarta.

http://kenshinlp.blogspot.co.id/2014/12/makalah-demokrasi-di-indonesia.html

87
PERTEMUAN KE – 8

KETAHANAN NASIONAL

A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.
2. Untuk menambah kesadaran tentang pentingnya mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan.
3. Untuk menambah dan berkeinginan untuk selalu mencapai atau mewujudkan
apa yang menjadi tujuan nasional.
4. Untuk menambah wawasan dan ilmu tentang ketahanan nasional.

B. Latar Belakang

Latar Belakang Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh
bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain,
karena potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam
yang banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari
dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI,
ancaman dan gangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampai
yang idiologis. Meski demikian, bangsa Indonesia memegang satu komitmen bersama
untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia. Dorongan kesadaran bangsa yang
dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan dihadapkan pada lingkungan dunia yang
serba berubah akan memberikan motivasi dlam menciptakan suasana damai. Sejak
merdeka negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa. Tetapi bangsa Indonesia mampu mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatannya dari agresi Belanda dan mampu menegakkan wibawa
pemerintahan dari gerakan separatis. Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi
dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang
terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menggapai dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang dating dari luar dan dari dalam untuk
menjamin identitas, integrasi, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan
mencapai tujuan nasional. Konsepsi ketahanan nasional adalah konsepsi pengembangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan
yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan

88
terpadu berlandaskan UUD 1945 dan wawasan nusantara dengan kata lain konsepsi
ketahanan nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan
bangsa yang mengandung kemampuan mengembangan kekuatan nasional dengan
pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai
kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya
demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dam merata, rohaniah, dan jasmaniah.
Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional
terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.

Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwujudkan dalam hidup dan
kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan yang sebenar-
benarnyadan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuannasionalnya. Namun
demikian, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional itu bukan sesuatu yang mudah
diwujudkan karena dalam perjalanannya kearah itu akan muncul energi baik yang positif
maupun negatif yang memaksa suatu bangsa untuk mencari solusi terbaik, terarah,
konsisten, efektif, dan efisien.

Energi positif bisa muncul dari dua situasi kondisi yaitu dalam negeri dan luar negeri.
Kedua situasi kondisi itu akan menjadi motor dan stimulan untuk membangkitkan
kesadaran pada bangsa untuk membangun ketahanan nasional yang holistik dan
komprehensif. Di sisi lain, energi negatif juga akan muncul dari dua situasi kondisi tadi,
yang biasanya menjadi penghambat dan rintangan untuk membangun
ketahanan nasional.

Energi negatif biasanya muncul secara parsial tetapi tidak bisa dipungkiri dalam banyak
hal merupakan suatu produk yang tersistem dan terstruktur dengan rapi dalam
sistem operasional yang memakan waktu lama. Energi positif tersebut diatas dalam
banyak wacana biasanya disebut dengan daya dan upaya penguatanpembangunan suatu
bangsa dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Sementara itu, energi
negatif cenderung untuk menghambat dengan tujuan akhir melemahkan bahkan
menghancurkan suatu bangsa. Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah
bangsa melemahkan dan atau menghancurkan setiap tantangan, ancaman, rintangan dan
gangguan itulah yang yang disebut dengan Ketahanan Nasional. Oleh karena
itu,ketahanan nasional mutlak senantiasa untuk dibina dan dibangun serta
ditumbuhkembangkan secara terus-menerus dengan simultan dalam upaya

89
mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa. Lebih jauh dari itu adalah makin
tinggi tingkat ketahanan nasional suatu bangsa maka makin kuat pula posisi bangsa itu
dalam pergaulan dunia.

Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.


Sebagai konsekuensinya bangsa Indonesia harus mampu mempertahankan kemerdekaan
dan menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Bangsa Indonesia harus mampu
mempertahankan eksistensi, identitas,integritas bangsa,dan Negara. Untuk itu,bangsa
Indonesia harus memiliki ketangguhan dan kekuatan nasional agarmampu mengatasi
setiap tantangan,ancama,hambatan,dan gangguan dari manapun. Hal itulah yang
dimaksud dengan ketahanan nasional.

C. Pokok-Pokok Pikiran

Upaya pencapaian ketahanan nasional sebagai pijakan tujuan nasional yang disepakati
bersama didasarkan pada pokok-pokok pikiran berikut:

1. Manusia Berbudaya

Manusia adalah mahluk Tuhan yang pertama-tama berusaha menjaga,


mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, manusia
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dari yang paling pokok sampai yang paling
mutakhir baik yang bersifat materi maupun kejiwaan. Manusia dikatakan mahluk
Tuhan yang sempurna karena memiliki naluri, kemampuan berpikir, akal dan
berbagai ketrampilan, senantiasa berjuang. Untuk keperluan itu maka manusia hidup
berkelompok (homo socius) dan menghuni suatu wilayah tertentu yang dibinanya
dengan kemampuan dankekuasaannya (zoon politicon). Oleh karena itu,
manusia berbudaya senantiasa selalu mengadakan hubungan-hubungan sebagai
berikut:

a. Manusia dengan Tuhan dinamakan Agama/Kepercayaan.


b. Manusia dengan cita-cita dinamakan Ideologi.
c. Manusia dengan kekuatan/kekuasaan dinamakan Politik.
d. Manusia dengan pemenuhan kebutuhan dinamakan Ekonomi.
e. Manusia dengan penguasaan/pemanfaatan alam dinamakan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
f. Manusia dengan manusia dinamakan Sosial.

90
g. Manusia dengan rasa Keindahan dinamakan Seni/Budaya.
h. Manusia dengan rasa aman dinamakan Pertahanan dan Keamanan.

Dari uraian tersebut di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa manusia bermasyarakat
untuk mendapatkan kebutuhan

hidupnya yaitu kesejahteraan, keselamatan dan keamanan. Ketiga hal itu adalah
hakekat dari ketahanan nasional yang mencakup dan meliputi kehidupan nasional
yaitu aspek alamiah dan aspek sosial/kemasyarakatan sebagai berikut :

a. Aspek alamiah adalah:


1. Posisi dan lokasi geografi negara.
2. Keadaan dan kekayaan alam.
3. Keadaan dan kemampuan penduduk.
b. Aspek sosial/kemasyarakatan adalah:
1. Ideologi.
2. Politik.
3. Sosial.
4. Budaya.
5. Pertahanan dan Keamanan.

Aspek alamiah bersifat statis dan sering disebut denganistilah Trigatra, sedangkan
aspek sosial/kemasyarakatan bersifat dinamis disebut juga dengan istilah Pancagatra.
Kedua aspek itu biasanya disebut dengan Astagatra. Aspek-aspek di atas mempunyai
hubungan timbal balik antargatra yang sangat erat yang disebut dengan istilah
keterhubungan (korelasi) dan ketergantungan (interdependensi).

2. Tujuan Nasional, Falsafah Bangsa dan Ideologi Negara

Tujuan nasional menjadi pokok pikiran dalam ketahanan nasional karena suatu
organisasi apapun bentuknya dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkannya akan selalu berhadapan dengan masalahmasalah yang internal dan
ekternal, demikian pula dengan negara dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu situasi dan kondisi yang siap untuk menghadapinya.

Untuk Indonesia, falsafah dan ideologi menjadi pokok pikiran ketahanan nasional
diperoleh dari Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:

91
a. Alinea Pertama, menyebutkan bahwa ”sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”mempunyai makna :
”merdeka adalah hak semua bangsa”, ”penjajahan bertentangan dengan hak asasi
manusia”.
b. Alinea Kedua, menyebutkan ”dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia
yang merdeka, berdaulat adil dan makmur” mempunyai makna : ”adanya masa
depan yang harus diraih (cita-cita).
c. Alinea Ketiga, menyebutkan ”atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan
dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya mempunyai
makna: ”bila negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan
bernegara harus mendapat ridho Allah yang merupakan dorongan spiritual”.
d. Alinea Keempat, menyebutkan ”kemerdekaan dari pada itu untuk membentuk
suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatanrakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Alinea
itu mempunyai makna yaitu mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa
Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Pengertian Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang

92
dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat
membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak


terhindar dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang membahayakan
keselamatannya. Cara agar dapat menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa
Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang dinamakan
ketahanan nasional.

Kondisi atau situasi dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu berubah-ubah
tidak statik. Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya maupun besarnya.
Karena itu ketahanan nasional harus selalu dibina dan ditingkatkan, sesuai dengan
kondisi serta ancaman yang akan dihadapi. Dan inilah yang disebut dengan sifat
dinamika pada ketahanan nasional.

Kata ketahanan nasional telah sering kita dengar disurat kabar atau sumber-sumber
lainnya. Mungkin juga kita sudah memperoleh gambarannya.

Untuk mengetahui ketahanan nasional, sebelumnya kita sudah tau arti dari wawasan
nusantara. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik yang dimiliki suatu bangsa,
yang didalamnya terkandung keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan
kekuatan nasional.

Kekuatan ini diperlukan untuk mengatasi segala macam ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan yang langsung atau tidak langsung akan membahayakan kesatuan,
keberadaan, serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bisa jadi ancaman-ancaman
tersebut dari dalam ataupun dari luar.

E. Konsepsi Ketahanan Nasional

Konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan


kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan secara utuh dan terpadu berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dan wawasan
nusantara dengan kata lain konsepsi ketahanan nasional merupakan pedoman untuk
meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.
Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan

93
mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil
dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa
melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.

Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan politik bangsa
Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi
serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari
luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin
kelangsungan kehidupan politik bangsa dan negara Republik Indonesia berdasar
Pancasila dan UUD 1945.

Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari dalam
maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti dibawah
ini:

1. Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat bertahan, kuat
menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
2. Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam menggunakan
kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
3. Identitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan. Negara dilihat
dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi oleh wilayah
dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan peran
internasionalnya.
4. Integritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik unsur sosial
maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun fungsional.

94
5. Ancaman
Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau merombak
kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual, kriminal dan politis.
6. Hambatan dan gangguan
Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri sendiri yang bersifat dan
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.

F. Asas Ketahanan Nasional


Asas Ketahanan Indonesia adalah taat laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945,
dan Wawasan Nusantara, yang terdiri dari :
1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
Kesejahteraan dan kemakmuran dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan
merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan esensial. Dengan demikian,
kesejahteraan dan keamanan merupakan asa dalam sistem kehidupan nasional. Tanpa
kesejateraaan dan keamanan, sesitem kehidupan nasional tidak akan dapat
berlangsung. Kesejahteraan dan keamanan merupakan nilai intrinsik yang ada pada
sistem kehidupan nasuional itu sendiri. Kesejahtrean maupun keamanan harus selalu
ada, berdampingan pada kondisi apa pun. Dalam kehidupan nasional, tingkat
kesejahteraan dan keamanan nasional yang dicapai merupakan tolok ukur Ketahanan
Nasional.
2. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu.
Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa dalam bentuk
perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras pada seluruh
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketahanan Nasional
mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh dan
terpadu (komprehensif intergral).
3. Asas Mawas ke Dalam da Mawas ke Luar.
Sistem kehidupan naasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa
yang saling berinteraksi. Di samping itu, sistem kehidupan nasional juga berinteraksi
dengan linkungan sekelilingnya. Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul
berbagai dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan
sikap mawas ke dalam maupun keluar:

95
a. Mawas ke Dalam.
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan
nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemadirian yang proporsional untuk
meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.
b. Mawas ke Luar
Mawas Ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta
mengatasi dampak lingkungan stategis luar negeri dan menerima kenyataan
adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia internasional.
c. Asas Kekeluargaan.
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan kebersamaan, kesamaan,
gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perbedaan tersebut harus
dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak
berkembangkan menjadi konflik yang bersifat saling menghancurkan.

G. Sifat-Sifat Ketahanan Nasonal


1. Mandiri.
Ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan
keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta
bertumpu pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa.
2. Dinamis.
Ketahanan nasional tidaklah tetap melainkan dapat meningkat dan atau menurun
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara serta kondisi lingkungan
strategisnya.
3. Wibawa.
Makin tinggi tingkat ketahanan nasional Indonesia makin tinggi pula nilai
kewibawaan nasional yang berarti makin tinggi tingkat daya tangkal yang dimiliki
bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan kerjasama.
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan
antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata tetapi lebih pada
sikap konsultatif dan kerjasama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada
kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

96
H. Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional
1. Kedudukan.
Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh
bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu di implementasikan secara
berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin diwujudkan,
wawasan nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan sebagai landasan
konseptual, yang didasari oleh Pancasil sebagai landasan ideal dan UUD sebagai
landasan konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
2. Fungsi.
Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional perlu
dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak dan pola
kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional (wilayah),
inter – sektoral maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada
cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila
penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana, yang
bahkan berpotensi dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi
sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah dan
pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional disegala bidang dan sektor
pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.

I. Hakekat Ketahanan Nasional

Pada hekekatnya ketahanan nasional ialah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa
untuk menjamin kelangsungan hidupnya.Penyelenggaraan ketahanan nasional dilakukan
melalui pendekatan keamanan dan kesejahteraan:

1. Kesejahteraan digugakan untuk mewujudkan ketahanan yang berbntuk kemampuan


bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya menjadi
kemakmuran yang adil merata, baik jasmani maupun rohani.
2. Keamanan adalah kemampuan dalam melindungi keberadaa nbangsa, serta
melindungi nilai-nilai luhur bangsa terhadap segala ancaman dari dalam maupun dari
luar.
3. Kedua pendekatan keamanan dan kesejahteraan telah dugunakan bersama-
sama.Pendekatan mana yang ditekankan tergantung pada kondisi dan situasi nasional
dan internasional. Penyelenggaraan kesejahteraan memerlukan tingkat keamanan

97
tertentu, demikian pula keadaaan sebaliknya. Dengan demikian evaluasi
penyelenggaraan ketahanan nasional sekaligus memberikan gambaran tentang tingkat
kesejahteraan dan keamanan suatu bangsa.
4. Konsep ketahanan dikembangkan berdasarkan konsep wawasan nusantara, sehingga
konsep ketahanan nasional dapat dipahami dengan baik apabila telah memahami
wawasan nusantara.

J. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional Pada Kehidupan Bernegara

Ketahanan nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata) kehidupan nasional
dalam berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap-tiap aspek relatif berubah menurut waktu,
ruang dan lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis sehingga interaksinya
menciptakan kondisi umum yang sulit dipantau karena sangan komplek. Konsepsi
ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung kehidupan,
yaitu:

1. Aspek Ilmiah ( STATIS ).


a. Geografi.
b. Kependudukan.
c. Sumber kekayaan alam.
2. Aspek Sosial ( DINAMIS ).
a. Aspek Ideologi ( Pengaruh Aspek Ideologi )
Ideologi adalah Suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang
memberikan motivasi. Dalam Ideologi terkandung konsep dasar tentang
kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa. Keampuhan ideologi tergantung pada
rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta menjamin segala
aspirasi hidup dan kehidupan manusia. Suatu ideologi bersumber dari suatu aliran
pikiran/falsafah dan merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri.
1. Ideologi Dunia.
a. Liberalisme(Individualisme) Negara
Adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak
semua orang (individu) dalam masyarakat (kontraksosial). Liberalisme
bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir dan
tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa terkecuali
atas persetujuan dari yang bersangkutan. Paham liberalisme mempunyai

98
nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan kepentingan pribadi yang
menuntut kebebasan individu secara mutlak. Tokoh: Thomas Hobbes,
John Locke, J.J. Rousseau, Herbert Spencer, Harold J. Laski.
b. Komunisme (ClassTheory) Negara
Adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas lain. Golongan
borjuis menindas golongan proletar (buruh), oleh karena itu kaum buruh
dianjurkan mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara
dari kaum kapitalis dan borjuis, dalam upaya merebut kekuasaan /
mempertahankannya, komunisme, akan:
a) Menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan
tertentu serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
b) Atheis, agama adalah racun bagi kehidupan masyarakat.
c) Mengkomuniskan dunia, masyarakat tanpa nasionalisme.
d) Menginginkan masyarakat tanpa kelas, hidup aman, tanpa
pertentangan, perombakan masyarakat dengan revolusi.
c. Paham Agama Negara membina kehidupan keagamaan umat dan bersifat
spiritual religius. Bersumber pada falsafah keagamaan dalam kitab suci
agama. Negara melaksanakan hukum agama dalam kehidupan dunia.

2. Ideologi Pancasila
Merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya
bangsa Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh
sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang
terkandung didalamnya. Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi
dinamik kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta
gangguan yang dari luar/dalam, langsung/tidak langsung dalam rangka
menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Untuk mewujudkannya diperlukan kondisi mental bangsa yang berlandaskan
keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara serta pengamalannya yang konsisten dan berlanjut.
Untuk memperkuat ketahanan ideologi perlu langkah pembinaan sebagai
berikut:
99
a. Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif.
b. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan dan
diaktualisasikan agar mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara.
c. Bhineka Tunggal Ika dan Wasantara terus dikembangkan dan ditanamkan
dalam masyarakat yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah.
d. Contoh para pemimpin penyelenggara negara dan pemimpin tokoh
masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar.
e. Pembangunan seimbang antara fisik material dan mental spiritual untuk
menghindari tumbuhnya materialisme dan sekularisme.
f. Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada anak didik dengan cara
mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain.

3. Aspek Politik ( Pengaruh Aspek Politik ) Politik berasal dari kata


politics dan atau policy yang berarti kekuasaan (pemerintahan) atau
kebijaksanaan.
a. Dalam Negeri Adalah kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan
Pancasila dan UUD ’45 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat
mendorong partisipasi masyarakat dalam satu system yang unsur-
unsurnya:
1. StrukturPolitik Wadah penyaluran pengambilan keputusan untuk
kepentingan masyarakat dan sekaligus wadah dalam
menjaring/pengkaderan pimpinan nasional.
2. ProsesPolitik Rangkaian pengambilan keputusan tentang berbagai
kepentingan politik maupun kepentingan umum yang bersifat
nasional dan penentuan dalam pemilihan kepemimpinan yang
akhirnya terselenggara pemilu.
3. BudayaPolitik Pencerminan dari aktualisasi hak dan kewajiban
rakyat dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
yang dilakukan secara sadar dan rasional melalui pendidikan politik
dan kegiatan politik sesuai dengan disiplinnasional.

100
4. KomunikasiPolitik Hubungan timbal balik antar berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik rakyat sebagai
sumber aspirasi maupun sumber pimpinan-pimpinan nasional.

b. Luar Negeri Salah satu sasaran pencapaian kepentingan nasional dalam


pergaulan antar bangsa.
Landasan Politik Luar Negeri yaitu: Pembukaan UUD 1945,
melaksanakan ketertiban dunia, berdasar kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial dan anti penjajahan karena tidak sesuai dengan
kemanusiaan dan keadilan. Politik Luar Negeri Indonesia adalah bebas
dan aktif.

Bebas yaitu Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada


dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

Aktif yaitu Indonesia dalam percayuran internasional tidak bersifat reaktif


dan tidak menjadi obyek, tetapi berperan atas dasar cita-citanya. Untuk
mewujudkan ketahanan aspek politik diperlukan kehidupan politik bangsa
yang sehat dan dinamis yang mengandung kemampuan memelihara
stabilitas politik yang bersadarkan Pancasila UUD ‘45 Ketahanan pada
aspek politik dalam negeri yaitu Sistem pemerintahan yang berdasarkan
hukum, mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan
pendapat. Kepemimpinan nasional yang mengakomodasikan aspirasi yang
hidup dalam masyarakat Ketahanan pada aspek politik luar negeri dengan
meningkatkan kerjasama internasional yang saling menguntungkan dan
meningkatkan citra positif Indonesia. Kerjasama dilakukan sesuai dengan
kemampuan dan demi kepentingan nasional. Perkembangan, perubahan,
dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji dengan seksama.memperkecil
ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan dengan negara industri maju.
Mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban dunia. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan
diplomasi negatif negara lain dan hak-hak WNI di luar negeri perlu
ditingkatkan.

101
4. Aspek Ekonomi ( Pengaruh Aspek Ekonomi ).

a. Aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan


bagi masyarakat meliputi: produksi, distribusi, dan konsumsi barang-
barang jasa.

b. Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara individu


maupun kelompok, serta cara-cara yang dilakukan dalam kehidupan
bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Sistem perekonomian yang
diterapkan oleh suatu negara akan memberi corak terhadap kehidupan
perekonomian negara yang bersangkutan. Sistem perekonomian liberal
dengan orientasi pasar secara murni akan sangat peka terhadap pengaruh-
pengaruh dari luar, sebaliknya sistem perekonomian sosialis dengan sifat
perencanaan dan pengendalian oleh pemerintah kurang peka terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar. Perekonomian Indonesia = Pasal 33 UUD
’45, Sistem perekonomian sebagai usaha bersama berarti setiap warga
negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam menjalankan
roda perekonomian dengan tujuan untuk mensejahterakan bangsa. Dalam
perekonomian Indonesia tidak dikenal monopoli dan monopsoni baik oleh
pemerintah/swasta. Secara makro sistem perekonomian Indonesia dapat
disebut sebagai sistem perekonomian kerakyatan. Wujud ketahanan
ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan
dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional
dengan daya saing tinggi dan mewujudkan kemampuan rakyat.

Untuk mencapai tingkat ketahanan ekonomi perlu pertahanan terhadap


berbagai hal yang menunjang, antara lain: Sistem ekonomi Indonesia
harus mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan yang adil dan merata.
Ekonomi Kerakyatan Menghindari:

1. Sistem free fight liberalism: Menguntungkan pelaku ekonomi yang


kuat.
2. Sistem Etastisme: Mematikan potensi unit-unit ekonomi diluar sektor
negara.

102
3. Monopoli: Merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita
keadilan sosial.
4. Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang antara sektor
pertanian, perindustrian dan jasa.
5. Pembangunan ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama dibawah
pengawasan anggota masyarakat memotivasi dan mendorong peran
serta masyarakat secara aktif.
6. Pemerataan pembangunan.
7. Kemampuan bersaing.

5. Aspek Sosial Budaya ( Pengaruh Aspek Sosial budaya )


Sosial = Pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung
nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungan, solidaritas yang
merupakan unsur pemersatu Budaya = Sistem nilai yang merupakan hasil
hubungan manusia dengan cipta rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-
gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung penggerak kehidupan.
Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia, lingkungan
alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan sejarah. Dalam setiap
kebudayaan daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh
budaya asing (local genuis). Local genuis itulah pangkal segala kemampuan
budaya daerah untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kebuadayaan nasional merupakan hasil (resultante) interaksi dari budaya-
budaya suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian
diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Interaksi budaya harus
berjalan secara wajar dan alamiah tanpa unsur paksaan dan dominasi budaya
terhadap budaya lainnya. Kebudayaan nasional merupakan identitas dan
menjadi kebanggaan Indonesia. Identitas bangsa Indonesia adalah manusia
dan masyarakat yang memiliki sifat-sifat dasar:
a. Religius.
b. Kekeluargaan.
c. Hidup seba selaras.
d. Kerakyatan.
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial
budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung
103
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang maha esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan
sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta
kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan
kebudayaan nasional.
6. Aspek Ketahanan Keamanan ( Pengaruh Aspek Ketahanan keamanan )
Pertahanan Keamanan Indonesia.
Kesemestaan daya upaya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu sistem
ketahanan keamanan negara dalam mempertahankan dan mengamankan
negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan negara RI.
Pertahanan keamanan negara RI dilaksanakan dengan menyusun,
mengerahkan, menggerakkan seluruh potensi nasional termasuk kekuatan
masyarakat diseluruh bidang kehidupan nasional secara terintegrasi dan
terkoordinasi. Penyelenggaraan ketahanan dan keamanan secara nasional
merupakan salah satu fungi utama dari pemerintahan dan negara RI dengan
TNI dan Polri sebagai intinya, guna menciptakan keamanan bangsa dan
negara dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional Indonesia. Wujud
ketahanan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal bangsa yang
dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung
kemampuan memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara
(Hankamneg) yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya
serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala
bentuk ancaman. Postur kekuatan pertahanan keamanan mencakup:
a. Struktur kekuatan.
b. Tingkat kemampuan.
c. Gelar kekuatan.

Untuk membangun postur kekuatan pertahanan keamanan melalui empat


pendekatan:

1. Ancaman.
2. Misi.
3. Kewilayahan.

104
4. Politik Pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari luar dan
menjadi tanggung jawab TNI.

Keamanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari dalam negeri dan menjadi
tanggung jawab Polri. TNI dapat dilibatkan untuk ikut menangani masalah
keamanan apabila diminta atau Polri sudah tidak mampu lagi karena eskalasi
ancaman yang meningkat ke keadaan darurat. Secara geografis ancaman dari luar
akan menggunakan wilayah laut dan udara untuk memasuki wilayah Indonesia
(initial point). Oleh karena itu pembangunan postur kekuatan pertahanan keamanan
masa depan perlu diarahkan kepada pembangunan kekuatan pertahanan keamanan
secara proporsional dan seimbang antara unsur-unsur utama. Kekuatan Pertahanan =
AD, AL, AU.

Dan unsur utama Keamanan = Polri. Gejolak dalam negeri harus diwaspadai karena
tidak menutup kemungkinan mengundang campur tangan asing (link up) dengan
alasan-alasan:

a. Menegakkan HAM.
b. Demokrasi.
c. Penegakan hokum.
d. Lingkungan hidup.
Mengingat keterbatasan yang ada, untuk mewujudkan postur kekuatan pertahanan
keamanan kita mengacu pada negara-negara lain yang membangun kekuatan
pertahanan keamanan melalui pendekatan misi yaitu: untuk melindungi diri sendiri
dan tidak untuk kepentingan invasi (standing armed forces):
a. Perlawanan bersenjata = TNI, Polri, Ratih (rakyat terlatih) sebagai fungsi
perlawanan rakyat.
b. Perlawanan tidak bersenjata = Ratih sebagai fungsi dari TIBUM, KAMRA,
LINMAS.
c. Komponen pendukung = Sumber daya nasional sarana dan prasarana serta
perlindungan masyarakat terhadap bencana perang.

105
Ketahanan pada Aspek Pertahanan Keamanan:

a. Mewujudkan kesiapsiagaan dan upaya bela negara melalui penyelenggaraan


SISKAMNAS.
b. Indonesia adalah bangsa cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan
kedaulatan.
c. Pembangunan pertahanan keamanan ditujukan untuk menjamin perdamaian dan
stabilitas keamanan.
d. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan harus dilindungi.
e. Mampu membuat perlengkapan dan peralatan pertahanan keamana
f. Pembangunan dan penggunaan kekuatan pertahanan keamanan diselenggarakan
oleh manusia-manusia yang berbudi luhur, arif, bijaksana, menghormati HAM,
menghayati nilai perang dan damai.
g. TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang berpedoman pada Sapta Marga.
h. Polri sebagai kekuatan inti KAMTIBMAS berpedoman pada Tri Brata dan
Catur Prasetya.

K. Keberhasilan Ketahanan Nasional

Kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan ketahanan nasional yang mencakup


aspek ideologi, politik,ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan,
sehingga ketahanan nasional adalah kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah NKRI yang dilandasi
oleh landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional
Wawasan Nasional. Utnuk mewujudkan keberhasilan ketahanan nasional diperlukan
kesadaran setiap warga negara Indonesia, yaitu:

1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang
berupa keuletan dan ketangguhan yang tidak mengenal menyerah yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka
menghadapi segala ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang
dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsunganhidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional.
2. Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga setiap warga

106
negara Indonesia baik secara individu maupun kelompok dapat mengeliminir
pengaruh tersebut, karena bangsa Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta
kemerdekaan. Hal itutercermin akan adanya kesadaran bela negara dan cinta tanah
air.Apabila setiap warga negara Indonesia memiliki semangat perjuangan bangsa dan
sadar serta peduli terhadap pengaruh yang timbul dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara serta dapat mengeliminir pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan
tercermin keberhasilan ketahanan nasional Indonesia. Untuk mewujudkan ketahanan
nasional diperlukan suatu kebijakan umum dari pengambil kebijakan yang
disebut Politik dan Strategi Nasional (Polstranas).

KESIMPULAN:

Ketahanan nasional (tannas) Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang
meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan , baik
yang datang dari dalam maupun luar untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan Negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional.

Ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan, dibina
terus menerus dan sinergis, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional
bermodalkan keuletan dan ketangguhan yan mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional. Proses berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan
berdasarkan pemikiran geostrategic yang dirancang dengan memerhatikan kondisi bangsa
dan konstelasi georafi Indonesia.

Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional


melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang,
serasi dan selaras dalam selurh aspek kehidupan secara utuh dan menyelurh serta terpadu
berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara. Konsepsi ini merupakan
pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan.

107
LATIHAN 8:

1. Apa Pengertian Ketahanan Nasional?.


2. Bagaimana Konsepsi Ketahanan nasional?.
3. Apa saja Aspek Ketahanan Nasional?.
4. Bagaimana Sifat-sifat Ketahanan Nasional?.
5. Bagaimana Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional?.
6. Bagaimana Hakekat Ketahanan Nasional?.
7. Apa Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional Pada Kehidupan Bernegara?.

DAFTAR PUSTAKA

http://mawarmerahtakberdurii.wordpress.com/2012/12/07/makalahketahanan-nasional/

http://www.naynienay.wordpress.com

http://www.organisasi.org

http://pancasilazone.blogspot.com
http://riechihuhu.wordpress.com/2010/04/20/ketahanan-nasional/

www.slideshare.net/theshizuka11/ketahanan-nasional-14455072

http://www.tugaskuliah.info/2010/03/makalah-ketahanan-nasional

http://tamanpintarbaca.blogspot.co.id/2015/03/makalah-ketahanan-nasional.html

108
PERTEMUAN KE – 9

BELA NEGARA

A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk menjelaskan makna Bela Negara.
2. Untuk menjelaskan implementasi Bela Negara dalam kehidupan.
3. Untuk mengetahui Peraturan Perundang-undangan tentang Wajib Bela Negara.

B. Latar Belakang.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dasar kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.
232/U/2000. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) ialah kelompok bahan
kajian dari mata pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, berkepribadian mantap dan
mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kesadaran bela negara merupakan satu hal yang esensial dan harus dimiliki oleh setiap
warga negara Indonesia (WNI), sebagai wujud penunaian hak dan kewajibannya dalam
upaya bela negara. Kesadaran bela negara menjadi modal dasar sekaligus kekuatan
bangsa, dalam rangka menjaga keutuhan, kedaulatan serta kelangsungan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945) mengatur mengenai Upaya Bela Negara yaitu ketentuan Pasal 27 Ayat (3):
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara,” dan
Pasal 30 Ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”
Upaya bela negara harus dilakukan dalam kerangka pembinaan kesadaran bela negara
sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan WNI yang memahami dan menghayati serta
yakin untuk menunaikan hak dan kewajibannya. Pembinaan tersebut salah satunya
dilakukan oleh pendidik (guru dan dosen) yang perannya, baik dalam kegiatan kurikuler
maupun ekstrakurikuler, bertanggung jawab untuk mengajar dan mendidik, membina
kepribadian dan akhlak yang baik dan mulia serta melaksanakan pendidikan dalam
rangka membangun karakter bangsa yang unggul, terhadap peserta didiknya sebagai
generasi penerus bangsa dan negara. Hal ini merupakan upaya yang harus dilakukan
secara terus menerus, bertahap, bertingkat dan berkelanjutan (nation and character

109
building is a never ending process) guna menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kemajuan suatu bangsa tergantung dari besarnya perhatian dan upaya bangsa itu dalam
mendidik generasi mudanya. Jika anak bangsa memperoleh kesempatan yang seluas-
luasnya untuk mengembangkan bakat, kemampuan dan kecakapannya, mendalami ilmu
pengetahuan, serta mengembangkan disiplin, watak, kepribadian, keluhuran budi pekerti,
nasionalisme dan karakter yang berkualitas (unggul) serta akhlak yang mulia, maka bisa
dikatakan bangsa tersebut akan memiliki masa depan yang cerah. Bangsa Indonesia ingin
pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat dicapai
apabila masyarakat dan bangsa kita juga merupakan masyarakat dan bangsa yang baik
(good society and nation), damai, adil dan sejahtera, sebagaimana yang telah diwasiatkan
oleh para pendiri bangsa (founding fathers) dalam Pembukaan UUD 1945.

C. Pengertian Bela Negara

Bela negara adalah sikap dan perilaku warganegara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (UU No.3
tahun 2002).

 Keikutsertaan warganegara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui:


1. Pendidikan Kewarganegaraan;
2. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
3. Pengadilan sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela dan
secara wajib;
4. Pengabdian sesuai dengan profesi (UU No. 3 tahun 2002).

Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945, bahwa usaha bela negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini menunjukka adanya asas
demokrasi dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti:

Pertama, bahwa setiap warganegara turut serta daam menentukan kebijakan tentang
pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan
perundang-undangan yang berlaku.

110
Kedua, bahwa setiap warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan
negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.

Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 3 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Artinya setiap warga negara memiliki
wewenang menggunakan hak selaku warga negara dalam membela negara. Tidak ada
hak untuk orang lain atau kelompok lain melarangnya. Demikian juga setiap warga
negara wajib membela negaranya jika negara dalam keadaan bahaya.

Misalnya ada ancaman dari dalam maupun dari luar yang berupaya mengancam
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka setiap warga negara harus
membela dan mempertahankan tegaknya NKRI. Kata “Wajib” sebagaimana terdapat
dalam UUD 1945, mengandung makna bahwa negara dapat memaksa warga negara
untuk ikut dalam pembelaan negara.

Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga Negara yang teratur, menyeluruh,
terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa
dan bemegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi Negara,
kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar maupun dari
dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan Negara, kesatuan dan
persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila
dan UUD 1945 (Basrie, 1998: 8).

Bela Negara merupakan sikap setiap individu dengan semangat kejuangan pantang
menyerah dalam jiwa Sapta Marga, dilandasi keimanan dan ketaqwaan, berniat tekad
bulat tanpa pamrih dan berani rela berkorban melaksanakan bela Negara dengan didasari
sikap profesionalitas dan integritasnya untuk bersama-sama mencapai tujuan Negara
yang aman dengan landasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 demi kejayaan
Negara (Yulianto, 2013:365).

D. Makna Bela Negara


Dalam menyelenggarakan Hankamnas, setiap warga Negara mempunyai hak dan
kewajiban yang ditetapkan dan dijamin oleh UUD 1945 yang merupakan kehormatan
dan dilaksanakan dengan penuh keasadaran, tanggung jawab dan rela berkorban dalam
pengabdiannya kepada bangsa dan Negara.

111
Upaya Hankamneg mencakup pembentukan dan penggunaan sumber daya buatan dan
segenap prasarana fisik dan prasarana psikis bengsa dan Negara. Hankamneg yang
mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan Negara sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional diartikan sebagai keikutsertaan seluruh rakyat secara aktif dalam
Sishakamrata bukan dengan mempersenjatai seluruh rakyat secara fisik untuk
mengadakan perlawanan fisik, melainkan merupakan keikutsertaan seluruh rakyat dalam
upaya Hankamneg melalui bidang profesinya masing-masing.
Dengan demikian setiap warga Negara melakukan usaha Hankamneg sebagai bagian dari
pelaksanaan bidang profesi atau pekerjaan masing-masing atau merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari.
Salah satu bentuk keikutsertaan rakyat dalam upaya Hankamneg diselenggarakan melalui
Pendidikan Bela Negara (PPBN) sebagai bagian tidak terpisahkan dari Sistem
Pendidikan Nasional. Dengan Pendahuluan Bela Negara yang dilaksanakan melalui
pendidikan disekolah maupun pendidikan diluar sekolah akan dihasilkan wrga Negara
yang cinta tanah air, rela berkorban bagi bangsa dan Negara, yakin akan kesaktian
Pancasila dan UUD 1945 serta mempunyai kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga Negara yang bertanggung jawab. PPBN merupakan proses menuju kepada
kualitas manusia yang lebih baik, yakni manusia yang mampu menghadapi tantangan-
tantangan dimasa depan yang dapat menjamin tetap tegaknya identitas dan integritas
bangsa.
PPBN wajib diikuti oleh setiap warga Negara dan diberikan secara bertahap sesuai usia,
tingkat pendidikan dan perkembangan jiwa. Penyelenggaraan PPBN secara bertahap dan
berlanjut ini merupakan usaha pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya
yang berdasarkan ideology Pancasila, yang dapat menumbuhkan kecintaan terhadap
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, kerelaan berkorban pada Negara dan
bangsa serta kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara Indonesia yang
bertanggung jawab.
Penyelenggaraan PPBN tidak saja ditunjukkan untuk menghasilkan kualitas manusia
Indonesia yang dapat mengembangkan kemampuan dan kesediaan untuk
mempertahankan dan membela bangsa, Negara, dan tanah air, tetapi juga memberikan
bekal sebagai warga Negara bangsa Indonesia yang baik, terutama dalam
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bangsa dan Negara serta
membangkitkan motivasi dan dedikasi berupa rasa turut memiliki, rasa ikut bertanggung

112
jawab serta turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional guna mewujudkan suatu
masyarakat yang tata tentram kertaraharja.
Warga masyarakat telah menghayati hak dan kewajiban dalam upaya Hankamneg, secara
naluriah akan merasakan bahwa gangguan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dan
dapat mengganggu kelancaran kegiatan masyarakat, pada prinsipnya akan mengganggu
pribadinya dan secara spontan akan berusaha untuk meniadakannya baik secara
perorangan maupun berpartisipasi kedalam fungsi keikutsertaan rakyat dalam Pertahanan
Keamanan Negara, Kepribadian dengan tanggung jawab demikian merupakan factor
penting dalam mempertahankan, memelihara, ataupun mengembangkan kehidupan
masyarakat dan akan menanggap partisipasinya kedalam fungsi Pertahanan dan
Keamanan Negara (Hankamneg) sebagai kewajiban dan kepentingan pribadinya.
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaanya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara (UU No.3 tahun 2002).
Upaya bela Negara selain sebagai dasar kewajiban manusia, juga merupakan kehormatan
bagi setiap warganegara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggungjawab,
dan rela berkorban dalam pengabdian kepada Negara dan bangsa.
Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945, bahwa usaha bela Negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini menunjukkan adanya asas
demokrasi dalam pembelaan Negara yang mencakup dua arti, yaitu:
Pertama, bahwa setiap warga Negara berhak ikut serta dalam menentukan kebijakan
tentang pembelaan Negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD
1945 dan perundang-undangan yang berlaku.
Kedua, bahwa setiap warga Negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-
masing.

 Keikutsertaan warga Negara dalam upaya Bela Negara diselenggarakan


melalu:
1. Pendidikan kewarganegaraan;
2. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
3. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela dan
secara wajib;
4. Pengabdian sesuai dengan profesi (UU Nomer 3 tahun 2002).

113
Usaha pembelaan Negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan hak dan
kewajibannya. Kesadaran bela Negara perlu ditumbuhkan secara terus menerus antara
lain melalui proses pendidikan disekolah maupun diluar sekolah dengan memberikan
motivasi untuk mencintai tanah air dan abngga sebagai bangsa Indonesia. Motivasi untuk
membela Negara dan bangsa akan berhasil jika setiapawarga Negara memahami
kelebihan atau keunggulan dan kelemahan bangsa dan negaranya. Motivasi setiap warga
Negara untuk ikut serta membela Negara Indonesai juga dipengaruhi oleh berbagai factor
antara lain pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia, letak geografis Indonesia
yang strategis, kekayaan sumber daya alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Disamping itu setiapwarga Negara hendanya juga memahami kemungkinan adanya
ancaman terhadap eksistensi bangsa dan Negara Indonesia, baik yang dating dari dalam
negeri maupun dari luar negeri yang masing-masing dapat berdiri sendiri atau saling
pengaruh mempengaruhi.
Dewasa ini ancaman dapat diartikan sebagai kekhawatiran akan jaminan hidup sehari-
hari, artinya ancaman telah bergeser bentuknya dari ancaman senjata menjadi ancaman:
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kelaparan, penyakut yang belum ditemukan
obatnya, kelangkaan lapangan kerja, tindakan kesewenangan penguasa, kriminalitas,
SARA, disintregasi nasional, terorisme, perdagangan narkotika, masa depan generasi
muda.
 Berikut adalah unsur-unsur dan Dasar Hukum Bela Negara, yaitu:
1. Unsur-unsur Bela Negara, diantaranya:
a. Cinta tanah air.
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara.
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e. Memiliki kemampuan awal Bela Negara.

2. Dasar hukun tentang Wajib Bela Negara:


a. Tap MPR No. VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan
Keamanan Nasional.
b. Undang-Undang No. 29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan
Rakyat.

114
c. Undang-Undang No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam
Negara RI.
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
d. Tap MPR No. VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e. Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
f. Amandemen UUD’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
g. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
h. Undang-Undang No. 56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih.

 Alasan Negara Wajib Dibela oleh Warganya:


1. Fungsi pertahanan. Setiap warga negara wajib mempertahankan negaranya
supaya kelangsungan hidup bangsanya tetap terpelihara. Untuk mempertahankan
negara sangat ditentukan oleh sikap dan perilaku setiap warga negaranya. Jika
warga negara bersifat aktif dan peduli terhadap kemajuan bangsanya maka
kelangsungan hidup bangsa akan tetap terpelihara. Sebaliknya jika warga negara
tidak peduli terhadap persoalan yang dihadapi bangsanya kelangsungan hidup
bangsa akan terancam dan cepat atau lambat negara akan bubar.
2. Sejarah Perjuangan bangsa. Perjuangan penduduk Nusantara untuk mendirikan
negara Republik Indonesia yang merdeka berhasil pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kemerdekaan yang diperoleh bukan sebagai hadiah atau pemberian dari negara
lain, tetapi hasil perjuangan yang panjang dan banyak mengorbankan harta dan
jiwa. Oleh karena itu setiap warga negara wajib ikut serta membela negaranya
jika negara membutuhkan.
3. Aspek Hukum Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 3 menyatakan bahwa setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Artinya setiap
warga negara memiliki wewenang menggunakan hak selaku warga negara dalam
membela negara. Tidak ada hak untuk orang lain atau kelompok lain
melarangnya. Demikian juga setiap warga negara wajib membela negaranya jika
negara dalam keadaan bahaya. Misalnya ada ancaman dari dalam maupun dari
luar yang berupaya mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Maka setiap warga negara harus membela dan mempertahankan
tegaknya NKRI. Kata Wajib sebagaimana terdapat dalam UUD 1945,
mengandung makna bahwa negara dapat memaksa warga negara untuk ikut
dalam pembelaan negara.
115
E. Peraturan Perundang-undangan tentang Wajib Bela Negara
a. Tindakan yang Menunjukkan Upaya Bela Negara
Apa contoh tindakan warga negara yang dapat dilakukan sebagai upaya bela negara?
Dalam kondisi negara aman dan damai upaya bela negara yang dapat dilakukan
1. Siskamling. Dengan kegiatan Siskamling maka keamanan dan ketertiban
masyarakat akan tetap terpelihara.
2. Menanggulangi akibat bencana alam. Membantu sesama manusia merupakan
perbuatan terpuji. Misalnya membantu meringankan beban yang tertimpa
musibah bencana alam seperti kebakaran, kebanjiran, tanah longsor, gempa bumi
dan contoh lainnya. Membantu sesama manusia dapat memperkokoh keutuhan
masyarakat, karena bantuan yang diberikan akan menimbulkan simpati dan
empati, dan saling merasakan (tenggang rasa).
3. Belajar dengan Tekun. Kegiatan bela negara dapat dilakukan oleh pelajar di
sekolah melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Menurut UU No. 3
Th. 2002 pasal 9 ayat 2 menyebutkan keikut sertaan warga negara dalam upaya
bela negara di antaranya melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kegiatan
extra kurikuler seperti kepramukaan, PMR, Paskibra merupakan kegiatan bela
negara.

F. Implementasi Bela Negara

Dalam upaya bela Negara yang merupakan hak dan kewajiban setiap warga Negara,
implementasinya dapat ditekmpuh melalui:

1. Lingkungan Pendidikan Jalur Pendidikan Formal


Melalui Pendidikan Penduluan Bela Negara (PPBN). PPBN merupakan proses
mempersenjatai rakyat secara psikis/dengan ideology pancasila, kecintaan dengan
tanah air, kerelaan berkorban untuk bangsa, Negara serta kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga Negara yang bertanggung jawab.
Pada hakikatnya PPBN bertujuan menumbuhkan:
a. Kecintaan pada tanah air.
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia.
c. Keyakinan akan kesaktian pancasila sebagai ideology Negara.
d. Kerelaan berkorban untuk Negara.
e. Memberikan kemampuan awal bela Negara.

116
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diselenggarakan guna memasyarakatkan upaya
bela Negara serta menegakkan hak dan kewajiban warga Negara dalam upaya bela
Negara. PPBN sebagaimana dimaksudkan diatas wajib diikuti oleh setiap warga.

Negara dan dilaksanakan secara bertahap yaitu:


a. Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai dengan menengahj dan
pendidikan luar sekolah termasuk kepramukaan.
b. Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewarganegaraan pada tingkat
pendidikan tinggi.

Secara khusus sasaran yang dicapai adalahmembentuk peserta didik agar sadar akan
perannya sebagai tunas bangsa dan kader bangsa dimasa mendatang, mengenal dan
mencintai tanah air, rela membela kehormatan martabat bangsa dan Negara, memiliki
watak dan sikap kejuangan dan kesatria.
2. Lingkungan pekerjaan
Sasaran yang dicapai dalam membentuk karyawan yang selalu mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, memiliki motivasi kerja yang tinggi, memiliki disiplin
dan produktifitas yang tinggi pula sesuai dengan profesinya masing-masing.
3. Lingkungan pemukiman
Sasaran yang akan dicapai adalah membentuk masyarakat yang dapat memahami nilai-
nilai perjuangan bangsa. Mencintai tanah air dan rela berkorban serta mempunyai
kemampuan awal bela Negara, memiliki persatuan dan kesatuan, bangsa yang
diwujudkan dalam kehidupan secara gotong royong, sehat, tertib dan aman, bersih,
pelestarian lingkungan disetiap pemukiman.

Dari keseluruhan implementasi diatas diharapkan:


a. Memiliki kemampuan awal bela Negara:
Secara psikis:
Memiliki sifat-sifat: disiplin, ulet, kerja keras, taati peraturan perundang-undangan,
tahan uji untuk mencapai tujuan nasional.
Secar fisik:
Kondisi kesehatan, keterampilan jasmani untuk mendukung kemampuan awal bela
Negara.

117
b. Memiliki kerelaan berkorban untuk Negara dan Bangsa
Dalam perwujudannya adalah:
1. Rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan harta benda untuk kepentingan
umum.
2. Siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan Negara.

KESIMPULAN:

1. Urgensi peran pendidik dalam peningkatan kesadaran bela negara melalui pendidikan
kewarganegaraan sebagai bagian dari pendidikan karakter bangsa merupakan tantangan
nyata di dunia pendidikan yang harus dilaksanakan oleh pendidik maupun pihak
lainnya yang terkait, untuk mewujudkan tujuan generasi terdidik yang berjiwa patriotik
dan nasionalisme tinggi. Pendidik mempunyai tugas yang mulia dalam pengabdian
sesuai dengan profesinya dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
2. Penyelenggaraan Pertahanan Negara diarahkan sebagai wujud kepentingan nasional
dalam menjaga pilar berbangsa dan bernegara yang meliputi tetap tegaknya nilai-nilai
Pancasila, konsistensi terhadap UUD 1945, dan tetap tegaknya NKRI, serta
terpeliharanya Bhinneka Tunggal Ika.
3. Pertahanan negara menghendaki perlibatan seluruh sumber daya nasional yang
diselenggarakan dan dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan
secara total, terarah, terpadu dan berlanjut. Mengingat kompleksitas perlibatan sumber
daya nasional itu, sebuah kerangka sikap yang mengedepankan identitas, karakter dan
integritas serta jati diri bangsa yang berbhineka menuju terwujudnya tujuan nasional
adalah sebuah keniscayaan. Untuk itu pendidikan kewarganegaraan yang
mengedepankan sikap moral cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara Indonesia,
yakin kebenaran Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban, sehingga
mampu memunculkan kemampuan awal bela negara, dapat menjadi kerangka landasan
untuk mengurai kompleksitas perlibatan sumber daya nasional dalam sistem pertahanan
bersifat semesta. Dalam kerangka pendidikan kewarganegaraan ini sebuah kesadaran
akan kondisi awal keindonesiaan yang berbhineka merupakan resultante yang
menghasilkan energi kolektif bangsa yang mampu menghadapi setiap ancaman.
Kesadaran ini akan mendorong warga negara untuk memahami hak dan kewajibannya
dalam dinamika kehidupan bangsa.

118
4. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, hak dan kewajiban harus
seiring sejalan, hak-hak yang telah diberikan oleh negara harus disertai pemahaman dan
kesadaran akan kewajiban yang dilakukan oleh warga negara dan hak yang diatur oleh
negara harus juga memberikan ruang kesadaran bagi warga negara untuk menunaikan
kewajibannya. Pencerdasan kehidupan bangsa sebagai amanat UUD 1945 harus
dijabarkan secara arif. Kecerdasan kehidupan bangsa tidak hanya dalam arti fisik-
material tetapi juga psikis-spiritual, artinya bahwa proses mencerdaskan dalam konteks
keilmuan, harus dibarengi dengan proses mencerdaskan watak kebangsaan
sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia yang hendak mencerdaskan kehidupan kebangsaan dilakukan dengan
menanamkan kesadaran tentang identitas, karakter, integritas serta jati diri bangsa.
5. Kesadaran bela negara merupakan sikap moral dan implementasi profesionalisme,
sehingga dalam aktualisasinya mampu menjadikan sebagai unsur utama kekuatan
bangsa dalam menghadapi ancaman militer. Profesionalisme yang berdasarkan semata-
mata intelektualitas dan tidak memiliki roh kebangsaan, tidak memiliki arti bagi dan
tidak mampu mengendus ancaman militer. Dalam profesionalisme yang dapat menjadi
penggerak unsur utama kekuatan dalam menghadapi ancaman militer menjadi
bermakna adalah profesionalisme yang dihasilakan dari intensitas sentuhan kebangsaan
yang mampu menumbuhkan kesadaran bela negara.
6. Pendidikan kewarganegaraan merupakan upaya untuk menumbuhkan sikap perilaku
bela negara yang mencakup pembangunan sikap moral dan watak bangsa memberikan
ikatan dasar yang dapat mendukung ide kewarganegaraan tersebut. Sikap moral dan
watak bangsa memberikan arah sikap dan perilaku, karena dapat memberikan kerangka
orientasi nilai. Orientasi nilai sama yang dilandasi nilai-nilai komunal (nilai-nilai
kebangsaan) yang disepakati merupakan ikatan maya, yang jika tertanam dalam
sanubari tiap warga negara justru dapat mengikat kuat karena menjadi pedoman
perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

LATIHAN 9:

1. Apakah makna Bela Negara?


2. Bagaimana implementasi Bela Negara dalam kehidupan?.
3. Apa yang saudara lakukan jika ada ancaman dari luar maupun dalam negeri?.
4. Apa yang saudara saudara lakukan pada Negara Republik Indonesia?.

119
DAFTAR PUSTAKA

Afandi. 2010. Peran Pendidik dalamUpaya Bela Negara (Perspektif Pertahanan


Negara).1 Oktober 2015.

http://a-
research.upi.edu/operator/upload/pdt_orasi_2010_wisuda_afandi_guru_bela_negara.

Bela Negara.1 Oktober 2015.

https://mustakalfarizi.files.wordpress.com/2013/04/bela-negara.

E-dukasi.net.2015.Bela Negara untuk Kelas VII. 06 Oktober 2015.

https//:smpn1karangdadap.files.wordpress.com/2011/05/belanegara.

Hadi, Yulianto.2014. Bela Negara UPN 2014. 1 Oktober 2015.

http://upnyk.ac.id/admin/upload/data/Bela%20Negara%20(letkol.%20%yulianto%20h

120
PERTEMUAN KE – 10

OTONOMI DAERAH

A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia.
2. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian Otonomi Daerah.
3. Untuk memahami landasan hukum Otonomi Daerah.
4. Untuk memahami prinsip-prinsip Otonomi Daerah.

B. Latar Belakang
Sebuah negara kesatuan, menurut sistemnya dibedakan menjadi dua, yaitu sistem
sentralisasi dan sistem desentralisasi. Sebuah negara yang menganut sistem sentralisasi
berarti pemerintah pusat dalam negara tersebut memiliki kedaulatan penuh untuk
menyelenggarakan urusan pemerintah dari pusat hingga daerah, termasuk segala hal
yang menyangkut urusan pemerintahan daerah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
pemerintah daerah bersifat pasif dan hanya mematuhi perintah dari pemerintah pusat.
Sedangkan sistem desentralisasi adalah sebuah sistem dimana pemerintah sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara memberikan sebagian kekuasaanya kepada
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang menganut sistem desentralisasi. Oleh
karena itu, meskipun pemerintah pusat adalah pemegang kekuasaan tertinggi di
Indonesia, setiap daerah di Indonesia memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, dengan catatan apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah tidak
menentang pemerintah pusat.

C. Pengertian Otonomi Daerah


Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti sendiri dan
nomous yang berarti hukum atau peraturan. Otonomi pada dasarnya memuat makna
kebebasan dan kemandirian.
1. Menurut Fernandez, otonomi daerah adalah pemberian hak, wewenang, dan
kewajiban kepada daerah yang memungkinkan daerah tersebut dapat mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan.

121
2. Menurut Widarta, otonomi daerah berarti kebebasan dan kemandirian daerah dalam
menentukan langkah-langkah sendiri.
Dari kedua pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa otonomi daerah adalah
hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

D. Landasan Hukum Otonomi Daerah


UUD 1945 pasal 18 ayat 2 berbumyi “Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten,
dan Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.” Pasal tersebut adalah landasan mutlak untuk pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia.
Selain pasal tersebut, otonomi daerah juga diatur dalam:
1. UU No. 1 tahun 1945. Kebijakan Otonomi daerah pada masa ini lebih
menitikberatkan pada dekonsentrasi. Kepala daerah merupakan kepanjangan tangan
Pemerintahan Pusat.
2. UU No. 22 tahun 1948. Mulai tahun ini Kebijakan otonomi daerah lebih
menitikberatkan pada desentralisasi. Tetapi masih ada dualisme peran di kepala
daerah, di satu sisi ia punya peran besar untuk daerah, tapi juga masih menjadi alat
Pemerintah pusat.
3. UU No. 1 tahun 1957. Kebijakan otonomi daerah pada masa ini masih bersifat
dualisme, di mana kepala daerah bertanggung jawab penuh pada DPRD, tetapi juga
masih alat Pemerintah pusat.
4. Penetapan Presiden No.6 tahun 1959. Pada masa ini kebijakan otonomi daerah lebih
menekankan dekonsentrasi. Melalui penpres ini kepala daerah diangkat oleh
Pemerintah pusat terutama dari kalangan Pamong Praja.
5. UU No. 18 tahun 1965. Kebijakan otonomi daerah menitikberatkan pada
desentralisasi dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah,
sedangkan dekonsentrasi diterapkan hanya sebagai pelengkap saja.
6. UU No. 5 tahun 1974. Setelah terjadinya G.30.S PKI pada dasarnya telah terjadi
kevakuman dalam pengaturan penyelenggaraan Pemerintahan di daerah sampai
dengan dikeluarkanya UU NO. 5 tahun 1974 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas perbantuan.

122
7. UU No. 22 tahun 1999. Pemerintah daerah sebagai titik sentral dalam
penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan dengan mengedepankan otonomi
luas, nyata dan bertanggung jawab.

E. Prinsip-prinsip Otonomi Daerah


Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam melaksanakan otonomi
daerah, antara lain:
1. Prinsip otonomi seluas-luasnya artinya daerah berwenang mengatur semua urusan
pemerintahan di luar urusan pemerintahan yang ditetapkan Undang-undang
(misalnya selain bidang-bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama).
2. Prinsip otonomi nyata adalah bahwa untuk menangani urusan pemerintahan,
berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada serta
berpotensi untuk hidup dan berkembang sesuai potensi serta kekhasan daerah.
3. Prinsip otonomi bertanggung jawab adalah otonomi yang penyelenggaraannya benar-
benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi.

F. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia


Otonomi daerah sesungguhnya bukanlah hal yang baru di Indonesia. Hingga saat ini
Indonesia sudah beberapa kali merubah peraturan perundang-undangan tentang
pemerintahan daerah yang menandakan bagaimana otonomi daerah di Indonesia berjalan
secara dinamis.
Apabila diamati, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia masih banyak kekurangan
dalam pelaksanaan otonomi daerah seperti kurangnya koordinasi pusat dan daerah serta
masalah-masalah lain yang kemudian berdampak terhadap masyarakat itu sendiri.
Masalah-masalah tersebut antara lain seperti semakin maraknya penyebaran korupsi
diberbagai daerah, money politics, munculnya fenomena pragmatisme politik di
masyarakat daerah, legitimasi politik dan stabilitas politik belum sepenuhnya tercapai,
adanya konflik horizontal dan konflik vertical, dan kesejahteraan masyarakat ditingkat
local belum sepenuhnya diwujudkan.
Keinginan untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang baik melalui otonomi daerah
memang bukanlah hal yang mudah, masih banyak hal yang perlu diperhatikan untuk dapat
menciptakan otonomi daerah yang maksimal demi menciptakan pemerintahan khususnya
pemerintahan daerah yang lebih baik. Oleh karena itu diperlukan koordinasi yang baik
123
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta kejujuran dan pertanggung
jawaban dari aparat pemerintah semua dalam menjalankan tugasnya.

KESIMPULAN:

Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam pelaksanaannya, otonomi daerah harus berdasarkan prinsip-prinsipnya dan terjadi


koordinasi yang benar antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Selain itu juga
dibutuhkan kejujuran dan pertanggung jawaban dari aparat pemerintah dalam menjalankan
tugasnya sehingga masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan otonomi daerah dapat
berkurang dan diatasi.

LATIHAN 10:

1. Apa yang dimaksud dengan Otonomi Daerah?.


2. Apakah landasan hukum Otonomi Daerah?.
3. Apa sajakah prinsip-prinsip Otonomi Daerah?.
4. Bagimana pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia?.

DAFTAR PUSTAKA

Otonomi Daerah: Landasan Hukum, Asas, dan Pemda

http://www.lintasjari.com/2013/07/prinsip-prinsip-otonomi-daerah.html
http://www.smansax1-edu.com/2015/01/asas-prinsip-dan-dasar-hukum-otonomi.html
http://www.kompasiana.com/ekanovias/permasalahan-dalam-otonomi-daerah-di-
indonesia_5529a5406ea834202b552d8a
http://arnienuranisa.blogspot.co.id/2011/05/pelaksanaan-otonomi-daerah-di-
indonesia.html

http://nurchorimah.blogs.uny.ac.id/2016/05/16/makalah-otonomi-daerah/

124
PERTEMUAN KE – 11

PEMERINTAHAN YANG BAIK

(good governance)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk memahami mengenai pengertian dari Good Governance.
2. Untuk mengetahui gambaran bagaimana penerapannya Good Governance di
Indonesia.
3. Untuk memahami bagaimana Good Governance menjadi jalan keluar yang di
gembar-gemborkan pada masa Orde Baru ke Reformasi.

B. Latar Belakang Good Governance


Jika ditarik lebih jauh, lahirnya wacana good governance berakar dari penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi pada praktik pemerintahan, seperti Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Penyelenggaraan urusan publik yang bersifat sentralistis, non-
partisipatif serta tidak akomodatif terhadap kepentingan publik, telah menumbuhkan rasa
tidak percaya dan bahkan antipati kepada rezim pemerintahan yang ada. Masyarakat
tidak puas dengan kinerja pemerintah yng selama ini dipercaya sebagai penyelenggara
urusan publik. Beragam kekecewaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tersebut
pada akhirnya melahirkan tuntutan untuk mengembalikan fungsi-fungsi pemerintahan
yang ideal. Good governance tampil sebagai upaya untuk memuaskan dahaga publik atas
kinerja birokrasi yang sesungguhnya.

C. Pengertian Good Governance

Dari segi administrasi pembangunan, good governance didefinisikan sebagai berikut:

An overall institutional framework within wich its citizens are allowed to interact and
transact freely, at difference levels, to fulfil its political, economic and social apirations.
Basically, good governance has three aspect:

(i) The ability of citizens to express views and acces decision making freely;
(ii) The capacity of the government agencies (both political and bureaucratic) to
translate these views into realistic plans and to implement them cost effectively; and

125
(iii) The ability of citizens and institutions to compare what has been asked for with what
has been planned, and to compare what has been planned with what has been
implemented".

Sedangkan dari segi teori pembangunan, good governance diartikan sebagai berikut:

" ........ a plitical and bureaucratic framework wich provides an enabling macra-
economic environment for investment and growth, which pursues distributional and
equity related policies; which makes entrepreneurial interventions when and where
required and which practices honest and afficient management principles. A commited
and imaginative political leadership accompanied by an efficient and accountable
bureaucracy does seem to be the key to the establishment of good governance in a
country."

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa good governance mensyaratkan adanya
hubungan yang harmonis antara negara (state), masyarakat (civil siciety) dan pasar
(market).

Jika mengacu pada World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan sektor publik (public
sector) adalah menciptakan good governance. Pengertian good governance adalah
kepemerintahan yang baik, menurut UNDP (United Nation Develepment Program) dapat
diartikan sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politik
maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

D. Prinsip dan Konsepsi Good Governance

Administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan


Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia yang
disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur
Negara termasuk daerah aadlah perlunya mewujudkan tugas, dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan maka menuntut penggunaan konsep Good
Governance sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan
yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tangkilisan (2005:116) adalah
bahwa Negara merupakan institusi yang legal formal dan konstitusional yang

126
menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent
of Change.

Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya digunakan dalam


dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam
menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen
professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance. Sehingga dikenal
prinsip-prinsip utama dalam Governance korporat adalah: transparansi,
akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas. (Nugroho,2004:216)

Transparansi merupakan keterbukaan, yakni adanya sebuah system yang memungkinkan


terselenggaranya komunikasi internal dan eksternal dari korporasi. Akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban secara bertingkat keatas, dari organisasi manajemen paling bawah
hingga dewan direksi, dan dari dewan direksi kepada dewan komisaris. Akuntabilitas
secara luas diberikan oleh dewan komisaris kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas
secara sempit dapat diartikan secara financial. Fairness agak sulit diterjemahkan karena
menyangkut keadilan dalam konteksmoral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari
organisasi bisnis dalam menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal maupun
eksternal.

Responsibilitas adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan. Dalam konteks


ini, penilaian pertanggungjawaban lebih mengacu kepada etika korporat, termasuk dalam
hal etika professional dan etika manajerial. Sementara itu komite governansi korporat di
Negara-negara maju menjabarkan prinsip governansi korporat menjadi lima kategori,
yaitu:

1. hak pemegang saham,


2. perlakuan yang fair bagi semua pemegang saham,
3. peranan konstituen dalam governansi korporat,
4. pengungkapan dan transparansi dan
5. tanggungjawab komisaris dan direksi.

UNDP (United Nation Development Program) memberikan beberapa karekteristik


pelaksanaan good governance, meliputi:

a. Participation, keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara


langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat

127
menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
b. Rule of law, kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
c. Tranparancy, transparansi dibangun atas dasar kebebbasan memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh
oleh mereka yang membutuhkan.
d. Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam
melayani stake holders.
e. Concensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat luas.
f. Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperleh
kesejahteraan dan keadilian.
g. Efficiency dan effectiveness, pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara
berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
h. Accountbility, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang
dilakukan.
i. Strategic vision, penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat memiliki visi jauh
ke depan.

E. Karakteristik Dasar Good Governance

Ada tiga karakteristik dasar good governance :

1. Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan


yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau pluralitas telah menjadi suatu
kaidah yang abadi. Dengan kata lain pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati
(given) dalam kehidupan. Pluralisme bertujuan mencerdaskan umat melalui
perbedaan konstruktif dan dinamis, dan merupakan sumber dan motivator
terwujudnya kreativitas yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan.
Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang
kosmopolit akan tercipta apabila manusia memiliki sikap inklusif dan kemampuan
(ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan,
identitas sejati atas parameter-parameter otentik agama tetap terjaga.
2. Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara sesame agama maupun terhadap
umat agama lain. Secara sederhana, toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka

128
mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal
itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan agama tidak semata-mata
mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama, namun juga mengakui
eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup, berdampingan, dan saling
menghormati.
3. Tegaknya prinsip Demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan,
demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama membangun dan
memperjuangkan perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahtera.

Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan yang tinggi kepada Tuhan, hidup
berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup modern
dan progresif, mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak, dan moral yang baik,
mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, serta menentukan
nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.

F. Penerapan Prinsip Good Governance pada Sektor Publik

Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis
finansial dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahya
corporate governance.

Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen, direksi,


dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan (stakeholders)
lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan (OECD, 2004).

Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup


perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. Di tahun 2007 Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan PT Multi Utama Indojasa melaksanakan kegiatan
studi Implementasi GCG (Good Corporate Governance) di Sektor swasta, BUMN dan
BUMD (Badan Usaha Milik Desa). Studi ini ditujukan untuk memperoleh gambaran
awal (baseline) yang komprehensif tentang pelaksanaan prinsip-prinsip GCG di Sektor
BUMS (Badan Usaha Milik Swasta), BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan BUMD
di Indonesia yang dari waktu ke waktu bisa digunakan sebagai data pembanding dengan
kondisi di masa depan.

129
Studi dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu:

1. penyebaran kuesioner kepada responden,


2. wawancara mendalam dengan pimpinan perusahaan yang menangani implementasi
GCG, dan
3. penelusuran dokumen perusahaan. Perusahaan yang terlibat dalam studi ini adalah 66
perusahaan, yang terdiri dari 37 perusahaan swasta yang sudah go public, 17
perusahaan BUMN (12 diantaranya sudah go public), dan 12 perusahaan BUMD.
Dari setiap perusahaan, diambil sekitar 27 responden, mulai dari Preskom hingga
karyawan non-manajerial, serta pihak-pihak eksternal dari perusahaan seperti
pelanggan, pemasok, perusahaan asuransi, auditor eksternal, investor institusi,
lembaga pembiayaan dan perusahaan afiliasi.

Data dari kuesioner diolah dan dianalisis secara kuantitatif, sedangkan hasil
wawancara mendalam dan penelusuran dokumen diolah dan dianalisis secara
kualitatif. Analisis implementasi GCG dilakukan dengan mengukur implementasi
berdasarkan prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, dan fairness, serta berdasarkan kerangka kerja GCG yaitu compliance,
conformance, dan performance. Selain itu, secara khusus dilihat aspek code of
conduct, pencegahan korupsi dan disclosure. Dari hasil studi diketahui bahwa secara
umum implementasi GCG pada perusahaan-perusahaan yang menjadi responden
sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari Indeks GCG yang didapat, baik
berdasarkan prinsip-prinsip GCG yang mencapai angka 88,89 maupun berdasarkan
kerangka kerja implementasi GCG (compliance, conformance dan performance) yang
mencapai 90,41. Demikian juga untuk aspek code of conduct, pencegahan korupsi,
dan disclosure.

Hal ini berarti secara rata-rata, hampir 90% dari prinsip-prinsip GCG sudah
dilaksanakan oleh perusahaan responden. Dari prinsip-prinsip GCG, ada satu prinsip
yang relatif lemah yaitu responsibilitas. Lemahnya implementasi prinsip ini berkenaan
dengan masih lemahnya implementasi dalam pembentukan komite-komite fungsional
di bawah Komisaris. Sebagian perusahaan responden hanya memiliki Komite Audit,
Komite Nominasi dan Remunerasi serta Komite Manajemen Resiko, sedangkan
komite-komite lainnya seperti Komite Asuransi, Komite Kepatuhan, Komite

130
Eksekutif, dan Komite GCG, masih banyak yang belum memilikinya. Adapun prinsip
yang sudah relatif kuat adalah prinsip transparansi dan fairness.

Ini menunjukkan perusahaan telah berupaya untuk lebih transparan dan fair kepada
stakeholder. Jika dilihat berdasarkan kerangka kerja GCG, aspek yang masih lemah
adalah aspek compliance pada sisi Board dan conformance pada sisi Karyawan. Pada
sisi Board, kelemahannya selain pada pembentukan komite-komite, juga pada
implementasi pencegahan benturan kepentingan, dan peningkatan kerjasama dengan
penegak hukum. Sedangkan pada sisi karyawan, berkaitan dengan penandatanganan
pernyataan kepatuhan kepada Pedoman Perilaku dan Peraturan Perusahaan. Indeks
code of conduct adalah 88,77. Artinya secara umum perusahaan telah memiliki code
of conduct dan telah memuat beberapa hal yang berkaitan dengan implementasi
prinsip-prinsip GCG. Namun yang masih perlu diperbaiki dalam code of conduct ini
adalah sosialisasi kepada pihak eksternal seperti pelanggan, pemasok dan perusahaan
asuransi.

Indeks pencegahan korupsi adalah 89,39, yang berarti sudah cukup baik. Namun
beberapa hal yang perlu didorong adalah pengawasan terhadap pelaksanaan dari
tindakan yang berpotensi terhadap terjadinya benturan kepentingan. Selain itu, masih
belum adanya kerjasama antara perusahaan dengan lembaga penegak hukum dalam
mengembangkan sistem pencegahan korupsi. Indeks untuk disclosure ini adalah
92,42. Aspek ini termasuk yang menonjol dan menjadi perhatian utama dari
responden, terutama bagi perusahaan yang sudah go public. Aspek ini menjadi sangat
diprioritaskan oleh perusahaan karena kinerja pada aspek ini dapat dinilai dan
dirasakan oleh pihak luar. Untuk analisis, perusahaan responden dibagi dalam 4
(empat) kelompok, yaitu BUMN/BUMD Lembaga Keuangan, BUMN/BUMD Non
Lembaga Keuangan, Swasta Lembaga Keuangan, dan Swasta Non Lembaga
Keuangan.

Pembagian ini untuk memudahkan analisis serta agar perbandingan antar perusahaan
dapat dilakukan lebih fair. Hasil studi menunjukkan bahwa swasta lembaga keuangan
memiliki indeks yang paling tinggi dibanding kelompok yang lain, baik berdasarkan
prinsip-prinsip GCG maupun berdasarkan compliance, conformance, dan
performance. Selain itu, kelompok ini juga memiliki indeks yang paling tinggi untuk
code of conduct dan pencegahan korupsi.

131
Namun untuk disclosure, indeks tertinggi diraih kelompok swasta non lembaga
keuangan. Secara umum implementasi di perusahaan yang bergerak di
sektor keuangan, baik perusahaan swasta BUMN/BUMD lebih baik dibanding
perusahaan non lembaga keuangan. Selain itu, implementasi di perusahaan
yang swasta lebih baik dibanding BUMN/BUMD. Demikian pula, perusahaan yang
sudah terbuka (go public) lebih baik dibanding perusahaan yang belum go public.
Berdasarkan kerangka kerja GCG, aspek compliance cukup lemah pada kelompok
perusahaan non lembaga keuangan. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya perusahaan
yang belum melengkapi komite-komite fungsionalnya. Selain itu, masih kurangnya
tindakan komisaris terhadap (potensi) benturan kepentingan yang menyangkut
dirinya. Sebaliknya, aspek-aspek tersebut sangat diperhatikan oleh perusahaan-
perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, sehingga lembaga keuangan lebih
patuh dibanding perusahaan non lembaga keuangan. Sebagai rekomendasi, untuk
meningkatkan kualitas implementasi GCG, perusahaan-perusahaan perlu didorong
untuk lebih patuh dalam membentuk berbagai komite fungsional yang diperlukan
dalam penerapan GCG. Lembaga-lembaga yang berfungsi mengawasi dan membina
seperti Bank Indonesia, Menneg BUMN dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam LK) agar lebih proaktif dalam mengawasi
implementasi GCG terutama berkaitan dengan potensi terjadinya benturan
kepentingan.

Selain itu, perlu diterbitkan peraturan yang dapat memaksa perusahaan sawsta yang
belum terbuka dan BUMD untuk menerapkan GCG. Implementasi Good Goverment
dan Clean Goverment pada institusi pemerintah terutama yang berkaitan dengan
pelayanan publik seperti Ditjen Pajak, Bea Cukai, Imigrasi, BPN, Institusi yang
mengeluarkan perizinan, dan institusi penegak hukum. Hal ini untuk mendorong
badan usaha lebih konsisten dalam menerapkan GCG serta untuk menciptakan iklam
usaha yang lebih sehat, kondusif dan kompetitif. Dalam rangka meningkatkan
kerjasama perusahaan dengan lembaga penegak hukum dalam upaya pencegahan
korupsi, diperlukan rumusan bentuk dan metode kerjasama yang dapat dilakukan dan
mendorong perusahaan untuk melakukan kerjasama dengan lembaga penegak hukum.

Perlu adanya sosialisasi yang intensif tentang pedoman umum GCG, penyusunan code
of conduct, kaitan GCG dengan pencegahan korupsi, dan best practises
dalam penerapan GCG melalui berbagai media.

132
G. Struktur Organisasi dan Manajemen Perubahan dalam Good Governance

Menurut Lukman Hakim Saifuddin, (2004) good governance (G) di Indonesia adalah
penyelenggaraan peerintahan yang baik yang dapat diartikan sebagai suatu mekanisme
pengelolaan sumber daya dengan substansi dan implementasi yang diarahkan untuk
mencapai pembangunan yang efisien dan efektif secara adil. Oleh karena itu, good
governance akan tercipta di antara unsur-unsur negara dan institusi kemasyarakatan
(ormas, LSM, pers, lembaga profesi, lembaga usaha swasta, dan lain-lain) memiliki
keseimbangan dalam proses checks and balances dan tidak boleh satu pun di antara
mereka yang memiliki kontrol absolute.

Pengembangan publil good governance di Indonesia akan menunjuk pada sekumpulan


nilai (cluster of values), yang notabane sudah lama hidup dan berkembang di masyarakat
Indonesia. Sekumpulan nilai yang dimaksud tersebut adalah 11 (sebelas) nilai good
governance yakni:

1. check and balances, suatu sistem yang dimaksudkan untuk menjaga sesuatu bagian
pemerintah, atau pemerintah secara keseluruhan dari langkah-langkah yang telah
ditetapkan untuk bisanya mencapai satu pemerintahan yang efisien atau satu
pemerintahan yang benar-benar melayani kesejahteraan umum, atau kedua-duanya.
2. Decentralization, merupakan suatu alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara
yaitu memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses
pengambilan keputusan yang lebih demokratis.
3. Effectiveness, perbandingan antara hasil yang diperoleh dibagi dengan target yang
harus dicapai.
4. efficiency, sebuah usaha untuk mengadakan penyebaran atau alokasi sumber
ekonomis, dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dengan sebaik-baiknya
sehingga sesuai dengan keinginan masyarakat.
5. equity, Kesetaraan atau kesederajatan, artinya semua warga masyarakat mempunyai
kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
6. human rights protection, hak-hak dasar dan kebebasan yang semua manusia
dianggap berhak: hak untuk hidup, kebebasan, kebebasan berpikir dan berekspresi,
dan perlakuan yang sama di hadapan hukum, antara lain. Hak-hak ini merupakan hak
dari individu atau kelompok vis-B-vis pemerintah, serta tanggung jawab individu dan
otoritas pemerintah.

133
7. integrity, merupakan aspek yang menjamin bahwa data tidak boleh berubah tanpa ijin
pihak yang berwenang (authorized)
8. participation, Partisipasi masyarakat, artinya semua warga masyarakat mempunyai
suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-
lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh
tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat,
serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
9. pluralism, sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang
menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain.
10. predictability, kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas
dengan berbagai cara.
11. rule of law, Tegaknya supremasi hukum, artinya kerangka hukum harus adil dan
diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang
menyangkut hak asasi manusia.
12. transparency. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh
proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi dapat diakses oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau.

Pertanyaan yang muncul kemudian dalam implementasinya adalah bagaimana


mendekati, mengidentifikasi, mengurai, dan mengupayakan pemecahan persoalan
penegakan good governance.

Menurut Lukman Hakim, ada tiga faktor determinan pencapaian good governance,
yakni:

1. lembaga atau pranata (institutions/system),


2. sumber daya manusia (human factor), dan
3. budaya (cultures).

Terkait dengan tiga faktor determinan tersebut, pada subbab ini akan dibahas tentang
lembaga atau pranata, budaya dan sumber daya manusia dalam dua bagian, yaitu struktur
organisasi dalam good governance dan manajemen perubahan yang diperlukan oleh
organisasi.

134
1. Struktur Organisasi dalam Good Governance

Globalisasi dan perkambangan informasi akan mempercepat perubahan organisasi.


Menurut Tulis (2000), perubahan terhadap sumber daya manusia sebesar 10 persen
saja dapat mengubah struktur organisasi, selain perubahan ang disebabkan faktor
teknologi, ekonomi, politik, dan sosial. Praktik manajemen yang lama baik
menyangkut struktur organisasi, personel, dan tugas pokok, akan menyebabkan
resistensi terhadap perubahan dan menyebabkan sulitnya melakukan restrukturisasi
organisasi dalam rangka mencapai efisiensi. Dalam rangka menghadapi perubahan
yang begitu cepat, maka beberapa hal yang penting dilakukan adalah :

a. Memelihara kesadaran yang tinggi akan urgensi

Perubahan besar dalam organisasi, baik struktur dan budaya tidak akan pernah
sukses bila organisasi tersebut cepat puas. Kesadaran tinggi akan tingkat urgensi
yaitu memahami hak yang mendesak dan menempatkannya sebagai prioritas dalam
menghadapinya, sangat membantu proses mengatasi masalah dan langkah
perubahan yang besar. Peningkatan fungsi organisasi akan menyebabkan tingginya
tingkat organisasi. Untuk memelihara urgensi tingkat tinggi maka diperlukan
sistem informasi manajemen yang menyangkut sistem informasi akuntansi, untuk
keuangan, sistem informasi sumber daya manusia (SDM) untuk mengukur kinerja
SDM, dan sistem informasi lain yang diperlukan oleh organisasi. Sistem informasi
ini akan menjamin kecermatan dan kejelian data, sehingga data yang digunakan
untuk pengambilan keputusan yang valid.

b. Penyusunan pranata organisasi

Misi dan tujuan setiap organisasi sektor publik adalah memuaskan para pihak yang
berkepentingan dengan pelayanan publik serta melestarikan tingkat kepuasan
masyarakat. Tanangan untuk mencapai kepuasan adalah melalui mutu pelayanan
yang prima atas pelayanan dan kepercayaan publik. Permasalahan dalam
peningkatan mutu ini pada birokrasi terkendala dengan sumber informasi yang
terbatas, tingkat pengetahuan aparat yang tidak memadai, budaya birokrasi, dan
pengambilan keputusan yang tidak efektif karena delegasi wewenang yang tidak
optimal serta tidak adanya insentif dan berkorelasi dengan sistem penggajian.

135
Permasalahan dalam penyusunan pranata organisasi adalah masalah keagenan,
yaitu kebijaksanaan yang salah dan berjalan terus-menrus, program yang tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta pekerjaan yang tidak berkonstruksi
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Singkatnya, tantangan utama dalam
mendesain dan pengembangan pranata organisasi pemerintah dan sistem nasional
adalah mengoptimalkan informasi pengambilan keputusan serta menciptakan
sistem penggajian yang sepadan dengan kinerja. Perbaikan sistem informasi dan
sistem penggajian berbasis kinerja ini akan meningkatkan mutu layanan dan
kepercayaan publik.

c. Perubahan Struktur Organisasi

Perubahan kondisi pasar, teknologi, sistem sosial, regulasi, dan pelaksanaan Good
Governance dapat memengaruhi struktur pengembangan organisasi. Untuk
perubahan struktur organisasi perlu dilakukan analisis biaya dan manfaat terhadap
pengaruh pelayanan public terhadap organisasi melalui perubahan yang bersifat
strategis.

Perubahan struktur organisasi mencakup tiga unsur sebagai determinan, yaitu:

a. sistem pendapatan wewenang, tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab,


b. sistem balas jasa yang sepadan, dan
c. sistem evaluasi indikator atau pengukuran kinerja untuk individu dan unit
organisasi.

Masalah utama dalam perubahan struktur organisasi adalah meyakinkan diri bahwa
pengambilan keputusan dan akuntabilitas semua pihak yang berkepentingan
terhadap organisasi mempunyai informasi dan pengetahuan yang relevan
mengambil keputusan yang baik dan benar serta adanya insentif sepadan yang
menggunakan informasi secara produktif dan terpercaya. Perubahan lingkungan
yang berpengaruh terhadap perubahan struktur organisasi, biaya, dan manfaat
langsung maupun tidak langsung harus dianalisis secara cermat dan hati-hati.

Perubahan struktur organisasi sebelum GG dan sesudah GG

1. Sebelum GG
a. Struktur bersifat:

136
1. Birokratik.
2. Multilevel.
3. Disorganisasi dengan manajemen.
4. Kebijakan, program, dan prosedur ruwet.
b. Sistem:
1. Tergantung pada beberapa sistem informasi kinerja.
2. Distribusi informasi terbatas pada eksekutif.
3. Pelatihan manajemen hanya pada karyawan senior.
c. Budaya organisasi:
1. Orientasi kedalam.
2. Tersentralisasi.
3. Lambat dalam pengambilan keputusan.
4. Realistis – ideologi.
5. Kurang berani mengambil keputusan.

2. Sesudah GG:
a. Struktur bersifat:
1. Nonbirokratik, sedikit aturan.
2. Lebih sedikit level.
3. Manajemen berfungsi baik.
4. Kebijakan, progran dan prosedur sederhana, tidak menimbulkan
ketergantungan.
b. Sistem:
1. Tergantung pada sistem informasi kerja.
2. Distribusi informasi luas.
3. Memberikan pelatihan pada karyawan yang membutuhkan.
c. Budaya Organisasi:
1. Orientasi keluar.
2. Memberdayakan sumber daya.
3. Pengambilan keputusan cepat.
4. Terbuka dan berintegrasi.
5. Berani mengambil resiko.

137
Dalam rangka pelaksanaan GG, makia organisasi modern dapat melakukan :

1. Kesadaran yang tinggi terhadap tingkat urgensi.


2. Kerja sama tim yang baik dalam tatanan staf dan manajemen.
3. Bisa menciptakan dan mengomunikasikan visi, misi, dan program dengan baik.
4. Pemberdayaan semua karyawan dengan memerhatikan minat dan bakat.
5. Memberikan delegasi wewenang dengan efektif.
6. Mengurangi ketergantungan yang tidak perlu, dan
7. Mengembangkan budaya organisasi yang adaptif dan penggunaan analisis
kinerja.

2. Manajemen Perubahan

Sesuai dengan pertimbangan TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999, masalah krisis


multidimensi yang melanda negara Indonesia merupakan penghambat perwujudan
cita-cita dan tujuan nasional. Reformasi di segala bidang, diharapkan dapat menjadi
suatu langkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan pengembangan
pembangunan serta penguatan kepercayaan diri.

Kemampuan para pemimpin penyelenggara pemerintahan dan masyarakat yang


mengelola perubahan menjadi sangat krisis dan strategis, terutama sensitifitas dan
responsibilitas terhadap tanda dan waktu perubahan tersebut diperlukan, khususnya
dalam langkah penyelamatan, pemulihan, dan pengembangan. Ada dua hal yang perlu
ditekankan dalam manajemen perubahan, yaitu mengapa ada perubahan yang berhasil
dan ada yang gagal?

Perubahan yang gagal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

a. Terlalu cepat puas.


b. Team work yang gagal.
c. Merumuskan visi, misi, dan program dengan kurang tepat.
d. Gagal menciptakan harapan sukses kepada seluruh anggota organisasi.
e. Menganggap perubahan sudah selesai dan hanya sekali memerlukan perubahan,
dan
f. Tidak bisa mengubah symbol, nilai, sikap dan norma organisasi dari yang lama
menjadi budaya yang baru dalam organisasi.

138
Untuk mengurangi kegagalan dalam perubahan budaya organisasi, maka harus
dihilangkan atau dikurangi dampak negatif dari perubahan seperti bubarnya
organisasi, kehilangan pasar dan kepuasaan pelanggan, penurunan gaji dan harus
dikikis dengan menjelaskan mengapa organisasi perlu mengadakan perubahan,
bagaimana tahap perubahan, bagaimana hasil akhir dari perubahan, dan bagaimana
peran serta dari setiap anggota organisasi dalam perubahan. Untuk mencapai
keberhasilan dalam perubahan, ada beberapa hal yang diperlukan, yaitu:

1. Menetapkan strategi, pentingnya, dan tahapan perubahan.


2. Mengembangkan semangat kerja sama tim yang tinggi.
3. Mengembangkan strategi komunikasi untuk menyampaikan visi, misi, program
perubahan, sehingga anggota dapat termotivasi, dan
4. Memberdayakan setiap anggota organisasi sesuai dengan kompetensi minat, dan
bakat.

H. Good Governance dalam Kerangka Otonomi Daerah

Upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, UU No 32 tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah merupakan salah salu instrumen yang merefleksikan keinginan
Pemerintah unluk melaksanakan tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Hal ini dapat dilihat dari indikator upaya penegakan hukum,
transparansi dan penciptaan partisipasi. Dalam hal penegakan hukum, UU No. 32 Tahun
2004 telah mengatur secara tegas upaya hukum bagi para penyelenggara pemerintahan
daerah yang diindikasikan melakukan penyimpangan.

Dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sekurang-kurangnya terdapat 7 elemen


penyelenggaraan pemerintahan yang saling mendukung tergantung dari bersinergi satu
sarna lainnya, yaitu:

1. Urusan Pemerintahan;
2. Kelembagaan;
3. Personil;
4. Keuangan;
5. Perwakilan;
6. Pelayanan Publik dari
7. Pengawasan.

139
Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang akan ditata dari dikembangkan
serta direvitalisasi dalam koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun disamping penataan
terhadap tujuan elemen dasar diatas, terdapat juga hal-hal yang bersifat kondisional yang
akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari grand strategi yang merupakan
kebutuhan nyata dalam rangka penataan otonomi daerah di Indonesia secara keseluruhan
yaitu penataan Otonomi Khusus NAD dari Papua, penataan daerah dari wilayah
perbatasan , serta pemberdayaan masyarakat.

Setiap elemen tersebut disusun penataannya dengan langkah-langkah menyusun target


ideal yang harus dicapai, memotret kondisi senyatanya dari mengidentifikasi yang ada
antara target yang ingin dicapai dibandingkan kondisi rill yang ada saat ini.

Meskipun dalam pencapaian Good Governance rakyat sangat berperan, dalam


pembentukan peraturan rakyat mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasi, namun
peran negara sebagai organisasi yang bertujuan mensejahterakan rakyat tetap menjadi
prioritas. Untuk menghindari kesenjangan didalam masyarakat pemerinah mempunyai
peran yang sangat penting. Kebijakan publik banyak dibuat dengan menafikan faktor
rakyat yang menjadi dasar absahnya sebuahnegara. UU no. 32 tahun 2004 yang
memberikan hak otonami kepada daerah juga menjadi salah satu bentuk bahwa rakyat
diberi kewenangan untuk mengatur dan menentukan arah perkembangan daerahnya
sendiri. Dari pemilihan kepala daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah (UU no
25 tahun 1999). Peraturan daerah pun telah masuk dalam Tata urutan peraturan
perundang - undangan nasional (UU no 10 tahun 2004), Pengawasan oleh masyarakat.

Sementara itu dalam upaya mewujudkan transparansi dalam penyelenggaran


pemerintahan diatur dalam Pasa127 ayat (2), yang menegaskan bahwa sistem
akuntabilitas dilaksanakan dengan kewajiban Kepala Daerah untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintahan, dan memberikan laporan
keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Sistem akuntabilitas semacam ini maka terdapat keuntungan yang dapat diperoleh yakni,
akuntabilitas lebih dapat terukur tidak hanya dilihat dari sudut pandang politis semata.
Hal ini merupakan antitesis sistem akuntabilitas dalam UU No. 22 Tahun 1999 dimana
penilaian terhadap laporan pertanggungjawaban kepala daerah oleh DPRD seringkali
tidak berdasarkan pada indikator-indikator yang tidak jelas. Karena akuntabilitas

140
didasarkan pada indikator kinerja yang terukur,maka laporan keterangan
penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak mempunyai dampak politis ditolak atau
diterima. Dengan demikian maka stabilitas penyelenggaraanpemerintahan daerah dapat
lebih terjaga.

Masyarakat memiliki hak untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan


pemerintahan daerah. Pelaksanaan pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan oleh
masyarakat sebagai perorangan, kelompok maupun organisasi dengan cara: Pemberian
informasi adanya indikasi terjadinya korupsi, kolusi atau nepotisme di lingkungan
pemerintah daerah maupun DPRD. Penyampaian pendapat dan saran mengenai
perbaikan, penyempurnaan baik preventif maupun represif atas masalah.

Informasi dan pendapat tersebut disampaikan kepada pejabat yang berwenang dan atau
instansi yang terkait. Menurut Pasal 16 Keppres No. 74 Tahun 2001, masyarakat berhak
memperoleh informasi perkembangan penyelesaian masalah yang diadukan kepada
pejabat yang berwenang. Pasal tersebut berusaha untuk memberikan kekuatan kepada
masyarakat dalam menjalankan pengawasan.

I. Pilar – Pilar Good Governance

Konsep good governance adalah seluruh rangkaian proses pembuatan yang


mensinergikan pencapaian tujuan tiga pilar good governance, yaitu pemerintah sebagai
good public governance, masyarakat dan dunia usaha swasta sebagai good corporate
governance.

Tiga pilar good governance adalah:


1. pemerintah berperan dalam mengarahkan, memfasilitasi kegiatan pembangunan.
Selanjutnya pemerintah juga memiliki peran memberikan peluang lebih banyak
kepada masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan pembangunan.
2. Swasta berperan sebagai pelaku utama dalam pembangunan, menjadikan saha sektor
non pertanian sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, pelaku utama dalam
menciptakan lapangan kerja, dan kontributor utama penerimaan pemerintah dan
daerah.
3. Masyarakat berperan sebagai pemeran utama (bukan berpartisipasi) dalam proses
pembangunan, perlu pengembangan dan penguatan kelembagaan agar mampu mandiri
dan membangun jaringan dengan berbagai pihak dalam melakukan fungsi produksi

141
dan fungsi konsumsinya, serta perlunya pemberdayaan untuk meningkatkan efisiensi,
produktivitas dan kualitas produksinya.

Good Governance hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh lembaga yang
melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut adalah sebagai berikut:

1. Negara
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil.
b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable.
d. Menegakkan HAM.
e. Melindungi lingkungan hidup.
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.
2. Sektor Swasta
a. Menjalankan industri.
b. Menciptakan lapangan kerja.
c. Menyediakan insentif bagi karyawan.
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat.
e. Memelihara lingkungan hidup.
f. Menaati peraturan.
g. Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat.
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM.
3. Masyarakat Madani
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi.
b. Mempengaruhi kebijakan publik.
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah.
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah.
e. Mengembangkan SDM.
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat.

Pertama, negara/pemerintah: konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan


kenegaraan atau pemerintah daerah untuk menjalankan tugas kenegaraan yang bertujuan
untuk mensejahterakan rakyat.

142
Kedua, sektor swasta: pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif
dalam interaksi sistem pasar, seperti: industri pengolahan perdangan, perbankan, dan
koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.

Ketiga, masyarakat: kelompok masyarakat dalam kontek kenegaraan pada dasarnya


berada diantara atau ditengah-tangah antara pemerintah dan perseorangan, yang
mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinterkasi secara
sosial politik, dan ekonomi.

J. Prinsip-Prinsip Good Governance

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di


dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu
pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan
dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah
ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini:

1. Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk
berpartisipasi secara konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di
dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua
pihak yang berkepentingan.

143
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda
demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi
kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai
kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang
ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-
lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu
dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas
tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja
yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga
harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang
menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

KESIMPULAN:
1. Pemerintahan yang baik tidak di lihat dari sistem yang berbuat atau rancanggan
undang-undang yang di rumuskan, melainkan suatu sikap yang pasti dalam
menangani suatu permasalahn tanpa memandang siapa serta mengapa hal tersebut
harus di lakukan.
2. Good Governance merupakan pengertian dalam hal yang luas sehingga untuk
memberikan arti serta defenisi tidak semudah mengartikan kata perkata melainkan
perlunya aspek –aspek serta pemikiran yang luas menyangkut bidang tersebut.

144
3. Perlunya pengertian menggenai aspek-aspek dalam Good Governance sehingga tidak
ada kesalahan dalam aplikasinya.
4. Penerapan Good Governance dalam sistem kepemerintahan saat ini sangat di perlukan
karena peranan perintah dalam memajukan suatu negara sangatlah besar.

LATIHAN 11:

1. Apa pengertian dan latar belakang good governance?.

2. Bagaimana prinsip dan konsepsi good governance?.

3. Apa saja prinsip-prinsip good governance pada sektor pemerintah?.

4. Apa saja prinsip-prinsip good governance pada sektor swasta?.

5. Bagaimana cara mengembangkan struktur organisasi dan manajemen perubahan?.

6. Bagaimana hubungan antara good governance dengan Otonomi Daerah?.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.lintasjari.com/2013/07/prinsip-prinsip-otonomi-daerah.html
http://www.smansax1-edu.com/2015/01/asas-prinsip-dan-dasar-hukum-otonomi.html
http://www.kompasiana.com/ekanovias/permasalahan-dalam-otonomi-daerah-di-
indonesia_5529a5406ea834202b552d8a
Otonomi Daerah: Landasan Hukum, Asas, dan Pemda

http://arnienuranisa.blogspot.co.id/2011/05/pelaksanaan-otonomi-daerah-di-
indonesia.html

http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/99011-12-466363723031.doc

http://www.alisjahbana08.wordpress.com/page/22/

http://www.bangka.go.id/artikel.php?id_artikel=7

http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1067

145
PERTEMUAN KE – 12

MASYARAKAT MADANI

A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk lebih menelaah masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada
saat ini khususnya yang berhubungan dengan konsep Masyarakat Madani.
2. Untuk mendeskripsikan pengertian Masyarakat Madani.
3. Untuk Mengidentifikasikan karakteristik Masyarakat Madani.
4. Untuk mengetahui lebih dalam Masyarakat Madani di Indonesia.
5. Untuk mengetahui Tantangan dan Hambatan Penerapan Masyarakat Madani Di
Indonesia.
6. Untuk mengetahui upaya mengatasi kendala yang dihadapi bangsa Indonesia
dalam mewujudkan Masyarakat Madani.

B. Latar Belakang Masalah

Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak masa
Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada abad
pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang berbeda-beda,
civil society mengalami evolusi pengertian yang berubah dari masa ke masa. Di zaman
pencerahan dan modern, isttilah tersebut dibahas oleh para filsuf dan tokoh-tokoh ilmu-
ilmu sosial seperti Locke, Hobbes, Ferguson, Rousseau, Hegel, Tocquiville, Gramsci,
Hebermas.Dahrendorf, Gellner dan di Indonesia dibahas oleh Arief Budiman, M.Amien
Rais, Fransz, Magnis Suseso, Ryaas Rasyid, AS. Hikam, Mansour Fakih.

Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar


merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah
membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan individu, masyarakat
berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Peradaban adalah istilah Indonesia sebagai terjemahan dari civilization. Asal katanya
adalah a-dlb yang artinya adalah kehalusan? (refinement), pembawaan yang baik, tingkah
laku yang baik, sopan santun, tata-susila, kemanusiaan atau kesasteraan. Ungkapan lisan
dan tulisan tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini seiring dengan
bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan munculnya

146
tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru yang berusaha mempertahankan
tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat yang madani. Untuk
mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Namun,
memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-masing warga
bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu perjuangan
yang gigih.

C. PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI


Kemungkinan akan adanya kekuatan civil sebagai bagian dari komonitas bangsa ini akan
mengantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang yakni masyarakat
madani. Marupakan wacana yang telah mengalami proses yang panjang. Ia muncul
bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada saat terjadinya masa transformasi
dari masyarakat feodal manuju masyarakat barat modern yang lebih terkenal lagi dengan
civil society.
Dalam mendefinisikan tema masyarakat madani sangat bergantung pada kondisi social
cultural suatu bangsa, kareana bagai mana pun konsep masyarakat madani merupakan
bangunan tema terakhir dari sejarah bangsa Eropa Barat.Sebagai titik tolak, disisi
dikemukakan beberapa definisi masyarakat madani:
1. Definisi yang dikemukakan oleh Zbigniew Rew dangan latar belakang kajiannya
pada kawasan Eropa Timur dan Uni Sovyet. Ia mengatakan bahwa yang di maksud
masyarakat madani merupakan suatu yang berkembang dari sejarah, yang
mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung
bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. Maka yang
dimaksud dengan masyarakat madani adalah sebuah ruang yang bebas dari pengaruh
keluarga dan kekuasaan Negara.
2. Han-Sung-Joo ia mengatakan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah kerangka
hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu. Perkumpulan suka
rela yang terbatas dari Negara suatu ruang publik yang mampu mengartikulasi isu-isu
politik. Gerakan warga Negara yang mampu mengendalikan diri dan indenpenden,
yang secara bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi
indentitas dan solidaritas yang terbentuk pada akhirnya akan terdapat kelompok inti
dalam civil society.
3. Kim Sun Hyuk ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Masyarakat Madani
adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri

147
menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam msyarakat yang secara relative.
Secara global dari ketiga batasan di atas dapat ditarik benang emas, bahwa yang
dimaksud dengan masyrakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan
masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan Negara, yang
memiliki ruang publik dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga
yang mandiri yang dapat mengeluarkan aspirasi dan kepentingan publik.

D. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT MADANI


Menurut Aristoteles (384-322) masyarakat madani di pahami sebagai sistem kenegaraan
dengan menggunakan istilah kolonia politik ( sebuah komunitas politik tempat warga
dapat terlibat dalam berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan).
Konsepsi Aristoteles ini di ikuti oleh Marcos Tullios Cicero (106-43) dengan istilah
Societis Civilies yaitu sebuah komonitas yang lain, tema yang dikedepan kan oleh Cicero
ini lebih menekankan pada konsep Negara kota (city state), yakni untuk menggambarkan
kerajaan, kota dan bentuk lainya sebagai kesatuan yang terorgenisasi.
Pada tahun 1767, wacana masayarakat madani ini dikembangkan oleh Adam Fergoson
dengan mengambil konteks sosio-kultural, Fergoson menekankan mayasrakat madani
pada sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat. Pahamnya ini digunakan untuk
mengatisipasi perubahan sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya
kapitalisme serta mencoloknya perbedaan antara publik dan individu.
Kemudian pada tahun 1792, muncul wacana masyarakat madani yang memiliki
aksetuansi yang dengan sebelumnya. Konsep ini memunculkan Thomas Paine (1737-
1803) yang menggunakan istilah masyrakat madani sebagai kelompok masyarakat yang
memiliki posisi secara diametral dengan Negara, bahkan dianggap sebagai antithesis dari
Negara, dengan demikian, maka masyrakat madani menurut Thomas Paine adalah ruang
dimana warga dapat mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan
kepentingannya secara bebas dan tanpa paksaan.
Perkembangan civic society selanjutnya dikembangkan oleh G.W.F Hegel (1770-1831),
Karl Mark (1818-1883) dan Antonio Gramsci (1891-1837). Wacana masyarakat madani
yang dikembangkan oleh ketiga tokoh ini menekankan kepada Masyarakat Madani
elemen ideology kelas dominan, pemahaman ini lebih merupakan sebuah reaksi dari
model pemahaman yang dilakukan oleh Paine (yang menganggap masyarakat madani
sebagai bagian terpisahnya dari Negara), menurut Hegel masyarakat madani merupakan
kelompok subordinatif dari Negara, menurut Ryas Rasid erat kaitannya dengan
148
fenomena masyarakat berjuis Eropa (Burgerlische gesselscaft) yang artinya
pertumbuhannya ditandai dengan perjuangan melepaskan diri dari dominasi Negara.
Sedangakan Karl Marx memahami masyarakat madani sebagai “masyrakat Borjuis”
dalam konteks hubungan produksi kapitalis keberadaannya merupakan kendala bagi
pembebasan manusia dari penindasan. Menurut pemahaman Gramsci memberikan
tekanan pada kekuatan cendikiawan yang merupakan faktor utama dalam proses
perubahan sosial dan politik.

E. KARAKTER MASYARAKAT MADANI


Karaketeristik masyarakat madani dimaksudkan untuk menjelaskan dalam
merealisasikan wacana masyarakat madani diperlukan persyaratan-persyaratan yang
menjadi nilai universal dalam penegakan masyarakat madani, karateristik tersebut antara
lain:
1. FRE PUBLIK SPHERE maksudnya adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana
dalam mengemukakan pendapat.
2. DEMOKRATIS merupakan satu entitas yang penegak wacana masyarakat madani,
warga Negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas sehariannya.
Jadi Demokratis berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan
interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras,
dan agama.
3. TOLERAN merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk
menunjukkan saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh
orang lain.
4. PLURALISME menurut Nurchalish Madjid adalah pertalian sejati kebhinekaan
dalam ikatan-ikatan keadaaban dan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi
keselamatan umat manusia.
5. KEADILAN SOSIAL maksudnya adalah keseimbangan dan pembagian yang
professional terhadap hak dan kewajiban setiap warga Negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan.
F. MASYARAKAT MADANI MENURUT AL-QURAN
Yang Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka

149
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-nisa: 59)

G. PILAR PENEGAK MASYARAKAT MADANI

Yang dimaksud dengan pilar masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi
bagian dari sosial control yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang
diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Dalam
penegakkan masyrakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi persyaratan mutlak bagi
terwujudnya kekuatan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut antara lain adalah:
1. Lembaga Swadaya masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya
masyrakat yang tugas esensinya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan masyarakat yang tertindas.
2. Pers merupakan institusi yang penting dalam penegakan masyarakat madani, karena
kemungkinannya dapat mengkiritis dan menjadi bagian dari sosial control yang dapat
menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan
dengan warga negaranya.
3. Supremasi Hukum; setiap warga Negara, baik yang duduk dalam formasi
pemerintahan maupun sebagai rakyat, harus tunduk kepada (aturan) hukum.
4. Perguruan tinggi; yakni tempat dimana civitas akademikanya (dosen dan mahasiswa)
merupakan bagian dari kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak pada
jalur moral Force untuk menyalurkan aspirasi masyrakat dan mengkritisi berbagai
kebijakan-kebijakan pemerintah, dengan catatan gerakan yang dilancarkan oleh
mahasiswa tersebut.
5. Partai politik merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan
asipirasi politiknya.
Menurut Riswandi Immawan, perguruan tinggi memiliki tiga peranan dalam
mewujudkan masyarakat madani.
a. Pemihakan yang tegas pada prinsip egalitarianisme yang menjadi dasar
kehidupan politik yang demokratis,
b. Membangun mengembangkan dan mempublikasikan informasi secara objektif
dan tidak manipulatif.
c. Melakukan tekanan terhadap ketidakadilan dengan cara santun dan saling
menghormati.

150
6. Partai politik merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan
asipirasi politiknya dan tempat ekspresi politik warga Negara, maka partai politik ini
menjadi persyaratan bagi tegaknya Masyrakat Madani.

H. MASYARAKAT MADANI DAN DEMOKRATISASI


Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi, menurut Dawam bagaikan dua
sisi mata uang, yang keduanya bersifat KO-eksistensi. Menurut masyarakat madani
merupakan “rumah” persemian demokrasi, perlembang demokrasinya adalah pemilihan
umum yang bebas dan rahasia.
Larry Diamond secara sistematis menyebutkan enam kontribusi Masyrakat Madani
terhadap proses demokrasil, yaitu:
a. Menyediakan wahana sumber daya politik, ekonomi, kebudayaan dan moral untuk
mengawasi dan menjaga keseimbangan pejabat Negara.
b. Pluraisme dalam Masyarakat Madani,
c. Bila diorganisir akan mejadi dasar yang penting bagi persaingan Demokrasi.
d. Memperkaya partisipasi politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan.
e. Ikut menjaga stabilitas Negara.
f. Tempat pimpinan politik dan keenam, menghalangi dominasi rezim otoriter dan
mempercepat runtuhnya rezim.
Untuk menciptakan masyarakat madani yang kuat dalam konteks pertumbuhan dan
perkembangan demokrasi diperlukan pembentukan Negara secara grandual dengan suatu
masyrakat politik yang demokratis partisipatoris, reflektif dan dewasa yang mampu
menjadi penyeimbang dan control atas kecenderungan eksesif Negara. Dalam masyrakat
madani warga Negara sebagai pemilik kedaulatan dan hak untuk mengontrol pelaksanaan
kekuasaan yang mengatasnamakan rakyat, sehingga setiap individu dalam masyarakat
madani memiliki kesempatan untuk memperkuat kemandirian.
Kemandirian dimaksudkan adalah harus mampu direfleksikan dalam seluruh ruang
kehidupan politik, ekonomi dan budaya, menurut M. Dawan Rahadjo ada beberapa
asumsi yang berkembang.
a. Demokratisasi bisa berkembang, apabila masyarakat madani menjadi kuat baik
melalui perkembangan dari dalam atau dari diri sendiri.
b. Demokratisasi hanya bisa berlangsung apabila peranan Negara dikurangi atau
dibatasi tanpa mengurangi efektivitas dan esensi melalui interaksi.

151
c. Demokrasi bisa berkembang dengan meningkatkan kemandirian independensi
masyrakat madani dari tekanan dan Negara.

I. MASYARAKAT MADANI INDONESIA


Masyarakat Madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan
alternative yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung tinggi nilai
hak asasi manusia. Konsep masyarakat madani menjadi alternative pemecahan,
dengan pemberdayaan dan penguatan daya control masyarakat terhadap kebijakan-
kebijakan pemerintah yang akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat yang
mampu merealisasikan dan menegakkan konsep hidup yang demokratis dan
menghargai hak-hak asasi manusia.
Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus
pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat dan
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan dengan
munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah mempunyai kekuatan dan
bagian dari sosial control.
Secara esensial Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan penguatan
masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi
yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Untuk itu,
maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan menerapkan strategi
sekaligus agar proses pembinaan dan pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara
optimal.
Menurut Dawan ada tiga strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai
strategi dalam memberdayakan masyrakat madani Indonesia.
1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini
berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam
masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat.
2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. Strategi ini
berpandangan bahwa untuk membangun ekonomi.
3. Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat
kearah demokratisasi.
Fakta model strategi pemberdayaan masyarakat madani tersebut dipertegas oleh
Hakim bahwa di Era transisi ini harus dipikirkan prioritas-prioritas pemberdayaan

152
dengan cara memahami target-target group yang paling strategis serta penciptaan
pendekatan-pendekatan yang tepat di dalam proses.

KESIMPULAN:
Kemungkinan akan adanya kekuatan civic sebagai bagian dari komunitas bangsa ini akan
mengantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang, yakni Masyarakat
Madani. Dalam mendefinisikan terma masyarakat madani ini sangat bergantung pada
kondisi sosio kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep masyarakat madani
merupakan bangunan terma terakhir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat.

Manurut Aristoteles (384-322) Masyarakat Madani dipahami sebagai sistem kenegaraan


dengan menggunakan istilah kolonia politik (sebuah komunitas politik tempat warga dapat
terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan).
Karakteristik masyarakat madani diperlukan persyaratan-persyaratan yang menjadi nilai
universal dalam penegakkan Masyarakat Madani.

Dan Masyarakat Madani juga harus mempunyai pilar-pilar penegak, karena berfungsi
sebagai mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu
memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.

Hubungan antara Masyarakat Madani dengan demokratis menurut Dawam bagaikan dua
sisi mata uang yang keduanya bersifat ko-eksistensi.

Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran


HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat, dan kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai
lembaga-lembaga non pemerintah mempunyai kekuatan dan bagian dari sosial control.

LATIHAN 12:

1. Jelaskan Masyarakat Madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki

banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda.

2. Jelaskan Masyarakat Madani yang merujuk kepada Bahasa Inggris, berasal dari kata

civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer.

153
3. Jelaskan Menurut Blakeley dan Suggate (1997), bahwa Masyarakat Madani sering

digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place

outside of government and the market”.

DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi, Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta, Tim
ICCE UIN, Jakarta, 2000

Diktat Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

http://abang-sahar.blogspot.com/2012/12/makalah-masyarakat-madani.html

http://www.crayonpedia.org/favicon.ico

http://www.fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/

http://www.anneahira.com/masyarakat-madani.htm

http://yoanra14.blogspot.com/2011/04/masyarakat-madani-civil-society.html

http://iingeenandyciicharmingg.blogspot.com/2011/11/perbedaan-masyarakat-madani-
dan-civil.html

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengertiansejarah-perkembangan-dan.html

http://abang-sahar.blogspot.co.id/2012/12/makalah-masyarakat-madani.html

154
PERTEMUAN KE – 13

REFORMASI

A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui sejarah pemerintah masa Reformasi.
2. Untuk mengetahui Pekembangan masyarakat Indonesia pada masa Reformasi.

B. Latar Belakang

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.
Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan
budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan
persaudaraan.

Gerakan Reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi
kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang
mendorong lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah
satu indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh
ditawar-tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung
sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.

Dengan semangat Reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian


kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil
dan makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki
kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Indoenesia harus dipimpin oleh
orang yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat.

C. Sejarah Awal Lahirnya Reformasi

Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama catatanan kehidupan baru
yang lebih baik.Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan
tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dengan demikian,

155
reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan kehidupan baru menuju
terwujudnya Indonesia baru.

Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi adalah kesulitan
warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-harga sembilan bahan
pokok (sembako), seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula, susu, telur,
ikan kering, dan garam mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat
harus antri untuk membeli sembako itu.

Sementara, situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak menentu dan
tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh
dari kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak
percaya terhadap pemerintahan Orde Baru.

Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang
adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Kesulitan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan
reformasi.Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun,
ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada
awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan


penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang
dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil.Bahkan, Pancasila dan UUD 1945
hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan. Penyimpangan-
penyimpangan itu melahirkan krisis multidimensional yang menjadi penyebab umum
lahirnya gerakan reformasi, seperti berikut ini:

1. Krisis politik

Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan
politik pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan
pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi
Pancasila.Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan

156
kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya.Artinya, demokrasi yang
dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan
demokrasi rekayasa.

Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari penguasa, oleh penguasa,
dan untuk penguasa.Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu
adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang
yang berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:

a. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh


sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
b. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau
demokrasi rekayasa.
c. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
d. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara
(sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.
e. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilih
menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapipemilihan itu merupakan
hasil rekayasa dan tidak demokratis.

2. Krisis hukum

Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada


bidang politik.Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.Artinya,
kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa
dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan.

Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa.Kenyataan itu


bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yanf menyatakan
bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan
pemerintah (eksekutif)’.

157
3. Krisis ekonomi

Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi Indonesia
tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis ekonomi Indonesia
diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Pada
tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp
2,603.00 per dollar Amerika Serikat.

Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun
menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah
terus melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis
ekonomi yang melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi,
seperti:

a. Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya
krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi
sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.
b. Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai negara
industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat
Indonesia.Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agraris dengan
tingkat pendidikan yang sangat rendah (rata-rata).
c. Pemerintahan Sentralistik, pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik sifatnya
sehingga semua kebijakan ditentukan dari Jakarta. Oleh karena itu, peranan
pemerintah pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah hanya sebagai
kepanjangan tangan pemerintah pusat.

4. Krisis sosial

Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis


sosial.Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya
konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama.Semua itu berakhir pada
meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah.

Ketimpangan perekonomian Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap


krisis sosial.Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas, tingginya harga-harga

158
sembako, rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan
terhadap krisis sosial.

5. Krisis kepercayaan

Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi


kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto.Ketidakmampuan
pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan
pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi
yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan.

D. Kondisi Ekonomi dan Politik Sebelum Reformasi

Reformasi merupakan perubahan yang radikal dan menyeluruh untuk perbaikan.


Perubahan yang mendasar atas paradigma baru atau kerangka berpikir baru yang dijiwai
oleh suatu pandangan keterbukaan dan transparansi merupakan tuntutan dalam era
reformasi. Reformasi menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional dalam berbagai
bidang kehidupan. Ketika terjadi krisis ekonomi, politik, hukum dan krisis kepercayan,
maka seluruh rakyat mendukung adanya reformasi dan menghendaki adanya pergantian
pemimpin yang diharapkan dapat membawa perubahan Indonesia di segala bidang ke
arah yang lebih baik.

E. Perkembangan Politik Setelah 21 Mei 1998


1. Sebab-Sebab terjadi Reformasi
Sejak 13 Mei 1998 rakyat meminta agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.
Tanggal 14 Mei 1998 terjadi kerusuhan di Jakarta dan di Surakarta. Tanggal 15 Mei
1998 Presiden Soeharto pulang dari mengikuti KTT G-15 di Kairo, Mesir. Tanggal
18 Mei para mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR dan pada saat itu ketua
DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Hal
ini jelas berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah yang merosot sampai Rp15.000 per
dollar. Dari realita di atas, akhirnya tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
menyerahkan kekuasaan kepada B.J. Habibie, yang membuka peluang suksesi
kepemimpinan nasional kepada B.J. Habibie. Tujuan reformasi adalah terciptanya
kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial yang lebih baik dari
masa sebelumnya.

159
a. Tujuan Reformasi
1. Reformasi politik bertujuan tercapainya demokratisasi.
2. Reformasi ekonomi bertujuan meningkatkan tercapainya masyarakat.
3. Reformasi hukum bertujuan tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
4. Reformasi sosial bertujuan terwujudkan integrasi bangsa Indonesia.

b. Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi


1. Faktor politik meliputi hal-hal berikut.
a) Adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam kehidupan
pemerintahan.
b) Adanya rasa tidak percaya kepada pemerintah Orba yang penuh dengan
nepotisme dan kronisme serta merajalelanya korupsi.
c) Kekuasaan Orba di bawah Soeharto otoriter tertutup.
d) Adanya keinginan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
e) Mahasiswa menginginkan perubahan.

2. Faktor ekonomi, meliputi hal-hal berikut.


a) Adanya krisis mata uang rupiah.
b) Naiknya harga barang-barang kebutuhan masyarakat.
c) Sulitnya mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok.

3. Faktor sosial masyarakat : adanya kerusuhan tanggal 13 dan 14 Mei 1998


yang melumpuhkan perekonomian rakyat.
4. Faktor hukum : belum adanya keadilan dalam perlakuan hukum yang sama di
antara warga negara.

c. Suksesi (Pergantian Pimpinan)


1. Sukarno–Soeharto, ada beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
a) Problem pokok adanya komunis/ PKI (nomor 4 sedunia).
b) Peristiwa Lubang Buaya.
c) Adanya dualisme: ada pro dan anti pembubaran PKI.
d) Sidang istimewa MPRS 1967 didahului turunnya Supersemar.
160
2. Soeharto–Habibie, ada beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
a) Problem pokok adanya krisis ekonomi meluas ke bidang politik.
b) Adanya gerakan reformasi yang menghendaki perubahan radikal karena
KKN dalam tubuh pemerintahan. Nepotisme berarti mengajak keluarga
dalam kekuasaan. Kronisme adalah mengajak teman-teman dalam
kekuasaan.
c) Presiden Soeharto ditolak oleh rakyat ditandai dengan didudukinya
gedung DPR/MPR oleh mahasiswa, sehingga Soeharto menyerahkan
jabatan kepada Habibie.

3. Pengalaman suksesi di Indonesia


a) Pergantian pimpinan disertai kekerasan dan keributan dan setelah turun
dari jabatan, dihujat.
b) Menginginkan pergantian pimpinan yang wajar, namun tidak ditemukan
sebab tidak adanya pembatasan masa jabatan.
c) Tidak adanya Chek and Balance yaitu tidak ada keseimbangan
dalamnegara yang disebabkan kecenderungan otoriter.
d) Etika moralitas bahwa KKN bertentangan dengan moralitas.

4. Substansi Agenda Reformasi Politik


Subsitusi agenda reformasi politik sebagai berikut:
a) Reformasi di bidang ideologi negara dan konstitusi.
b) Pemberdayaan DPR, MPR, DPRD maksudnya agar lembaga perwakilan
rakyat benar-benar melaksanakan fungsi perwakilannya sebagai aspek
kedaulatan rakyat dengan langkah sebagai berikut:
1. Anggota DPR harus benar-benar dipilih dalam pemilu yang jurdil.
2. Perlu diadakan perubahan tata tertib DPR yang menghambat kinerja
DPR.
3. Memperdayakan MPR.
4. Perlu pemisahan jabatan ketua MPR dengan DPR.

c) Reformasi lembaga kepresidenan dan kabinet meliputi hal-hal berikut:


1. Menghapus kewenangan khusus presiden yang berbentuk keputusan
presiden dan instruksi Presiden.
161
2. Membatasi penggunaan hak prerogatif.
3. Menyusun kode etik kepresidenan.
4. Pembaharuan kehidupan politik yaitu memperdayakan partai politik
untuk menegakkan kedaulatan rakyat, maka harus dikembangkan
system multipartai yang demokratis tanpa intervensi pemerintah.
5. Penyelenggaraan pemilu.
6. Birokrasi sipil mengarah pada terciptanya institusi birokrasi yang
netral dan profesional yang tidak memihak.
7. Militer dan dwifungsi ABRI mengarah kepada mengurangi peran
social politik
8. secara bertahap sampai akhirnya hilang sama sekali, sehingga ABRI
berkonsentrasi pada fungsi Hankam.
9. Sistem pemerintah daerah dengan sasaran memperdayakan otonomi
daerah dengan asas desentralisasi.

5. Agenda Reformasi Bidang Ekonomi


a. Penyehatan ekonomi dan kesejahteraan pada bidang perbankan,
perdagangan, dan koperasi serta pinjaman luar negeri untuk perbaikan
ekonomi.
b. Penghapusan monopoli dan oligopoli.
c. Mencari solusi yang konstruktif dalam mengatasi utang luar negeri.

6. Agenda Reformasi Bidang Hukum


a. Terciptanya keadilan atas dasar HAM.
b. Dibentuk peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan tuntutan
reformasi. Misal : Bidang ekonomi dikeluarkan UU kepailitan,
dihapuskan UU subversi, sesuai semangat HAM dilepaskan napol-tapol
(amnesti-abolisi).

7. Agenda Reformasi bidang hukum

- Agenda reformasi bidang hukum difokuskan pada integrasi nasional.

162
8. Agenda reformasi bidang pendidikan

- Agenda reformasi bidang pendidikan ditujukan terutama masalah


kurikulum yang harus ditinjau paling sedikit lima tahunan.

9. Hambatan pelaksanaan reformasi politik

a. Hambatan kultural : mengingat pergantian kepemimpinan nasional dari


Soeharto ke B.J. Habibie tidak diiringi pergantian rezim yang berarti
sebagian besar anggota kabinet, gubernur, birokrasi sipil, komposisi
anggota DPR/MPR masih peninggalan rezim Orba.

b. Hambatan legitimasi : pemerintah B.J. Habibie karena belum merupakan


hasil pemilu.

c. Hambatan struktural : berkaitan dengan krisis ekonomi yang berlarut-larut


yang berdampak bertambah banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan.

d. Munculnya berbagai tuntutan otonomi daerah, yang jika tidak ditangani


secara baik akan menimbulkan disintegrasi bangsa.

e. Adanya kesan kurang kuat dalam menegakkan hukum terhadap praktik


penyimpangan politik-ekonomi rezim lama seperti praktik KKN.

f. Terkotak-kotaknya elite politik, maka dibutuhkan kesadaran untuk bersama


- sama menciptakan kondisi politik yang mantap agar transformasi politik
berjalan lancar.

F. Kronologi Peristiwa Reformasi

Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai Presiden
dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Presiden Suharto membentuk
dan melantik Kabinet Pembangunan VII.
2. Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar
demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga barang-barang
kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi
kepresidenan.

163
3. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti
Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat
orang mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan
Hendriawan Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami
luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan semangat para
mahasiswa dan kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran.
4. Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan
penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa
itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar.
5. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta
dan sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR. Pada saat yang bersamaan,
tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alun-alun utara Keraton Yogyakarta
untuk menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan maklumat dari Sri Sultan
Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.
6. Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan
pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri’.
7. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan
tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk
Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Suharto.
8. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto meletakkan
jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota Mahkamah
Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya
kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI.Pada waktu itu juga B.J.
Habibie dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.

Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah


pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4
Mei 1998.Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa
tuntutan, seperti:

1. Adili Suharto dan kroni-kroninya,


2. Laksanakan amandemen UUD 1945,
3. Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,
4. Pelaksanaan otonomi daerah yang seluasluasnya,
5. Tegakkan supremasi hukum,

164
6. Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.

G. Peristiwa Reformasi

Berikut adalah pemaparan peristiwa reformasi yang mengakhiri kekuasaan Soeharto di


Indonesia:

1. 5 Maret 1998
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk
menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang
disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional.
Mereka diterima dan didukung oleh Fraksi ABRI.
2. 11 Maret 1998
Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
3. 14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.
4. 15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena
sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri
melakukan unjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik.
5. 18 April 1998
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14
menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan
Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi yang menolak dialog tersebut.
6. 1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi
Dachlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
7. 2 Mei 1998
Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi
bisa dilakukan sejak sekarang (tahun 1998).
8. 4 Mei 1998
Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan
bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi itu
berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas

165
keamanan. Di Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat
bentrokan tersebut.
9. 5 Mei 1998
Demonstrasi mahasiswa besar - besaran terjadi di Medan yang berujung pada
kerusuhan.
10. 9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini
merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.
11. 12 Mei 1998
Aparat keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi secara
damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak saat berada di halaman kampus.
12. 13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi
datang ke Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kegiatan itu diwarnai
kerusuhan.
13. 14 Mei 1998
Soeharto seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat
menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara
itu kerusuhan dan penjarahan terjadi di beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek
seperti Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan Borobudur.
Beberapa dari bangunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang
meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.
14. 15 Mei 1998
Soeharto tiba di Indonesia setelah memperpendek kunjungannya di Kairo. Ia
membantah telah mengatakan bersedia mengundurkan diri. Suasana Jakarta masih
mencekam. Toko-toko banyak ditutup. Sebagian warga pun masih takut keluar rumah.
15. 16 Mei 1998
Warga asing berbondong-bondong kembali ke negeri mereka. Suasana di Jabotabek
masih mencekam.
16. 19 Mei 1998
Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurrahman
Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama
hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh

166
membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap
menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite
Reformasi. Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi
presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang ke
Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak.
Sementara itu Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional
untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
17. 20 Mei 1998
Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar
kawat berduri untuk mencegah massa masuk ke komplek Monumen Nasional namun
pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dinihari Amien Rais meminta massa tak
datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan
korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak
berdatangan ke gedung MPR / DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.
18. 21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi
Presiden dan BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.

H. Kebijakaan Dan Kepemimpinan Presiden Habibie, Gus Dur, Megawti, Dan Susilo
Bambang Yudhayono
1. Presiden Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie
Tanggal 21 Mei 1998, ProfDr. Bacharuddin Jusuf Habibie, terpilih menjadi Presiden
ke 3 Indonesia, dalam waktu singkat masa pemerintahannya, B J Habibie
menunjukan prestasi kerjanya yang sangat menakjubkan. Berhasil menyelamatkan
krisis moneter dan melengkapi lahirnya Bank Mu’amalah pada masa Presiden
Soeharto, dengan ditambahkan Bank Syariah. Hal ini sebagai pertanda Presiden Prof.
Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie, tidak dapat diragukan juga kedekatannya dengan
Ulama dan Santri, apalagi sebagai pendiri Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia,
ICMI yang pertama di Malang.
2. Keberhasilan menciptakan Pesawat CN 35 yang mampu melakukan short take off
and landing, hanya 400 meter, merupakan prestasi tanpa tanding, di kelasnya di
dunia. Diikuti dengan penciptaan Air Bus 600 yang tercepat di dunia. Selain itu juga,
telah merancang pesawat terbang yang tercepat di dunia, diumumkan oleh B.J.
167
Habibie sejak awal pembentukan ICMI di Malang, suatu pesawat sipil dengan
kecepatan jarak Jakarta NewYork hanya empat jam. Tentu, prestasi ini sangat
mencemaskan eksistensi negara industri pesawat terbang, terutama dari negara
adikuasa Barat. Sampai kini, pesawat produk dari Barat sekalipun, jarak Jakarta –
Jeddah ditempuh selama delapan jam.
Tambahan lagi, di bidang persenjataan, PINDAD yang dipimpin oleh Presiden Prof.
Dr. B.J Habibie, mampu menciptakan senjata yang mempunyai jarak tembak 1.000
meter dan sangat akurat. Senjata produk barat, hanya mampu 750 meter jarak
tembaknya. Senjata produk PINDAD melampaui produk pabrik senjata dari Barat.
Pribadi Presiden Prof. Dr. B.J Habibie dengan kemampuan teknologinya yang tinggi
prestasinya, belum pernah dimiliki oleh seorangpun dari Presiden Amerika Serikat
Walaupun telah merdeka sejak 1775 hingga 2008 M dan terjadi pergantian 86
Presiden. Demikian pula negara barat lainnya, tidak mempunyai seorangpun Kepala
Negarayang memiliki kemampuan menciptakan teknologi pesawat terbang baru.
Andaikata rancangan pesawatnya dapat terwujud maka Indonesia akan menjadi
negara yang memiliki kekuatan dirgantara yang luar biasa.
Ketika Habibie mengganti Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998, ada lima
isu terbesar yang harus dihadapinya, yaitu:
1. masa depan Reformasi;
2. masa depan ABRI;
3. masa depan daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Indonesia;
4. masa depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya; serta
5. masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.

Berikut ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan B.J. Habibie dalam rangka
menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat:

a. Kebijakan dalam bidang politik Reformasi dalam bidang politik berhasil


mengganti lima paket undang-undang masa Orde Baru dengan tiga undang-
undang politik yang lebih demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut.
1. UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
2. UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
3. UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR.

168
b. Kebijakan dalam bidang ekonomi Untuk memperbaiki perekonomian yang
terpuruk, terutama dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah
mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.

c. Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers Kebebasan menyampaikan


pendapat dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari
munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat
bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping
kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers.
Reformasi dalam pers dilakukan dengan santun.

d. Pelaksanaan Pemilu Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil diselenggarakan


pemilu multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu
tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Keberhasilan lain masa pemerintahan
Habibie adalah penyelesaian masalah Timor Timur. Usaha Fretilin yang
memisahkan diri dari Indonesia mendapat respon. Pemerintah Habibie
mengambil kebijakan untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur.
Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 di bawah
pengawasan UNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur
lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat
kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste dengan
presidennya yang pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.

2. K.H. Abdurrahman Wahid

Apalagi dibawah pimpinan K.H. Abdurrahman Wahid, 23 Oktober 1999, Sabtu Legi,
13 Rajab 1420, hingga 22 Juli 2001, Ahad Wage, 1 Jumadi Awal 1422, terjadi
goncangan situasi nasional di berbagai bidang, tak dpat dielakan. Dampaknya, masa
pemerintahan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid sangat pendek.

169
Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999 (lihat: Pemilu 1999), partai PDI-P
pimpinan Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%).
Tetapi karena jabatan presiden masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati tidak
secara langsung menjadi presiden. Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai
dengan suara terbanyak kedua saat itu, terpilih kemudian sebagai presiden Indonesia
ke-4. Megawati sendiri dipilih Gus Dur sebagai wakil presiden. Masa pemerintahan
Abdurrahman Wahid diwarnai dengan gerakan-gerakan separatisme yang makin
berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain itu, banyak kebijakan Abdurrahman
Wahid yang ditentang oleh MPR/DPR.

Selain itu, di bawah Presiden K.H. Abdurrahman Wahid, dalam upayanya menarik
kembali wiraniagawan Cina yang eksodus dari Indonesia, dengan cara menghidupkan
kembali Kong Fu Tsu. Dengan cara ini, diharapkan proses pembauran Bangsa atau
hubungan etnis Cina – Non-Pribumi dengan etnis Indonesia – Pribumi lainnya, akan
semakin akrab.

IAIN di ubah menjadi UIN dengan membuka fakultas dan jurursan yang sama dengan
fakultas dan jurusan yang dikelola oleh perguruan tinggi dari Diknas. Dengan
demikian, alumni pendidikan yang diselenggarakan Departemen Agama, dapat
bekerja ke departemen manapun. Institut Keguruan Ilmu Pendidikan IKIP berubah
menjadi Universitas Pendidikan Indonesia – UPI.

Selain itu, kepolisian tidak lagi menjadi satu kesatuan dengan ABRI. Kepolisian
bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri Indonesia. Kementrian penerangan
dan kementrian sosial ditiadakan. Sedangkan Departemen Agama yang pernah
diusulkan oleh Rasuna Said dari kelompok komunis Tan Malaka, agar dibubarkan,
tetap dipertahankan oleh Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Barangkali karena
eksistensi Departemen Agama secara historis dirintis awalnya oleh ayahnya, Wachid
Hasjim.

Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan meminta
Gus Dur untuk mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi. Di bawah tekanan yang
besar, Abdurrahman Wahid lalu mengumumkan pemindahan kekuasaan kepada wakil
presiden Megawati Soekarnoputri.Melalui Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001,
Megawati secara resmi diumumkan menjadi Presiden Indonesia ke-5.

170
3. Presiden Megawati Soekarnopoetri

Pembaharuan yang dilaksanakan secara drastis, menimbulkan kesulitan yang besar.


Berakhirlah masa kepresidenan K.H. Abdurrahman Wahid. Akhirnya, sidang DPR-
MPR memutuskan, mengangkat Wakil Presiden Megawati menjadi presiden, 23 Juli
2001.

Kebijakan Presiden Megawati diantaranya:

a. Memilih dan Menetapkan


Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga
persatuan dan kesatuan. Upaya ini terganggu karena peristiwa Bom Bali yang
mengakibatkan kepercayaan dunia internasional berkurang.

b. Membangun tatanan politik yang baru


Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan
MPR/DPR, dan pemilihan presiden dan wapres.

c. Menjaga keutuhan NKRI


Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh,
Ambon, Papua, Poso. Hal tersebut diberikan perhatian khusus karena peristiwa
lepasnya Timor Timur dari RI.

d. Melanjutkan amandemen UUD 1945


Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman.

e. Meluruskan otonomi daerah


Keluarnya UU tentang otonomi daerah menimbulkan penafsiran yang berbeda
tentang pelaksanaan otonomi daerah. Karena itu, pelurusan dilakukan dengan
pembinaan terhadap daerah-daerah. Tidak ada masalah yang berarti dalam masa
pemerintahan Megawati kecuali peristiwa Bom Bali dan perebutan pulau Ligitan
dan Sipadan.

171
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Demikian pula kehidupan lingkungan pesantren, melahirkan putra-putra terhormat
bagi nusa dan bangsa. Lingkungan keluarga Pondok Pesantren Termas Pacitan
Keresidenan Madiun, melahirkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Demikian
pula, Wakil presiden Jusuf Kalla terlahir dari lingkungan kehidupan Pesantren di
Makasar sebagai daerah pengaruh Waliullah Syech Yusuf.
Dengan adanya pergantian sistem pemilihan langsung untuk Pemilu Presiden,
pasangan Megawati – Hasyim Muzadi, PDIP-NU gugur karena hanya memperoleh
42.833.652 suara atau 39,09%. Sedangkan Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla,
Partai Demokrat – Partai Golkar, memperoleh suara rakyat mencapai jumlah
66.731.944 suara atau 60.91%.
Susilo Bambang Yudhoyono- SBY diangkat resmi sebagai Presiden RI, dan
Mohamad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden, pada 20 Oktober 2004, untuk periode
kepresidenan 2004-2009 M. Untuk kedua kalinya, Presiden dari TNI AD.

Kebijakan Presiden Ssusilo Bambang Yudhayono diantaranya

a. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.


b. Konversi minyak tanah ke gas.
c. Memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai).
d. Pembayaran utang secara bertahap kepada badan PBB.
e. Buy back saham BUMN.
f. Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil.
g. Subsidi BBM.
h. Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
i. Meningkatkan sektor pariswisata dengan mencanangkan "Visit Indonesia 2008".
j. Pemberian bibit unggul pada petani.
k. Pemberantasan korupsi melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Masalah yang ada:
1. Masalah pembangunan ekonomi yang ala kadarnya sangat memperihatinkan
karena tidak tampak strategi yang bisa membuat perekonomian Indonesia
kembali bergairah. Angka pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi.
2. Penanganan bencana alam yang datang bertubi-tubi berjalan lambat dan sangat
tidak profesional. Bisa dipahami bahwa bencana datang tidak diundang dan
terjadi begitu cepat sehingga korban kematian dan materi tidak terhindarkan.

172
Satu-satunya unit pemerintah yang tampak efisien adalah Badan Sar Nasional
yang saat inipun terlihat kedodoran karena sumber daya yang terbatas.
Sementara itu, pembentukan komisi dll hanya menjadi pemborosan yang luar
biasa.
3. Masalah kepemimpinan SBY dan JK yang sangat memperihatinkan. SBY
yang ‘sok’ kalem dan berwibawa dikhawatirkan berhati pengecut dan selalu
cari aman, sedangkan JK yang sok profesional dikhawatirkan penuh tipu
muslihat dan agenda kepentingan kelompok. Rakyat Indonesia sudah melihat
dan memahami hal tersebut. Selain itu, ketidakkompakan anggota kabinet
menjadi nilai negatif yang besar.
4. Masalah politik dan keamanan cukup stabil dan tampak konsolidasi demokrasi
dan keberhasilan pilkada Aceh menjadi catatan prestasi. Namun, potensi
demokrasi ini belum menghasilkan sistem yang pro-rakyat dan mampu
memajukan kesejahteraan bangsa Indonesia. Tetapi malah mengubah arah
demokrasi bukan untuk rakyat melainkan untuk kekuatan kelompok.
5. Masalah korupsi. Mulai dari dasar hukumnya sampai proses peradilan, terjadi
perdebatan yang semakin mempersulit pembersihan Republik Indonesia dari
koruptor-koruptor perampok kekayaan bangsa Indonesia. Misalnya pernyataan
JK yang menganggap upaya pemberantasan korupsi mulai terasa menghambat
pembangunan.
6. Masalah politik luar negeri. Indonesia terjebak dalam politk luar negeri
‘Pahlawan Kesiangan’. Dalam kasus Nuklir Korea Utara dan dalam kasus-
kasus di Timur Tengah, utusan khusus tidak melakukan apa-apa. Indonesia
juga sangat sulit bergerak diantara kepentingan Arab Saudi dan Iran. Selain
itu, ikut serta dalam masalah Irak jelas merupakan dikte Amerika Serikat yang
diamini oleh korps Deplu. Juga desakan peranan Indonesia dalam urusan
dalam negeri Myanmar akan semakin menyulitkan Indonesia di masa
mendatang. Singkatnya, Indonesia bukan lagi negara yang bebas dan aktif
karena lebih condong ke Amerika Serikat.

I. Keterkaitan Reformasi dengan UU Pemda 2010


Dalam era reformasi pemerintah telah membuat dua kebijakan tentang otonomi daerah.
1. Pertama adalah UU no. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU no. 25
tahun1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
173
2. Kedua adalah UU no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU no. 33
tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Dalam perkembangany UU no. 22 dinilai dari segi kebijakanya dan segi


implementasinya terdapat sejumlah kelemahan disini pemerintah dikatakan setengah hati
dalam memberikan kebijakan terhadap daerah tampak jelas dalam pasal 7 (1) UU no. 22
tahun 1999 “Kewenangan daerah mencakup dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali
kewenangan dalam bidang politik luar negri, pertahanan dan keamanan, keadilan
moneter dan fiscal, agama serta kwenangan bidang lain.

UU tersebut membawa dampak seperti kelembagaan pemerintah cenderung dominan


dipegang oleh DPRD, penyediaan layanan umum di setiap daerah belum memadai,
munculnya sistem-sistem kerajaan didaerah, primodialisme daam pengangkatan kepala
daerah maupun birokrasi, terdapat konflik dalam perebutan sumber daya daerah.

Lalu munculah UU no.32 guna merevisi UU no.22 yang memiliki letak perbedaan dalm
kewenanganya dimana pemerintahan daerah diikutsertakan dalam urusan pemerintahan
pusat.

Pada tahun 2010 UU no. 32 tahun 2004 direvisi lagi dan digantikan dengan UU pemda
2010 yang rincianya terbagi menjadi tiga yaitu: tentang UU Pemerintahan Daerah, UU
Pemilu Kepala Daerah, dan tentang UU tentang Desa.

KESIMPULAN:

Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan
atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan social. Reformasi bertujuan untuk menata
kembali kehidupan berma-sayarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik
berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi
bukan untuk menjatuhkan pemerintahan orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto
dari kursi kepresidenan Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto
dipandang tidak mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta
untuk mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan
Negara Indonesia yang akan dating. Reformasi yang tidak terkontrol akan kehilangan
arah, dan bahkan cenderung menyimpang dari norma-norma hukum. Dengan demikian,

174
cita-cita reformasi yang telah banyak sekali menimbulkan korban baik jiwa maupun
harta akan gagal. Untuk itu, kita sebagi pelajar Indonesia harus dan wajib penjaga
kelangsungan reformasi agar berjalan sesuai dengan harapan para pahlawan reformasi
yang gugur.

Pemerintahan orde baru jatuh dan muncul era reformasi. Namun reformasi dan
keterbukaan tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram dalam kehidupan
sosial ekonomi masyarakat. Konflik antar kelompok etnis bermunculan di berbagai
daerah seperti Kalimantan Barat. Konflik tersebut dilatarbelakangi oleh masalah-masalah
sosial, ekonomi dan agama.

Rakyat sulit membedakan apakah sang pejabat bertindak sebagai eksekutif atau pimpinan
partai politik karena adanya perangkapan jabatan yang membuat pejabat bersangkutan
tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan publik yang diembannya.

Banyak kasus muncul ke permukaan yang berkaitan dengan pemberian batas yang tegas
pada teritorial masing-masing wilayah, seperti penerapan otonomi pengelolaan wilayah
pengairan.

Pemerintah tidak lagi otoriter dan terjadi demokratisasi di bidang politik (misalnya:
munculnya parpol-parpol baru), ekonomi (misalnya: munculnya badan-badan umum
milik swasta, tidak lagi melulu milik negara), dan sosial (misalnya: rakyat berhak
memberikan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah).

Peranan militer di dalam bidang politik pemerintahan terus dikurangi (sejak 2004, wakil
militer di MPR/DPR dihapus).

Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan
atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial:

1. Reformasi bertujuan untuk menata kembali kehidupan berma-sayarakat, berbangsa,


dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.
2. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan pemerintahan
orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto dari kursi kepresidenan.
3. Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto dipandang sudah tidak
mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta untuk

175
mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia di masa yang akan datang

Gerakan reformasi merupakan sebuah perjuangan karena hasil-hasilnya tidak dapat


dinikmati dalam waktu yang singkat.Hal ini dapat dimaklumi karena gerakan reformasi
memiliki agenda pembaruan dalam segala aspek kehidupan.

Oleh karena itu, semua agenda reformasi tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu yang
bersamaan dan dalam waktu yang singkat. Agar agenda reformasi dapat dilaksanakan
dan berhasil dengan baik, maka diperlukan strategi yang tepat, seperti:

1. Menetapkan prioritas, yaitu menentukan aspek mana yang harus direformasi lebih
dahulu dan aspek mana yang direformasi kemudian.
2. Melaksanakan kontrol agar pelaksanaan reformasi dapat mencapai tujuan dan sasaran
secara tepat.

LATIHAN 13:

1. Jelaskan apa penyebabnya terjadinya Reformasi 1998?.


2. Bagaimana kondisi atau keadaan pada saat Reformasi?.
3. Bagaimana kronoligis terjadinya Reformasi?.
4. Permasalahan-permaslahan apa yang terjadi pada era Reformasi?.

DAFTAR PUSTAKA

NN. 2010. Reformasi. Melalui

http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi [2010/07/27]

http://id.slideshare.net/silfiyasaefas/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-
reformasi

http://id.slideshare.net/silfiyasaefas/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-
reformasi

http://prezi.com/a_qafufnyeoe/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-
reformasi/

176
http://mujtahid269.blogspot.com/2013/07/perkembangan-masyarakat-indonesia-
pada.html

http://id.slideshare.net/silfiyasaefas/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-
reformasi

http://sejarahreformasiindonesia.blogspot.com/

177
PERTEMUAN KE – 14

GLOBALISASI

A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui Pengertian Globalisasi.
2. Untuk mengetahui Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan.
3. Untuk mengetahui dampak positif dan Negatif Globalisasi bagi kehidupan.
4. Untuk mengetahui pengaruh Globalisasi terhadap kebudayaan Nasional.

B. Latar Belakang Penulisan

Di era modern seperti sekarang ini tidak lepas dengan istilah Globalisasi. Kehadiran
teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi
ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan
berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan.

Oleh karena itu sebagai manusia yang hidup pada era ini, kita juga harus mengetahui
pengertian, dan dampak globalisasi itu sendiri, baik terhadap masyarakat luas maupun
terhadap diri kita pribadi, agar kita dapat mengambil semua hal positif dan menghindari
hal negatif dari Globalisasi itu.

C. PENGERTIAN GLOBALISASI
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal.

Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar
negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang
melintasi batas Negara

Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama


dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak
sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran
negara atau batas-batas negara.

178
D. TEORI GLOBALISASI

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga
posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:

1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan.
Mereka percaya bahwa negara-negara dankebudayaan lokal akan hilang diterpa
kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis
tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
a. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan
semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat
dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
b. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena
negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk
penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk
budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar
dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk
menentang globalisasi (antiglobalisasi).
2. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat
bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu
dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalismetelah menjadi sebuah
fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini
hanyalah merupakan tahap lanjutan.
3. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka
setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis.
Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal
keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya
dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni
melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung".
Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut
negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

179
E. CIRI – CIRI GLOBALISASI

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena


globalisasi di dunia.

1. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti


telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi
global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam
turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan
pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,
film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat
mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang
melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.
4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

F. PENGARUH GLOBALISASI BAGI KEHIDUPAN

Pengaruh dari Globalisasi sudah mencakup berbagai aspek dalam kehidupan, baik dalam
aspek ekonomi, informasi dan teknologi, budaya, ilmu pengetahuan maupun hukum.

1. Globalisasi Ekonomi

Tidak ada definisi yang baku atau standar mengenai globalisasi ekonomi, tetapi secara
sederhana globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana semakin
banyak negara yang terlibatdalam kegiatan ekonomi dunia.

Era globalisasi membuka peluang sekaligus tantangan bagi pengusaha Indonesia


termasuk usaha kecil, karena pada era ini daya saing produk sangat tinggi, live cycle
product relatif pendek mengikuti trend pasar, dan kemampuan inovasi produk relatif
cepat. Ditinjau dari sisi ekspor, liberalisasi berdampak positif terhadap produk

180
tekstil/pakaian jadi , akan tetapi kurang menguntungkan sektor pertanian khususnya
produk makanan.

2. Globalisasi Informasi dan Teknologi

Globalisasi Informasi dan Teknologi sangat berpengaruh dengan kelangsungan


komunikasi antar manusia di seluruh dunia, karena dimanapun manusia itu tinggal,
tetap dapat berkomunikasi satu sama lain meskipun terpisah jarak yang sangat jauh
sekalipun.

3. Globalisasi Budaya

Globalisasi budaya identik dengan budaya pop yang bersifat fleksibel dan berubah-
ubah. Budaya pop awalnya merupakan hegemoni budaya Barat (terutama Amerika),
ditandai dengan merebaknya gaya hidup Amerika melalui industri budayanya seperti
musik, olahraga, mode pakaian, dan film-film Amerika yang akhirnya menyebar ke
seluruh dunia.

Dengan adanya globalisasi budaya ini, seluruh budaya didunia dapat dengan bebas
dilakukan oleh orang orang di Negara berbeda, sehingga sering kali terjadi hilangnya
suatu budaya tertentu ataupun pergabungan antara budaya yang akhirnya melahirkan
budaya baru.

4. Globalisasi Ilmu Pengetahuan

Globalisasi Ilmu pengtahuan telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan umat manusia. Berlangsung nya globalisasi ilmu pengetahuan
memberikan ruang luas kepada manusia untuk semakin giat belajar dan menambah
pengetahuaannya. Karena setiap ilmu pengetahuan baru yang ditemukan oleh Negara
tertentu akan cepat menyebar dan turut diterapkan pula di Negara lain.

5. Globalisasi Hukum

Memahami dinamika globalisasi dengan segala dimensinya, maka globalisasi juga


akan memberi pengaruh terhadap hukum. Globalisasi hukum akan menyebabkan
peraturan-peraturan negara-negara berkembang mengenai investasi, perdagangan,
jasa-jasa dan bidang-bidang ekonomi lainnya mendekati negara-negara maju .

181
Globalisasi hukum juga membuat suatu negara tidak lagi dapat mengklaim bahwa
mereka adalah penganut suatu system hukum nasional secara mutlak. Karena hokum
tesebut dapat dengan mudah diadopsi oleh Negara lain.

G. DAMPAK GLOBALISASI BAGI KEHIDUPAN

Proses globalisasi yang berlangsung sangat cepat menembus batas – batas ruang dan
waktu antar Negara telah membawa perubahan sangat besar bagi Negara- Negara di
dunia. Tidak ada negara yang mampu menutup diri dari perkembangan yang terjadi. Mau
tidak mau setiap Negara harus mampu menghadapi derasnya arus globalisasi.

Arus globalisasi tentu saja memberikan berbagai dampak dalam kehidupan, baik itu
dampak positif maupun dampak negatif, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bidang Politik
a. Dampak Positif
1) Pemerintahan dijalankan dengan terbuka ( transparan ).
2) Meningkatkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan.
3) Mendorong kreativitas rakyat sehingga menjadi alat control dan pengawas
yang efektif untuk mengawasi pemerintahan.
4) Semakin banyaknya organisasi nonpemerintah, partai politik, dan LSM yang
menyuarakan HAM dan aspires rakyat.
5) Terbukanya kesempatan untuk belajar dari Negara lain terkait dengan
kebijakan politik yang telah sukses mereka diterapkan.

b. Dampak Negatif
1) Semakin lunturnya nilai – nilai politik yang telah mendasar yang berdasarkan
kekeluargaan, musyawarah mufakat dan gotong royong.
2) Semakin menguatnya nilai – nilai politik yang berdasar semangat
individualis, kelompok dan tirani minoritas.
3) Penyebaran nilai – nilai politik barat yang cenderung anarkis tanpa
mementingkan kepentingan umum.

2. Bidang Hukum, Pertahanan dan Keamanan


a. Dampak Positif
1) Semakin menguatkan jaminan pelaksanaan HAM.

182
2) Menguatkan hokum dan pembuatan UU yang berpihak pada kepentingan
bersama terutama pada rakyat kecil.
3) Semakin menguatkan tuntutan aparat penegak hokum, pertahanan dan
keamanan agar bertindak secara professional, transpararan dan tidak pandang
bulu.
4) Masyarakat dapat melakukan control hokum yang dilakasanakan oleh
pemerintah.

b. Dampak negative
1) Peran masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban berkurang karena
telah menjadi tugas pihak yang berwajib.
2) Akan semakin banyak pihak yang ingin memisahkan diri dari suatu megarah
karena terpengaruh oleh kasus –kasus dinegara lain.

3. Bidang Ekonomi
a. Dampak Positif
1) Dapat memperluas pasar untuk memproduksi barang dalam negeri hingga ke
luar negeri.
2) Menigkatkan kesmpatan kerja dan menambah devisa Negara.
3) Mendorong masyarakat untuk belomba lomba menghasilkan produk
berkualitas tinggi.
4) Memudahkan memperoleh tambahan modal, baik dari dalam maupun luar
negeri.

b. Dampak Negatif
1) Beberapa usaha kecil akan tersingkir oleh usaha yang bermodal besar.
2) Akibat adanya pasar bebas, dapat mengancam produk dalam negeri yang
mayoritas kualitasnya jauh dibawah produk luar negeri.
3) Membuka masuk untuk investasi luar negeri yang juga berpotensi dapat
menguasai perekonomian dalam negeri yang tentu saja akan memperburuk
kondisi perekonomian.
4) Memperlebar kesenjangan antara perekonomian Negara maju dan Negara
berkembang.

183
4. Bidang Sosial dan Budaya
a. Dampak positif
1) Memajukan pola pikir masyarakat.
2) Meningkatkan etos kerja, disiplin dan jiwa kemandirian.
3) Mudahnya mengadopsi budaya budaya yang baik dari Negara lain.

b. Dampak negative
1) Mudahnya masuk budaya dari luar yang tidak sesuai dengan budaya Negara
asal.
2) Luturnya semangat dan nilai – nilai yang telah mengakar.
3) Merusak moral bangsa akibat dari kurang nya penyaringan dari budaya yang
masuk.
4) Menumbuhkan beberapa gaya hidup yang kurang baik, seperti;
a. konsummerisme (konsumsi berlebihan),
b. pragtisme ( melakukan kegitatan yang vermanfaat saja),
c. hedonisme ( mengutamakan kepentingan dunia saja ) dan
d. individualisme ( mengutamakan kepentikan diri sendiri).

KESIMPULAN:

Globalisasi merupakan suatu gejala wajar yang pasti akan dialami oleh setiap bangsa di
dunia, baik pada masyarakat yang maju, masyarakat berkembang, masyarakat transisi,
maupun masyarakat yang masih rendah taraf hidupnya.

Dalam era global, suatu masyarakat/negara tidak mungkin dapat mengisolasi diri terhadap
proses globalisasi. Jika suatu masyarakat/negara mengisolasi diri dari globalisasi, mereka
dapat dipastikan akan terlindas oleh jaman serta terpuruk pada era keterbelakangan dan
kebodohan.

Globalisasi menyumbangkan pengaruh besar yang mencakup berbagai aspek dalam


kehidupan, baik dalam aspek ekonomi, informasi dan teknologi, budaya, ilmu
pengetahuan maupun hokum.

Globalisasi juga memberikan dampak positif dan negative dalam kehidupan baik dibidang
politik, hokum, pertahanan, keamanan, ekonomi, social dan budaya. Salah satu manfaat

184
globalisasi yang sangat dirasakan adalah terbukanya peluang bisnis bagi masyarakat untuk
memasarkan produknya ke luar negeri, sedangkan salah satu dampak negatifnya adalah
masuknya beberapa budaya luar yang sangat bertentangan dengan budaya Negara kita.

LATIHAN 14:

1. Apa pengertian dari Globalisasi?.


2. Jelaskan dan sebutkan ciri-ciri Globalisasi!
3. Bagaimana Pengaruh Globalisasi dalam Kehidupan?.
4. Apa saja dampak Globalisasi dalam Kehidupan?.

DAFTAR PUSTAKA

LKS PKN GEMILANG

Komarudin. 2011. “Analisis Pembelajaran GBPP/Rencana Pembelajaran/Silabus,


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/Kontrak Pembelajaran, Rancangan Tugas/Test
Uraian/Objektif ”. Pamulang. Tangerang Selatan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi

http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-
kebudayaan-daerah/

http://agungaw.wordpress.com/2010/03/01/pkn-minggu3/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/06/dampak-globalisasi-dalam-kehidupan-
modern/

http://boyyendratamin.blogspot.com/2011/08/globalisasi-hukum.html

***********************SEMOGA BERMANFAAT**********************

185

Anda mungkin juga menyukai