Anda di halaman 1dari 11

RESUME

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

Dosen Pengampu :

Ahmad Husaini, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :

Devi Octafia (1813201003)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI
TA 2021-2022
Teknologi Pengolahan Limbah
Cair Dengan Proses Fisika

BAB 1

Diketahui dalam pengolahan air limbah digunakan tiga macam metode, yaitu proses
fisika, kimia dan biologi. Masing-masing metode proses itu mempunyai keuntungan dan
kerugiannya masing-masing. Dalam praktek di lapangan banyak dijumpai penggabungan
proses fisika dan kimia dalam pengolahan air limbah dan selanjutnya baru proses secara
biologi.

Berdasarkan bentuknya limbah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu limbah padat,
cair dan gas. Berdasarkan sumbernya limbah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis,
yaitu limbah domestik (rumah tangga), limbah industri dan limbah dari bidang
institusional (hotel, pasar, restauran, rumah sakit, perkantoran). Selama bertahun-tahun
berbagai metode pengolahan limbah cair telah banyak dikembangkan. Pada prinsipnya
metode proses pengolahan limbah dapat diklasifikasi dalam 3 jenis proses, yaitu proses fisika,
proses kimia dan proses biologi. Walaupun seringkali dalam suatu pengolahan ketiga proses
ini dikombinasikan, namun umumnya dapat juga proses-proses ini dianggap terpisah.

BAB 2

KLASIFIKASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

A. Pengendalian Limbah Cair Dengan Proses Fisika

1. Screening

Proses penyaringan awal disebut screening dan tujuannya adalah untuk


menyaring atau menghilangkan sampah/benda padat yang besar agar proses
berikutnya dapat lebih mudah lagi menanganinya. Dengan hilangnya sampah-
sampah padat besar maka transportasi limbah cair pasti tidak akan terganggu.
bila limbah cair perlu dipindahkan dengan menggunakan pompa, maka proses
screening sungguh berfungsi menghilangkan bahan atau benda-benda yang
dapat membahayakan atau merusak pompa limbah cair tersebut.
Perangkat pemroses penyaringan kasar yang biasa digunakan dikenal pula
dengan sebutan bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya diletakkan pada
intake bak penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar
seperti kayu atau daun-daunan. Pada keadaan tertentu biasa digunakan pula
microstrainer dengan ukuran 15 hingga 64 micrometer dengan tujuan untuk
menyaring organisme plankton. Microstrainer biasa digunakan untuk limbah
cair dari reservoir pertama (awal). Microstrainer terdiri dari bingkai berbentuk
silinder yang ditutup dengan jala terbuat dari kawat tahan karat. Pada saat
silinder berputar partikel tersuspensi menempel pada bagian dalam dari
permukaan silinder yang kemudian dibersihkan dengan semburan jet air.

2. Aerasi

Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin


permukaan cairan dengan udara/atmosfir. Agar transfer sesuatu zat/komponen
dari satu medium ke medium yang lain berlangsung lebih efisien, maka yang
terpenting adalah terjadinya turbulensi antara cairan dengan udara, sehingga
tidak terjadi interface yang stagnan/diam antara cairan dan udara yang dapat
menyebabkan laju perpindahan terhenti. Untuk memperoleh keadaan tersebut,
terdapat beberapa prinsip dasar alat aerasi yaitu :

(1) Aerator air terjun,

(2) Sistem aerasi difusi udara,

(3) Aerator mekanik.

Sistem aerator air terjun yang umum digunakan adalah : Aerator Spray,
Aerator Cascade, Aerator Multiple-Tray. Pada aerator spray, air dipaksakan
masuk melalui nozzle, seperti pada air mancur. Pada aerator cascade air
disebarkan dengan cara mengalirkan pada lempengan tipis yang disusun
seperti tangga atau sekat agar terjadi turbulensi untuk mencampurkan udara
yang terabsorpsi dalam cairan dan agar cairan terangkat ke permukaan
sehingga terjadi kontak dengan udara. Pada Aerator multiple-tray cairan
dialirkan ke bagian atas dari beberapa tahap tray yang berisi butiran medium
seperti arang, batu atau butiran keramik.

Pada sistem difusi udara, udara dimasukkan ke dalam cairan yang akan
diaerasi dalam bentuk gelembung-gelembung yang naik melalui cairan
tersebut. Ukuran gelembung bervariasi dari yang besar hingga yang halus,
tergantung pada alat aerasi. Alat aerasi yang umum adalah difuser porous,
difuser non-porous dan difuser U-tube.

Aerator mekanik dihasilkan dengan cara memecah permukaan air limbah


secara mekanik. Dengan timbulnya interface cairan-udara yang besar, maka
terjadi perpindahan oksigen dari atmosfir ke dalam air.

3. Mixing

Pencampuran diperlukan apabila ada suatu materi harus bercampur dengan


materi lain secara sempurna. Disamping itu proses pencampuran diperlukan
apabila dalam suatu reaktor harus dijaga konsentrasi atau temperatur yang
merata. Proses mixing umumnya digunakan pada pencampuran bahan
koagulan dengan air dan pada penambahan khlor untuk disinfeksi. Pada
pengolahan air limbah, mixing diperlukan pada proses pengolahan biologi
yang memerlukan pencampuran yang terus menerus, sehingga proses biologi
dapat terjadi lebih efektif. Alat atau metode pencampuran dapat dibagi dalam
beberapa jenis, yaitu :

(1) Turbin atau padle mixer

(2) Propeler mixer

(3) Pneumatic mixer

(4) Hydraulic mixing dan

(5) In-line hydraulic dan Static mixing.

4. Flokulasi

Flokulasi adalah proses penggabungan partikel-partikel kecil menjadi


partikel besar dengan memanfaatkan tenaga hidrodinamik. Umumnya jenis alat
flokulasi yang digunakan adalah rotating paddles. Partikel-partikel secara
bertahap akan bergabung melalui proses flokulasi perikinetic yang terjadi
akibat gerakan Brown, namun proses ini sangat lambat. Proses tersebut dapat
dipercepat dengan memberikan kecepatan gradien yang menghasilkan
flokulasi orthokinetic. Dengan kata lain flokulasi Orthokinetic dapat
meningkat dengan cara memberikan kecepatan gradien pada cairan. Partikel-
partikel yang bergerak dengan kecepatan yang berbeda lebih cenderung untuk
bergabung menjadi partikel yang lebih besar. Berdasarkan ini proses flokulasi
dipengaruhi oleh kecepatan gradien rata-rata. Pada prakteknya kecepatan
gradien rata-rata adalah fungsi dari input tenaga pencampuran (mixing power).

5. Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan materi


tersuspensi atau flok kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada
pengolahan air limbah umumnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi
sebelum dilakukan proses pengolahan selanjutnya. Gumpalan padatan yang
terbentuk pada proses koagulasi masih berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan
kecil ini akan terus saling bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar
dalam proses flokulasi. Dengan terbentuknya gumpalan-gumpalan besar, maka
beratnya akan bertambah, sehingga karena gaya beratnya gumpalan-gumpalan
tersebut akan bergerak ke bawah dan mengendap pada bagian dasar tangki
sedimentasi.

6. Filtrasi (Penyaringan)

Tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan padatan tersuspensi dari


dalam air yang diolah. Pada penerapannya filtrasi digunakan untuk
menghilangkan sisa padatan tersuspensi yang tidak terendapkan pada proses
sedimentasi. Pada pengolahan air buangan, filtrasi dilakukan setelah
pengolahan kimia-fisika atau pengolahan biologi.

Ada dua jenis proses penyaringan yang umum digunakan, yaitu


penyaringan lambat dan penyaringan cepat. Penyaringan lambat adalah
penyaringan dengan memanfaatkan energi potensial air itu sendiri, artinya
hanya melalui gaya gravitasi. Penyaringan ini dilakukan secara terbuka dengan
tekanan atmosferik. Sedangkan penyaringan cepat adalah penyaringan dengan
menggunakan tekanan yang melebihi tekanan atmosfir.

Berdasarkan jenis media filter yang digunakan, penyaringan dapat


digolongkan menjadi dua jenis, yaitu filter media granular (butiran) dan filter
permukaan.

7. Adsorpsi

Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface antara dua fasa. Pada
umumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan
fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent
yang digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan bahan yang sering
digunakan karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Adsorbent polar
akan menarik air sehingga kerjanya kurang efektif. Pori-pori pada karbon
dapat mencapai ukuran 10 angstrom.

8. Gas Stripping

Pada saat ini penggunaan gas stripping hanya terbatas pada pengolahan air
limbah. Zat-zat yang umum di stripping adalah amonia, hidrogen sulfida,
sulfur dioxide dan phenol. Pada proses stripping air dialirkan ke bawah melalui
media ring atau pada permukaan yang beralur. Sementara udara bersih atau gas
lain dialirkan berlawanan arah. Sistem ini disebut teknik packed column. Pada
sistem ini, aliran gas ke atas (disebut stripping gas) mengambil gas-gas terlarut
yang akan dihilangkan dalam cairan.

9. Flotasi

Kebalikan dari proses pengendapan, flotasi adalah proses pemisahan


padatan-cairan atau cairan-cairan yang dalam hal ini partikel atau cairan yang
dipisahkan mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada cairan. Apabila
perbedaan berat jenis secara alamiah cukup untuk dilakukan pemisahan, maka
proses flotasi dinamakan “flotasi alamiah” (natural flotation).

a. Flotasi Dengan Microbubbles

Proses induced flotation yang menggunakan gelembung halus atau


microbubbles yang berdiameter 40 – 70 micron disebut dissolved air
flotation (DAF). Teknik yang umum digunakan untuk menghasilkan
microbubble adalah pressurization. Gelembung diperoleh dengan cara
mengekspansi cairan yang telah banyak mengandung udara pada
tekanan beberapa bar. Jenis tekanan yang dilepaskan akan menentukan
kualitas gelembung yang dihasilkan. Cairan yang ditekan dapat air
baku (full-flow pressurization) atau recycle air olahan (recycle
pressurization).

b. Natural Flotasi

Flotasi alamiah biasanya diterapkan pada proses pemisahan


minyak. Pada flotasi ini kemungkinan didahului dengan proses
penyatuan gelembung (microdroplets menempel satu dengan yang lain)
untuk mencapai ukuran minimum sehingga terjadi pemisahan.

c. Aided Flotation (Flotasi Dibantu)

Flotasi ini adalah flotasi alamiah yang ditingkatkan dengan


menyemburkan gelembung udara. Proses ini biasa diterapkan pada
pemisahan lemak yang terdispersi dalam cairan. Dalam sistem ini
terdapat dua daerah; satu daerah untuk pencampuran dan emulsifying;
yang lainnya daerah penenang untuk proses flotasi.

Penerapan Flotasi

Penerapan DAF (Dissolved Air Flotation) pada pengolahan air :


❑ Pemisahan flok pada proses klarifikasi/penjernihan.
❑ Pemisahan dan perolehan kembali serat pada efluen pabrik kertas.

❑ Pemisahan minyak terflokulasi atau tidak terflokulasi dalam air


limbah yang terdapat pada efluen refineri, airport dan pabrik
baja.
❑ Pemekatan lumpur dari pengolahan biologi air limbah atau dari proses
klarifikasi air minum.

❑ Klarifikasi cairan lumpur aktif.

10. Proses Membran

Padatan terlarut dapat dipisahkan dari air atau air limbah melalui
penggunaan membran semipermiable yang mempunyai diameter pori
berukuran 3 angstrom. Apabila pemisahan terjadi dengan melewatkan air
melalui membran maka proses disebut osmosis atau hyperfiltration. Proses
sebaliknya yaitu melewatkan molekul atau ion terlarut melalui membran
disebut proses dialysis. Sebagai tenaga penggeraknya dapat berupa fisik
(tekanan), kimia (konsentrasi), panas (temperatur) atau listrik. Penerapan
proses membran adalah desalinasi air untuk penggunaan air domestik dan air
industri, pengolahan limbah industri dan pengambilan kembali (recovery)
materi berharga dari aliran air buangan.

Reverse Osmosis

Apabila dua larutan yang mempunyai konsentrasi berbeda dipisahkan


oleh membran semipermible, maka perbedaan chemical potential akan terjadi
pada membran. Air akan menembus membran dari konsentrasi rendah/encer
(potensi lebih tinggi) ke bagian yang konsentrasi tinggi/pekat (potensi rendah).
Aliran akan terus berlangsung hingga beda tekanan mengimbangi perbedaan
chemical potential.

11. Pengeringan / Pengolahan Lumpur

Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi diolah lebih lanjut untuk
mengurangi sebanyak mungkin air yang masih terkandung didalamnya. Proses
pengolahan lumpur yang bertujuan mengurangi kadar air tersebut sering
disebut dengan pengeringan lumpur. Ada empat cara proses pengurangan
kadar air, yaitu secara alamiah, dengan tekanan (pengepresan), dengan gaya
sentrifugal dan dengan pemanasan.

BAB 3

CONTOH DISAIN

A. Disain Bak Pengendap

Debit limbah cair (Q) = 5 l/dt

Kriteria Desain (Water & Wastewater Technology, Hammer, 1975):

Waktu tinggal : 1 – 3 jam

Over flow rate : 600 – 1500 gpd/sqft Kedalaman bak : 7 – 10 ft

Panjang : lebar: (4 – 5 ) : 1

Weir loading : 10.000 – 15.000 gpd/ft Lebar maximum : (20 – 35) ft

Performance : BOD removal (30 - 40)% , SS removal (50 - 70)%

Perhitungan:

Over flow rate = 700 gpd/sqft = 0,33 l/dt/m2

Luas permukaan = Q = 5 l/dt = 15 m2


V 0,33 l/dt/m2

Direncanakan : Kedalaman bak pengendap = 2,7 ft = 2 m

Panjang =6m

Lebar = 1,25 m

Waktu tinggal = 6 m x 1,25m x 2m = 3000 dt = 1 jam 5 l/dt

B. Koagulasi

Desain untuk bahan kimia (alumunium sulfat), jumlah dosis didapat dari jar
test.

Contoh:

Debit limbah cair (Q) = 5 l/dt

Dosis koagulan = 40 mg/l

Perhitungan:

Alumunium sulfat (BJ = 2,2 kg/l) yang dibutuhkan = 40 mg/l x 5 l/dt = 200
mg/dt

Untuk pembubuhan dipakai pompa dengan q = 2000 cc/mt

Kadar suspensi larutan kapur = 200 mg/dt = 6%

2000 cc/mt

Direncanakan periode pembuatan larutan = 8 jam

Volume larutan (untuk 8 jam) = 8 jam x 2800 cc/menit = 1,344 m3


Dimensi bak pelarut:

Kapasitas = 1,344 m3

Kedalaman = 1,0 m

Panjang = 1,2 m

Lebar = 1,2 m

C. Flokulasi

Perhitungan untuk menentukan motor yang akan digunakan :

Debit limbah cair (Q) = 5 l/dt

Direncanakan waktu tinggal, td = 30 menit Kecepatan gradien rata-


rata(G) = 40/dt

Efisiensi motor penggerak(Ef) = 60%

Volume bak flokulasi (V) = Q x td = 5 l/dt x 30 menit = 9 m3 Viskositas


dinamik(m) = 10 –3 kg/m.dt

Tenaga motor = V x m x G2

Ef

Tenaga motor = (9 m3)(10 –3 kg/m.dt) (40/dt) = 216 Watt

0.60

BAB 4

Dalam praktek pengolahan air limbah kebanyakan proses-proses fisika


digabungkan, dipadukan dan diakomodasi dalam satu kesatuan dengan proses
kimia, yaitu yang dikenal dengan nama Physico-Chemical Treatment.
Beberapa keuntungan pengolahan air limbah dengan Physico-Chemical
Treatment adalah dapat mengurangi suspended solid dan BOD cukup tinggi,
dapat mengurangi phosphat sampai 70-90%, proses pengolahannya
mempunyai toleransi terhadap temperatur, material beracun dan aliran yang
tidak kontinyu, dan unit pengolahan membutuhkan ruang yang lebih kecil
dibandingkan dengan unit pengolahan biologi. Kerugiannya adalah
membutuhkan investasi yang tinggi, operasi butuh energi cukup tinggi dan
banyak menghasilkan lumpur.

Anda mungkin juga menyukai