Anda di halaman 1dari 2

Berharganya Jiwa Seorang Mukmin

Agung Pangeran Bungsu S.Sos

Fenomena pembunuhan dan juga bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini tentunya
menjadi tamparan keras bagi semua kalangan. Entah itu orang tua, guru, para da’i, para
pemimpin dan tentu saja bagi semua kalangan masyarakat yang haruslah segera berbenah.
Dimanakah kasih sayang dan kehangatan yang seharusnya hadir lewat keluarga. Dimanakah
ta’dzim hormat-menghormati yang seharusnya lahir dari lingkungan sekolah. Dimanakah
prinsip iman dan taqwa yang senantiasa ditancapkan oleh para da’i lewat mimbar-mimbar
khutbah yang ada. Dimanakah semangat nasihat-menasihati yang seharusnya hadir dari
semua lisan orang-orang yang mengaku beriman. Tentunya semua kalangan haruslah
bersinergi untuk membentuk karakter dan pribadi mukmin yang kuat.

Sikap terbaik bukanlah dengan berdiam diri menunggu peristiwa-peristiwa


memalukan besar lainnya yang na’udzubillah akan kembali terjadi. Atau mungkin dengan
mengabaikan dan menganggap ini adalah peristiwa yang biasa saja. Dalam kajian fiqh
maqasid syariah para ulama memberikan pandangan khusus untuk jiwa seorang atau hifz
nafs, para ulama menempatkan hifz nafs pada urutan kedua setelah menempatkan agama atau
hifz din pada urutan pertama yang harus didahulukan sebelum mendahulukan perihal lainnya.
Bahkan Islam memberikan perhatian khusus untuk memuliakan jiwa seorang mukmin,
sehingga nyawa seorang mukmin di mata Allah sangatlah berharga. Dalam Al-Quran Surah
Al-Isra ayat 33 Allah ta’ala berfirman

ْ ‫ق َو َم ْن قُتِ َل َم‬
‫ظلُو ًما فَقَ ْد َج َع ْلنَا لِ َولِيِّ ِه‬ ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ ِإال بِ ْال َح‬
َ ‫َوال تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬
‫ان َم ْنصُورًا‬ َ ‫ف فِي ْالقَ ْت ِل ِإنَّهُ َك‬ ِ ‫س ُْلطَانًا فَال يُس‬
ْ ‫ْر‬
Dan janganlah kalian membunuh jiwa-jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara
zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya,
tetapi janganlah ahli warisnya itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya
ia adalah orang yang mendapat pertolongan.

Allah ta’ala melarang membunuh jiwa tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat agama,
seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui salah satu hadisnya yang
mengatakan bahwa Rasulullah telah bersabda:
‫اَل يَ ِحلُّ َد ُم ا ْم ِرٍئ ُم ْسلِ ٍم يَ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا ِ ِإاَّل بِِإحْ َدى‬
‫ق لِ ْل َج َما َع ِة‬ِ ‫ار‬ِ َ‫ك لِ ِدينِ ِه ْال ُمف‬ ِ َّ‫ َوالت‬،‫ص ِن‬
ِ ‫ار‬ َ ْ‫ َوال َّزانِي ْال ُمح‬،‫س‬ ِ ‫ النَّ ْفسُ بِالنَّ ْف‬:‫ث‬
ٍ ‫ثَاَل‬
Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, terkecuali karena tiga perkara, yaitu
membunuh jiwa dibalas dengan jiwa, penzina muhsan, dan orang yang murtad dari
agamanya lagi memisahkan diri dari jamaah. (Hr. Bukhari dan Muslim)

Dalam kitab hadits lainnya Rasulullah juga bersabda

‫الد ْنيَا َْأه َو ُن ِع ْن َد اللَّ ِه ِم ْن َق ْت ِل ُم ْسلِ ٍم‬


ُّ ‫ال‬
ُ ‫لََز َو‬

Sesungguhnya lenyaplah dunia ini menurut Allah lebih mudah dari pada membunuh
seorang muslim.

Apapun alasannya perilaku bunuh-membunuh maupun bunuh diri merupakan perilaku


yang sangat dimurkai Allah ta’ala. Untuk kita yang masih Allah ta’ala karuniai petunjuk,
mari kita jadikan semua yang telah terjadi sebagai ibrah untuk memperbaiki sikap dan cara
kita dalam menyelesaikan setiap masalah. Sejatinya cara ini bukanlah cara yang pantas bagi
seorang yang mengaku beriman dalam menyelesaikan problematika kehidupan. Mungkin saja
dahi kita yang sudah berjarak dari tempat sujud sehingga Allah ta’ala tidak memberikan
petunjukNya. Untuk kita semua yang mengaku beriman kepada Allah ta’ala, mari kita
luruskan tauhid dan keimanan kita hanya untuk Allah ta’ala. Menyerahkan hidup dan mati
hanyalah bagi Allah ta’ala. Sehingga sebagai seorang mukmin kita tidak mudah mengambil
jalan yang nista. Wallahu a’lam bish shawab. (*)

Anda mungkin juga menyukai