Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ISLAM DI BENUA AFRIKA

“SUDAN”

Oleh :

Dewi Alfiyani

XII MIPA 1 / 10

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 2 LUMAJANG

Jalan HOS Cokroaminoto 159 Lumajang 67311 Telp/Fax. (0334)881036

http://www.sman2-lmj.sch.id email : info@sman2-lmj.sch.id

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam mencari sumber bacaan ataupun referensi.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyesaikan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amiin YaaRobbal “Alamiin.

Wasalam,

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................7
1.3 Tujuan......................................................................................................................7
1.4 Manfaat....................................................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................8
2.1 Tahun Masuknya Islam di Sudan.............................................................................8
2.2 Asal – Usul Islam di Sudan......................................................................................8
2.3 Pembawa Islam di Sudan.........................................................................................9
2.4 Proses Islamisasi di Sudan.....................................................................................10
2.5 Madzhab yang Diikuti Masyarakat Islam di Sudan................................................13
2.6 Faktor yang Mendukung Perkembangan Islam di Sudan........................................13
BAB III............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan rasul
sebagai utusan-Nya yang terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat
manusia hingga akhir zaman. Yang berintikan tauhid atau keesaan Tuhan
dimanapun dan kapanpun dandibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke
generasi selanjutnya dari satu angkatan keangkatan berikutnya, yaitu sebagai
rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat
rahman dan Rahim Allah SWT. Agama Islam adalah satu-satunya agama yang di
akui di sisi Allah swt. Ajaran dan ketentuan-Nya yaitu Al-qur’an dan sunnah.
Sehingga beruntunglah bagi mereka yang telah menjadi pengikutnya kemudian
dapat pula melaksanakan dan mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar.
Islam lahir membawa akidah ketauhidan dan melepaskan manusia kepada ikatan
berhala-berhala, serta benda- benda lain yang posisinya hanyalah sebagai makhluk
Allah SWT dan ajaran Islam di dukung oleh krangka dasar agama Islam yaitu
akidah, tauhid, dan akhlak.

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul sebagai
hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin
kesejahteraan hidup material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu
agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman.
Ajaran yang diturunkan Allah tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi yang
Shahih (Maqbul) berupa perintah, larangan dan petunjuk untuk kebaikan hidup
manusia di dunia dan akhirat. Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang meliputi
bidang aqidah, akhlaq, ibadah, dan muamalah duniawiyah (Abdurrahman, 2000:
9). Dalam kehidupan dunia ini menuju kehidupan akhirat nanti, pada hakikatnya
Islam dapat dirasakan, diamati, ditunjukkan, dibuktikan, dan membuahkan rahmat
bagi semesta alam sebagai amanah manhaj kehidupan (sistem kehidupan) apabila
sungguh–sungguh secara nyata diamalkan oleh pemeluknya. Dengan demikian,
Islam menjadi sistem keyakinan, sistem pemikiran, dan sistem tindakan yang

4
menyatu dalam diri setiap muslim dan kaum muslimin sebagaimana menjadi
pesan utama risalah dakwah Islam (Abdurrahman, 2000: 11).

Upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan dilakukan melalui dakwah


yaitu mengajak kepada kebaikan (amru bil ma‟ruf), mecegah kemungkaran
(nahyu „anil munkar), dan mengajak untuk beriman (tu‟minuna billah) guna
terwujudnya umat yang sebaik–baiknya atau khairu ummah (Abdurrahman, 2000:
12). Manusia adalah makhluk berpikir, apa yang ada di dalam pikirannya
kemudian dilakukannya. Bekal seorang da‟i harus mencakup intelektualitas dan
akhlak. Suatu perkara yang penting dan mendasar. Islam dalam pandangan
Mustafa (2004: 310), menghendaki wanita Islam untuk menjadi wanita terpelajar,
berbudaya, baik dan maju. Wanita yang dapat menularkan ilmu yang bermanfaat,
beramal dengan ilmu itu, dan menyebarkannya. Di Indonesia, semangat dan
perjuangan Kartini telah membuka mata generasi penerusnya sehingga kita dapat
melihat munculnya lembaga–lembaga pendidikan Islam yang mengkhususkan
untuk 3 perempuan, seperti di Sumatera Barat dan di Jawa. Selain itu kelanjutan
perjuangan Kartini juga terlihat dengan munculnya organisasi–organisasi wanita,
seperti „Aisyiyah berdiri tahun 1917, NA tahun 1923, Persis (1923) dan Muslimat
Nahdatul Ulama tahun 1940 (Purwadi, 2000: 10).

Peradaban Islam memiliki sejarah perkembangan yang sangat panjang.


Dikutip dari buku Sejarah Perkembangan Peradaban Islam karya Prof Dr H
Syamruddin Nasution, M Ag, sejarah perkembangan peradaban Islam dibagi tiga
periode.

Sejarah perkembangan peradaban Islam


A. Periode klasik (650-1258 M)

Era ini adalah masa kemajuan, keemasan, dan kejayaan Islam. Periode ini
dibagi menjadi fase ekspansi dan disintegrasi
1. Fase ekspansi, integrasi, dan pusat kemajuan

Masa ini berlangsung pada 650-1000 M dengan daerah penyebaran Islam yang
makin luas, melalui Afrika utara sampai ke Spanyol di bumi bagian barat. Islam
juga melalui Persia sampai ke India di bumi sebelah timur. Di masa inilah

5
perkembangan ilmu pengetahuan, agama, bahasa, dan lain-lain mencapai
puncaknya. Era ini juga menghasilkan ulama besar misal Imam Malik, Imam Abu
Hanifah, Imam Syafi'i dan Imam Ibn Hambal dalam bidang Fiqh.
2. Fase disintegrasi

Era pada kurun waktu 1000 - 1250 M ini mulai mengalami kemunduran.
Kekuasaan khalifah menurun, hingga akhirnya Baghdad dirampas dan
dihancurkan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
B. Periode pertengahan

Sama seperti sebelumnya, periode ini juga terbagi atas tiga fase. Umat Islam
yang mengalami kemunduran, bangit kembali melalui tiga kerajaan besar
1. Fase kemunduran

Tahap ini berlangsung pada 1250-1500 M dengan desentralisasi dan


disintegrasi yang makin menguat di masyarakat. Perbedaan antara Sunni dan
Syi'ah serta Arab dan Persia semakin nyata. Dunia Islam terbagi menjadi Arab
dan Persia. Bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan
Afrika utara berpusat di Mesir. Bagian Persia yang terdiri dari Balkan, Asia kecil,
Persia dan Asia tengah berpusat di Iran.
2. Fase tiga kerajaan besar

Masa yang berlangsung pada 1500 - 1700 M dilanutkan dengan fase


kemunduran di 1700 - 1800 M. Tiga kerajaan adalah Utsmani di Turki, Safawi di
Persia dan Mughal di India. Kejayaan Islam pada tiga kerajaan besar masih bisa
disaksikan hingga kini. Peninggalan tersebut bisa disaksikan dalam bentuk arsitek
di Istanbul, Iran dan Delhi.
C. Periode modern

Pada periode yang berlangsung mulai 1800 hingga sekarang ini, umat mencari
tahu penyebab kejatuhan Islam. Para pemimpin dan pemuka Islam memikirkan
bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam. Di era sejarah
perkembangan peradaban Islam ini, kondisi muslim berbanding terbalik dengan
periode klasik. Umat Islam yang awalnya menjadi pusat peradaban, kini kagum
pada perkembangan budaya dan kemajuan kelompok masyarakat lain.

6
Maka dari itu penulis ingin mengulas lebih lanjut perkembangan islam di
benua Afrika khusunya di negara Sudan.

1.2 Rumusan Masalah


 Pada tahun keberapa Islam masuk di Sudan ?
 Darimana asal-usul agama Islam di Sudan ?
 Siapa pembawa agama Islam di Sudan ?
 Bagaimana proses islamisasi di Sudan ?
 Apa madzhab yang diikuti oleh masyarakat islam di Sudan ?
 Faktor apa yang mendukung perkembangan islam di Sudan ?

1.3 Tujuan
 Untuk menuntaskan tugas penilaian keterampilan mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Bab 10 “Rahmat Islam Bagi
Alam Semesta”.
 Untuk media pembelajaran

1.4 Manfaat
a. Sebagai salah suatu syarat untuk menyelesaikan tugas keterampilan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan sumbangan pemikiran penulis kepada
pembaca, supaya bisa mengetahui proses islamisasi selain di Indonesia dan Arab
Saudi.

b. Untuk menambah cakrawala berpikir dan menumbuhkan minat baca serta untuk
mengembangkan disiplin ilmu aqidah filsafat bagi siswa kelas XII.

c. Untuk memenuhi syarat dalam mengikuti Ujian Praktek mata pelajaran


Pendidikan Agama Islam kelas XII.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tahun Masuknya Islam di Sudan


Sejarah mencatat, agama Islam masuk ke Sudan sejak abad 7 yang berasal
dari Mesir ketika masih berkuasa dinasti Umayyah. Ketika itu, penguasa Islam di
Mesir bersepakat menjalin hubungan erat dengan masyarakat Sudan, yang masih
bernama Nubia. Sejak itu, arus perdagangan dan kontak sosial semakin intens.
Banyak pedagang Arab dan Mesir tiba di Sudan setelah melintasi wilayah
pinggiran Sungai Nil.

Islam diperkenalkan kepada warga setempat, baik melalui dakwah


langsung, perkawinan, maupun lewat kontak dagang. Sebagian pedagang Arab
memilih menetap di Sudan yang selanjutnya menghidupkan roda perekonomian di
kota-kota di sana.

Pada abad 16, terbentuklah kerajaan Islam di wilayah utara yang bernama
Kerajaan Fung. Ibu kotanya di Sennar. Ada lagi kerajaan Islam yang tumbuh di
barat dengan nama Darfur. Kedua kerajaan ini memegang peranan penting bagi
perkembangan Islam di Sudan.

2.2 Asal – Usul Islam di Sudan


Islamisasi di wilayah Sudan (Sahel) dimulai sejak penaklukan militer dan
konversi agama pada abad ke-8 sampai abad ke-16. Setelah itu, gesekan antar
agama dan konflik sektarian terus terjadi dan menjadi sumber ketegangan yang
berlangsung di seluruh negara-negara Sahel.

Pada abad ke-8 Islam mulai menduduki Afrika Utara, saat itulah orang
Arab Muslim mulai memimpin ekspedisi ke Sub-Sahara Afrika, dimulai dari
sepanjang Lembah Nil menuju Nubia, dan melintasi Sahara ke Afrika Barat.
Ekspedisi ini kebanyakan dimotivasi oleh kepentingan perdagangan trans-Sahara,
khususnya perdagangan budak.

Penyebaran pengaruh Islam di Afrika, sebagian besar terjadi secara


bertahap. Pada abad ke-7, kerajaan-kerajaan Kristen Nubia adalah yang pertama

8
kali. Sufi memainkan peran penting dalam penyebaran Islam dari abad ke-9
hingga abad ke-14, dan mereka mengamankan rute perdagangan antara Afrika
Utara dan sub-Sahara kerajaan Ghana dan Mali. Mereka juga bertanggung jawab
untuk mendirikan zawiyah di tepi Sungai Niger.

Dinasti Sanusi sangat terlibat dalam kerja misionaris yang dilakukan


selama abad ke-19, dengan misi mereka yang berfokus pada penyebaran Islam
dan literasi tekstual di wilayah selatan sampai Danau Chad.

2.3 Pembawa Islam di Sudan


Kedatangan Islam ke wilayah Sudan Selatan tak dapat dielakkan dari
sejarah kedatangan Islam ke Afrika secara global. Penyebaran Islam dimulai tak
lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 632 M. Penyebarannya
dimulai dari Mesir. Pada 640 M, Khalifah Umar bin Khattab membawa 400
pasukan untuk membantu Amru bin Ash melawan Raja Romawi, Muqauqis, yang
dianggap semena-mena terhadap bangsa Mesir.

Dua tahun kemudian, kaum Muslim berhasil mengusir Raja Romawi


tersebut. Mesir menjadi pintu gerbang Islam masuk ke wilayah Afrika. Selain di
Mesir, penyebaran Islam juga terjadi di Libya dan Nigeria yang merupakan basis
kebudayaan Islam terkuat di Afrika.

Para prajurit Arab membawa Islam dari Arab ke Afrika Utara. Penaklukan
pertama kali oleh pasukan Arab terjadi di Tripoli pada 643. Bangsa Arab
menguasai Nubia pada 642 M. Namun, orang Nubian berusaha mempertahankan
daerah mereka sehingga pasukan Arab mundur dari peperangan.

Orang Arab yang nomaden mencari-cari daerah padang rumput baru, dan
pelaut ataupun saudagar Arab mencari wilayah untuk menjual rempah-rempah.
Pernikahan antara orang Arab dan penduduk setempat melahirkan Arabisasi.
Pemimpin pasukan Arab di Mesir, Abdullah bin Saad, lalu mengadakan perjanjian
dengan bangsa Nubia yang berlangsung selama 600 tahun.

9
2.4 Proses Islamisasi di Sudan
Berkembangnya Islam di Sudan terdiri dari fase ke fase, hingga akhirnya
Islam menjadi agama mayoritas di Sudan. Di antara fase berkembangnya Islam di
Sudan adalah pada masa Dinasti Funj.

Sudan merupakan wilayah yang dulunya juga masuk di bawah kekuasaan


Turki Utsmani, namun Islam sudah berkembang ke berbagai daerah bahkan telah
menjadi kekuatan besar sebelum Turki Utsmani menguasai negeri tersebut. Hal
tersebut terbukti dengan berdirinya sebuah kerajaan besar Islam yang hampir
menguasai seluruh wilayah Sudan pada waktu itu. Nama kerajaan tersebut adalah
kerajaan Funj yang menjadikan kota Sinnar sebagai pusat kerajaan. Dalam
perkembangannya, kerajaan Funj diwarnai banyak tarekat sufi yang sampai saat
ini menjadi masyarakat mayoritas di negeri tersebut. Perkembangan tersebut
akhirnya banyak menarik perhatian ulama dari Mesir, Afrika Utara dan Arab atas
kemajuan yang dicapai oleh Kerajaan Funj.

Funj merupakan kelompok masyarakat pengembala yang berasal dari


wilayah Blue Nil yang kemudian terkenal dengan suku Funj. Bersama
pemimpinnya yang bernama Asmara Dungas, suku ini mampu mengalahkan
kerajaan Kristen di Alwa pada 1504 M, dan menjadikan Sinnar sebagai ibu kota
kerajaan. Dan di negara bagian utara Kerajaan Funj inilah, wilahnya berbatasan
dengan masyarakat Arab Muslim. Mereka kemudian bekerja sama dalam bidang
perdagangan dengan menggunakan Bahasa Arab LinguaFranca. Dan dalam
perkembangannya, bahasa Arab kemudian menjadi bahasa persatuan pada abad 18
dijadikan sebagai bahasa resmi dokumen negara.

Kerajaan Funj bersandar pada stabilitas ekonomi dalam bentuk


perdagangan emas. Dan semua pertambangan yang berada di wilayah kerajaan
menjadi milik Sultan, yang juga mengkordinir perdagangan Internasional. Namun,
monopoli perdagangan ini akhirnya berakhir setelah banyak pedagang asing
tinggal di Sinnar.

Penyebaran Islam di masa Funj selain masuk di kalangan elit dan


komunitas perdagangan, juga karena adanya migrasi ulama dan orang suci ke
daerah tersebut. Dan di masa kerajaan Islam inilah, hampir seluruh wilayah Sudan

10
berada di bawah kekuasaannya. Berbagai kemajuan yang dibawa oleh Funj
akhirnya menarik perhatian para ulama yang berasal dari Mesir, negara-negara
Afrika Utara dan Arab Saudi. Yang kemudian banyak mendapat predikat keahlian
bidang Al-Qur’an, Hukum Islam dan Tasawuf.

Tetapi dalam perjalanan panjangnya, pada abad ke 18 Kerajaan Funj


mengalami disintegrasi. Karena terjadinya sistem perkawinan dan kepangeranan
yang kemudian berubah menjadi dinasti-dinasti otonom. Termasuk faktor lainnya
adalah perdagangan yang mulai dikuasai oleh kelas menengah, dan para faqih
mendapat mandat dari masyarakat petani, yang semua itu mempunyai kontribusi
menggerogoti kekuasaan sultan.

Pada sekitar tahun 1786-1800, Abdurrahman Rasyid mengkonsolidasikan


kesultanan Darfur di kota Elfashir. Elfashir kemudian menjadi kota pusat
pemerintahan, pelatihan dan perdagangan. Pada akhir abad ke 18 M, para
pedagang dan tokoh suci Islam medapat kekuasaan baru dari kesultanan Darfur
untuk memerintah secara semi independent. Dengan demikian, akhirnya mereka
secara partikular berhasil mengkonsolidasikan kekuasaan lokal mereka. Kerajaan
Funj akhirnya tumbang karena penyerbuan bangsa Mesir pada 1820-1821 yang
kemudian membuka jalan untuk terbukanya administrasi Islam.

Pada masa kerajaan Funj inilah, Sudan mengokohkan diri sebagai negara
Islam. Tetapi kerajaan Funj hanya bertahan sampai tahun 1821 M. Karena setelah
itu, Sudan berada di bawah kekuasaan Turki Utsmanidibawah kepemimpinan
Gubernur Muhammad Ali yang memerintah Mesir, dan mendapat dukungan
kolonial Inggris. Muhammad Ali yang pada awalnya menjadi gubernur dibawah
Turki Utsmani, pada akhirnya mendeklarasikan diri menjadi penguasa independen
dan berusaha menguasai Sudan.

Kerajaan Funj merupakan kerajaan Islam pertama di Sudan, di mana


kerajaan ini banyak melakukan islamisasi terhadap kaum pagan. Walaupun begitu,
Islam di Sudan sudah berkembang ratusan tahun lamanya sebelum kerajaan Islam
besar seperti Funj berdiri. Untuk itulah Islam di Sudan bisa dikatakan Islam yang
kuat, dan agama ini telah melekat dengan masyarakat asli Sudan. Banyaknya
tarekat-tarekat yang bermunculan di Sudan seperti Qadiriyah, Syadziliyah,

11
Majdubiyah, Sammaniyah, Isma’iliyah, Hindiyah, Khatmiyah, Mahdiyah, dan lain
sebagainya tidak lain juga karena pengaruh Islam yang kuat di negeri tersebut.

Dalam perkembangannya, tarekat-tarekat besar tersebut melahirkan


banyak cabang. Bahkan juga lahir tarekat-tarekat asli Sudan seperti Rukainiyah,
Mahdiyah, Mirghaniyah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya umat
Islam Sudan sebelum datangnya Mesir pada 1821 M, telah mengenal hukum
Islam sebagaimana dikatakan oleh SafiyaSafwat, lewat tulisannya yang berjudul
Islamic Law in The Sudan, yang ada dalam buku Islamic Law:
SocialandHistoricalContects. Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang, kenapa
di Sudan praktik Hukum Islam atau penerapan Syari’at Islam masih sangat kuat.

Nilai atau ajaran Islam bisa dikatakan telah melebur menjadi satu dalam
diri masyarakat Sudan. Dimana, masyarakat di negara Sudan sangat memuliakan
tamu, selalu disiplin dalam melaksanakan shalat 5 waktu. Bahkan, ketika kita
berkunjung ke Sudan. Jika datang waktu shalat, kita akan menemukan
pemandangan-pemandangan yang mungkin jarang kita lihat di Indonesia, yaitu
orang-orang yang shalatjama’ah di pinggiran jalan, di terminal, di pasar dan
tempat-tempat umum lainnya dengan keadaan tempat yang sederhana. Bahkan,
masjid-masjid yang ada di Sudan bisa dikatakan jauh dari kata sepi orang
shalatjama’ah 5 waktu. Padahal, jarak antara masjid satu dan masjid lainnya tidak
terlalu berjauhan. Namun, jama’ah yang ikut shalatjama’ah tetap banyak.

Selain itu, masyarakat Sudan juga terkenal ramah. Kita akan sering disapa
oleh mereka, dan ditanya soal kabar kita dengan berbagai kalimat seperti; kaifal
hal (gimana kabarmu), kaifal umur (gimana keadaanmu), kaifaldirosah (gimana
kuliah), zawajmiten (kapan menikah) dan lain sebagainya. Kalimat-kalimat
tersebut selalu keluar dari mulut orang Sudan ketika menyapa orang, termasuk
kepada orang asing. Dan tentunya mereka sambil mendo’akan yang disapanya.

Sudan dan Indonesia mempunyai ikatan batin yang kuat, karena saat
Sudan merdeka Indonesialah negara pertama yang mengakui kemerdekaannya
lewat presiden Soekarno. Sehingga, nama Soekarno bagi orang Sudan tidaklah
begitu asing. Nama pemimpin Indonesia llainnya yang dikenal oleh masyarakat
Sudan adalah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sampai sopir bajaj pun kenal

12
dengan nama Gus Dur. Nilai-nilai ajaran Islam yang sudah manunggaling dengan
masyarakat Sudan itulah, yang menjadikan mereka ramah dengan orang asing
termasuk dengan orang Indonesia.

Sebelum hadirnya Turki Utsmani, Mesir dan Inggris untuk menguasai


Sudan. Masyarakat Sudan telah menjadi masyarakat yang memegang, dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupannya. Dan tentu saja,
kekuatan kelompok Islam di Sudan juga mempunyai pengaruh besar dalam
melawan penjajahan Inggris-Mesir. Salah satu kelompok Islam Sudan yang
berjuang dalam melawan penjajah adalah kelompok al-Mahdiyah. Kelompok yang
berasal dari kalangan tarekat sufi ini, mempunyai peran besar dalam mengusir
penjajah.

2.5 Madzhab yang Diikuti Masyarakat Islam di Sudan


Islam di Sudan merupakan agama mayoritas dengan masyarakatnya yang
menganut Mazhab Maliki, dan penganut tasuwuf sebagai masyarakat mayoritas.

2.6 Faktor yang Mendukung Perkembangan Islam di Sudan


 Kekayaan Alam
 Letak geografis
 Termasuk negara Islam terluas di benua Afrika
 Bahasa Arab sebagai bahasa nasional
 Perang Saudara

BAB III
PENUTUP

13
3.1 Kesimpulan
Terjadinya perebutan kekuasaan diantara sesama muslim bukan lantas
Islam dianggap sebagai agama yang ditegakkan dan berkembang dengan darah
atau pedang, karena anggapan tersebut merupakan anggapan yang tidak obyektif.
Kondisi ini banyak dipengaruhi oleh warisan atas kondisi sosio-politik yang
berkembang pada saat itu, karena Afrika Utara pernah dibawah kekuasaan
Romawi, dan juga pengaruh emperialisme penjajah dan pertikaian antar etnis
tidak dapat dikesampingkan sebagai penyebab adanya anggapan tersebut.

Islamisasi di wilayah Sudan (Sahel) dimulai sejak penaklukan militer dan


konversi agama pada abad ke-8 sampai abad ke-16. Setelah itu, gesekan antar
agama dan konflik sektarian terus terjadi dan menjadi sumber ketegangan yang
berlangsung di seluruh negara-negara Sahel.

Pada abad ke-8 Islam mulai menduduki Afrika Utara, saat itulah orang Arab
Muslim mulai memimpin ekspedisi ke Sub-Sahara Afrika, dimulai dari sepanjang
Lembah Nil menuju Nubia, dan melintasi Sahara ke Afrika Barat. Ekspedisi ini
kebanyakan dimotivasi oleh kepentingan perdagangan trans-Sahara, khususnya
perdagangan budak.

Penyebaran pengaruh Islam di Afrika, sebagian besar terjadi secara bertahap.


Pada abad ke-7, kerajaan-kerajaan Kristen Nubia adalah yang pertama kali. Sufi
memainkan peran penting dalam penyebaran Islam dari abad ke-9 hingga abad ke-
14, dan mereka mengamankan rute perdagangan antara Afrika Utara dan sub-
Sahara kerajaan Ghana dan Mali. Mereka juga bertanggung jawab untuk
mendirikan zawiyah di tepi Sungai Niger.

Dinasti Sanusi sangat terlibat dalam kerja misionaris yang dilakukan selama
abad ke-19, dengan misi mereka yang berfokus pada penyebaran Islam dan literasi
tekstual di wilayah selatan sampai Danau Chad.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyebaran_Islam_di_Sudan

14
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/18/04/17/p7bka6313-jati-
diri-islam-di-sudan#:~:text=Sejarah%20mencatat%2C%20agama
%20Islam%20masuk,dan%20kontak%20sosial%20semakin%20intens.

https://www.harakatuna.com/perkembangan-islam-di-sudan-dan-sejarah-bahasa-
arab-menjadi-bahasa-resmi-negara.html

https://repository.uin-suska.ac.id/6318/2/BAB%20I.pdf

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5846535/sejarah-perkembangan-
peradaban-islam-dalam-tiga-periode-klasik-modern

https://jurnal.stai-yaptip.ac.id/index.php/alkahfi/article/download/48/43/93

15

Anda mungkin juga menyukai