Anda di halaman 1dari 15

PERADABAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW

DI MEKKAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas kelompok Mata kuliah sejarah peradaban islam

Dosen pengampu: Ibu Cahaya Thahirah Mahdania ,MH

Disusun oleh kelompok 1

Agus saputra Alamsyah ( 2121508032)

Fikri ibnu Fauzan ( 2121508040)

Oki putra gustafa ( 2121508037)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS


SAMARINDA

2022

I
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabbarokatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " PERADABAN ISLAM
PADA MASA RASULULLAH SAW DI MEKKAH ".

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah sejarah
peradaban islam Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.Kami mengucapkan terima kasih kepada IBU CAHAYA
THAHIRAH MADHANIAH MH . selaku dosen Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
mata kuliah yang kami tekuni.

Dan tidak lupa juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.Kami menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih
jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan.

Samarinda, 16 Februari 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Judul ........................................................................................................................ 1

Kata pengantar ....................................................................................................... 2

Daftar isi ................................................................................................................. 3

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II : PEMBAHASAN

A. MASA AWAL KENABIAN ....................................................................... 7


B. Kemajuan Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah……………..8

C. Berbagai Kendala Dakwah Nabi Muhammad SAW DI MEKKAH…12

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. SARAN…………………………………………………………………… 15
Daftar Pustaka .......................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting
dan terkenal diantara kota-kota di Negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena
letaknya. Dengan adanya ka‟bah di tengah kota, Mekkah menjadi pusat keagamaan Arab,
dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat Arab.

Keadaan kaum Quraisy ketika itu sangatlah kacau, baik dari segi sosial, kebudayaan,
maupun kepercayaan. Segala bentuk kezaliman dan kemungkaran merupakan kejadian
sehari-hari. Riba, zina, minuman keras, dan berbagai perbuatan mungkar lainnya adalah
hal yang lazim bagi mereka. Dalam agama suku Quraisy telah menyimpang jauh dari
ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, hanya beberapa saja dari mereka yang
masih bertahan untuk tidak menyembah patung berhala.

Kota Mekah merupakan kota besar yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota
di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letak keberadaannya. Mekah
merupakan tempat stategis karena merupakan jalur perdagangan yang ada di jazirah
Arab, menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara. (Abdurrahman: 1998).
Terlebih dengan adanya ka‟bah yang menjadi sentral kegiatan keagamaan di kawasan
jazirah Arab. Kota ini tidak dapat dilepaskan dari sejarah Peradaban Islam, karena dari
sinilah muncul dan berkembangnya eksistensi Islam ke seluruh pelosok negeri.
Rasulullah SAW lahir di kota Mekah dan berusaha untuk membangun fondasi ketauhidan
manusia dari kota tersebut. Alquran juga untuk pertama kali dan beberapa masa
berikutnya diturunkan di kota Mekah yang berfungsi sebagai way of the life bagi seluruh
umat manusia jika ingin hidup dalam rahmatan lil a‟lamin. Rasanya janggal sekali jika
keberadaan kota Mekah.

4
perjuangan Rasulullah SAW dalam mengislamkan penduduknya keluar dari pembahasan
sejarah peradaban Islam. Karena itulah, sebagai kajian pembuka bagi
pembahasan pembahasan selanjutnya, Makalah ini berusaha untuk mengungkapkan
beberapa dimensi kehidupan yang berkaitan tentang kota Mekah pada periode Rasulullah
SAW. Di mana pembahasannya di mulai dengan pemaparan mengenai kondisi Arabiah
Pra-Islam, lalu dilanjutkan pada pembahasan yang lebih spesifik lagi mengenai kota
Mekah Pra-Islam dan terakhir tinjaun berbagai aspek tentang kota Mekah setelah
keberadaan Rasulullah SAW dan penyebaran dakwahnya untuk menyeru kepada manusia
kepada ketauhidan Allah swt.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal kenabian dan dakwah Rasulullah di Mekkah?
2. Apa saja hasil dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah?
3. Apa saja kendala dakwah Rasulullah SAW di Mekkah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui awal kenabian dan dakwah Rasulullah di Mekkah.
2. Untuk mengetahui hasil dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah.
3.untuk mengetahui kendala dakwah rasulullah saw ketika di mekkah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Awal Kenabian
Rasulullah Saw lebih mengutamakan hidup mengasingkan diri dan dan terbiasa
memprioritaskan waktu untuk beribadah, sehingga beliau selalu pergi menjauhkan diri
dari keramaian ke Gua Hira. Di sanalah beliau banyak meluangkan waktu untuk
bersemedi dan merenungkan keajaiban-keajaiban alam raya, serta memikirkan
kebangkitan, hisab, surga, dan neraka. Rasulullah selalu melakukan ini sampai akhirnya
turun wahyu, awal mula dari wahyu yang tampak adalah berupa mimpi yang benar,
beliau sesuatu dalam mimpinya itu melainkan hal itu bagai fajar terbit di waktu subuh.

Peristiwa tersebut terus menerus terjadi pada Rasulullah Saw selam enam bulan sampai
usianya 40 tahun, maka sesudah itu barulah turun wahyu tepatnya pada malam senin pada
tanggal 17 ramadhan yang langsung disampaikan oleh Jibril, yaitu Surah Al-„Alaq ayat 1-
5.

Setelah wahyu yang pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara Nabi Muhammad SAW menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam
keadaan menanti itulah turun wahyu yang kedua yang membawa perintah kepadanya,
yang berbunyi : “Hai orang-orang yang berselimut, bangun dan berilah ingatan,
hendaklah engkau besarkan Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah
perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi dengan bermaksud memperoleh balasan
yang lebih banyak, dan untuk memenuhi perintah tuhanmu maka bersabarlah”. (Q.S Al
Mudastsir: 1-7)

6
Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah, pertama-tama beliau
melakukannya secara rahasia di lingkungan keluarga dan rekan-rekannya. Orang yang
pertama sekali menerima seruan nabi ialah istrinya yaitu Siti Khadijah, kemudian saudara
sepupunya Ali bin Abi Thalib, kemudian Abu Bakar, lalu Zaid bin Harisah, dan Ummu
Aiman.

Sangat lumrah jika Rasulullah SAW menempatkan islam pada awal mulanya kepada
orang yang paling dekat dengan beliau karena beliau sudah kenal baik dan merekapun
mengenal beliau dengan baik. Setelah itu banyak orang yang masuk islam, baik laki-laki
maupun perempuan, sehingga nama Islam menyebar di seluruh Mekkah dan banyak yang
membicarakannya, pada saat itu dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan
perorangan.

Setelah tiga tahun dakwah dilakukan secara diam-diam dan perorangan, selanjutnya
Rasulullah SAW menerima wahyu yang mengharuskan beliau untuk berdakwah secara
terbuka, wahyu pertama yang turun dalam masalah ini adalah firman Allah Swt: ”Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”. (Q.S As Syu‟ara: 214).
Selanjutnya turunlah ayat : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala
apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. (Q.S Al
Hijr: 94)

7
Setelah turunnya perintah tersebut, Rasulullah Saw bangkit dan menyerang khurafat dan
kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali
tidak memiliki nilai, ketidakberdayaan berhala-berhala itu beliau gambarkan dengan
beberapa perumpamaan disertai dengan penjelasan-penjelasan bahwa siapa yang
menyembah berhala dan menjadikannya sebagai wisalah antara dirinya dan Allah, berada
dalam kesesatan yang nyata.

B. Kemajuan Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah


Rasulullah SAW berdakwah di Mekkah pada mulanya secara sembunyi-sembunyi selama
tiga tahun.[6] Beliau memulai dakwahnya hanya kepada keluarga dan sahabat-sahabat
terdekat saja,[7] baru setelah itu atas wahyu Allah beliau berdakwah secara terang-
terangan.

Sejarah membuktikan begitu banyak hasil dan kemajuan yang dicapai Rasulullah ketika
berdakwah di Mekkah, diantaranya yang paling terlihat adalah semakin banyaknya orang
masuk islam baik dari dalam maupun dari luar kota Mekkah. Perkembangan besar juga
terlihat setelah peristiwa Israa dan Mi‟raj dimana sejumlah penduduk Yastrib yang
berhaji ke Mekkah dan masuk islam secara bergelombang.[8] Para Sejarawan islam juga
mencatat beberapa kemajuan penting dalam dakwah Rasulullah, diantaranya :

1. Dalam Bidang Akidah


Masyarakat Jahiliyyah ketika itu meyakini adanya banyak tuhan (politeisme). Kemudian
berkat perjuangan Rasulullah SAW, mereka mentauhidkan Allah dan mengimani adanya
Allah dzat yang Maha Esa.

8
2. Dalam Bidang Hukum
Sebelumnya bangsa Jahiliyyah sama sekali tidak mengenal hukum. Yang kuat menindas
yang lemah, maka dengan perjuangan Rasulullah, mereka menjadi masyarakat yang taat
dan patuh kepada hukum.
3. Dalam Bidang Akhlak (Moral)
Masyarakat Jahiliyyah pada saat itu adalah masyarakat yang biadab, masyarakat yang
sama sekali tidak menghormati kaum dhu‟afa, gemar berjudi, minum khamar, dan
berzina. Namun, dengan berkat perjuangan Rasulullah SAW, mereka menjadi orang-
orang yang berakhlak. Dengan demikian, perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah ini
sangat signifikan dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia.

Pada periode Mekkah, Rasulullah juga mampu membangun persatuan dan persaudaraan
sesama muslim dan non-muslim. Beliau juga sempat membangun satu mesjid sebagai
pusat dakwah islam ketika itu

4. . Aspek Ekonomi dan Perdagangan Hukum ekonomi dan keuangan menurut ajaran
Islam (al Ahkam al-Iqtishadiyah wa-Almaliyah) mempunyai bentuk yang sangat
bervariasi. Keanekaragaman itu terjadi karena bervariasinya kultur serta pengetahuan
yang melatarbelakangi pikiran penulisnya. Namun demikian, secara umum dapat
ditegaskan bahwa terminologi al-Ahkam al-Iqtishadiyah wa-Almaliyah dipakai untuk
menunjuk kepada pengertian hukum (tatanan) yang mengatur sistem ekonomi dan
keuangan berkenaan dengan upaya manusia mencukupi kebutuhan, meningkatkan taraf
hidup, dan mewujudkan kesejahteraan, baik secara individu maupun secara kolektif.
Dalam periode Mekah umat Islam telah mengenal aktifitas ekonomi dengan bentuknya
yang masih sederhana, seperti menggembala binatang ternak, membuat alat rumah tangga
atau perang, menjadi buruh kasar, atau budak.

9
Sementara golongan menengah keatas berdagang. Mereka mengenal aktivitas
kewirausahaan (www.badilag.net). Semisal Usman bin Affan dan Abu Bakr. Nabi
Muhammad SAW sendiri pada masa mudanya bekerja sebagai pengembala domba dan
seorang pengusaha yang menjalankan bisnis Khadijah yang kelak menjadi isterinya.
Namun memang, Kritikan-kritikan tajam Nabi SAW dalam sektor perdagangan (seperti
masalah riba, penumpukan kekayaan atau monopoli, dan lain-lain) terjadi pada periode
Madinah. Hal ini tampak berkaitan erat dengan kuatnya kaum Yahudi Madinah sebagai
pemeran penting di lapangan perdagangan.

Sementara itu, kaum petani dari kalangan Muhajirin dan Anshar sering dirugikan dengan
fluktuasi harga yang diciptakan oleh orang-orang tertentu dalam sistem pasar. Kota
Mekah ketika itu merupakan pusat perdagangan, sebagai penghubung jalur perekonomian
Samudera Hindia (wilayah timur) dengan Laut Tengah (wilayah barat). Pada pertengahan
kedua dari abad ke-enam Masehi, jalan dagang Timur-Barat berpindah dari Teluk

Persia-Euphrat di Utara dan Laut Merah-Perlembahan Neil di Selatan, ke Yaman–Hijaz–


Syria. Peperangan yang senantiasa terjadi antara Byzantin dan Persia membuat jalan
Utara tak selamat dan tak menguntungkan bagi dagang. Mesir, mungkin juga sebagai
akibat dari peprangan Byzantin dan Persia, berada dalam kekacauan yang mengakibatkan
perjalanan dagang melalui perlembahan nil tidak menguntungkan pula. Dengan
berpindahnya perjalanan dagang Timur–Barat ke Semenanjung Arabia, Mekah menjadi
kota dagang karena letaknya yang berada strategis dipertengahan jalur dagang tersebut.
Pedagang pedagangnya pergi ke Selatan membeli barang-barang yang datang dari
Timur, yang kemudian mereka bawa ke Utara untuk di jual di Syria (Hitti 1970).

10
Dari dagang transit ini, Mekah menjadi kaya. Perdagangan di kota ini dipegang oleh
suku quraisy dan sebagai orang-orang yang berada dan berpengaruh dalam masyarakat
pemerintahan Mekah juga terletak di tangan mereka. Kekuasaan kota Mekah sebenarnya
terletak di tangan kaum pedagang tinggi. Kaum pedagang tinggi ini, untuk menjaga
kepentingan – kepetingan mereka mempunyai perasaan dan solidaritas kuat yang
kelihatan efeknya dalam perlawanan mereka terhadap Nabi Muhammad saw, sehingga
beliau dan pengikut-pengikutnya terpaksa meninggalkan Mekah untuk pergi ke Yasrib.
Sebagaimana diketahui nabi bukanlah termasuk golongan yang kaya bahkan termasuk
dari kalangan Quraisy yang keadaan ekonominya sederhana sekali, sehingga dia terpaksa
mengembalakan kambing guna membantu ekonomi pamannya, Abu Thalib. Maka
sepeninggal isterinya yang merupakan bagian dari pebisnis utama kota Mekah,
pendukung dan solidaritas dari kaum pedagang tinggi pun melemah. Inilah di antara
faktor yang menyebabkan hijrahnya rasul ke Yasrib.

Dari sini dapat dinyatakan bahwa, pada periode awal kekuasaan dan imperium ekonomi
di kota Mekah tidak dapat dikuasai oleh kaum Muslimin karena masih sedikit dan
lemahnya mereka saat itu. Hal ini terutama disebabkan sebagian besar pengikut
Rasulullah saw adalah berasal dari golongan rendah, semisal budak dan buruh kasar yang
tidak memiliki pengaruh besar dalam bidang ekonomi di kota Mekah. Sedangkan
kebanyakan aristokrat ekonomi kota Mekah semisal Abu Sufyan dan Abu Jahl yang
memiliki jaringan bisnis kuat, sangat membenci dan menentang dakwah yang dilakukan
oleh Rasulullah saw.

11
C. Berbagai Kendala Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah

Orang-orang musyrik Mekkah terus berusaha untuk menghadang dakwah Rasulullah


SAW dengan berbagai cara, mereka memeras pikirannya untuk menghentikan dakwah
Rasulullah. Diantara beberapa tingkah laku mereka terhadap kaum muslimin di Mekkah,
ialah:
1. Ejekan, penghinaan olok-olok, dan penertawaan, mereka melemparkan berbagai tuduhan
yang lucu dan ejekan semenanya terhadap Nabi Saw, mereka menyebut beliau sebagai
orang gila/sinting.
2. Mengejek-ejek ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan terhadap ajaran nabi dan
diri Nabi SAW, mereka tiada henti melakukannya dan tidak memberi kesempatan kepada
setiap orang yang menelaah dakwah beliau.
3. Melawan Al-Qur‟an dengan dongeng-dongeng orang terdahulu dan menyibukkan
manusia dengan dongeng-dongeng itu agar mereka meninggalkan Al-Qur‟an.
4. Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka
berusaha untuk mempertemukan islam dengan Jahiliyyah dan di tengah jalanan.
Orang-orang musyrik menerapkan cara-cara tersebut sedikit demi sedikit untuk
menghentikan dakwah Nabi SAW sejak permulaan tahun keempat dari kenabian, mereka
tidak henti-hentinya mengganggu beliau, menyiksa orang-orang yang masuk Islam, dan
menghadangnya dengan berbagai siasat dan cara.

12
Adapun diantara orang-orang yang selalu menghadang dakwah Nabi dan menyakiti orang
yang masuk islam ialah Abu Lahab beserta istrinya, Abu Jahal, „Utbah bin Rabi‟ah,
Syaibah bin Rabi‟ah, Al-Walidin bin Utbah, Umayyah bin Khalaf, „Uqbah bin Abu
Mu‟ith, „Ubay bin Khalaf, Al-Akhlas bin Syariq At-Tsaqafi, Ibnu Mush‟ab bin „Umair,
dan lain-lain. Seperti, apabila Abu Jahal mendengar seseorang masuk islam, maka dia
memperingatkan, menakut-nakuti, menjanjikan sejumlah uang dan kedudukan jika orang
tersebut dari golongan terpandang. Namun, apabila orang tersebut adalah orang yang
awam dan lemah maka dia akan melancarkan pukulan dan siksaan yang kejam. Dan
berbagai siksaan yang lain yang menyakiti, bahkan ada dari kalangan orang yang baru
masuk islam meninggal setelahnya.

Gangguan dan siksaan-siksaan seperti ini membuat Nabi Muhammad SAW prihatin dan
khawatir. Namun, beliau tetap yakin dan tegar dalam berdakwah, karena beliau memiliki
kepribadian yang tidak ada duanya, berwibawa, dan dihormati setiap orang. Disamping
itu, beliau masih mendapat perlindungan dari Abu Thalib orang yang paling disegani dan
dihormati di Mekkah ketika itu.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan, diantaranya, adalah :

1. Sebelum masa kenabian, Rasulullah selalu menyendiri dan di Gua Hira. Setelah
menerima wahyu pertama barulah beliau mulai berdakwah secara diam-diam dan setelah
itu mulailah Rasulullah berdakwah secara terang-terangan di Mekkah.

2. Ada beberapa kemajuan yang dicapai Rasulullah ketika dakwah di Mekkah, diantaranya
adalah semakin bertambah banyak orang yang masuk islam, memperbaiki dan
meluruskan berbagai aspek kehidupan, membangun mesjid, serta mempererat
persaudaraan dan persatuan.

3. Berbagai rintangan dan masalah-masalah tak luput menghalangi dakwah Rasulullah Saw,
seperti ejekan, penghinaan, olok-olok, penertawaan, penyiksaan, berbagai ancaman dan
penawaran, dll.

B. Saran

Kami menyadari makalah ini terbatas dan banyak kekurangan untuk dijadikan landasan kajian
ilmu, maka kepada para pembaca agar melihat referensi lain yang terkait dengan pembahasan
makalah ini demi relevansi kajian ilmu yang akurat. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari pembaca sekalian, terima kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h.
145

2. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. (Jakarta: PT. Raja
GrafgindonPersada, 2014), h. 19

3. Badri Yatim, Sejarah Peradaban . . . , h, 19

4. Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah. (Jakarta: Pustaka Al


Kautsar, 1997), h. 78

5. Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah . . . , h. 78

6. Muhammad Husain Haikal, Sejarah hidup Nabi Muhammad. Cet. 32, (Jakarta: PT.
Mitra Kerjaya Indonesia, 2006), h. 84

7. Ustadz Umar Abdul Jabbar, Khulasah Nurul Yaqin. Jild. 1, (Surabaya: Maktabah), h. 19

8. Badri Yatim, Sejarah Peradaban . . . , h. 24

9. muhaiminah10.blogspot.com/2013/09/sejarah-kebudayaan-islam-
keberhasilan.html?m=1

10. Badri Yatim, Sejarah Peradaban . . . , h. 25

11. Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah . . . , h

10•Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam

•Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam

•Said Ramadhan Al Buthi, Fikih Sirah

•Syed Muhammad Naquib Al Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu

•Taufik Abdullah dan Sharon Siddique, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara

•Jasman, Sejarah Peradaban Islam, Jurnal At-Tadabbur Vol 8 No 2 (2018)

Anda mungkin juga menyukai