Dokumen An
Dokumen An
4. Jelaskan usaha – usaha yang dilakukan presiden B .J. Habibie untuk melaksanakan agenda
Reformasi!
Jawab : Dalam kurun waktu 17 bulan pemerintahannya, banyak kebijakan yang dikeluarkan
Presiden BJ. Habibie, pada waktu itu Kabinet Reformasi Pembangunan telah menghasilkan
69 Rancangan Undang-Undang (RUU) yang siap disahkan menjadi Undang-Undang (UU).
Sementara itu, masih ada agenda reformasi yang perlu diselesaikan seperti masalah law and
enforcement (penegakan hukum), peningkatan kualitas aparatur, dan budaya hukum
masyarakat (Habibie, 2006:165). Berikut ini adalah beberapa kebijakan Presiden BJ. Habibie
selama masa pemerintahannya :
1. Reformasi Ekonomi
2. Pemulihan Legitimasi Politik
3. Proses Amandemen Pertama UUD 1945
4. Demokratisasi Pers dan Penegakan HAM
5. Referendum Timor Timur.
6. Tuliskan dan jelaskan dua bentuk perubahan yang terjadi di lembaga Pertahanan Negara
pada masa Reformasi!
Jawab : Penyebab terjadinya perubahan masyarakat masa Orde Baru karena masyarakat
mulai merasa kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok. Perubahan diantaranya yaitu :
1. Adanya Pembatasan Masa Jabatan Presiden
Dampak positif era reformasi kemudian memunculkan sebuah undang-undang yang
membatasi masa jabatan presiden. Disebutkan dalam Pasal 7 UUD 1945 yang sudah di
amandemen. Dengan adanya pembatasan kekuasaan ini maka akan menghindari kekuasan
yang langgeng. Sebagaimana terjadi di era orde baru yang saat itu Soeharto dapat menjadi
presiden dalam 6 kali masa pemilu berturut turut.
2. Meningkatnya Derajat Bangsa Indonesia
Reformasi memberikan dampak positif dengan semakin meningkatnya derajat bangsa ini.
Hal ini merupakan imbas dari bagaimana bangsa ini dengan kekuatan rakyatnya dapat lepas
dari cengkeraman kepemimpinan orde baru selama 32 tahun lamanya. Hal inilah yang juga
membakar semangat akan perubahan dan perbaikan kehidupan di segala aspek bagi
kehidupan bangsa indonesia. Sesuatu yang diraih melalui hasil dan kerja keras anak bangsa
dalam membebaskan diri dari belnggu penguasa yang otoriter.
8. Jelaskan konflik yang terjadi antara presiden Abdurrahman Wachid dengan DPR dan TNI!
Jawab : Konflik yang terjadi antara Presiden Abdurrahman Wahid dengan DPR diawali
dengan kasus Bulog Gate daan Brunei Gate yang menyebabkan Gus Dur dinilai melakukan
tindak pidana korupsi. Akibat kasus ini DPR mengeluarkan memorandum, namun
memorandum tersebut tidak digubris oleh Gus Dur, sehingga munculah memorandum -
memorandum selanjutnya sampai akhirnya DPR mengusulkan kepada MPR untuk
melengserkan Gus Dur dari jabatannya sebagai presiden. Langkah DPR tersebut membuat
Presiden Gus Dur mengeluarkan Dekrit Presiden untuk membekukan DPR dan MPR. Namun,
dekrit tersebut tidak dapat dilaksanakan karena dianggap bertentangan dengan konstitusi
dan tidak memiliki kekuatan hukum. MPR pun mengadakan sidang istimewa yang
menghasilkan keputusan untuk melengserkan Gus Dur dari posisinya sebagai presiden.
Brunei Gate ini merupakan kasus penyaluran dana Sultan Brunei yang diserahkan kepada
pengusaha yang dekat dengan Presiden Wahid, yaitu Ario Wowor. Dana tersebut kemudian
disimpan oleh Gus Dur dalam rekening pribadinya. Hal ini menyebabkan Gus Dur dinilai
melakukan tindak pidana korupsi. Namun, Gus Dur beralasan bahwa Sultan Brunei
memintanya untuk merahasiakan dana tersebut, sehingga Gus Dur pun menyimpan dana itu
sendiri tanpa diketahui oleh publik. Sedangkan untuk perseteruan antara Abdurahman
Wachid dengan TNI dimulai saat Presiden Gus Dur dan petinggi TNI merayakan hari ulang
tahun (HUT) TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada 5 Oktober 2000. Namun,
Keesokannya Presiden Gus Dur memecat Sutjipto sebagai KSAL dan Tyasno sebagai KSAD.
Bahkan, rumor berkembang Widodo juga akan dipecat sebagai Panglima TNI dan digantikan
KSAU Hanafie. Megawati mengakui bahwa Gus Dur menceritakan alasan pencopotan itu,
karena Sutjipto diketahui 11 kali bertemu dengan mantan Presiden Soeharto. Mendengar
penjelasan Megawati, Sutijipto mengungkapkan bahwa dia terakhir kali berjumpa dan
bersalaman dengan Presiden Soeharto ketika dia menjadi Panglima Komando Armada Barat
(Pengkoarmabar) dalam sebuah upacara militer, empat tahun lalu, yakni pada 1996. Sutijipto
merasa difitnah dan menduga ada yang salah memberikan informasi kepada Gus Dur.
Namun beberapa hari kemudian, ia tetap harus menyerahkan jabatan KSAL kepada Laksdya
Indroko Sastrowiryono, yang sebelumnya menjadi Wakil KSAL. Rangkaian peristiwa mutasi di
tubuh Angkatan Darat seperti itu mengisyaratkan bahwa para perwira Angkatan Darat
sedang mengibarkan bendera peringatan kepada Presiden. "Ini sebuah smoke signal," tutur
pengamat militer Salim Said. Peristiwa itu menunjukkan bahwa proses reformasi di tubuh
TNI pada era Presiden Gus Dur tidak semudah membalik telapak tangan. Bahkan, terjadi
konflik elite Gus Dur dengan petinggi TNI.