BAB
I
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................2
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................12
1.3 Batasan Masalah..................................................................................................13
1.4 Rumusan Masalah...............................................................................................14
1.5 Tujuan Penelitian.................................................................................................14
1.6 Kegunaan Hasil Penelitian...................................................................................15
1.6.1 Kegunaan Teoritis........................................................................................15
1.6.2 Kegunaan praktis.........................................................................................15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................17
2.1 Landasan Teoritis................................................................................................17
2.1.1 Kinerja Kepala Sekolah...............................................................................17
2.1.2 Kriteria Kinerja Kepala Sekolah..................................................................19
2.1.3 Manajemen Berbasis Sekolah......................................................................28
2.1.3.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah.............................................28
BAB I
PENDAHULUAN
dengan pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu
Indonesia adalah masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan
pengadaan buku, dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana, serta
pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Ada tiga factor yang
menyebabkan kualitas tidak mengalami peningkatan secara merata. Factor
semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produk tersebut, maka
pengadaan guru, dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidkan
baik.
Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiao saat
pendidikan selau menjadi focus perhatian dan bahkan tidak jarang menjadi
orang, bukan hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan dimasa yang
akan dating, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat
kehidupan masyarakat.
Fenomena itu ditandai dengan rendahnya mutu lulusan pendidikan yang tidak
lulusan pendidikan kurang sesuia dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan
pembangunan, baik industry, perbankan, telekomunikasi, maupun pasaran
sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi
ahlak, moral, dan jati diri bangsa dlaam kemajemukan budaya bangsa.
pesimis terhadap sekolah. Ada anggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu
depan anak yang lebih baik. Perubahan paradigma baru pendidikan kepda
segera diperbaiki dan di ubah dengan pengelolaan yang lebih baik. Otonomi
ini tidak didukung oleh penyediaan sarana prasarana belajar yang memadai
maksimal.
mengelola pendidikan sehingga tujuan sekolah dapat dicapai secara efektif dan
pendidikan yang dibuat seperti mata rantai yang tidak terputus melalui suatu
pendekatan “Plan, Do, Check, Act”. Prinsip- prinsip MBS tersebut bisa
dengan standar pendidikan yang baru yang bisa mengubah baik orientasi
pendidikan, kurikulum, bahan ajar maupun system tes sesuai dengan kondisi
dan sumber daya yang dimiliki sekolah. Walaupun tidak instruktif, namun
dan dinamis. Dalam kegiatannya sekolah adalah tempat yang bukan hanya
sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan berada dalam suatu
tataran system yang rumit dan saling berkaitan, oleh karena itu sekolah
dari itu kegiatan inti organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya
dan berhubungan dengan instansi lain baik secara vertical maupun horizontal.
akurat agar dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan
pendidikan. Dalam hal ini berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya
32-33).
dan tenaga pendidik (guru). Para kepala sekolah sebagai manajer sudah
kebutuhan masyarakat, baik pasar tenaga kerja sector formal maupun sector
Pelaksanaan tugas kepala sekolah akan berhasil dengan baik apabila kepala
berjalan dengan baik ketika ada kesesuaian dengan peran yang dimainkan
oleh tenaga pengajar atau guru sebagai partner kerjanya dalam meningkatkan
bersangkutan.
secara penuh, tingkat menengah ( sedang), dan MBS secara minimal ( pola
MBS semacam ini berdasarkan kutipan dari Fasli Djajal dan Deid Supriadi,
2001: 161).
kesenjangan antara upaya maksimal para kepala sekolah dan guru dalam
yang masih rendah atau kurang, berimplikasi terhadap adanya dugaan dari
diri penulis bahwa hal itu terjadi kerana pengaruh kinerja masing-
untuk dikaji lebih mendalam melalui sebuah penelitian yang di fokuskan pada
judul penelitan “ PENGARUH POLA KEPEMIMPINAN TERHADAP
manajemen berbasis sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah dan guru yang
daya manusia, sumber daya fisik, serta hubungan kerjasama antara keduanya
dengan masyarakat oleh karena itu dipandang perlu adanya uraian analisis
berkesinambungan.
pembelajaran.
3) Sebagai masukan bagi instansi yang berwenang dalam pelaksanaan
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
jabatan yang professional dengan tugas dan tangggungjwab yang cukup berat
Dalam hal ini kepala sekolah hendaknya dpat meningkatkan kinerjanya terus
sebagai berikut:
kinerja maupun prestasi kerja merupakan cerminan hasi yang dicapai oelh
juga baik.
budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”. Dalam pada
menyatakan bahwa:
Dari beberapa criteria diatas, maka yang akan dibahas berikut ini
derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan); (3) mutu. Sedangkan kerja artinya
hasil pendidikan. Kualitas kerja dari kepala sekolah dapat dilihat dari tingkat
motivaasi, proses, dan hasil kerjanya. Jika motivasi, proses,dan hasil kerjanya
baik, maka dapat dikatakan kualitas kepala sekolah tersebut baik, begitu pula
berikut:
2) Ketetapan (promptness)
Tepat sendiri mengandung enam makna, yaitu: 1) betul atau lurus, benar; 2)
kena benar (pada sasaran, tujuan, maksud); 3) tidak ada selisih sedikitpun,
tidak kurang tidak lebih, persis; 4) betul atau cocok ( tentang dugaan,
ramalan); 5) jitu (tentang tindakan, aturan, kritik); dan 6) betul atau mengena
pendidik, dan sebagai staf. Ia jitu dalam merencanakan setiap tindakan yang
dilakukannya. Ia teliti dalam setiap perkataan dan tindakan, serta sikap yang
dilakukannya. Ketika berada di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Setiap
rencana, kata, ucap, tindakan, sikap, benar-benar sesuai dengan aturan dan
norma yang berlaku. Yang tidak kalah pentingnya, kepala sekolah tepat
3) Inisiatif
brilian mempunyai prakarsa atau ide yang brilian pula dalam upaya
dipupuk dan dibina, maka tidak menutup kemungkinan sekolah tersebut akan
dan sebagainya.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinyasebagai innovator,
kepela sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan
ditemukan sebuah fakta bahwa sebuah sekolah dapat dikatakan unggul atau
dan kekuatan (Depdiknas RI, 2003: 707). Dalam bahasa Inggris, kata
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek. Sedangkan
dengan kemampuan kepala sekolah dapat dilihat dari hal-hal berikut ini :
keseluruhan.
yang lainnya.
sebagai totalitas.
Kedua, kemampuan manusiawi yaitu kemampuan untuk bekerja
5) Komunikasi (Communication)
anatar dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
intinya adalah adanya interaksi antara dua orang atau lebih dalam
sebagai berikut:
yang dijalin dengan seluruh warga sekolah, seperti dengan guru, staf, dan
berikut:
lembaga.
hasil atau keluaran dari suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa
prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja actual dengan standar
kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil
disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh
seseorang. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu
Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk perbandingan hasil kerja
seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang
dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan melebihi
standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik.
yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan
harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud
Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh
dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen
proses belajar mengajar; (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar; (4)
(3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih peserta didik;
belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada saat guru
baik agar pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan
evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan
konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang
dan Jackson (2001: 82) dalam Wikipedia, ada beberapa faktor yang
sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal
bekerja, (2) tanggung jawab terhadap tugas, (3) minat terhadap tugas, (4)
dari kepala sekolah, (7) hubungan interpersonal dengan sesama guru, (8)
MGMP dan KKG, (9) kelompok diskusi terbimbing serta (10) layanan
perpustakaan”.
Selanjutnya pendapat lain juga dikemukakan oleh Surya (2004: 10)
terkait erat dengan kinerja profesional guru adalah kepuasan kerja yang
oleh faktorfaktor: (1) imbalan jasa, (2) rasa aman, (3) hubungan antar
yang menentukan tingkat kinerja guru dapat disimpulkan antara lain: (1)
tingkat kesejahteraan (reward system); (2) lingkungan atau iklim kerja guru;
(3) desain karir dan jabatan guru; (4) kesempatan untuk berkembang dan
meningkatkan diri; (5) motivasi atau semangat kerja; (6) pengetahuan; (7)
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling
sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian
atau perilaku orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum
atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara
mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik
dalam situasi yang alami sebenarnya maupun situasi buatan. Tingkah laku
guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan
observasi.
penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu
sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau
peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru yang profesional.
akhirnya nanti akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini
menuntut perubahan pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk
keputusan pendidikan yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan
situasional dan kondisional sesuai dengan masalah yang dihadapi dan politik
total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Yang dimaksud sumber di sini ialah
menyelesaikan tujuan.
sekolah didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik
yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya
dan orang tua menjalin kerja sama untuk membantu sekolah sebagai nara
pembelajaran.
ditetapkan.
program sekolah didukung oleh kinerja team work yang kompak dan
diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana
untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para
dikelola dengan baik dalam rangka MBS, menurut Mulyasa (2003: 42),
efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap
melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat
kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang
pendidikan.
masih secara normative. Sedangkan uraian dari tujuan MBS secara rinci
daya yang dimiliki sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, masyarakat,
ditetapkan.
pendidikan.
program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi sekolah. Dengan
demikian lebih tegas lagi bahwa esensi manajemen berbasis sekolah adalah