MAKALAH
Disusun Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
1
KATA PENGANTAR
1. Ibu Dr. Iin Tri Rahayu, S.Psi, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik
Psikologi Konseling yang telah memberikan pengarahan dalam
pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman Kelas Psikologi A tahun Angkatan 2020 yang telah
memberikan dukungan dan semangat dalam proses penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi
para pembaca.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………...………..i
KATA PENGANTAR….............................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Intervensi Sosial...................……………………………………………8
3.1. Kesimpulan….........................................................................................13
3.2. Saran…………………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Berangkat dari asal kata konseling (konseling), secara harfiah. Berasal dari kata
nasihat yang diambil dari kata Latin Counselium, yang berarti "bersama" atau
"berbicara bersama". Konseling sering juga disebut dengan konseling, yang secara
umum diartikan sebagai pemberian informasi, informasi atau nasehat kepada pihak
lain. Pelaksana konseling disebut “Konselor” sedangkan pihak yang melakukan
konseling disebut “Klien”.
1
1.2. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa
latin yaitu counselium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “bicara
bersama - sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan orang
atau beberapa klien (counselee). Dengan demikian conselium berarti “people coming
together to gain an understanding of problem that beset theme were evident”, demikian
tulis Baruth dan Robinson dalam bukunya “An Introduction to The Counseling
Profession”.
3
karena setiap ahli memiliki latar belakang falsafah yang berbeda. Berikut akan
dikemukakan beberapa pengertian konseling.
Ahli lain, dan Cormier (1979) lebih memberikan penekanan pada fungsi pihak
– pihak yang terlibat. Mereka menegaskan bahwa konselor adalah tenaga terlatih yang
berkemauan untuk membantu klien. Mereka menegaskan bahwa:
Kottler dan Shepard (2004) mengatakan pula bahwa konseling adalah suatu
profesi dengan riwayat dan standar yang jelas dari disiplin ilmu yang berkaitan seperti
4
pekerja sosial, psikologi, dan psikiatri. Konseling merupakan suatu aktifitas yang
dirancang terutama untuk orang yang mengalami masalah perkembangan atau
penyesuaian (juga untuk menangani orang yang bertahan dari bentuk – bentuk
penyakit mental). Konseling juga merupakan suatu hubungan di dalam kelompok,
keluarga, ataupun individual, yang dibentuk untuk mengembangkan kepercayaan,
keamanan, dukungan, dan perubahan yang permanen. Konseling bersifat
multidimensional, berkenaan dengan perasaan, pikiran, dan perilaku manusia pada
masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
Istilah – istilah lain yang sering ada bersama konseling selain penyuluhan
(guidance) adalah terapi (psychotherapy). Tentang psikoterapi berhubungan dengan
masalah gangguan jiwa yang lebih serius, lebih menekankan pada hal yang lalu
daripada sekaran, lebih menekankan pada insight daripada perubahan, peran terapis
lebih sebagai ahli dan bukan teman berbagi, perubahan – perubahan rekonstruktif, dan
hubungan jangka panjang.
Konseling, penyuluhan, dan terapi bisa saja memiliki arti yang tumpang tindih.
Konseling dan penyuluhan sama – sama bekerja dengan orang – orang yang masih
dianggap normal dan berfungsi dengan baik dalam kehidupannya. Tidak jarang pula
secara awam konseling diistilahkan sebagai penyuluhan di mana maknanya sebagai
pemberian penerangan atau nasihat kepada pihak lain. Bersama dengan psikoterapi,
beberapa definisi konseling bisa tumpang tindih, khususnya yang menggunakan
pendekatan non-directive client-centered. Tujuan konseling dan psikoterapipun sama,
yaitu untuk mengadakan perubahan pada pikiran ataupun perilaku klien. Kedalaman
masalah yang ditangani terkadang sulit ditentukan, sehingga sulit pula untuk
memutuskan apakah menggunakan konseling atau psikoterapi dalam menangani
masalah.
5
2.2. Tujuan Psikologi Konseling
1. Mengubah perilaku yang salah penyesuaian Para ahli konseling dan psikoterapi
berpandangan bahwa tujuan konseling adalah mengubah tingkah laku klien yang salah
penyesuaian menjadi perilaku yang tepat penyesuaiannya. Seseorang yang salah
penyesuaian perlu mendapatkan konseling, jika tidak dibantu maka dapat berpengaruh
pada perkembangan kepribadiannya. Terkadang ada klien yang tidak dapat memahami
diri dan perilakunya sendiri, jika klien memang ingin penyesuaian yang baik maka
klien harus menyadari dan memiliki kemauan untuk berubah, agar proses konseling
dapat berjalan lancar.
2. Belajar membuat keputusan Dalam proses konseling juga harus belajar dalam
membuat keputusan. Memang tidak gampang dalam mengambil keputusan, tetapi
klien harus belajar dan berani dalam hal itu. Karena yang lebih tahu dan paham tentang
masalah tersebut adalah klien itu sendiri. Setiap keputusan yang diambil pasti memiliki
konsekuensi positif dan negatif, menguntungkan dan merugikan, yang menunjang
maupun yang menghambat. Oleh sebab itu, dorongan dari konselor sangat diperlukan
tetapi dengan risiko yang sudah dipertimbangkan sebelumnya sebagai konsekuensi
alamiah.
6
Ketiga tujuan tersebut bersifat kontinum. Maksudnya bahwa, konseling tersebut dapat
dicapai secara bertahap, dan pada gilirannya hendak mencapai tujuan akhirnya. Karena
tujuan akhir tidak akan tercapai jika tidak melalui tujuan yang sebelumnya.
1. Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang sakit mental, tetapi
dipandang memiliki kemampuan untuk memilih tujuan, membuat keputusan dan
secara umum menerima tanggung jawab dari tingkah lakunya dan perkembangan
di kemudian hari.
2. Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus pada
pengalaman masa lalunya.
3. Klien adalah klien, bukan pasien. Konselor bukan figur yang memiliki otoritas
tetapi esensial sebagai patner dan patner klien sebagaimana mereka bergerak
secara mutual dalam mendefinisikan tujuan.
4. Konselor secara moral tidak netral, tetapi memiliki nilai, perasaan dan standar
untuk dirinya. Koselor tidak seharusnya menjauhkan nilai, perasaan dan standar
itu dari klien, dia tidak mencoba menyembunyikan kepada klien.
5. Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan hanya memubuat
klien menjadi sadar.
Sosial
8
1) Pendekatan pemberian bantuan
2) Intensitas masalah
9
Nurgent (1981) mengungkapkan bahwa psikologi klinis dan psikiater di
Amerika biasanya menggunakan terminology psikoterapi untuk mnediskripsikan
pekerjaannya dalam hal mendiagnosis dan melakukan bantuan terhadap orang yang
mengalami tekanan emosional kronis atau msalah tingkah laku yang berat, sedangkan
konseling menangani orang yang mengalami kecemasan normal dan krisis
situasional yang terjadi sehari-hari.
3) Cara penanganan
Hal lain yang juga sebagai gambaran tentang penggunaan kedua istilah
tersebut dijelaskan oleh Black (1983) dalam bukunya Short Term Counseling yang
disebutkan bahwa dalam tradisi di Amerika psikoterapi biasanya digunakan untuk
menunjuk pekerjaan psikiater, sedangkan konseling digunakan menjelaskan
pekerjaan psikolog.
Intervensi Sosial
10
memiliki cakupan yang sangat luas, termasuk di dalamnya adalah pendidikan,
modifikasi perilaku, dan penyebaran informasi. Prinsipnya, segenap intervensi yang
secara sengaja diberikan kepada orang lain untuk mengubah persepsi, pikiran,
perasaan, atau perilakunya dapat kita sebut sebagai intervensi sosial.
11
5. Membentuk Sistem Aksi, merupakan tahap di mana pekerja sosial menentukan
sistem aksi apa saja yang akan terlibat dalam upaya perubahan.
7. Memberikan Pengaruh
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, S., Fakhrurrozi, M., & Rohayati., D. 2015. Psikologi Konseling. Jakarta:
Penerbit Gunadarma
Balgies, S., & Ananda, M. (2015). Psikologi konseling: Buku Perkuliahan Program
S-1 Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Pincus,Allen dan Anne Minahan. 1973. Social Work Practice: Model And Method.
Madison: F.E. Peacock Publishers, Inc. Hal. 53-62
Corey, Gerald. (2013). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Terjemah E.
Koswara. Bandung. Refika Aditama.
14