MODUL PERKULIAHAN
W152100010 –
Aljabar Linear
Garis bidang pada
ruang berdimensi 3 dan
R Euclidian
Abstrak Sub-CPMK
09
Indra Sudung H.L.T. M.Kom
Ilmu Komputer Teknologi Informasi
Vektor-vektor di Ruang-2, Ruang-3 & Ruang-n
Vektor-vektor Geometris
Aljabar linier terutama berkaitan dengan dua jenis objek matematika, "matriks" dan "vektor."
Pada minggu-minggu sebelumnya kita telah membahas sifat-sifat dasar matriks, kita
memperkenalkan gagasan untuk melihat n-tupel bilangan real sebagai vektor, dan kita
menyatakan himpunan semua n-tupel sebagai Rn. Pada bagian ini kita akan meninjau sifat-
sifat dasar vektor dalam dua dan tiga dimensi dengan tujuan memperluas sifat-sifat ini ke
vektor di Rn.
Ekor panah disebut titik awal vektor dan ujungnya disebut titik terminal (Gambar 1.1).
Dalam teks ini kita akan menyatakan vektor dengan huruf tebal
seperti a, b, v, w, dan x, dan kita akan menyatakan skalar dengan
huruf miring kecil seperti a, k, v, w, dan x. Ketika kita ingin
menunjukkan bahwa sebuah vektor v memiliki titik awal A dan
titik terminal B, maka, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2,
kita akan menulis Gambar 1 2
v = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵
v=w
Vektor yang titik awal dan titik terminalnya bertepatan memiliki panjang nol, jadi kami
menyebutnya vektor nol dan dilambangkan dengan 0. Vektor nol tidak memiliki arah alami,
Penambahan Vektor
Ada sejumlah operasi aljabar penting pada vektor, yang semuanya berasal dari hukum
fisika.
Jika v dan w adalah vektor-vektor pada ruang-2 atau ruang-3 yang letaknya sedemikian
rupa sehingga titik awalnya berhimpitan, maka kedua vektor tersebut membentuk sisi-
sisi yang berdekatan dari jajar genjang, dan jumlah v + w adalah vektor yang
dilambangkan dengan panah dari garis lurus. titik awal v dan w ke titik yang berlawanan
dari jajaran genjang (Gambar 1.4a).
Jika v dan w adalah vektor-vektor pada ruang 2 atau ruang 3 yang diposisikan sehingga
titik awal w berada pada titik terminal v, maka jumlah v + w dilambangkan dengan tanda
panah dari titik awal v ke titik terminal w (Gambar 1.4b).
Pada Gambar 1.4c kita telah mengkonstruksi jumlah v + w dan w + v dengan aturan
segitiga. Konstruksi ini membuktikan bahwa
v+w=w+v (1)
dan bahwa jumlah yang diperoleh dengan aturan segitiga sama dengan jumlah yang
diperoleh dengan aturan jajaran genjang.
Gambar 1 4
1. Titik terminal v + w adalah titik yang dihasilkan ketika titik terminal v ditranslasikan ke
arah w dengan jarak yang sama dengan panjang w (Gambar 1.5a).
2. Titik terminal v + w adalah titik yang dihasilkan ketika titik terminal w ditranslasikan
ke arah v dengan jarak yang sama dengan panjang v (Gambar 1.5b).
Dengan demikian, kita katakan bahwa v + w adalah terjemahan dari v oleh w atau,
sebagai alternatif, terjemahan dari w oleh v.
Gambar 1 5
Pengurangan Vektor
Dalam aritmatika biasa kita dapat menulis a − b = a + (−b), yang menyatakan pengurangan
dalam hal penambahan. Ada ide analog dalam aritmatika vektor.
Pengurangan Vektor
Negatif dari vektor v, dilambangkan dengan v, adalah vektor yang memiliki panjang yang
sama dengan v tetapi berlawanan arah (Gambar 1.6a), dan selisih v dari w,
dilambangkan dengan w v, adalah diambil sebagai jumlah
w - v = w + (−v) (2)
Gambar 1 6
Perkalian Skalar
Perkalian Slakar
Jika v adalah vektor tak nol dalam ruang 2 atau 3 ruang, dan jika k adalah skalar bukan
nol, maka kita mendefinisikan hasil skalar dari v dengan k menjadi vektor yang
panjangnya |k| kali panjang v dan arahnya sama dengan v jika k adalah positif dan
berlawanan dengan v jika k negatif. Jika k = 0 atau v = 0, maka kita mendefinisikan kv
sebagai 0.
Gambar 1.7 menunjukkan hubungan geometris antara vektor v dan beberapa kelipatan
skalarnya. Khususnya, amati bahwa (−1)v memiliki panjang yang sama dengan v tetapi
arahnya berlawanan; karena itu,
(−1)v = −v (4)
Misalkan v dan w adalah vektor dalam ruang 2 atau ruang 3 dengan titik awal yang sama.
Jika salah satu vektor merupakan kelipatan skalar dari vektor lainnya, maka vektor-vektor
tersebut terletak pada garis yang sama, sehingga masuk akal untuk mengatakan bahwa
vektor-vektor tersebut kolinear (Gambar 1.8a). Namun, jika kita menerjemahkan salah satu
vektor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.8b, maka vektor-vektor tersebut sejajar
Gambar 1 8
Penjumlahan vektor memenuhi hukum asosiatif untuk penjumlahan, yang berarti bahwa
ketika kita menjumlahkan tiga vektor, katakanlah u, v, dan w, tidak masalah dua mana yang
kita tambahkan terlebih dahulu; itu adalah,
u + (v + w) = (u + v) + w
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak ada ambiguitas dalam ekspresi u + v + w karena
hasil yang sama diperoleh tidak peduli bagaimana vektor dikelompokkan.
Gambar 1 9
Sampai sekarang sudah dibahas vektor tanpa mengacu pada sistem koordinat. Namun,
seperti yang akan segera kita lihat, komputasi dengan vektor jauh lebih sederhana untuk
dilakukan jika ada sistem koordinat yang dapat digunakan.
Jika sebuah vektor v pada ruang-2 atau ruang-3 diposisikan dengan titik awalnya pada titik
asal sistem koordinat persegi panjang, maka vektor tersebut sepenuhnya ditentukan oleh
koordinat titik akhirnya (Gambar 1.10). Kami menyebut koordinat ini sebagai komponen v
relatif terhadap sistem koordinat. Kita akan menulis v = (v1, v2) untuk menyatakan vektor v
dalam ruang-2 dengan komponen (v1, v2), dan v = (v1, v2, v3) untuk menyatakan vektor v
dalam ruang-3 dengan komponen (v1, v2, v3).
Bentuk komponen dari vektor nol adalah 0 = (0, 0) pada ruang-2 dan 0 = (0, 0, 0) pada
ruang-3.
Gambar 1 10
Harus dibuktikan secara geometris bahwa dua vektor dalam ruang-2 atau ruang-3 adalah
ekuivalen jika dan hanya jika keduanya memiliki titik terminal yang sama ketika titik awalnya
berada di titik asal. Secara aljabar, ini berarti bahwa dua vektor ekuivalen jika dan hanya
jika komponen-komponen yang bersesuaian sama. Jadi, misalnya, vektor
v1 = w1, v2 = w2, v3 = w3
Catatan
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃 1 𝑃2 = (x2 − x1, y2 − y1) (4)
Gambar 1 12
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
1 𝑃2 = 𝑂𝑃2 - 𝑂𝑃1 = (x2, y2) − (x1, y1) = (x2 − x1, y2 − y1)
Jadi, komponen vektor dalam 3-ruang yang memiliki titik awal P1(x1, y1, z1) dan titik terminal
P2(x2, y2, z2) diberikan oleh
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃 1 𝑃2 = (x2 - x1, y2 - y1, z2 - z1) (5)
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Komponen vektor v = 𝑃 1 𝑃2 dengan titik awal P1(2, −1, 4) dan titik akhir P2(7, 5, −8) adalah
Gagasan menggunakan pasangan terurut dan tiga kali lipat bilangan real untuk mewakili
titik-titik dalam ruang dua dimensi dan ruang tiga dimensi telah dikenal pada abad
kedelapan belas dan kesembilan belas. Pada awal abad kedua puluh, matematikawan dan
fisikawan mengeksplorasi penggunaan ruang "dimensi lebih tinggi" dalam matematika dan
fisika. Saat ini, bahkan orang awam pun akrab dengan gagasan waktu sebagai dimensi
keempat, sebuah gagasan yang digunakan oleh Albert Einstein dalam mengembangkan
teori relativitas umum. Saat ini, fisikawan yang bekerja di bidang "teori string" biasanya
menggunakan ruang 11-dimensi dalam pencarian mereka akan teori terpadu yang akan
menjelaskan cara kerja gaya fundamental alam. Sebagian besar pekerjaan yang tersisa di
bagian ini berkaitan dengan perluasan gagasan ruang ke n dimensi.
Untuk mengeksplorasi ide-ide ini lebih lanjut, kita mulai dengan beberapa terminologi dan
notasi. Himpunan semua bilangan real dapat dilihat secara geometris sebagai garis. Ini
disebut garis nyata dan dilambangkan dengan R atau R1. Superskrip memperkuat gagasan
intuitif bahwa garis adalah satu dimensi. Himpunan semua pasangan terurut bilangan real
(disebut 2-tupel) dan himpunan semua rangkap tiga bilangan real (disebut 3-tupel) masing-
masing dilambangkan dengan R2 dan R3.
Superskrip memperkuat gagasan bahwa pasangan terurut sesuai dengan titik-titik pada
bidang (dua dimensi) dan berurut tiga ke titik dalam ruang (tiga dimensi). Definisi berikut
memperluas gagasan ini.
DEFINISI 1
Jika n adalah bilangan bulat positif, maka tupel-n terurut adalah barisan n bilangan real
(v1, v2, …, vn). Himpunan semua n-tupel terurut disebut ruang-n dan dilambangkan
dengan Rn.
Catatan
Anda dapat menganggap angka-angka dalam n-tupel (v1, v2, …, vn) sebagai koordinat titik
umum atau komponen vektor umum, tergantung pada gambar geometris yang ingin Anda
ingat —pilihannya tidak ada bedanya secara matematis, karena itu adalah sifat aljabar dari
n-tupel yang menjadi perhatian.
Tujuan kami berikutnya adalah untuk mendefinisikan operasi yang berguna pada vektor di
Rn. Operasi-operasi ini semuanya akan menjadi perpanjangan alami dari operasi-operasi
yang sudah dikenal pada vektor-vektor di R2 dan R3. Kami akan menunjukkan vektor v di
Rn menggunakan notasi
Kami mencatat sebelumnya bahwa dalam R2 dan R3 dua vektor adalah setara (sama) jika
dan hanya jika komponen yang sesuai adalah sama. Jadi, kami membuat definisi berikut.
DEFINISI 2
Vektor v = (v1, v2, …, vn) dan w = (w1, w2, …, wn) dalam Rn dikatakan ekuivalen (disebut
juga sama) jika
Gambar 1 13
dan karenanya
DEFINISI 3
Jika v = (v1, v2, …, vn) dan w = (w1, w2, …, wn) adalah vektor-vektor dalam Rn, dan jika k
adalah sembarang skalar, maka kita definisikan
TEOREMA 1.1
Jika u, v, dan w adalah vektor pada Rn, dan jika k dan m adalah skalar, maka:
a) u + v = v + u
b) (u + v) + w = u + (v + w)
c) u + 0 = 0 + u = u
d) u + (−u) = 0
e) k(u + v) = ku + kv
f) (k + m)u = ku + mu
g) k(mu) = (km)u
h) 1u = u
Misalkan u = (u1, u2, ..., un), v = (v1, v2, ..., vn), dan w = (w1, w2, ..., wn).
Kemudian (u + v) + w = (u1, u2, ..., un) + (v1, v2, ..., vn) + (w1, w2, ..., wn)
= (u1 + v1, u2 + v2, ..., un + vn) + (w1, w2, ..., wn) [Penambahan vektor]
= (u1 + v1) + w1, (u2 + v2) + w2, ..., (un + vn) + wn [Penambahan vektor]
= (u1 + (v1 + w1), u2 + (v2 + w2), ..., un + (vn + wn)) [Pengelompokan Ulang]
= (u1, u2, ..., un) + (v1 + w1, v2 + w2, …, vn + wn) [Penambahan vektor]
= u + (v + w)
Sifat tambahan vektor dalam Rn berikut dapat disimpulkan dengan mudah dengan
menyatakan vektor dalam bentuk komponen (verifikasi).
a) 0v = 0
b) k0 = 0
c) (−1)v = −v
Salah satu konsekuensi kuat dari Teorema 1.1 dan 1.2 adalah bahwa dimungkinkan
perhitungan dilakukan tanpa menyatakan vektor dalam bentuk komponen. Misalnya,
misalkan x, a, dan b adalah vektor dalam Rn, dan kita ingin menyelesaikan persamaan
vektor x + a = b untuk vektor x tanpa menggunakan komponen. Kita bisa melanjutkan
sebagai berikut:
x+a=b
Meskipun metode ini jelas lebih rumit daripada komputasi dengan komponen dalam Rn, ini
akan menjadi penting nanti dalam teks di mana kita akan menemukan jenis vektor yang
lebih umum.
Kombinasi Linier
Penjumlahan, pengurangan, dan perkalian skalar sering digunakan dalam kombinasi untuk
membentuk vektor baru. Sebagai contoh, jika v1, v2, dan v3 adalah vektor-vektor dalam Rn,
maka vektor-vektor tersebut
terbentuk dengan cara ini. Maka secara umum, bisa dibuat definisi berikut.
Jika w adalah vektor pada Rn, maka w dikatakan kombinasi linier dari vektor v1, v2, ...,
vr dalam Rn jika dapat dinyatakan dalam bentuk
dimana k1, k2, ···, kr adalah skalar. Skalar ini disebut koefisien dari kombinasi linier.
Dalam kasus di mana r = 1, Rumus (14) menjadi w = k1v1, sehingga kombinasi linier dari
satu vektor hanyalah kelipatan skalar dari vektor tersebut.
Kami menyebutnya bentuk yang dibatasi koma. Namun, karena vektor di Rn hanyalah
daftar n komponennya dalam urutan tertentu, setiap notasi yang menampilkan komponen
tersebut dalam urutan yang benar adalah cara yang valid untuk merepresentasikan vektor.
Sebagai contoh, vektor pada (15) dapat ditulis sebagai
𝑣1
𝑣2
v= ⋮ (17)
[𝑣𝑛 ]
yang disebut bentuk vektor-kolom. Pilihan notasi sering kali merupakan masalah selera
atau kenyamanan, tetapi terkadang sifat masalah akan menyarankan notasi yang disukai.
Notasi (15), (16), dan (17) semuanya akan digunakan di berbagai tempat dalam teks ini.
4. Seymour Lipschutz, Marc Lipson, Schaum's Outline of Theory and Problems of Linear
Algebra