Anda di halaman 1dari 4

Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Pengertian SPM Dikti


Kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan
berkelanjutan. Sementara itu, mutu pendidikan tinggi adalah tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan Standar Dikti yang terdiri atas SN Dikti dan
Standar Dikti yang ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi.

Tujuan SPM Dikti


Menjamin pemenuhan Standar Dikti secara sistemik dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan
berkembang budaya mutu di setiap perguruan tinggi di Indonesia.

Fungsi SPM Dikti


Mengendalikan penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi untuk
mewujudkan pendidikan tinggi yang bermutu.

2.2 Struktur dan Mekanisme Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Struktur dan Mekanisme SPM Dikti yang ditetapkan dalam Permendikbud No. 50 Tahun
2014 tentang SPM Dikti sebagai berikut:

Struktur SPM Dikti. SPM Dikti tersusun dalam suatu struktur yang terdiri atas:

a. SPMI, yaitu kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan
tinggi secara otonom atau mandiri untuk mengendalikan dan meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan;
b. SPME, yaitu kegiatan penilaian melalui akreditasi untuk menentukan kelayakan program
studi dan perguruan tinggi; dan
c. PD Dikti, yaitu kumpulan data dan informasi penyelenggaraan pendidikan tinggi seluruh
perguruan tinggi di Indonesia yang terintegrasi secara nasional.

Sebagaimana dikemukakan di atas, tujuan SPM Dikti adalah menjamin pemenuhan Standar
Dikti secara sistemik dan berkelanjutan sehingga tumbuh dan berkembang Budaya Mutu di
setiap perguruan tinggi di Indonesia. Dengan demikian, implementasi SPM Dikti dengan
struktur seperti di atas harus mampu menjamin pemenuhan Standar Dikti secara sistemik
dan berkelanjutan.

Adapun Standar Dikti terdiri atas:


a. SN Dikti yang ditetapkan dalam Peraturan Menristekdikti No. 44 Tahun 2015 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang memuat kriteria minimal
sistem pendidikan di Indonesia, terdiri atas:

i. Standar Nasional Pendidikan;


ii. Standar Nasional Penelitian; dan
iii. Standar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat.

b. Standar Dikti yang ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi yang harus melampaui SN
Dikti meliputi:
i. Standar Pendidikan Tinggi bidang akademik; dan
ii. Standar Pendidikan Tinggi bidang nonakademik.
Mekanisme SPM Dikti
A. Mekanisme SPMI
Mekanisme SPM Dikti diawali oleh perguruan tinggi dengan mengimplementasikan SPMI
melalui siklus kegiatan yang disingkat sebagai PPEPP, yaitu terdiri atas:
1) Penetapan (P) Standar Dikti, yaitu kegiatan penetapan standar yang terdiri atas SN Dikti
dan Standar Dikti yang ditetapkan oleh perguruan tinggi;
2) Pelaksanaan (P) Standar Dikti, yaitu kegiatan pemenuhan standar yang terdiri atas SN
3) Dikti dan Standar Dikti yang ditetapkan oleh perguruan tinggi;
4) Evaluasi (E) pelaksanaan Standar Dikti, yaitu kegiatan pembandingan antara luaran
kegiatan pemenuhan standar dengan standar yang terdiri atas SN Dikti dan Standar Dikti
yang telah ditetapkan oleh perguruan tinggi;
5) Pengendalian (P) pelaksanaan Standar Dikti, yaitu kegiatan analisis penyebab standar
yang terdiri atas SN Dikti dan Standar Dikti yang telah ditetapkan oleh perguruan tinggi
yang tidak tercapai untuk dilakukan tindakan koreksi; dan
6) Peningkatkan (P) Standar Dikti, yaitu kegiatan perbaikan standar yang terdiri atas SN
Dikti dan Standar Dikti agar lebih tinggi daripada standar yang terdiri atas SN Dikti dan
Standar Dikti yang telah ditetapkan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di suatu perguruan tinggi merupakan kegiatan
mandiri dari perguruan tinggi yang bersangkutan, sehingga proses tersebut dirancang,
dijalankan, dan dikendalikan sendiri oleh perguruan tinggi yang bersangkutan tanpa campur
tangan dari Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Dengan demikian, pedoman SPMI ini tidak bertujuan ‘mendikte’ perguruan tinggi agar
menjalankan proses penjaminan mutu seperti diuraikan di dalamnya, melainkan pedoman ini
bertujuan memberikan Inspirasi tentang berbagai aspek yang pada umumnya terkandung
dalam SPMI di suatu perguruan tinggi. Kebijakan ini diambil karena disadari bahwa setiap
perguruan tinggi memiliki spesifikasi yang berlainan, antara lain dalam hal sejarah, visi dan
misi, budaya organisasi, ukuran organisasi (jumlah program studi, jumlah dosen, jumlah
mahasiswa), struktur organisasi, sumber daya, dan pola kepemimpinan.
Kebijakan untuk tidak ‘mendikte’ perguruan tinggi pernah dikemukakan
oleh Goedegebuure1It has been suggested that the more governments move in the direction
of self-regulation and steering at a distance, the more they will seek to promote the
strengthening of managerial authority within institutions as well as improved systems of
accountability. Mengenai posisi dan arti penting SPMI di suatu perguruan tinggi, dapat
dikemukakan bahwa di masa mendatang eksistensi suatu perguruan tinggi tidak tergantung
semata-mata pada pemerintah, melainkan terutama tergantung pada penilaian stakeholders
(mahasiswa, orang tua, dunia kerja, dosen, tenaga penunjang, serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan) tentang mutu perguruan
tinggi tersebut. Agar eksistensinya terjamin, maka setiap perguruan tinggi harus menjalankan
SPMI dalam kerangka SPMPT sebagaimana diwajibkan oleh Pasal 91 ayat (1) PP.No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Perlu dikemukakan bahwa agar perguruan tinggi senantiasa mampu memenuhi kebutuhan
stake-holders yang senantiasa berkembang, maka SPMI juga harus selalu disesuaikan pada
perkembangan itu secara berkelanjutan (continuous improvement). Adapun berbagai unsur
yang pada umumnya terkandung di dalam SPMI di suatu perguruan tinggi yang masing-
masing dimuat ke dalam satu naskah/dokumen/buku, antara lain2:
a. Naskah/Dokumen/Buku Kebijakan, berisi antara lain tentang definisi, konsep, tujuan,
strategi, jenis standar, prioritas SPMI;
b. Naskah/Dokumen/Buku Manual, berisi antara lain tentang mekanisme
perencanaan, penerap-an, pengendalian, dan pengembangan standar, serta
internal stakeholders yang menjalankan mekanisme tersebut di dalam SPMI;
c. Naskah/Dokumen/Buku Standar, berisi antara lain tentang rumusan substansi atau isi setiap
standar yang digunakan dalam SPMI perguruan tinggi yang bersangkutan, termasuk delapan
standar minimal dari Standar Nasional Pendidikan berdasarkan PP.No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan;
d. Naskah/Dokumen/Buku Formulir, berisi antara lain tentang berbagai formulir yang
digunakan untuk merencanakan, menerapkan, mengen-dalikan, dan mengembangkan standar
di dalam SPMI. Selanjutnya di bawah ini akan diuraikan beberapa unsur penting di dalam
SPMI, kemudian dimuat pula 16 (enam belas) praktik baik (best practices) di dalam
pelaksanaan SPMI di sejumlah perguruan tinggi (tanpa menyebut nama perguruan tingginya).
1. Definisi SPMI
Sebagaimana dikemukakan di atas, SPMI adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu
pendidikan tinggi di perguruan tinggi oleh perguruan tinggi (
internally driven), untuk mengawasi penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan
tinggi secara berkelanjutan (continuous improvement), sebagaimana diatur oleh Pasal 50 ayat
(6) UU.Sisdiknas juncto Pasal 91 PP.No. 19 Tahun 2005 tentang SNP.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan penjaminan
mutu adalah perencanaan, penerapan, pengendalian, dan pengembangan
standar mutu perguruan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan (continuous
improvement/kaizen), sehingga stakeholders, baik internal maupun eksternal,memperoleh
kepuasan.
2. k
onsep SPMI
Suatu perguruan tinggi dinyatakan bermutu apabila:
a. Perguruan tinggi mampu menetapkan dan mewujudkan visinya;
b. Perguruan tinggi mampu menjabarkan visinya ke dalam sejumlah standar
dan standar turunan;
c. Perguruan tinggi mampu menerapkan, mengendalikan, dan
mengembangkan sejumlah standar dan standar turunan dalam butir b
untuk memenuhi kebutuhan
stakeholders.
Dengan demikian perguruan tinggi harus mampu menetapkan, menerapkan,
mengendalikan, dan mengembangkan standar mutu pendidikan tinggi dalam
suatu sistem yang disebut SPMI, untuk menjamin mutu pendidikan tinggi
yang diselenggarakannya.

3. Tujuan SPMI
Memelihara dan meningkatkan mutu pendidik-an tinggi secara berkelanjutan,
yang dijalankan oleh suatu perguruan tinggi secara internal, untuk mewujudkan visi, serta
untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui
penyelengga-raan Tridharma Perguruan Tinggi. Pencapaian tujuan penjaminan mutu
dilakukan melalui SPMI, untuk kemudian memperoleh akreditasi melalui SPME oleh BAN-
PT atau lembaga mandiri yang diakui Pemerintah.
Dengan demikian, peningkatan mutu perguruan tinggi secara berkelanjutan
dapat diwujudkan secara komprehensif melalui SPM-PT,

4. Strategi SPMI
Strategi penjaminan mutu perguruan tinggi di Indonesia adalah:
a. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menerbitkan Buku SPM-PT yang
berisi antara lain SPMI;
b. Perguruan tinggi menggalang komitmen untuk menjalankan SPMI;
c. Perguruan tinggi merencanakan, menerap-kan, mengendalikan, dan
mengembangkan SPMI;
d. Perguruan tinggi melakukan benchmarking penjaminan mutu pendidikan
tinggi secara berkelanjutan, baik ke dalam maupun ke luar negeri.

5. Standar Mutu dalam SPMI


Perguruan tinggi merencanakan, menerapkan, mengendalikan, dan mengembangkan standar
mutu pendidikan tinggi.

Standar mutu tersebut terdiri atas:


1.1. Delapan macam standar minimal wajib yang diatur dalam PP.No. 19
Tahun 2005 tentang SNP, yaitu:
a. Standar isi;
b. Standar proses;
c. Standar kompetensi lulusan;
d. Standar pendidik dan tenaga kepen-didikan;
e. Standar sarana dan prasarana;
f. Standar pengelolaan;
g. Standar pembiayaan; dan
h. Standar penilaian pendidikan.

1.2. Sejumlah standar lain yang melampaui standar minimal, baik


melampaui secara kualitatif maupun kuantitatif, atas inisiatif perguruan
tinggi (internally driven) yang dijabarkan dari visi perguruan tinggi yag
bersangkutan. Melampaui secara kualitatif berarti jika standar minimal menetapkan standar
tertentu, misalnya dosen harus berpen-didikan magister, maka perguruan tinggi dapat
menetapkan dosen harus berpen-didikan lebih
tinggi yaitu berpendidikan doktor. Sedangkan melampaui secara kuantitatif berarti perguruan
tinggi menambahkan sejumlah standar selain delapan standar minimal yang dijabarkan dari
visi perguruan tinggi, misalnya:

Anda mungkin juga menyukai