Anda di halaman 1dari 29

INDIKASI RADIKALISME DALAM DAKWAH JAMAAH

TABLIGH
Nelly Ayu Apriliani
NIM : 21201200000020

Abstrak
Wacana radikalisme dalam setiap agama selalu menghadirkan nama
Tuhan. Ini dapat dimengerti karena agama memiliki otoritas yang
kuat di atas berbagai kekuatan lain. Termasuk Islam, yang sejak
awal kelahirannya mendeklarasikan diri sebagai agama yang sarat
dengan nilai-nilai kedamaian, ajaran-ajarannya oleh sebagian orang
kerap kali dijadikan justifikasi atas berbagai tindakan kekerasan.
Jamaah Tabligh salah satu kelompok transnasional elah diduga
sebagai bagian dari jaringan kelompok teroris internasional. Oleh
karena itu artikel ini juga menjelaskan keterlibatan Jamaah Tabligh
Indonesia dalam kegiatan radikalisme dan terorisme, dan
jaringannya ke kelom- pok teroris global.
Kata kunci: Radikalisme, Jamaah Tabligh, Transnasional.

Pendahuluan

Salah satu fenomena global yang menarik untuk diamati


dalam khazanah studi keislaman yaitu munculnya gerakan - gerakan
Islam transnasional. Kemunculan gerakan-gerakan Islam
transnasional menjadi penting untuk dikaji karena merupakan
fenomena yang turut serta mempengaruhi citra Islam kontemporer

1
di mata dunia. Gerakan-gerakan tersebut ada yang bersifat gerakan
pemikiran, gerakan spiritual, sampai gerakan politik. 1 Gerakan
dakwah Jamaah Tabligh merupakan salah satu gerakan keagamaan
transnasional yang sukses meraih simpati di pasar global “agama
dunia” sejak didirikan oleh Syaikh Ilyas pada awal abad ke 20. 2
Gerakan ini lahir di daerah Mewat, India Utara, merupakan cabang
dari Madrasah Darul Ulum Deobandi yang dibangun oleh
Muhammad Qasim Nanotvi, Maulana Rashed Ahmad Gangohi dan
Abid Husaiyn pada 1866/1867. Jamaah Tabligh terus berkembang
menjelma sebagai gerakan dakwah global yang memiliki markas di
200 negara. Gerakan ini telah menembus Eropa, Amerika Serikat,
Amerika Latin, Asia dan Afrika.3

Diaspora Tabligh dapat ditemukan di negara-negara Asia


Tenggara yang dikenal dengan tradisi keagamaan yang kuat seperti
di Indonesia, Singapura, Brunei, Malaysia, Filipina dan Thailand
Selatan. Di Indonesia gerakan dakwah Tabligh tergolong sukses dan
solid, mereka menggunakan sistem silaturrahmi dakwah yang
kontinu dan sustainable dari satu tempat ke tempat yang lain. Meski
demikian, persoalan dan tantangan yang dihadapi dalam
menjalankan misi dakwahnya tidak ringan karena seringkali
menimbulkan berbagai spekulasi opini dan kontroversi yang

1
Muhammad Syaoki, Gerakan Islam Transnasional dan Perubahan
Peta Dakwah Indonesia (Jurnal Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017),
h. 168.
2
Juan Eduardo Campo, Encyclopedia of Islam (New York: Fact on File,
2009).
3
Manuell Castel, Power of Identity, (London: Backwell, 2001), h. 3

2
berkembang di masyarakat. Hal ini disebabkan pola dan pendekatan
dakwah yang “baru” dan berbeda dengan kelompok Islam lainnya.4

Pola dakwah Tabligh yang keluar daerah untuk berdakwah


telah memunculkan berbagai persoalan sosial di masyarakat tidak
hanya di tempat dakwah mereka, tetapi juga di lingkungan keluarga
yang ditinggal selama berdakwah. Istri dan anak-anak harus
beradaptasi dengan pola kehidupan baru mereka tanpa seorang
bapak sebagai pemimpin. Istri khusus- nya akan menghandel
seluruh kebutuhan keluarga termasuk mengambil alih tugas suami
(bertani, berdagang dan lain-lain) untuk memenuhi nafkah anak-
anaknya. Kebutuhan dakwah yang cukup besar untuk transportasi
dan konsumsi ke luar negeri misalnya ke India, Pakistan dan
Banglades seringkali memaksa jamaah Tabligh untuk menjual harta
benda mereka seperti sawah, kebun, binatang ternak dan barang-
barang lainnya untuk menutupi kebutuhan tersebut. Begitu juga
dengan kebutuhan keluarga yang ditinggal oleh Tabligh
membutuhkan dana yang tidak kecil, sedangkan sebagian dari
mereka tidak mem- punyai pemasukan yang tetap. Beberapa kasus
keluarga Tabligh terancam “kemiskinan” selama suaminya
berdakwah. Kondisi ini membawa pada pertanyaan lebih jauh
bagaimana “kemiskinan” mengancam eksistensi kehidupan
keluarga Tabligh dan bagaimana cara mereka mengatasinya.5

4
Saipul Hamdi, Demazhabization of Islam, Divinity Economy and
Narrative of Cpnflict on the Tabligh Followers in Samarinda East Kalimantan
(Al Albab Bourneo Journal of Religious Studies, Vol. 4 No. 2, 2015), h. 31-34.
5
Saipul Hamdi, Integrasi Umat, Kemiskinan, dan Radikalisme dalam
Jamaah Tabligh di Indonesia (Jurnal Review Politik, Volume 07, Nomor 01, Juni

3
Munculnya asumsi dan klaim tentang keterlibatan Tabligh di
beberapa negara di Eropa dan Amerika Serikat dalam kasus
serangan terorisme termasuk bom bunuh diri membawa makalah ini
bertujuan untuk memahami keterlibatan anggota Tabligh Indonesia
dalam jaringan terorisme dan radikalisme di tingkat lokal dan
global. Kasus serangan terorisme pada bom Bali 1, Bali 2 dan kasus
bom di hotel JW Mariot di Jakarta berdampak luas terhadap
kehidupan Jamaah Tabligh. Mereka disangkakan terlibat dalam
jaringan terorisme dan radikalisme sehingga pergerakan dakwah
mereka dibatasi dan dipantau langsung oleh aparat keamanan.
Masyarakat juga menjudge mereka sebagai bagian dari kelompok
teroris karena tampilan mereka yang berjenggot panjang dan
memakai gamis setiap harinya seperti orang Arab. Bagaimana
Tabligh merespon dan memahami fenomena gerakan terorisme dan
radikalisme di tingkat global dan lokal Indonesia ini akan dibahas
dalam makalah ini.

Pengertian Radikalisme

Radikalisme dalam agama ibarat pisau bermata dua, di satu


sisi, makna positif dari radikalisme adalah spirit menuju perubahan
ke arah lebih baik yang lazim disebut ishlah (perbaikan) atau tajdid
(pembaharu- an). Dengan begitu radikalisme bukan sinonim
ektrimitas atau kekerasan, ia akan sangat bermakna apabila
dijalankan melalui pemahaman agama yang menyeluruh dan
diaplikasikan untuk ranah pribadi. Namun di sisi lain, radikalisme
2017), h. 30.

4
akan menjadi berbahaya jika sampai pada tataran ghuluw
(melampaui batas) dan ifrath (keterlaluan) ketika dipaksakan pada
pemeluk agama lain. Meminjam istilah yang dikemukakan
Azyumardi Azra, bahwa radikalisme merupakan bentuk ekstrim
dari revivalisme. Revivalisme merupakan intensifikasi keislaman
yang lebih berorientasi ke dalam (inward oriented), dengan artian
pengaplikasian dari sebuah kepercayaan hanya diterapkan untuk diri
pribadi. Sedangkan bentuk radikalisme yang cenderung berorientasi
keluar (outward oriented), atau kadang dalam penerapannya
cenderung menggunakan aksi kekerasan lazim disebut
fundamentalisme.6

Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti


"akar“. Ia merupakan paham yang menghendaki adanya perubahan
dan perombakan besar untuk mencapai kemajuan. Dalam perspektif
ilmu sosial, radika- lisme erat kaitannya dengan sikap atau posisi
yang mendambakan peru- bahan terhadap status quo dengan jalan
menghancurkan status quo secara total, dan menggantinya dengan
sesuatu yang baru yang sama sekali berbeda. Radikalisme
merupakan respons terhadap kondisi yang sedang berlangsung.
Respons tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau
bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa
asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai yang dapat bertanggung jawab
terhadap keberlangsungan keadaan yang ditolak.7

Azyumardi Azra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual


6

dan Gerakan (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1999), 46-47.

5
Dampak paling nyata dari terjadinya radikalisme adalah
terben- tuknya politisasi di dalam agama, di mana agama memang
sangat sensitif sifatnya, paling mudah membakar fanatisme,
menjadi kipas paling ken- cang untuk melakukan berbagai tindakan
yang sangat keras, baik di dalam kehidupan sosial antar individu
maupun kelompok, sehingga terben- tuklah apa yang dinamakan
kelompok Islam radikal.

Banyak faktor yang menyebabkan tumbuh dan


berkembangnya gerakan radikal yang mengatasnamakan agama.
Salah satunya, menurut Fealy dan Hooker, adalah akibat terbukanya
kran demokratisasi pasca reformasi.8 Sementara itu, menurut
Huntington, sumber konflik yang dominan saat ini bukan bersifat
kultural, bukan ideologis, ataupun ekonomis. Konflik akan terjadi
antara negara dan kelompok yang memiliki peradaban yang
berbeda. Huntington mendefinisikan peradaban sebagai entitas
kultural tertinggi dan identitas terbesar yang dimiliki manusia.
Lebih jauh, ia juga mengidentifikasi tujuh peradaban besar, yaitu
Barat, Konfusius, Jepang, Islam, Hindu, Slavia-Ortodoks, dan
Amerika Latin. Menurutnya, dari ketujuh peradaban besar itu,
Islamlah yang paling potensial untuk mengancam peradaban Barat
yang kini sedang berada di puncak kekuasaannya.9
7
Edi Susanto, Kemungkinan Munculnya Paham Islam Radikal di
Pesantren, (Jurnal Tadris, Vol. 2, No. 1, 2007), h. 3.
8
Greg Fealy dan Virginia Hooker (ed.), Voices of Islam in Southeast
Asia: a Contemporary Sourcebook (Singapore: ISEAS, 2006), h. 4.
9
Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban, Masa Depan Politik
Dunia”, dalam Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu dan Kebudayaan (Jakarta: Lembaga
Studi Agama dan Filsafat [LSAF], 1993), Vol. 4, No. 5, hlm. 11-25. Pandangan

6
Walaupun faktor-faktor munculnya radikalisme beragama
sangat kompleks dan beragam, namun sebagaimana diungkapkan
oleh John L. Esposito bahwa peperangan dan kekerasan dalam
agama selalu bermula dari faktor keimananan manusia.10 Menurut
Yusuf al-Qaradhawi, faktor utama munculnya radikalisme dalam
beragama adalah kurangnya pemahaman yang benar dan mendalam
atas esensi ajaran agama Islam itu sendiri dan pemahaman
literalistik atas teks-teks agama.11

Banyak faktor yang


menyebabkan
tumbuh dan

Huntington ini banyak mendapat reaksi dan tantangan cukup signifikan dari
penulis Barat sendiri, seperti John L. Esposito. Esposito termasuk sarjana Barat
yang giat menyuarakan pandangan yang positif tentang Islam di berbagai tulisan
dan media Barat. Oleh karenanya, kata Esposito, “... most Islamic Movement are
not necessarily anti- Western, anti-American, or anti-Democratic.” John L.
Esposito, Islamic Threat: Myth or Reality (Oxford: Oxford University Press,
1992), h. 212.
10
John L. Esposito, Unholy War: Teror atas Nama Islam (Yogyakarta:
Ikon, 2003), h. 30.
11
Yusuf al-Qaradhawi, as- Sahwah al-Islamiyyah bayna al-Juhud wa
at-Tatarruf, cet. ke-1 (Kairo: Dar asy-Syuruq , 2001), h. 51-57.

7
berkembangnya
gerakan radikal
yang
mengatasnamakan
agama. Salah
satunya, menurut
Fealy dan Hooker,
adalah akibat
terbukanya kran
demokratisasi pasca
reformasi. 1

Sementara
8
itu, menurut
Huntington, sumber
konik yang
dominan saat
ini bukan bersifat
kultural, bukan
ideologis, ataupun
ekonomis.
Konik akan
terjadi antara negara
dan kelompok yang
memiliki
9
peradaban yang
berbeda. Huntington
mendenisikan
peradaban
sebagai entitas
kultural tertinggi
dan identitas
terbesar yang
dimiliki manusia.
Lebih jauh, ia juga
mengidentikasi
tujuh
10
peradaban besar,
yaitu Barat,
Konfusius, Jepang,
Islam, Hindu,
Slavia-Ortodoks,
dan Amerika Latin.
Menurutnya, dari
ketujuh
peradaban besar
itu, Islamlah yang
paling potensial
untuk
11
mengancam
peradaban Barat
yang kini sedang
berada di puncak
kekuasaannya. 2

Sejarah Singkat Jamaah Tabligh

Jamaah Tabligh didirikan oleh Muhammad Ilyas Bin


Muhammad Ismail al-Kandahlawi al-Deoband al-Jisti. Ia lahir tahun
1303 H dan meninggal tahun 1364 H. Sepeninggalnya, ia
digantikan oleh putranya Muhammad Yusuf al Kandahlawi. Ia lahir
tahun 1917 M di Delhi dan wafat tahun 1965 M dan dimakamkan di
samping makam orang tuanya di Nizhamuddin. 12 Keluarga Maulana
Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama dan
memiliki sifat wara’. Maulana Muhammad Ilyas mengenyam
pendidikan agama pada kakeknya Syekh Muhammad Yahya
seorang penganut Mazhab Hanafi dan juga merupakan teman dari
Syekh Abul Hasan al-Hasani an-Nadwi. Di samping itu Maulana

12
Uswatun Hasanah, Jamaah Tabligh I (Sejarah dan
Perkembangannya), Jurnal El-Afkar, Vol. 6., No. 1, 2017, h. 1-3.

12
Muhammad Ilyas juga belajar pada Syekh Rasyid Ahmad al-
Gangohi, di Desa Gangoh, kawasan Saranpur, Utar Pradesh, India.
Dalam waktu singkat ia berhasil mempelajari dan memahami
berbagai kitab Hadist, Fiqih, maupun kitab-kitab lainnya.13

Ketinggian semangat dakwah Maulana Muhammad Ilyas


terpacu ketika ia melihat mayoritas masyarakat Muslim Mewat
sudah benar-benar jauh dari pengamalan ajaran-ajaran Islam.
Masyarakat Muslim Mewat hidup surut ke belakang dalam
keberagamaannya, dan bahkan pada titik yang sangat kritis. Adat
mereka adalah campuran antara ajaran Islam dan tradisi Hindu.
Mereka menikah dengan tatacara mempercampuraduk antara
tatacara Islam, adat dan tradisi Hindu, mendatangi kuil, merayakan
hari-hari besar Islam dan hari besar Hindu, seperti Holy dan
Dilwale, dan gemar hura-hura, menyucikan kuburan orang-orang
yang dianggap keramat.14

Tradisi Hindu sudah menjadi familiar dan populer dalam


masyarakat Muslim Mewat.15 Agama Islam hanya tinggal nama saja
bagi masyarakat Mewat. Mereka jarang melaksanakan salat atau
bahkan sudah tidak lagi salat, dan bahkan mereka merampok serta

13
Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata
Masyarakat, (STAIN Ponorogo Press, 2010), h. 43.
14
Sayid Abu Hasan Ali an-Nadwi, Sejarah Muhammad Ilyas
Menggerakkan Jamaah Tabligh Mempelopori Khuruj Fi Sabilillah (Bandung:
Pustaka Ramadhan, 2009), h. 30-31.
15
Umdatul Hasanah, “Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan
Reaksi Masyarakat: Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh”,
(Jurnal Indo- Islamika, Vol. 4, No. 1, Januari-Juni, 2014), h. 23.

13
melakukan perbuatan lainnya yang dilarang oleh agama.
Singkatnya, mereka beragama tetapi tidak peduli atau bahkan
mengingkari ajaran- ajaran agamanya. Mereka banyak yang buta
huruf dan hidup miskin. Mereka seperti kaum Jahiliah Arab zaman
Nabi Muhammad.16

Sementara para ahli agama India disibukkan oleh


perselisihan paham tentang amalan-amalan keagamaan yang hanya
bersifat furû‘îyah (cabang) yang tidak pernah kunjung menemukan
kepastian titik temu sehingga rasa simpati serta saling menghargai
di antara mereka sesame Muslim terangkat dari dalam hati-hati
mereka. Mereka saling menyerang satu sama lain dengan tuduhan-
tuduhan yang tidak pantas atas amalan-amalan keagamaan masing-
masing.17 Masyarakat yang menjadi korban, mereka terombang-
ambing. Muhammad Ilyas merasakan bahwa masyarakat Muslim
ketika itu bagaikan sekumpulan kambing yang kebingungan
mencari arah jalan. Jika pengembala menghalau kambing-kambing
mereka dari satu arah ke arah yang lain, maka kambing-kambing itu
terhenti karena terhalang oleh larangan dari arah lainnya sampai
hingga kemudian kambing-kambing itu terpecah belah lepas dari
kumpulannya dan menuju ke arah yang lainnya.18

16
Sayid Abu Hasan Ali an-Nadwi, Sejarah Muhammad Ilyas
Menggerakkan Jamaah Tabligh Mempelopori Khuruj Fi Sabilillah, h. 29-30.
17
Sayid Abu Hasan Ali an-Nadwi, Sejarah Muhammad Ilyas
Menggerakkan Jamaah Tabligh Mempelopori Khuruj Fi Sabilillah, h. 168.
18
Sayid Abu Hasan Ali an-Nadwi, Sejarah Muhammad Ilyas
Menggerakkan Jamaah Tabligh Mempelopori Khuruj Fi Sabilillah, h. 38-39.

14
Sistem penjajahan ketika itu baik langsung atau tidak telah
ikut andil dalam membentuk pola hidup masyarakat India, tidak
terkecuali dalam aspek keberagamaan. Penjajahan Inggris atas India
selama kurang lebih 200 tahun telah memberikan pengaruh atas
mental serta sikap keberagamaan kaum Muslimin India, termasuk
masyarakat Muslim di Mewat.19 Berbagai masalah sosial
masyarakat yang muncul tidak lepas dari peran serta eksistensi
suatu negara. Negara yang terjajah secara jahat tidak akan mampu
membangun masyarakat untuk bisa berkembang, kreatif, dan maju.
Demikian halnya dengan agama di mana praktik keagamaan tidak
akan mampu berjalan tegak jika suatu negara dalam keadaan kacau
dan berada dalam suatu ancaman dan cengkeraman. Hal ini tidak
terlepas dari kekuasaan yang menjadi alat yang sangat menentukan
bagi berkembangnya sebuah ajaran agama maupun kebudayaan.20

Memperhatikan potret India secara umum, terlebih di selatan


India, khususnya Mewat atas kondisi masyarakat Muslim, Maulana
Ilyas berkesimpulan bahwa sangat perlu dan mendesak untuk
dilakukan perbaikan yang bersifat permanen di tengah-tengah
masyarakat. Di dalam pandangan Maulana Ilyas, berdasarkan
pembacaan atas pengalaman-pengalaman sebelumnya, perbaikan
untuk menyembuhkan penyakit di atas tidak cukup hanya pada
penyembuhan secara perorangan atau membatasi perbaikan kepada
19
Tessa Balasuriya, Teologi Sejarah (Jakarta: Gunung Mulia, Cet. ke-3,
2004), h. 23-24.
20
Ahmed Kameel Mydin Meera, Perampok Bangsa-Bangsa: Mengapa
Emas Harus Jadi Uang Internasional?, terj. Yulizar Djamaluddin Sanrego NZ
(Jakarta: Penerbit Mizan, 2010), h. 125.

15
golongan atau kelas tertentu dalam masyarakat. Perbaikan akan
berhasil apabila iman merasuk ke hati semua anggota masyarakat
secara luas.21 Pemikiran tersebut melahirkan gerakan dakwah secara
jamâ‘î; gerakan dakwah kolektif kepada masyarakat luas.

Pemikiran dakwah di atas diperkuat oleh pengalaman


hajinya yang kedua pada 1925. Ketika di Madinah, Maulana Ilyas
mendapat ilhâm yang berisi perintah untuk melakukan usaha
dakwah, tetapi dalam dirinya ia merasa ragu apakah dirinya mampu
untuk mengemban tugas berat tersebut. Namun atas dorongan serta
dukungan dan janji setia dari sahabat-sahabatnya, Maulana Ilyas
kemudian berketetapan hati melaksanakan usaha dakwah.22

Terdapat tiga versi ibadah haji kedua Maulana Ilyas yang


dinilai sebagai titik tolak atas usaha gerakan dakwah Jamaah
Tabligh yang sudah dicetuskannya. Pertama adalah pandangan yang
mengatakan bahwa sumber lahir gerakan dakwah Jamaah Tabligh
berasal dari mimpi Maulana Ilyas di mana di dalam mimpi tersebut
Maulana Ilyas dihadirkan sebuah ayat al-Qur’ân yang terdapat
dalam surat Âl ‘Imrân ayat 110:

ِ ‫وْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك‬SSSَ‫ف َوتَ ْنه‬


‫ر‬SSS ِ ْ‫ال َم ْعرُو‬SSSْ ِ‫ْأ ُمرُوْ نَ ب‬SSSَ‫اس ت‬
ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ ِر َج‬SSS‫ َر اُ َّم ٍة اُ ْخ‬SSSْ‫ُك ْنتُ ْم خَ ي‬
‫هّٰلل‬
ِ ‫َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِا ِ ۗ َولَوْ ٰا َمنَ اَ ْه ُل ْال ِك ٰت‬
‫م‬Sُ ُ‫ ُره‬S َ‫وْ نَ َواَ ْكث‬SSُ‫رًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمن‬S ‫ب لَ َكانَ خَ ْي‬
  َ‫ْال ٰف ِسقُوْ ن‬

21
Sayid Abu Hasan Ali an-Nadwi, Sejarah Muhammad Ilyas
Menggerakkan Jamaah Tabligh Mempelopori Khuruj Fi Sabilillah, h. 39.
22
Sayid Abu Hasan Ali an-Nadwi, Sejarah Muhammad Ilyas
Menggerakkan Jamaah Tabligh Mempelopori Khuruj Fi Sabilillah, h. 40.

16
“Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan (dilahirkan) untuk
manusia, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, dan kamu beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (QS. Ali Imrân [3]: 110).

Kata ukhrijat pada ayat tersebut oleh Maulana Ilyas dimaknai


khurûj, yaitu “pergi keluar” (dakwah) kepada li al-nâs (manusia).23
Mimpi tersebut murupakan jawaban atas kerisauan Maulana Ilyas
memikirkan strategi dakwah yang “ideal” untuk umat Islam.24

Kedua adalah versi yang mengatakan bahwa model dakwah


yang dicetuskan oleh Maulana Ilyas tidak murni berasal dari hasil
pemikirannya, melainkan berasal dari pemikiran Sa‘îd Nursî al-
Kurdî atau yang dikenal dengan nama Badî‘ al-Zamân; seorang
cendekiawan Muslim yang hidup di Turki pada 1293-1379 H.
Maulana Ilyas berinteraksi dengan pimikiran gerakan dakwah ini
ketika ia melaksanakan ibadah haji. Jadi, kelahiran pemikiran
gerakan dakwah ini adalah di Turki sedangkan aplikasi gerakannya
dimulai dari India. Hal ini juga tampak pada nama Nur atau An-Nur
atas nama-nama bangunan-bangunan masjid yang dibangun oleh
Jamaah Tabligh. Nama tersebut merupakan simbol “hadiah” dan

23
Muhammad Mayan Muhammad Aslim Al-Bakistani, Jamaah
Tabligh; ‘Aqidatuha wa Afkar Masyayikhiha, (Madinah: Jami’ah Islamiyah al-
Madinah al-Munawarah, 1393 H), h. 45.
24
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuni, Kupas Tuntas Jamaah Tabligh,
Vol. 3 (Cirebon: Pustaka Nabawi, Cet. 7, 2012), h. 51.

17
“kenangan” yang ditujukan kepada peletak pertama pemikiran
gerakan dakwah ini.25

Adapun versi ketiga mangatakan bahwa gerakan dakwah


Jamaah Tabligh lahir sebagai upaya membendung gerakan
Hinduisme Shuddi Sanghatan yang dilancarkan pada 1920an oleh
Arya Samajists untuk memurtadkan umat Islam, khususnya di
Mewat. Maulana Ilyas begitu teguh dan gigih dalam membendung
gerakan Hinduisme ini.26

Aktivitas dan Konsep Dakwah Jamaah Tabligh

Markas internasional Jamaah Tabligh adalah di Nizamudin,


India. Kemudian setiap negara juga mempunyai markas pusat
nasional, dan dari markas pusat nasional dibagi menjadi markas-
markas regional (daerah) yang dipimpin oleh seorang Shura.
Kemudian dibagi menjadi ratusan markas kecil yang disebut
Halaqah. Halaqah ini memiliki kegiatan musyawarah mingguan,
dan sebulan sekali mereka khuruj selama tiga hari. Khuruj yaitu
meluangkan waktu untuk berdakwah secara total dari masjid ke
masjid dan dipimpin oleh seorang Amir.27
Sewaktu khuruj, kegiatan diisi dengan ta’lim (membaca
hadis atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya

25
Sayf al-Rahman Ahmad, Nazrat ‘Abirah I’tibariyyah hawl al-Jamaah
al-Tabligh (t.tp: al-Madinah al-Munawarah, t.th), h. 4-5.
26
Sayid Abu Hasan Ali an-Nadwi, Sejarah Muhammad Ilyas
Menggerakkan Jamaah Tabligh Mempelopori Khuruj Fi Sabilillah, h. 156.
27
Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata
Masyarakat, h. 60.

18
Maulana Zakariya), kemudian berjaulah , kemudian bayan,
mudzakarah (menghafal) enam sifat sahabat, karkuzari (memberi
laporan harian pada amir), dan musyawarah. Selama khuruj jamaah
tabligh tinggal di Masjid.28
Sebelum melakukan khuruj, dilakukan pembinaan keluarga,
terutama ibu-ibu dan wanita diadakan ta’lim yang namanya
ma’tsurat, artinya tertutup, atau terhijab. Dalam pembinaan itu,
wanita dan ibu-ibu dilatih untuk mandiri, sehingga ketika ditinggal
khuruj oleh suaminya mereka sudah mampu berperan menjadi
kepala rumah tangga. Beberapa hal mendasar dari gerakan jamaah
Tablig adalah upaya mereka untuk mengajak memakmurkan masjid
serta menyambung tali silaturrahmi. Mereka selalu berusaha untuk
membangun persaudaraan dan silaturrahmi tanpa memandang ras
dan negara. Sedangkan untuk mengidentifikasi jamaah tabligh di
Indonesia dapat dilihat melalui penampilanmereka,dengansorban,
janggut panjang, celana gantung, serta gamis, ataupun rompi. Kaum
wanita pada umumnya jarang yang ambil bagian sehingga
representasi mereka dinilai dari kaum prianya.29
Jamaah Tabligh memiliki enam pedoman dasar sebagai asas
dakwahnya yakni Pertama, Al kalimah toyyibah yaitu dua kalimat
syahadat. Dalam ajaran Jamaah Tabligh kalimat itu tidak boleh
diucapkan saja, akan tetapi harus diterapkan dalam amaliah sehari-
hari. Laailaaha illallah maksudnya mengeluarkan keyakinan pada

28
Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata
Masyarakat, h. 61
29
Muhammad Syaoki, Gerakan Islam Transnasional dan Perubahan
Peta Dakwah Indonesia, h. 175.

19
makhluk dan memasukkan keyakinan hanya kepada Allah SWT
semata. Muhammadurrasulullah maksudnya hanya satu - satunya
jalan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat adalah dengan
mengikuti cara hidup rasulullah saw. Menghidupkan sunnah-
sunnahnya dalam kehidupan sehari-hari.30
Kedua, Menegakkan sholat. Setelah meyakini kalimat
syahadat maka kewajiban beriktnya adalah melaksanakan sholat.
Hal tersebut bertujuan membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah
swt dalam sholat dalam kehidupan sehari-hari. Sholat merupakan
ritual ibadah kepada Allah swt sebagai cara menyambungkan
hubungan antara hambanya dengan Allah swt. Namun cara
mendapatkan khusuk dalam sholat adalah dengan mendahwahkan
pentingnya sholat khusuk, latihan, belajar menyelesaikan masalah
dengan sholat dan do’a agar diberikan taufiq mengerjakan sholat
dengan khusu’.31
Ketiga, Ilmu dan zikir. Keduanya murupakan satu kesatuan
tak terpisahkan. Orang yang melaksanakan zikir tanpa ilmu
ibaratnya ngawur. Begitu pula ilmu tanpa zikir ibaratnya berjalan
tanpa tujuan. Ilmu untuk mengetahui perintah Allah swt dalam
setiap suasana dan keadaan, zikir adalah menghadirkan Allah swt
dalam setiap perintahnya. Melaksanakan perintah Allah swt dalam
setiap keadaan dengan menghadirkan keagungan Allah swt,

30
M. Zaki Abdillah, Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap
Pembangunan Masyarakat Muslim di Lombok Sejak Tahun 2011-2016, (Jurnal
Al I’lam: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol. 1, No. 2 2018), h. 6.
31
Mustofa Sayani, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat RA,
(Bandung: Pustaka, 2006), h. 12-13.

20
emngikuti cara Rasulullah saw. Untuk mendapatkan ilmu yaitu
dengan bertanya kepada ulama, mengikuti halaqah. Sedangkan
untuk mendapatkan hakikat zikir yaitu dengan banyak membaca al
Qur’an, banyak mengucap kalimat toyyibah, mengamalkan do’a -
do’a masnunah dalam kehidupan sehari-hari.32
Keempat memuliakan sesama muslim (ikramul Musllimin).
Menunaikan kewajiban kepada sesama muslim tanpa menuntut hak
kita ditunaikannya. Yaitu dengan cara mendakwahkan pentingnya
ikramul muslimin, latihan dengan memberi salam kepada orang
yang dikenal maupun orang yang tidak dikenal, menghormati orang
tua, menghargai sesama, menyayangi yang muda. Berdo’a kepada
Allah swt agar diberi hahikat iramul muslimin.33
Kelima, Ikhlas, berarti meluruskan, memperbaikinya, dan
membersihkan niat. Membersihkan niat dalam beramal semata-mata
hanya kepada Allah swt. Tanpa memandang apa yang kita lakukan
dalam beramal. Ikhlas adalah suatu rahasia antara hamba dengan
tuhannya yang tidak diketahui oleh siapapun. Ikhlas merupakan ruh
dari semua perbuatan yang dilakukan. Maksud dan tujuan beramal
hanya semata karena Allah swt, mengerjakan perintah dan
meninggalkan larangan-Nya hanya karena ridho Allah swt.34
Keenam, Keluar (khuruj Fi Sabilillah), memperbaiki diri
yaitu menggunakan diri, harta dan waktu seperti yang diperintah
32
Mustofa Sayani, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat RA, h. 18-22.
33
M. Zaki Abdillah, Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap
Pembangunan Masyarakat Muslim di Lombok Sejak Tahun 2011-2016, h. 7
34
An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah: Sarana Tarbiyah
Ummat untuk Membentuk Sifat Imaniyah, Terj. Abu Sayyid Akmal, (Bandung:
Pustaka Zaadul Ma’aad, 2015) h. 35

21
Allah swt. Menghidupkan agama pada diri sendiri dan manusia di
seluruh alam dengan menggunakan harta dan diri sendiri.35

Indikasi Radikalisme dalam Jamaah Tabligh


Kesalahpahaman tentang eksistensi gerakan dakwah Jamaah
Tabligh telah menimbulkan image yang negatif di masyarakat.
Sebagian besar Jamaah Tabligh disamakan dengan gerakaan Salafi
atau Wahabi yang berasal dari Arab Saudi. Tampilan yang mirip
antara Wahabi dengan Jamaah Tabligh secara fisik (berjenggot) dan
pakaian (bergamis dan baju koko) telah mengecoh masyarakat.
Jamaah Tabligh dan Wahabi sangat berbeda, meskipun
dalam beberapa hal ada persamaan. Wahabi berorientasi pada
pemurnian agama Islam dari praktik budaya lokal dan memahami
agama secara tekstual dan hanya menggunakan sumber utama yakni
Quran dan Hadis.36 Wahabi menentang praktik sufistik yang
dianggap syirik. Sementara Tabligh lebih pada penekanan dakwah
dan pengamalan ajaran Islam shalat berjemaah di masjid. Tabligh
mampu mengkombinasikan hubungan yang unik antara sufi dengan
salafi yang menduplikat kehidupan Nabi Muhammad dan para
sahabatnya yang diklaim sebagai potret kehidupan umat Islam yang
paling ideal dan terbaik.37 Sunnah-sunnah Rasul dan perilaku

35
M. Zaki Abdillah, Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap
Pembangunan Masyarakat Muslim di Lombok Sejak Tahun 2011-2016, h. 7
36
Saipul Hamdi, Integrasi Umat, Kemiskinan, dan Radikalisme dalam
Jamaah Tabligh di Indonesia (Jurnal Review Politik, Volume 07, Nomor 01, Juni
2017), h. 48.
37
Robinson, Rowena, Tremors of Violence: Muslim Survivors of Ethnic
Strife in Western India (New Delhi: Sagepublication, 2005), h. 70-71.

22
sahabat diambil sebagai bahan acuan dan contoh kehidupan yang
perlu dipraktikkan untuk masa kini. Kitab-kitab yang digunakan
lebih banyak mengupas tentang fadhilah beribadah dan juga sejarah
perjalanan kehidupan para sahabat.
Dalam praktik ibadah, Tabligh di sisi lain dapat dikatakan
sebagai kelompok fundamentalis yang berpegang kuat pada Qur’an
dan Sunnah Rasulullah. Mereka shalat berjemaah lima waktu di
masjid dan berdakwah di setiap kesempatan ketika bertemu dengan
orang lain. Tabligh hanya fokus pada penguatan internal iman
masyarakat Muslim, dan tidak menyentuh atau mendakwahi
kelompok di luar agama Islam. Jika terdapat usaha mendakwahi
kelompok non-Muslim maka itu bagian dari pengembangan dalam
konteks kondisional. Walaupun sama-sama bergerak dalam usaha
agama, gerakan Tabligh murni gerakan keagamaan tanpa embel-
embel politik dan kekuasaan.38
Wahabisme di Arab Saudi dijadikan mazhab negara dan
penyebarannya di back up oleh negara. Jangankan terlibat dalam
politik kepentingan, untuk mendiskusikan atau menyentuh wilayah
politik baik dalam maupun luar negeri dilarang dalam ajaran
Jamaah Tabligh. Di sinilah letak kekuatan Jamaah Tabligh yang
tidak menyentuh wilayah politik dan kekuasaan sehingga bebas
kemana-mana diterima oleh masyarakat dan pemerintah. Bahkan di
negara Israel yang mayoritas penduduk beragama Yahudi merespon
baik kehadiran kelompok dakwah Jamaah Tabligh dan mereka
38
Saipul Hamdi, Demazhabization of Islam, Divinity Economy and
Narrative of Conflict onf the Tabligh Followers in Samarinda East Kalimantan,
(Al Albab Bourneo Journal of Religious Studies, Vol. 4 No. 2, 2015), h. 147-168.

23
diberi ruang berkembang di komunitas Muslim di sana. 39 Bahkan
ketika masuk di Israel mereka tidak dipersulit dan cukup
menjelaskan enam sifat kepada tentara Israel, maka mereka sudah
paham bahwa ini adalah kelompok Jamaah Tabligh. Dengan begitu
mereka dibiarkan masuk, padahal penjagaan di negara Israel
terbilang super ketat bagi umat Islam.
Maraknya gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia
sejak kasus bom Bali 1 dan 2 dan beberapa kasus pengeboman di
Jakarta telah merembet ke identitas Jamaah Tabligh yang diklaim
sebagai bagian dari kelompok terorisme. Tabligh dicurigai di mana-
mana sebagai kelompok yang terlibat gerakan terorisme karena
ekspose dakwah dengan pakaian yang mirip kelompok teroris yang
berbaju gamis kearaban. Kecurigaan tidak hanya muncul di
Indonesia, tetapi juga di komunitas internasional. Dari beberapa
hasil penelitian sebelumnya tentang Tabligh di Amerika dan Eropa
menunjukkan bahwa gerakan dakwah Tabligh diyakini terlibat
dalam beberapa aksi terorisme.40
Walaupun tidak ada bukti secara langsung atas keterlibatan
mereka, akan tetapi mereka disangkakan setidaknya telah
membantu menyiapkan dan mensupport para martir jihadis yang
didoktrin terlebih dahulu di dalam dakwah dan pesantren Jamaah
Tabligh, kemudian direkrut oleh kelompok teroris jaringan

39
Muhammad Khalid Masud (Ed), Travellers in Faith: Studies of the
Tabligh Jamaat as a Transnational Islamic Movement for Faith Renewal,
(Leiden: Brill Press, 2000).

40
Zacharias Pieri, Tabligh Jamaat and the Quest for the London Mega
Mosque: Continuity and Change, (New York: Palgrave Macmillan, 2015), h. 31.

24
internasional Al-Qaeda. Jaringan teroris memanfaatkan forum
dakwah Jamaah Tabligh untuk cuci otak, menggembleng dan
membentuk sikap puritan, radikal dan fundamental yang nantinya
akan menjadi calon-calon jihadis pengebom bunuh diri. Jamaah
Tabligh yang lahir di India dan berkembang pesat di Pakistan dan
Banglades menambah kecurigaan adanya hubungan laten degan sel-
sel teroris asal Pakistan yang tergabung dalam kelompok Taliban
pimpinan Osamah bin Laden.41
Jamaah Tabligh tidak mengambil jalan kekerasan untuk
berjuang, sebaliknya mengambil jalan damai. Jihad khuruj fi
sabilillah bukanlah angkat senjata, tetapi berjuang keluar di jalan
Allah untuk berdakwah tentang agama.42 Dalam ajaran Jamaah
Tabligh bahwa dakwah sama besar pahalanya dengan berjihad
secara fisik. Dakwah Jamaah Tabligh memiliki semangat cinta dan
rasa persaudaraan yang tinggi antara sesama Muslim. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya indikasi keterlibatan
Tabligh di Indonesia dengan jaringan terorisme lokal dan global.
Jemaah Tabligh di Indonesia termasuk di Samarinda, Lombok dan
Jakarta hanya merupakan korban dari opini, image dan media yang
berkembang di masyarakat. Kasus serangan bom Bali 1 dan 2 di
Bali dan beberapa serangan bom bunuh diri di Jakarta dan Jawa
Barat berdampak luas terhadap keamanan dan esksistensi anggota
Tabligh. Image teroris yang berjenggot dan berjubah yang mirip
41
Saipul Hamdi, Integrasi Umat, Kemiskinan, dan Radikalisme dalam
Jamaah Tabligh di Indonesia (Jurnal Review Politik, Volume 07, Nomor 01, Juni
2017), h. 49.
42
Peter Dale Scott, The Road to 9/11: Wealth, Empire, an the Future of
America, (California: Yni (Syaoki, 2017)versity of California, 2007), h. 144.

25
Tabligh ternyata melahirkan opini bahwa Tabligh adalah bagian
dari terorisme.
Generalisasi muncul di masyarakat akibat trauma dan
tekanan akan serangan kembali bom bunuh diri. Pengamalam
beberapa anggota Jamaah Tabligh misalnya tidak diberikan izin
terbang keluar negeri pada waktu khuruj pasca bom Bali. Paspor
mereka ditahan oleh pihak imigrasi dan tidak diperbolehkan
melanjutkan penerbangan dari Malaysia ke Pakistan. Beberapa
jemaah juga ditangkap ketika berdakwah ke Bali, namun akhirnya
dilepaskan. Mereka dibawa oleh pihak aparat untuk diperiksa di
kantor kepolisian resort di salah satu kabupaten di Bali. Karena
tidak ada bukti keterlibatan mereka dalam aksi terorisme, maka para
jemaah lansung dibebaskan tanpa sarat. Dalam kasus lain
sekelompok pemuda kampung di daerah Jawa Timur menyerang
mereka dan diteriaki teroris ketika masuk berdakwah di sebuah
masjid. Jemaah yang mengalah dan tidak menginginkan keributan
ditolong oleh Allah dalam keadaan aman. Dari kasus-kasus tersebut,
Jamaah Tabligh hanya menjadi korban dari opini dan image yang
berkembang di masyarakat. Tampilan pelaku teroris yang identik
dengan pakaian gamis dan berjenggot berdampak buruk bagi
Jamaah Tabligh yang kebetulan pakaian mereka hampir sama.
Penangkapan-penangkapan dari kasus terorisme belum ada
terdeteksi dari kelompok Jamaah Tabligh.

26
Kesimpulan
Gerakan dakwah Tabligh merupakan salah satu gerakan
keagamaan transnasional yang sukses tidak hanya di daerah tempat
lahirnya, tetapi juga di negara-negara luar. Kurang dari satu dekade
sejak didirikan pada tahun 1926, Tabligh telah menjelma sebagai
kekuatan dakwah alternatif yang memberikan jalan tengah di antara
dua kutub yang eksterim yaitu “sufisme” yang beraliran mistik dan
“salafisme” yang beraliran fundamentalis-tekstual, yang berhasil
digabungkan dalam pola yang unik dan terbuka. Jalan Tengah yang
ditawarkan dalam program dakwah Tabligh berdampak pada proses
integrasi sosial yang lebih luas yang tidak memandang latar
belakang mazhab, aliran, etnis, suku, agama, budaya dan bahasa.
Peleburan identitas kenegaraan dan sukuisme dalam diri Jamaah
Tabligh sangat nampak ketika para jemaah dari berbagai negara
melebur dalam satu bingkai aktivitas keagamaan. Seluruh sekte,
aliran, organisasi dan mazhab mampu duduk bersama di bawah
payung dakwah harmonis Jamaah Tabligh.

27
Daftar Pustaka

Abdillah, M. Z. (2018). Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh


Terhadap Pembangunan Masyarakat Muslim di Lombok
Sejak Tahun 2011-2016. Jurnal Al-I'lam: Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Ahmad, S. a.-R. (n.d.). Nazrat ‘Abirah I’tibariyyah hawl al-Jamaah
al-Tabligh . al-Madinah al-Munawarah.
Al-Bakistani, M. M. (1393 H). Jamaah Tabligh; ‘Aqidatuha wa
Afkar Masyayikhiha, . Madinah: Jami'ah Islamiya al-
Madinah al-Munawarah.
An-Nadwi, S. A. (2009). Sejarah Muhammad Ilyas Menggerakkan
Jamaah Tabligh Mempelopori Khuruj Fi Sabilillah .
Bandung: Pustaka Ramadhan.
As-Sirbuni, A. A. (2012). Kupas Tuntas Jamaah Tabligh . Cirebon:
Pustaka Nabawi.
Balasuriya, T. (2004). Teologi Sejarah. Jakarta: Gunung Mulia.
Campo, J. E. (2009). Encyclopedia of Islam. New York: Fact on
File.
Castel, M. (2001). Power of Identity. London: Backwell.
Hamdi, S. (2015). Demazhabization of Islam, Divinity Economy
and Narrative of Cpnflict on the Tabligh Followers in
Samarinda East Kalimantan . Al Albab Bourneo Journal of
Religious Studies.
Hamdi, S. (2017). Integrasi Umat, Kemiskinan, dan Radikalisme
dalam Jamaah Tabligh di Indonesia . Review Politik,
Volume 07, Nomor 01.
Hasanah, U. (2014). Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan
Reaksi Masyarakat: Perspektif Teori Penyebaran Informasi
dan Pengaruh. Indo-Islamika, Vol. 4, No. 1.
Hasanah, U. (2017). Jamaah Tabligh I (Sejarah dan
Perkembangannya). El Afkar, Vol. 6, No.1.
Meera, A. K. (2010). Perampok Bangsa-Bangsa: Mengapa Emas
Harus Jadi Uang Internasional?, terj. Yulizar Djamaluddin
Sanrego NZ . Jakarta: Mizan.

28
Rofiah, K. (2010). Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di
Mata Masyarakat. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
Sayani, M. (2006). Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat RA.
Bandung: Pustaka.
Shahab, A. N. (2015). Khuruj Fi Sabilillah: Sarana Tarbiyah
Ummat untuk Membentuk Sifat Imaniyah, Terj. Abu Sayyid
Akmal. Bandung: Pustaka Zaadul Ma'aad.
Syaoki, M. (2017). Gerakan Islam Transnasional dan Perubahan
Peta Dakwah Indonesia . Komunika, 168.

29

Anda mungkin juga menyukai