Anda di halaman 1dari 2

ACARA III

BUDIDAYA TANAMAN KAKAO

A. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman tahunan
yang termasuk dalam famili Sterculiaceae dari kelas Dicotyledoneae (Nasamsir,
2014). Pembibitan kakao bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang
baik dan vigornya tinggi, serta mampu tumbuh dan berproduksi semaksimal
mungkin setelah ditanam di kebun. Biji kakao tidak mempunyai masa dorman
sehingga biji-biji yang disiapkan untuk benih harus segera di kecambahkan
(Awidiyantini, 2016).
Kakao terus berkembang sebagai bahan perindustrian yang
menghasilkan berbagai produk makanan, salah satunya coklat. Coklat banyak
mengandung zat-zat yang dapat memberi manfaat untuk kesehatan dan
kecantikan, karena coklat banyak mengandung antioksidan yaitu fenol dan
flavonoid. Coklat juga mengandung beberapa vitamin yang berguna bagi tubuh
seperti vitmin A, B1, C, D, dan E. Selain itu coklat juga bermanfaat untuk
kecantikan, karena antioksidan dan kafein yang ada didalamnya dapat mencegah
penuaan dini, maka tidak heran bila saat ini berkembang lulur coklat yang sangat
baik untuk 17 kecantikan kulit (Nasamsir, 2014). Kakao merupakan satu-satunya
dari 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae, yang diusahakan secara
komersial. Sistematika tanaman ini sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L (Elna et al, 2010).
Curah hujan pertanaman kakao di Indonesia berkisar antara 1800 –
3000 mm pertahun dan merata sepajang tahun. Tanaman kakao masih bisa hidup
pada musim kering yang berlangsung 2 bulan. Kelembapan udara relatif yang
dikehendaki tanaman kakao adalah 80 – 90 %. Angin kencang dapat
mengakibatkan kerusakan mekanis pada tanaman kakao serta menurunkan
kelembapan relatif udara. Pengaruh angin kering pada pertanaman kakao di dekat
pantai mengakibatkan matinya jaringan sel daun pada bagian tepi. Intensitas
cahaya matahari diatur dengan adanya pohon pelindung. Intensitas cahaya
matahari akan mengatur perbungaan tanaman kakao. Suhu yang dikehendaki
berkisar antara 24o C dan 28o C tiap harinya. Suhu di atas 30o C dibawah
naungan sering menimbulkan terlalu banyak pertumbuhan vegetatif. Tanaman
coklat menghendaki tanah dengan sifat – sifat, mudah meresap air, 18 derajat
kemiringan 0 – 40 %, kedalaman efektif minimal 90 cm, tidak mempunyai lapisan
padas yang dangkal, pH 5 – 7 , dan mengandung banyak humus (Nanang et al,
2018).
Penanaman bibit kakao pada praktikum kali ini menggunakan media
polybag yang diisikan tanah serta pupuk kompos dengan perbandingan 1:1.
Perlakuan yang diberikan berupa penanaman dengan biji tengah dan biji pangkal.
Sebelum biji ditanam kedalam media, biji dibersihkan terlebih dahulu pulpnya
menggunakan pasir dan kemudian biji direndam dalam larutan fungisida untuk
mencegah biji terserang jamur.
Pembibitan kakao bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan bibit
yang baik dan vigornya tinggi, serta mampu tumbuh dan berproduksi semaksimal
mungkin setelah ditanam di kebun. Untuk keperluan benih, biji kakao diambil dari
buah yang telah masak, selaput lendir dan kulit perlu dihilangkan sebab kecambah
sering kali diserang oleh semut atau serangga dan yang tumbuh abnormal karena
kesulitan membuka kotiledon yang tumbuh terhambat oleh testa dan akibatnya
epikotil tumbuh sangat lemah dan pertumbuhannya menjadi tidak normal. Biji
kakao tidak mempunyai masa dorman sehingga biji biji yang disiapkan untuk
benih harus segera di kecambahkan (Awidiyantini, 2016).
Kandungan endosperma merupakan faktor internal biji yang
berpengaruh terhadap keberhasilan perkecambahan biji, karena hal ini
berhubungan dengan kemampuan biji melakukan imbibisi dan ketersediaan
sumber energi kimiawi potensial bagi biji. Pada awal fase perkecambahan, biji
membutuhkan air untuk mulai berkecambah, hal ini dicukupi dengan menyerap
air secara imbibisi dari lingkungan sekitar biji. Setelah biji menyerap air maka
kulit biji akan melunak 20 dan terjadilah hidrasi protoplasma, kemudian enzim-
enzim mulai aktif, terutama enzim yang berfungsi mengubah lemak menjadi
energi melalui proses respirasi (Sulistyani, 2014).
Posisi biji didalam buah diduga mempengaruhi jumlah cadangan
makanan yang terkandung didalamnya, yang secara morfologis dapat dilihat dari
ukuran biji dan berat biji. Benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih yang berukuran kecil dan
diduga bahwa ukuran embrionya juga lebih besar, kandungan yang tersimpan
dalam biji yaitu karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-bahan tersebut
diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat proses
perkecambahan berlangsung (Mizan et al, 2018).

Anda mungkin juga menyukai