Anda di halaman 1dari 1

Merawat gerakan membina persatuan

Oleh :

Sahabat Imam Sarwani


“Awal mula bagaimana dari HMJ kawan – kawan itu mampu melahirkan kegiatan dan juga beberapa
identen kreatifitasnya sebagai wadah untuk berproes. Hingga pada akhirnya lama kelamaan karena
beberapa sahabat – sahabat yang disini seperti lana,adi dan umam ini termasuk saya dan robi agak
kluyuran kita ikut di PMII dan pada saat itu kita ikut dari rayon nusantara

Di ikut gabungkan dengan Asghar Ali – Engeer bawahan dari PAI,MPI dan juga nusantara. Kerena
melihat dari kondisi rayon nusantara itu kekuragan SDM pada saat itu dan saat ini masih berkurang.
Maka kita in – cloud dari nusantara. Setelah itu, ketika sudah kita berproses di nusantara kita ingin
mencoba menunjukan kelebihan kita di rayon – rayon kelebihan orang – orang di fakultas Sosial dan
Humaniora.

Sebenarnya kalau bicara ini tidaklah baik untuk di contoh. Cuma pada saat itu angkatan kita
khususnya fakultas sosial dan humaniora mencoba menjadi prioner orang yang memang benar –
benar berpengaruh di rayon nusantara. Jadi kita dulu sahabat –sahabati di rayon nusantara sangat
seperti ada ketergantungan.

Kita buat mereka seperti ketergantungan dari ke aktifan – keaktifan kita dulu. Karena kita dulu
mempunyai misi untuk bagaimana mungkin sahabat – sahabati di nusantara ini kalah sama kita
meskipun kita ini hanya sebatas se - angkatan.

meskipun setelah berjalan kita berproses di nusantara, pada akhirnya setelah bulanan kita berproses
sampai PKD. Setelah perpulangan kita adakan rapat tertutup dengan beberapa orang yang ada disini
(sahabat umam,mayhur,dan robi).

Sehingga mantan ketua komisariat pada saat itu yang saat menjabat dengan M. Nurul yaqien itu kita
adakan diskusi bagaimana bahwa rayon di fakultas sosial dan humaniora perlu dibentuk rayon
karena melihat progres kader – kader dan juga sebagai wadah bagaimana hari itu berproses dan
pada saat itu dihadiri oleh rayon Aviceena di kesehatan. “ Ujar Sahabat Imam. Yang pada saat itu
memberikan penyampaiannya pada saat harlah Ibn Khaldun.

Anda mungkin juga menyukai