Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN OBSERVASI

Untuk memenuhi tugas Psikologi Abnormal

Dosen Pengampu:
Ika Novitasari, M.Psi, Psikolog

Oleh:
Dinda Iwan Nursekha (190600298)

PRODI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI KEDIRI
DESEMBER 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak
secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada
sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut Heward, anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus


sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang
digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan
ganngguan atau kelainan pada aspek :

a. Fisik/motorik a.l.cerebral palsi, polio


b. Kognitif : mentalretardasi, anak unggul (berbakat)Bahasa dan bicara
c. Pendengaran
d. Penglihatan
e. Sosial emosi

Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar
dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan
belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun
mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum,
mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan
cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus tersebut.

2. Faktok-faktor yang mempengaruhi Anak Berkebutuhan Khusus

1
Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode kehidupan anak,
yaitu:

a. Sebelum kelahiran

Penyebab yang terjadi sebelum proses kelahiran, dalam hal ini berarti ketika anak dalam
kandungan, terkadang tidak disadari oleh ibu hamil. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Gangguan Genetika : Kelainan Kromosom, Transformasi


Kelainan kromosom kerap diungkap dokter sebagai penyebab keguguran, bayi meninggal
sesaat setelah dilahirkan, maupun bayi yang dilahirkan sindrom down. Kelainan
kromosom ini umumnya terjadi saat pembuahan, yaitu saat sperma ayah bertemu sel telur
ibu. Hal ini hanya dapat diketahui oleh ahlinya saja, tidak kasat mata sehingga para ibu
hamil tidak dapat memprediksikannya. Untuk mengetahui bahwa proses tansformasi
kromosom berjalan normal membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk uji
laboratoriumnya.
2) Infeksi Kehamilan
Infeksi saat hamil dapat mengakibatkan cacat pada janin. Penyebabnya adalah parasit
golongan protozoa yang terdapat pada binatang seperti kucing, anjing, burung, dan tikus.
Gejala umumnya seperti mengalami gejala berupa demam, flu, dan pembengkakan
kelenjar getah bening Faktor ini terjadi bisa dikarenakan makanan atau penyakit. Infeksi
kehamilan dapat diketahui jika si ibu rutin memeriksakan kehamilannya sehingga jika
ada indikasi infeksi kehamilan dapat segera diketahui. Bisa juga infeksi terjadi karena
adanya penyakit tertentu dalamkandungan si ibu hamil.
3) Usia Ibu Hamil (high risk group)
Ada beberapa hal yang menyebabkan ibu beresiko hamil, antara lain : riwayat kehamilan
dan persalinan yang sebelumnya kurang baik (misalnya, riwayat keguguran, perdarahan
pasca kelahiran, lahir mati); tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm; ibu hamil yang
kurus/berat badan kurang; usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun;
sudah memiliki 4 anak atau lebih; jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun; ibu
menderita anemia atau kurang darah; tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat
dan adanya bengkak pada tungkai; kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak
normal; Riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi,asma dll.

2
4) Keracunan Saat Hamil
Keracunan kehamilan sering disebut Preeclampsia (pre-e-klam-sia) atau toxemia adalah
suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia
kehamilan di atas 20 minggu. Gejala-gejala yang umum adalah tingginya tekanan darah,
pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya jumlah protein diurin. Keracunan
kehamilan sering terjadi pada kehamilan pertama dan pada wanita yang memiliki sejarah
keracunan kehamilan di keluarganya. Resiko lebih tinggi terjadi pada wanita yang
memiliki banyak anak, ibu hamil usia remaja, dan wanita hamil di atas usia 40 tahun.
Selain itu, wanita dengan tekanan darah tinggi atau memiliki gangguan ginjal sebelum
hamil juga beresiko tinggi mengalami keracunan kehamilan. Penyebab sesungguhnya
masih belum diketahui.
b. Selama proses kelahiran

Setiap ibu berharap mengalami proses melahirkan yang normal dan lancar. Berikut akan
dibahas beberapa proses kelahiran yang dapat menyebabkan anak berkebutuhan khusus,
antara lain :

1) Proses kelahiran lama (Anoxia), prematur, kekurangan oksigen


Tanda-tanda bayi lahir prematur sama seperti bayi lahir normal, hanya saja proses
pelahirannya lebih awal dari seharusnya. Proses melahirkan yang lama dapat
mengakibatkan bayi kekurangan oksigen. Penyebab bayi lahir prematur terbagi dalam
dua hal, dari sang ibu dan bayi itu sendiri. Sebab yang berasal dari ibu antara lain :
pernah
mengalami keguguran (abortus) atau pernah melahirkan bayi prematur
pada riwayat kehamilan sebelumnya; kondisi mulut rahim lemah sehinggarahim akan
terbuka sebelum usia kehamilan mencapai 38 minggu; si ibu menderita beberapa
penyakit (semisal penyakit jantung, darah tinggi,kencing manis, gondok); ibu yang
sangat muda (kurang dari 16 tahun)dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun). Sementara sebab
yang berasal dari bayi sendiri antara lain : bayi dalam kandungan berat badannya kurang
dari 2,5 kilogram; kurang gizi; posisi bayi dalam keadaan sungsang.
2) Kelahiran dengan alat bantu : Vacum

3
Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan cara menghisap bayi agar keluar lebih
cepat. Vacum ini dikhawatirkan membuat kepala bayi terjepit sehingga akan terjadi
kecelakaan otak gangguan pada otak.
3) Kehamilan terlalu lama: > 40 minggu
Kehamilan yang terlalu lama dikhawatirkan membuat keadaan bayi di dalam rahim
mengalami kelainan dan keracunan air ketuban. Karenanya jika usia kandungan sudah
melewati masa melahirkan dianjurkan pada ibu hamil untuk segera melahirkan dengan
cara yang memungkinkan sesuai kondisi ibu dan bayi.
c. Setelah kelahiran

Setelah proses kelahiran pun tidak otomatis bayi aman dari kelainan yang mengakibatkan
nanti anak menjadi berkebutuhan khusus. Berikut beberapa hal yang menyebabkan anak
berkebutuhan khusus tersebut antara lain :

1) Penyakit infeksi bakteri (TBC), virus


Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang menyerang paru-paru. Setelah proses kelahiran, bayi dikhawatirkan
teserang bakteri atau virus yang dapat menyebabkan penyakit tertentu dan menyebabkan
kelainan pada anak secara fisik maupun mental.
2) Kekurangan zat makanan (gizi, nutrisi)
Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dapat
dibayangkan jika bayi mengalami kekurangan gizi, kelainan apa saja yang dapat
dialaminya di masa kehidupannya mendatang. Kelainan yang akan dialami anak
mencakup kelainan fisik, mental, bahkan prilaku. Karenanya gizi harus dipenuhi setelah
anak lahir, baik dari ASI dan juga nutrisi makanannya.
3) Keracunan Bahaya keracunan yang sering terjadi pada anak adalah menelan obat
berlebihan (overdosis) karena orang tua menaruh obat sembarangan. Potensi keracunan
lainnya menelan cairan kosmetik ibunya, cairan pembersih untuk rumah dan cairan
pembasmi serangga, dan bahan beracun lainnya.Untuk menghindarinya, berikut yang
harus dilakukan: letakkan semua barang-barang yang menimbulkan potensi keracunan
seperti bahan-bahan pembersih, pewangi pakaian, pupuk, dan lainnya di tempat tinggi

4
dan tak mudah dijangkau. Bila perlu, kunci lemari khusus tersebut. Simpanlah tetap
bersama pembungkusnya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelaksanaan Observasi

1. Tempat Observasi
Observer melakukan kegiatan observasi di Biro Mahya Kwadungan, Kecamatan
Ngasem, Kabupaten Kediri.
Nama Biro : Biro Psikologi Mahya
Alamat Biro : Kwadungan, Kec. Ngasem, Kabupaten Kediri Jawa Timur

2. Waktu Observasi
Kegiatan observasi di Biro Mahya Kwadungan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten
Kediri, dilaksanakan pada Hari Rabu, 1 Desember 2021 mulai pukul 08.00 hingga 12.00
WIB.

3. Objek Observasi
Observer melakukan observasi dengan pasien dibawah umur di Kecamatan
Ngasem Kabupaten Kediri, khususnya pada anak berkebutuhan khusus. Sebelum masuk
kelas, observer mendapat arahan dari terapis mengenai kegiatan observasi yang akan
dilakukan di kelas. Selama observasi, observer berada di ruang kelas bersama dengan 1
tutor dan 1 anak berkebutuhan khusus.

4. Jenis Observasi

Observasi dilaksanakan menggunakan jenis observasi partisipan. Observasi


partisipan adalah proses pengumpulan data dimana peneliti ikut aktif berpartisipasi dalam
penelitian itu sendiri untuk mengumpulkan data dengan melakukan wawancara, mencatat,
melihat dokumen, mengamati, dan mencatat.

Dalam hal ini, peneliti langsung ikut serta membantu terapi pada pasien dengan
didampingi tutor dari anak ABK. Sehingga peneliti dapat secara langsung mengamati
perilaku dari ABK untuk dijadikan catatan observasi. Peneliti melakukan observasi dengan

6
anak bernama Alfatih yang berusia 2 tahun dan sudah, melaksanakan terapi sebanyak 12
pertemuan

5. Metode Observasi

Metode Observasi yang digunakan adalah Anecdotal Record. Metode Anecdotal


Record merupakan metode pencatatan data komulataif dari individu yang meliputi sikap
dan perilaku yang muncul secara tiba-tiba peristiwa yang terjadi secara insidental. 

Dalam penilitian ini peneliti mengamati tingkah laku yang muncul dari siswa yang
muncul selama pembelajaran operasi bilangan yang meliputi pengurangan dan penambahan,
kemudian dilanjutkan Ketika anak berada diluar kelas selama jam istirahat berlangsung dan
tekahir dari pembelajaran art and colour yang dilakukan anak.

2.2 Hasil Observasi

Dari kegiatan observasi yang telah dilaksanakan oleh observer, diperoleh data
sebagai berikut:

Identitas / informasi anak :

Nama : Alfatih

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

Metode observasi : Anecdotal record

Tanggal Observasi : 1 Desember 2021

Tempat Observasi : Biro Mahya Psikologi Konsultan

Waktu Observasi : 08.00-12.00 WIB

Setting Observasi Fisik : Observasi dilakukan di ruang berukuran sekitar 3X3


meter. Di ruangan tersebut sudah tersedia 1 kasur
bersampingan dengan meja dan kursi. Di meja tersebut
sudah dilengkapi berbagai macam permainan, seperti puzzle
berbentuk ibu, puzzle profesi dan puzzle huruf, alat

7
menggambar dilengkapi kertasnya, 1 buah mainan kura-
kura. Kemudian didepan Kasur terdapat stik untuk
permainan menyusun bangun ruang, dibawahnya ada alas
bermodel puzzle, serta puluhan bola.

Setting Observasi Psikis : Pada saat observasi rasanya tidak seperti hari biasanya,
jam 8 kami sudah siap menjalani observasi, namun rasanya
panas seakan menagih kami dalam hal kesabaran, saat
sekejap bisa merasakan nyamannya kursi sofa di ruang
tamu, kami sudah disambut saja dengan anak yang
menangis sendu. Cuaca saat itu memang begitu tak
menentu, rasanya begitu panas, namun begitu tiba jam
11.00 WIB cuaca berubah mendingin. Hingga adzan
berkumandang, kami mempersiapkan diri pulang, benar
dugaan kami, diperjalanan pun kami kehujanan.

Hasil Observasi Metode Pencatatan Anecdotal Record :

Begitu Alfatih datang langsung saya ikuti bersama dengan tutornya, saya masuk ke
ruangan paling pojok. Saat itu Alfatih langsung di dudukkan pada kursi. Disitu saya
langsung mengajaknya berinteraksi, menanyakan namanya, rumahnya dan lain sebagainya,
reaksi yang ia keluarkan diam, akan tetapi saat saya menyapanya dengan gerakkan
lambaian tangan, ia mengikuti apa yang saya lakukan dan saat saya meminta saliman, ia
juga menyanggupi.

Alfatih terlihat diam, saat diajak belajar menyusun puzzle Alfatih tak berkata apapun.
Namun setelah beberapa kali mengajak, akhirnya Alfatih mengikuti arahan. Perlahan saya
ikut bermain bersamanya, ia tampak menerima keberadaan saya. Saat bermain puzzle
Alfatih menggerakkan tangannya menyusun puzzle, namun puzzle diletakan begitu saja tak
sesuai dengan gambar, akhirnya kami pun mennuntunnya untuk menyusun puzzle.

Pembelajaran berganti dengan berhitung, saat itu juga Alfatih diam dan sibuk dengan
kura-kura mainannya, kemudian ditanya hasil dari hitungan ia hanya menjawab “cicak”

8
begitu saat menanyakan lainnya jawabnya tetap “cicak”. Sesekali juga fokus Alfatih teralih
ketika mendengar nyanyian-nyanyian anak di ruang samping, bahkan sampai memaksa
untuk melihat ruangan samping.

Seringkali Alfatih memainkan apapun yang ada didepannya, namun ketika tutor
mengajak belajar yang lain ia hanya diam. Ketika tutor mengajak untuk belajar mewarnai,
Alfatih tidak menghiraukan arahan dari tutor, sehingga membutuhkan beberapa kali
percobaan untuk belajar mewarnai. Berjalannya waktu Alfatih mau mengarahkan
tangannya, memilih dan mengambil crayon warna hijau, saat diajak untuk mewarnai
gambar lumba-lumba, dia hanya mengangkat crayon dan tidak mewarnai dalam kertas.

Setelah berkali-kali kami bermain menyusun, akhirnya ketika beralih bermain puzzle
balok, Alfatih bisa menyusunnya dengan lancar. Pembelajaran itu semua kami lakukan
ketika Alfatih patuh duduk di kursi, hingga 20 menit.

Setelah 20 menit berjalan, tiba-tiba Alfatih meronta-ronta ingin turun. Pindahlah dia
diatas kasur bersama sekumpulan bola-bola. Namun Alfatih kembali meronta-ronta ingin
turun. Maka diturunkanlah Alfatih, diarahkan pada stik yang sudah tersusun seperti bentuk
kotak besar. Ia mendatanginya dan mencopoti stiknya satu persatu. Karena ukuran kotak
yang begitu besar, Alfatih berjalan ingin memasuki kotak tersebut.

Sesudah setengah bangun kotak persegi lepas, Alfian keluar kotak menghampiri pintu.
Tutor pun mencegahnya dan mengalihkan pada permainan yang lain. Saya langsung
berinisiatif bermain dengannya menggunakan bola kecil yang tersedia. Berkali-kali saya
mencontohkan bagaimana melempar bola, namun ia hanya memegang kencang bola dan
melemparnya tetapi bolanya dipegangnya begitu kencang, sehingga bola tak terlontar
sedikit pun. Tutor pun kembali memberi arahan dengan sedikit kencang, berkali-kali
percobaan, Alfatih bisa melempar bola walau masih dengan bantuan tutor.

Lembar Pengamatan Identifikasi Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

No Aspek Indikator
1. Penglihatan - Matanya selalu tertuju pada satu permainan yang sedang

9
dimainkannya
- Susah untuk memandang langsung pada orang yang
berinteraksi kepadanya
2. Pendengaran - Kesulitan mendengarkan penjelasan tutor.
- Tak mau mendengarkan apapun bila sudah menemukan
yang disukainya.
3. Fisik - Motorik halusnya nampak kurang saat menulis atau
menggambar.
- Belum lancar berbicara atau masih minim kosa kata
4. Perhatian - Tidak memusatkan perhatian
- Perhatiannya berubah-ubah/mudah teralihkan
5. Intelektual - Tidak dapat menjawab setiap pertanyaan yang diberikan
oleh tutor.
- Tugas yang diberikan tidak semuanya selesai..
6. Perilaku - Kurang aktif
- Mampu menerima keberadaan siapa pun
- Tidak mudah nangis

2.3 Evaluasi Observasi

Kelebihan

Kelebihan dari observasi ini adalah dengan durasi waktu yang singkat bisa
mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Karena disini observer dapat secara langsung
berinteraksi dengan objek observasi sehingga data-data yang didapatkan bisa lebih valid dan
memudahkan observer dalam membuat kesimpulan observasi. Observasi Anecdotal Record
ini merupakan metode pencatatan data komulataif dari individu yang meliputi sikap dan
perilaku yang muncul secara tiba-tiba peristiwa yang terjadi secara insidental yang
memungkinkan observer mengamati sekaligus mencatat setiap detail kejadian yang
dijadikan sebagai bahan laporan observasi.

Kelemahan

10
Observer masih kesusahan dalam mencatat, karena belum terbiasa melakukan terapi
bersamaan dengan mencatat, terlebih anak yang memerlukan perlakuan khusus, sehingga tak
sempat untuk mencatat poin-poinnya. Tentu hal ini menjadi masalah ketika menyusun
laporan.

11
LAMPIRAN

DOKUMENTASI

12

Anda mungkin juga menyukai