Dosen Pengampu:
Ika Novitasari, M.Psi, Psikolog
Oleh:
Dinda Iwan Nursekha (190600298)
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak
secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada
sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut Heward, anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar
dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan
belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun
mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum,
mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan
cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus tersebut.
1
Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode kehidupan anak,
yaitu:
a. Sebelum kelahiran
Penyebab yang terjadi sebelum proses kelahiran, dalam hal ini berarti ketika anak dalam
kandungan, terkadang tidak disadari oleh ibu hamil. Faktor-faktor tersebut antara lain :
2
4) Keracunan Saat Hamil
Keracunan kehamilan sering disebut Preeclampsia (pre-e-klam-sia) atau toxemia adalah
suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia
kehamilan di atas 20 minggu. Gejala-gejala yang umum adalah tingginya tekanan darah,
pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya jumlah protein diurin. Keracunan
kehamilan sering terjadi pada kehamilan pertama dan pada wanita yang memiliki sejarah
keracunan kehamilan di keluarganya. Resiko lebih tinggi terjadi pada wanita yang
memiliki banyak anak, ibu hamil usia remaja, dan wanita hamil di atas usia 40 tahun.
Selain itu, wanita dengan tekanan darah tinggi atau memiliki gangguan ginjal sebelum
hamil juga beresiko tinggi mengalami keracunan kehamilan. Penyebab sesungguhnya
masih belum diketahui.
b. Selama proses kelahiran
Setiap ibu berharap mengalami proses melahirkan yang normal dan lancar. Berikut akan
dibahas beberapa proses kelahiran yang dapat menyebabkan anak berkebutuhan khusus,
antara lain :
3
Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan cara menghisap bayi agar keluar lebih
cepat. Vacum ini dikhawatirkan membuat kepala bayi terjepit sehingga akan terjadi
kecelakaan otak gangguan pada otak.
3) Kehamilan terlalu lama: > 40 minggu
Kehamilan yang terlalu lama dikhawatirkan membuat keadaan bayi di dalam rahim
mengalami kelainan dan keracunan air ketuban. Karenanya jika usia kandungan sudah
melewati masa melahirkan dianjurkan pada ibu hamil untuk segera melahirkan dengan
cara yang memungkinkan sesuai kondisi ibu dan bayi.
c. Setelah kelahiran
Setelah proses kelahiran pun tidak otomatis bayi aman dari kelainan yang mengakibatkan
nanti anak menjadi berkebutuhan khusus. Berikut beberapa hal yang menyebabkan anak
berkebutuhan khusus tersebut antara lain :
4
dan tak mudah dijangkau. Bila perlu, kunci lemari khusus tersebut. Simpanlah tetap
bersama pembungkusnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tempat Observasi
Observer melakukan kegiatan observasi di Biro Mahya Kwadungan, Kecamatan
Ngasem, Kabupaten Kediri.
Nama Biro : Biro Psikologi Mahya
Alamat Biro : Kwadungan, Kec. Ngasem, Kabupaten Kediri Jawa Timur
2. Waktu Observasi
Kegiatan observasi di Biro Mahya Kwadungan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten
Kediri, dilaksanakan pada Hari Rabu, 1 Desember 2021 mulai pukul 08.00 hingga 12.00
WIB.
3. Objek Observasi
Observer melakukan observasi dengan pasien dibawah umur di Kecamatan
Ngasem Kabupaten Kediri, khususnya pada anak berkebutuhan khusus. Sebelum masuk
kelas, observer mendapat arahan dari terapis mengenai kegiatan observasi yang akan
dilakukan di kelas. Selama observasi, observer berada di ruang kelas bersama dengan 1
tutor dan 1 anak berkebutuhan khusus.
4. Jenis Observasi
Dalam hal ini, peneliti langsung ikut serta membantu terapi pada pasien dengan
didampingi tutor dari anak ABK. Sehingga peneliti dapat secara langsung mengamati
perilaku dari ABK untuk dijadikan catatan observasi. Peneliti melakukan observasi dengan
6
anak bernama Alfatih yang berusia 2 tahun dan sudah, melaksanakan terapi sebanyak 12
pertemuan
5. Metode Observasi
Dalam penilitian ini peneliti mengamati tingkah laku yang muncul dari siswa yang
muncul selama pembelajaran operasi bilangan yang meliputi pengurangan dan penambahan,
kemudian dilanjutkan Ketika anak berada diluar kelas selama jam istirahat berlangsung dan
tekahir dari pembelajaran art and colour yang dilakukan anak.
Dari kegiatan observasi yang telah dilaksanakan oleh observer, diperoleh data
sebagai berikut:
Nama : Alfatih
Usia : 2 tahun
7
menggambar dilengkapi kertasnya, 1 buah mainan kura-
kura. Kemudian didepan Kasur terdapat stik untuk
permainan menyusun bangun ruang, dibawahnya ada alas
bermodel puzzle, serta puluhan bola.
Setting Observasi Psikis : Pada saat observasi rasanya tidak seperti hari biasanya,
jam 8 kami sudah siap menjalani observasi, namun rasanya
panas seakan menagih kami dalam hal kesabaran, saat
sekejap bisa merasakan nyamannya kursi sofa di ruang
tamu, kami sudah disambut saja dengan anak yang
menangis sendu. Cuaca saat itu memang begitu tak
menentu, rasanya begitu panas, namun begitu tiba jam
11.00 WIB cuaca berubah mendingin. Hingga adzan
berkumandang, kami mempersiapkan diri pulang, benar
dugaan kami, diperjalanan pun kami kehujanan.
Begitu Alfatih datang langsung saya ikuti bersama dengan tutornya, saya masuk ke
ruangan paling pojok. Saat itu Alfatih langsung di dudukkan pada kursi. Disitu saya
langsung mengajaknya berinteraksi, menanyakan namanya, rumahnya dan lain sebagainya,
reaksi yang ia keluarkan diam, akan tetapi saat saya menyapanya dengan gerakkan
lambaian tangan, ia mengikuti apa yang saya lakukan dan saat saya meminta saliman, ia
juga menyanggupi.
Alfatih terlihat diam, saat diajak belajar menyusun puzzle Alfatih tak berkata apapun.
Namun setelah beberapa kali mengajak, akhirnya Alfatih mengikuti arahan. Perlahan saya
ikut bermain bersamanya, ia tampak menerima keberadaan saya. Saat bermain puzzle
Alfatih menggerakkan tangannya menyusun puzzle, namun puzzle diletakan begitu saja tak
sesuai dengan gambar, akhirnya kami pun mennuntunnya untuk menyusun puzzle.
Pembelajaran berganti dengan berhitung, saat itu juga Alfatih diam dan sibuk dengan
kura-kura mainannya, kemudian ditanya hasil dari hitungan ia hanya menjawab “cicak”
8
begitu saat menanyakan lainnya jawabnya tetap “cicak”. Sesekali juga fokus Alfatih teralih
ketika mendengar nyanyian-nyanyian anak di ruang samping, bahkan sampai memaksa
untuk melihat ruangan samping.
Seringkali Alfatih memainkan apapun yang ada didepannya, namun ketika tutor
mengajak belajar yang lain ia hanya diam. Ketika tutor mengajak untuk belajar mewarnai,
Alfatih tidak menghiraukan arahan dari tutor, sehingga membutuhkan beberapa kali
percobaan untuk belajar mewarnai. Berjalannya waktu Alfatih mau mengarahkan
tangannya, memilih dan mengambil crayon warna hijau, saat diajak untuk mewarnai
gambar lumba-lumba, dia hanya mengangkat crayon dan tidak mewarnai dalam kertas.
Setelah berkali-kali kami bermain menyusun, akhirnya ketika beralih bermain puzzle
balok, Alfatih bisa menyusunnya dengan lancar. Pembelajaran itu semua kami lakukan
ketika Alfatih patuh duduk di kursi, hingga 20 menit.
Setelah 20 menit berjalan, tiba-tiba Alfatih meronta-ronta ingin turun. Pindahlah dia
diatas kasur bersama sekumpulan bola-bola. Namun Alfatih kembali meronta-ronta ingin
turun. Maka diturunkanlah Alfatih, diarahkan pada stik yang sudah tersusun seperti bentuk
kotak besar. Ia mendatanginya dan mencopoti stiknya satu persatu. Karena ukuran kotak
yang begitu besar, Alfatih berjalan ingin memasuki kotak tersebut.
Sesudah setengah bangun kotak persegi lepas, Alfian keluar kotak menghampiri pintu.
Tutor pun mencegahnya dan mengalihkan pada permainan yang lain. Saya langsung
berinisiatif bermain dengannya menggunakan bola kecil yang tersedia. Berkali-kali saya
mencontohkan bagaimana melempar bola, namun ia hanya memegang kencang bola dan
melemparnya tetapi bolanya dipegangnya begitu kencang, sehingga bola tak terlontar
sedikit pun. Tutor pun kembali memberi arahan dengan sedikit kencang, berkali-kali
percobaan, Alfatih bisa melempar bola walau masih dengan bantuan tutor.
No Aspek Indikator
1. Penglihatan - Matanya selalu tertuju pada satu permainan yang sedang
9
dimainkannya
- Susah untuk memandang langsung pada orang yang
berinteraksi kepadanya
2. Pendengaran - Kesulitan mendengarkan penjelasan tutor.
- Tak mau mendengarkan apapun bila sudah menemukan
yang disukainya.
3. Fisik - Motorik halusnya nampak kurang saat menulis atau
menggambar.
- Belum lancar berbicara atau masih minim kosa kata
4. Perhatian - Tidak memusatkan perhatian
- Perhatiannya berubah-ubah/mudah teralihkan
5. Intelektual - Tidak dapat menjawab setiap pertanyaan yang diberikan
oleh tutor.
- Tugas yang diberikan tidak semuanya selesai..
6. Perilaku - Kurang aktif
- Mampu menerima keberadaan siapa pun
- Tidak mudah nangis
Kelebihan
Kelebihan dari observasi ini adalah dengan durasi waktu yang singkat bisa
mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Karena disini observer dapat secara langsung
berinteraksi dengan objek observasi sehingga data-data yang didapatkan bisa lebih valid dan
memudahkan observer dalam membuat kesimpulan observasi. Observasi Anecdotal Record
ini merupakan metode pencatatan data komulataif dari individu yang meliputi sikap dan
perilaku yang muncul secara tiba-tiba peristiwa yang terjadi secara insidental yang
memungkinkan observer mengamati sekaligus mencatat setiap detail kejadian yang
dijadikan sebagai bahan laporan observasi.
Kelemahan
10
Observer masih kesusahan dalam mencatat, karena belum terbiasa melakukan terapi
bersamaan dengan mencatat, terlebih anak yang memerlukan perlakuan khusus, sehingga tak
sempat untuk mencatat poin-poinnya. Tentu hal ini menjadi masalah ketika menyusun
laporan.
11
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
12