Sejarah Pendidikan Islam Di Sulsel PDF
Sejarah Pendidikan Islam Di Sulsel PDF
Koran INILAHSULSEL
JEJAK DAKWAH KH LANRE SAID: ULAMA PEJUANG DARI DI/T II HINGGA ERA REFORMASI
Ilham Kadir
1
supaya rakyat dapat shalat secara
Di Sulawesi Selatan, secara umum para berjamaah; pohon-pohon yang
raja-raja memberi keleluasaan kepada para dikeramatkan agar ditebang; perempuan
dai dan ulama sekalihus pendidik untuk yang keluar rumah agar menggunakan
mengembangkan syiar agama Islam dan tutup kepala dan kain sarung (baca:
pendidikan. Raja Gowa yang bergelar krudung); dan dari segi pelaksanaan
Imangimangi Daeng Matuju Karaeng hukum, pemerintah memotong tangan bagi
Bontonompo Sultan Muhammad Tahir pencuri atas anjuran Syekh Madinah.
Muhibuddin (1936 – 1946) menggagas
pembukaan Madrasah Islamiyah, Ketika La Oddang Datu Larompong,
bertempat di Jongaya, Gowa. Pengajaran Arung Matoa Wajo ke-47, memerintah
agama Islam yang diberikan berdasarkan Wajo dari tahun 1926-1933. Beliau
mazhab syafi’i. Pimpinan Madrasah memiliki pengetahuan agama yang dalam,
dipegang oleh Asy Syekh Abdullah bin karena sejak kecil dididik oleh orang
Shadaqah Dahlan, penganjur mazhab tuanya dalam masalah keagamaan. Beliau
Imam Syafi’i yang taat. Madrasah ini disifatkan sering bergaul dengan para
dubuka, setelah beberapa bulan Sultan Ulama seperti, Haji Makkatu, seorang
Muhammad Tahir naik tahta di Gowa pada Ulama yang sangat tegas dalam
tahun 1936. Para murid-murid madrasah memberantas segala kemungkaran dan
ini berasal dari daerah Takalar, Jeneponto, merintis pengajian yang bersifat kalsikal di
dan Gowa sendiri. Ketika pecah perang Tosora, juga beliau dekat dengan Haji
dunia ke II madrasah ini terpaksa ditutup, Muhammad As’ad, seorang Ulama Bugis
perang memang selalu membawa petaka! yang lahir di Mekkah, ke Wajo pada tahun
1928, sangat berjasa dalam
Sebelum itu, di daerah Campalagian mengembangkan pendidikan Islam di
Mandar, menurut catatan, pendidikan Sulawesi Selatan dengan mencetak para
dengan sistem tradisional telah bermula ulama berkaliber nasional dan
dari tahun 1913 dibawah asuhan H. internasional.
Maddeppungeng yang pernah berguru di
Mekah Saudi Arabia. Tempat ini menjadi Anre Gurutta (AG) Haji Muhammad
pencetak kader-kader muballigh Islam di As’ad memulai pendidikan dengan
Sulawesi Selatan pada awal abad ke XX. memberikan pengajian rutin di rumahnya
Tempat pendidikan ini tidak membatasi atau di masjid dengan sistem halakah.
usia para pelajarnya. (Sarita Pawiloy, Materi utamanya dititik-beratkan pada
Sejarah Perjuangan Angkatan 45 di akidah dan hukum sayriah. Semakin lama
Sulawesi Selatan, 1986). berjalan, pengajiannya semakin terkenal
dan didatangi para santri yang dari perbagi
Di kerajaan Wajo ketika diperintah oleh La penjuru sehingga sistem halakah (mangaji
Mannang Toapamadeng Puangna Raden tudang) tidak cocok lagi. Bulan Mei 1930
Galla, Arung Matoa ke-40 yang berkuasa beliau membuka sistem pendidikan formal
pada tahun 1821-1825, beliau melakukan dengan bentuk madrasah atau sekolah
berbagai usaha dalam bidang pendidikan formal klasikal di samping Masjid Jami’
dan agama, seperti: memperluas dan Sengkang yang diberi nama Madrasah
menyempurnakan Masjid Jami’ Tosora; Arabiyah Islamiyah (MAI). Dua tahun
mendatangkan ulama dari Madinah, (biasa kemudian dibangunlah gedung sekolah
disebut oleh orang Wajo dengan Syekh secara permanen di samping masjid atas
Madinah); mengeluarkan perintah pada bantuan pemerintah kerajaan Wajo
raja-raja bawahannya agar masjid yang ada bersama tokoh masyarakat. Beliau juga
dipelihara dan diperbaiki, dan yang belum sebagai aktor dan pelopor pemurnian
memiliki masjid agar segera membangun ajaran Islam dan pembaruan sistem
2
pendidikan Islam modern melaui Ustaz Abdul Hamid al-Misyrie dan
Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) yang selanjutnya digantikan oleh Ustadz
berpusat di Sengkang. (Ilham Kadir, Jejak Mahmud al-Jawad bekas Mufti Madinah
Dakwah KH. Lanre Said, Ulama Pejuang al-Munawarah yang sebelumnya pernah
dari DI/TII hingga Era Reformasi, 2010). mengajar di Palopo. Pada perkembangan
selanjutnya, tahun 1940 dibangunlah
Para alummni MAI Sengkang, bertebaran asrama para pelajar sebagai tempat tinggal
mendirikan lembaga pendidikan Islam dan gedung belajar yang teratur. Para
bercorak pesantren dengan sistem klasikal pengasuh madrasah ini adalah para Ulama
(modern) di berbagai daerah. Seperti AG. dari Bone sendiri yang pernah mukim dan
H. Abdurrahman Ambo Dalle mendirikan belajar di Makkah dan Mesir.
MAI Mangkoso lalu bersama AG. H.
Daud Ismail dan AG. H. M. Pabbajah Selanjutnya pada tahun 1932 atas inisiatif
mendirikan Darul Da’wah wal Irsyad Raja Bone Andi Mappanyukki diadakan
(DDI). AG. H. Daud Ismail juga “Pertemuan Ulama se-Celebes Selatan” di
mendirikan Pesantren Yasrib di Watampone, ibukota kerajaan Bone.
Watangsoppeng. AG. H. Junaid Sulaiman Musyawarah tersebut dihadiri oleh 26
mendirikan Pesantren Ma’had Hadits di Ulama terkemuka dari seluruh penjuru
Watangpone, AG. H. Abd. Muin Yusuf Sulawesi Selatan termasuk Gurutta H. M.
mendirikan Pesantren Al Urwatul Wutsqa As’ad, di antara isi pertemuan tersebut
di Benteng Rappang, dengan sistem adalah membicarakan cara-cara
pendidikan dan pemahaman yang secara pengelolaan pendidikan Islam yang sesuai
umum hampir sama karena berafiliasai dengan tuntutan zaman bagi generasi
pada mazhab syafi’i sebagaimana pelanjut. Wallahu a’lam!
pemahaman Gurutta H. M. As’ad sendiri,
kecuali KH. Lanre Said yang Mendirikan
Pondok Pesantren Darul Huffadh di Tuju-
tuju, Bone, dan KH. Marzuki Hasan
pendiri Pondok Pesantren Darul Istiqamah
Maccopa-Maros dan Sinjai memiliki
sistem dan pemahaman yang berbeda
karena tidak berpegang kepada salah satu
mazhab. Adapun AG. H. Hamzah
Manguluang selain mendirikan pesantren
Babul Khaer di Bulukumba, beliau juga
menjadi penulis produktif, di antara
tulisannya yang sangat spektakuler adalah
tafsir al-Qur’an 30 Juz lengkap dengan
menggunakan bahasa Bugis, dan inilah
salah satu tafsir berbahasa daerah
terlengkap pertama kali di nusantara.