Anda di halaman 1dari 17

ETIKA BISNIS

“Etika Perlindungan Konsumen Dan Etika Periklanan”

Oleh :

Kelompok 1

1907511006 Reza Junedi Girsang (04)


1907511013 Rizal Resubun (06)
1907511029 Gabriel Chandra Aji Dewanto (09)
1907511031 Matthew Gilbert Sinaga (11)
1907511034 Verryl Ramadani Asmadji (12)

Program Studi Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Etika Bisnis
tepat pada waktunya. dengan membuat makalah ini, kami berusaha untuk menjelaskan materi
berdasarkan RPS 9 mengenai “Etika Perlindungan Konsumen Dan Etika Periklanan”.

Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata,
semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

OM Santih Santih Santih OM.

Denpasar, 08 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL.........................................................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I : Pendahuluan.................................................................................................................

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................

BAB II : Pembahasan................................................................................................................

2.1 Pasar Dan Perlindungan Konsumen......................................................................................

2.2 Hubungan Produsen Dan Konsumen....................................................................................

2.3 Gerakan Konsumen...............................................................................................................

2.4 Fungsi Iklan...........................................................................................................................

2.5 Beberapa Persoalan Etis Dalam Iklan...................................................................................

2.6 Makna Etis Menipu Dalam Iklan..........................................................................................

2.7 Kebebasan Konsumen...........................................................................................................

BAB III : Penutup......................................................................................................................

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................

3.2 Kritik Dan Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern. Bisnis
tidak mungkin berjalan, kalau tidak ada konsumen yang menggunakan produk atau jasa
yang dibuat dan ditawarkan oleh bisnis. Dalam hal ini, tentu tidak cukup, bila konsumen
tampil satu kali satu pada saat bisnis dimulai. Supaya bisnis berkesinambungan, perlulah
konsumen yang secara teratur memakai serta membeli produk atau jasa tersebut dan
dengan demikian menjadi pelanggan. Permasalahan perlindungan konsumen ini tidak
akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Selama
masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh
karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan.
Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama.
Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai
macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik
melalui promosi, iklan, maupun penawaran barang secara langsung. Pada saat ini
perkembangan iklan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan perkembangan
iklan tersebut diiringi dengan semakin ketatnya persaingan antara para produsen barang
atau jasa yang menggunakan jasa periklanan untuk menginformasikan produk barang atau
jasa yang diproduksinya. Jika konsumen tidak berhati-hati dalam memilih produk
barang/jasa yang diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku
usaha yang tidak bertanggung jawab.
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian pasar dan perlindungan konsumen?

2. Apa saja hubungan produsen dan konsumen?

3. Pengertian Gerakan Konsumen?

4. Pengertian Fungsi Iklan?

5. Apa saja beberapa persoalan etis dalam iklan?

6. Apa saja makna etis menipu dalam iklan?

7. Pengertian kebebasan konsumen?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pasar dan perlindungan konsumen.

2. Untuk mengetahui hubungan produsen dan konsumen.

3. Untuk mengetahui gerakan konsumen.

4. Untuk mengetahui fungsi iklan.

5. Untuk mengetahui beberapa persoalan etis dalam iklan.

6. Untuk mengetahui makna etis menipu dalam iklan.

7. Untuk mengetahui kebebasan konsumen.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pasar dan Perlindungan Konsumen

1. Pasar

Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual
beli barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, pasar berkaitan dengan kegiatannya bukan
tempatnya. Ciri khas sebuah pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Para
konsumen datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar
harganya. Stanton, mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas.

Pasar memiliki sekurang-kurangnya tiga fungsi utama, yaitu fungsi distribusi, fungsi


pembentukan harga, dan fungsi promosi. Sebagai fungsi distribusi, pasar berperan sebagai
penyalur barang dan jasa dari produsen ke konsumen melalui transaksi jual beli. Sebagai
fungsi pembentukan harga, di pasar penjual yang melakukan permintaan atas barang yang
dibutuhkan. Sebagai fungsi promosi, pasar juga dapat digunakan untuk memperkenalkan
produk baru dari produsen kepada calon konsumennya.

2. Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang diciptakan untuk melindungi dan


terpenuhinya hak konsumen. Sebagai contoh, para penjual diwajibkan menunjukkan tanda
harga sebagai tanda pemberitahuan kepada konsumen.

Menurut Undang-undang no. 8 Tahun 1999, pasal 1 butir 1 :

“Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen”.

UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan


Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak
atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa;
hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan
atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan
kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya.

Perlindungan Konsumen bertujuan :

1. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi


diri;

2. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari


akses negatif pemakai barang dan/ atau jasa;

3. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut


hak-haknya sebagai konsumen;

4. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian


hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

5. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen


sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

6. meningkatkan kualitas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan , kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

PERLINDUNGAN KONSUMEN (DI INDONESIA)

Yang dimaksud dengan perlindungan konsumen adalah “segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen .

Jadi perlindungan konsumen ini adalah suatu upaya (dalam lapangan hukum) yang
diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut mulai melakukan proses pemilihan
serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk
menggunakan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu, hingga akibat
yang terjadi setelah barang dan jasa tersebut dipergunakan oleh konsumen. Yang disebut
terdahulu, yaitu upaya perlindungan pada saat konsumen tersebut mulai melakukan proses
pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa disebut upaya preventif; sedangkan
upaya selanjutnya disebut dengan upaya kuratif.

Konsumen dilindungi dari setiap tindakan atau perbuatan dari produsen barang dan
atau jasa, importer, distributor penjual dan setiap pihak yang berada dalam jalur perdagangan
barang dan jasa ini, yang pada umumnya disebut dengan nama pelaku usaha. Ada dua jenis
perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu perlindungan priventif dan
perlindungan kuratif. Perlindungan preventif adalah perlindungan yang diberikan kepada
konsumen pada saat konsumen tersebut akan membeli atau menggunakan atau memanfaatkan
suatu barang dan atau jasa tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau
sejumlah barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli, atau
menggunakan atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek
tertentu tersebut.

Perlindungan kuratif adalah perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai


akibat dari penggunaan atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen. Dalam hal
ini perlu diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu serta tidak boleh
dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya konsumen
adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini seseorang dikatakan
konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau pemanfaat atau penikmat dari
suatu barang atau jasa, tidak peduli ia mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian.

2.2 Hubungan Produsen dan Konsumen

Produsen sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa.
Dalam  pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer
profesional, yaitu setiap orang/badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa
hingga sampai ke tangan konsumen. sedangkan yang memakai barang dan jasa disebut
konsumen. Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan pada golongan besar suatu rumah
tangga yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah Tangga
Produksi (RTP).

Definisi konsumen menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) adalah


sebagai berikut: “Konsumen adalah setiap orang yang memakai barang dan atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Rumah Tangga Konsumsi ialah kelompok masyarakat yang memakai barang dan jasa,
baik secara perorangan, atau keluarga atau organisasi masyarakat. Tetapi kelompok rumah
tangga konsumsi ini juga merupakan kelompok yang memberikan beberapa faktor produksi:
1. Orang yang menyewakan tanah untuk keperluan perusahaan, pabrik, dan tempat
kedudukan perusahaan.
2. Orang yang menyerahkan tenaga kerja untuk bekerja pada suatu perusahaan atau
pabrik.
3. Orang yang menyertakan modal usaha untuk diusahakan.
4. Tenaga ahli dari masyarakat untuk perusahaan.

Sedangkan Rumah Tangga Produksi yang menerima faktor produksi (tanah, tenaga
kerja, modal, keahlian) dari masyarakat kemudian di olah dan diorganisir agar menghasilkan
barang dan jasa. Produksi (barang dan jasa) itu dijual pada masyarakat sehingga memperoleh
uang yang banyak dari hasil penjualan itu.

Akibatnya, antara konsumen dan produsen tidak bisa dipisahkan, artinya saling
mempengaruhi dan saling membutuhkan. Jika perusahaan menghasilkan suatu barang dan
jasa harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kalau tidak, maka produksinya tidak akan
laku dijual. Namun, jika produsennya cukup pintar, mereka bahkan bisa menciptakan
kebutuhan konsumen tersebut dengan cara promosi dan iklan yang gencar. Sehingga
kebutuhan konsumen yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Cara tersebut disebut dengan
inovasi, yaitu menciptakan sesuatu yang belum ada atau menyempurnakan yang sudah ada
sehingga mempunyai fungsi yang lebih hebat lagi.

2.3 Gerakan Konsumen

Gerakan konsumen merupakan hal sangat penting dalam upaya riil mewujudkan
perlindungan konsumen dan keadilan dalam pasar. Pada prinsipnya sebuah gerakan
konsumen diawali dari kesadaran akan hak dan kewajiban konsumen. Pelanggaran dan tidak
terpenuhinya hak konsumen menjadi sumber utama bagi terjadinya permasalahan/sengketa
konsumen. Ketidakadilan bagi konsumen muncul dalam sengketa konsumen. Kesadaran akan
kondisi ketidakadilan tersebut menjadi salah satu penggerak bagi sebuah gerakan konsumen
guna mewujudkan keadilan pasar. Gerakan konsumen sendiri akan terwujud jika terbangun
solidaritas diantara konsumen. Untuk menuju sebuah kesadaran kritis dan tumbuhnya rasa
solidaritas tersebut memerlukan proses pendidikan yang terus menerus.

Untuk memperkenalkan gerakan konsumen tersebut, peserta diharapkan mampu


memahami makna dan tujuan dari gerakan konsumen. Beberapa cara untuk mengetahui dan
memahami gerakan konsumen antara lain dengan memahami istilah-istilah yang seringkali
rancu dan salah kaprah dalam penggunaannya (konsumerisme dengan konsumtivisme) dan
mengetahui sejarah gerakan konsumen di berbagai belahan dunia. Bahwa perlu dipahami juga
bagaimana gerakan konsumen telah pula dilakukan di negara lain mulai beberapa ratus tahun
yang lalu. Peserta diajak untuk semakin memiliki solidaritas dengan memahami pentingnya
sebuah pengorganisasian masyarakat.

Salah satu syarat bagi terpenuhi dan terjaminnya hak-hak konsumen adalah perlunya
pasar dibuka dan dibebaskan bagi semua pelaku ekonomi, termasuk bagi produsen dan
konsumen untuk keluar masuk dalam pasar. Selain itu, salah satu langkah yang dirasakan
sangat berpengaruh adalah Gerakan Konsumen. Gerakan ini terutama lahir karena dirasakan
adanya penggunaan kekuatan bisnis secara tidak fair. Gerakan kosumen juga lahir karena
pertimbangan sebagai berikut:

 Produk yang semakin banyak di satu pihak menguntungkan konsumen karena mereka
punya pilihan bebas yang terbuka, namun di pihak lain juga membuat pilihan mereka
menjadi rumit.

 Jasa kini semakin terspesialisasi sehingga menyulitkan konsumen untuk memutuskan


mana yang benar-benar dibutuhkannya.

 Kebutuhan iklan yang merasuki setiap menit dan segi kehidupan manusia modern
yang melalui berbagai media massa dan media informasi lainnya, membawa pengaruh
yang sangat besar bagi kehidupan konsumen.

 Kenyataan menunjukan bahwa keamanan produk jarang sekali diperhatikan secara


serius oleh produsen.

 Dalam hubungan jual beli yang didasarkan oleh kontrak, konsumen lebih berada pada
posisi yang lemah.

2.4 FUNGSI IKLAN

Fungsi iklan secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut ini yaitu:

 Menginformasikan suatu produk ke public.

 Menarik perhatian konsumen terhadap suatu produk.

 Memotivasi konsumen untuk bertindak atau melakukan sesuatu.

 Menstimulus pasar.
 Mendukung komunitas bisnis.

 Membangun dan memelihara hubungan yang abadi antara konsumen dan perusahaan.

Adapun juga fungsi iklan menurut Shimp dalam Apriadi (2009: baris 31) iklan sangat
penting karena memiliki fungsi komunikasi yang kritis, yaitu:

1. Menginformasikan

Iklan membuat konsumen sadar akan adanya produk baru, memberikan informasi
mengenai merk tertentu, dan menginformasikan karakteristik serta keunggulan suatu produk.
Pada tahap awal dari kategori produk, iklan sangat diperlukan untuk membangun permintan
primer (kotler). Iklan merupakan bentuk komunikasi yang efisien karena mampu meraih
khalayak luas dengan biaya yang relativ rendah.

2. Membujuk

Tujuan ini sangat penting pada tahap persaingan, dimana perusahaan ingin membangun
permintaan selektif untuk produk tertentu. Beberapa iklan menggunakan comparative
advertising yang memberikan perbandingan atribut dari dua atau lebih merk/produk secara
eksplisit. Iklan yang efektif akan membujuk konsumen utnuk mencoba
menggunakan/mengkonsumsi suatu produk. Kadang-kadang iklan dapat mempengaruhi
permintaan primer yang membentuk permintaan untuk seluruh kategori produk. Seringkali
iklan ditujukan untuk membangun permintaan sekunder yaitu permintaan untuk merk
perusahaan tertentu.

3. Mengingatkan

Iklan dapat membuat konsumen tetap ingat pada merk/produk perusahaan. Ketika timbul
kebutuhan yang berkaitan dengan produk tertentu, konsumen akan mengingat iklan tentang
produk tertentu. Maka konsumen tersebut akan menjadi kandidat pembeli. Iklan dengan
tujuan mengingatkan ini sangat penting untuk produk matang.

4. Memberikan Nilai Tambah

Iklan memberikan nilai tambah terhadap produk dan merk tertentu dengan cara
mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif akan memberikan nilai tambah produk
sehingga produk dipersepsikan lebih mewah, lebih bergaya, lebih bergengsi, bahkan melebihi
apa yang ditawarkan oleh produk lain, dan secara keseluruhan memberikan kualitas yang
lebih baik dari produk lainnya.
5. Mendukung Usaha Promosi Lainnya

Dapat digunakan sebagai alat pendukung usaha promosi lainnya seperti sebagai alat untuk
menyalurkan sales promotion, pendukung sales representative, meningkatkan hasil dari
komunikasi pemasaran lainnya.

2.5 BEBERAPA PERSOALAN ETIS DALAM PER IKLANAN 

Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan
manipulative dan iklan pesuasif non-rasional yaitu :

Pertama, iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia. Iklan membuat


manusia tidak lagi dihargai kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk memperoleh
produk tertentu. Banyak pilihan dan pola konsumsi manusia modern sesungguhnya adalah
pilihan iklan. Manusia didikte oleh iklan dan tunduk kepada kemauan iklan, khususnya iklan
manipultive dan persuasive non rasional. Ini justru sangat bertentangan dengan inferati
moral Kant bahwa manusia tidak boleh diperlakukan hanya sebagai alat demi kepentingan
lain diluar dirinya. Manusia harus dihargai sebagai makhluk yang mampu menentukan
pilihannya sendiri, termasuk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada
fenomena iklan manipulative, manusia benar-benar menjadi objek untuk mengeruk
keuntungan sebesar-besarnya dan tidak sekedar diberi informasi untuk membantunya
memilih produk tertentu.

Yang menarik disini adalah bahwa manusia modern mengklaim dirinya sebagai
manusia bebas dan menuntut untuk dihargai kebebasannya. Adanya berbagai pilihan yang
terbuka dalam konsumsinya juga menandai kehidupan manusia modern sebagai manusia
bebas. Tetapi pihak lain, manusia adalah budak iklan, ia tidak bisa hidup tanpa iklan bahkan
dikte oleh iklan. Sejak kecil ia terpukau oleh iklan yang mmpengaruhinya untuk membeli apa
yang diiklankan, entah dengan memaksa orang tuanya, memaksa suami atau istri, bahkan
dengan tindakan jahat sekalipun : mencuri, membunuh ibu kandung untuk membeli honda,
dan seterusnya.

Kedua, dalam kaitan dengan itu iklan manipulative dan persuative non rasional
menciptakan kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif. Secara
ekonomis hal itu baik karena akan menciptakan permintaan dan ikut menaikkan daya beli
masyarakat.bahkan dapat memacu produktivitas kerja manusia hanya demi memenuhi
kebutuhn hidupnya yang terus bertambah dan meluas.namun dipihak lain muncul masyarakat
konsumtif, dimana banyak dari apa yang dianggp manusia sebagai kebutuhannya yang
sebenarnya bukan kebutuhan yang hakiki.

Ketiga, yang juga menjadi persoalan etis yang serius adalah bahwa iklan manipulative
dan persuative non rasional malah membentuk dan menentukan identitas atau ciri dari
manusia modern. Manusia modern merasa belum menjadi dirinya kalau belum memiliki
barang sebagimana di tawarkan iklan, ia belum merasa diri penuh kalau belum memakai
minyak rambut seperti diiklankan bintang film terkenal dan seterusnya. Identitas manusia
modern hanyalah identitas misal : serba sama, serba tiruan, serba polesan dan serba instan.
Manusia mengkonsumsi produk yang sama, maka jadilah identitas manusia modern jadinya
hanyalah rancangan pihak tertentu di fabricated. Yang di pujapun lebih banyak kali adalah
kesan luar, polesan, kepura-puraan.

Keempat, bagi masyarakat modern tingkat perbedaan ekonomi dan social yang tinggi
akan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. Iklan yang menampilkan yang serba
mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial, dimana banyak anggota masyarakat masih
berjuang sekedar hiup. Iklan yang mewah trampil seakan-akan tanpa punya rasa solidaritas
dengan sesama yang miskin.

Beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan dalam iklan adalah:

1. Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya
konsumen.
2. Iklan wajib menyampaikan informasi tentang produk tertentu, khususnya menyangkut
keamanan dan keselamatan manusia.
3. Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan, khususnya secara kasar dan terang-
terangan
4. Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan kekerasan, penipuan, pelecehan seksual,
diskriminasi, perendahan martabat manusia, dan sebagainya.

2.6 Makna Etis Menipu Dalam Iklan

Iklan sering dimaksudkan sebagai media untuk mengungkapkan hakikat dan misi
sebuah perusahaan atau produk. Prinsip etika bisnis yang paling relevan disini adalah prinsip
kejujuran.Dalam praktiknya dapat dikatakan sejauh manakah sebuah iklan dikatakan
bermoral ? Disini akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari menipu dan berbohong.
Menipuadalah perbuatan dan perkataan yang tidak jujur dengan maksud untuk menyesatkan,
mangakali,atau mencari untung dengan niat yang telah direncanakan. Dari sudut pandang
moral dapatdikatakan bahwa menipu merupakan perbuatan yang tidak jujur dengan maksud
memperdaya orang lain. Jadi di dalam bisnis hal ini adalah perbuatan yang tidak
benar.Sedangkan berbohong adalah perkataan atau pernyataan yang tidak sesuai dengan hal
atau keadaan yang sebenarnya.
Bohong tidak melibatkan maksud dan niat si subjek untuk mengecoh orang lain,
sedangkan menipu justru sebaliknya. Jadi tidak semua perbuatan bohong dapat dikatakan
menipu. Dalam prakteknya tidak gampang menilai suatu iklan masih terbatas sebagai iklan
yang bohong atau sudah mengarah pada menipu. Disini kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa iklan yang menipu adalah iklan yang secara sengaja menyampaikan pernyataan yang
tidak sesuai dengan kenyataan dengan maksud menipu atau yang dapat menimbulkan
pernyataan yang bisa menimbulkan kekeliruan. Sedangkan iklan yang dapat
diterima secara moral adalah iklan yang memberi pernyataan atau informasi yang benar
sebagaimana adanya.
Fungsi iklan pada akhirnya membentuk citra sebuah produk dan perusahaan di mata
masyarakat. Citra ini terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang
diiklankan dengan informasi yang disampaikan dalam iklan. Prinsip etika bisnis yang paling
relevan dalam hal ini adalah nilai kejujuran. Dengan demikian, iklan yang membuat
pernyataan salah atau tidak benar dengan maksud memperdaya konsumen adalah sebuah
tipuan.

2.7 Kebebasan Konsumen

Dalam buku John K. Galbraith yang berjudul The Affulent Society dikatakan
bahwa permintaan muncul karena adanya produksi barang tertentu yang ditawarkan dalam
pasar. Itu karena persoalan moral dan etis yang timbul disini adalah bahwa kebebasan
individu dalam menentukan kebutuhannya dalam masyarakat modern
sekarang ini hampir tidak ada sama sekali.
Permintaan yang sudahdianggap sebagai kebutuhan, tidak timbul secara bebas, melain
kan  dipengaruhi dan dirangsang oleh pasar dan iklan. Iklan yang informatif pun belum tentu
netral dantidak merongrong kebebasan konsumen dalam menentukan pilihan barang dan jasa
tertentu.Pandangan Galbraith tidak begitu disetujui oleh Von Hayek, Von Hayek mengatakan
bahwa kebutuhan-kebutuhan kita yang bersifat kultural, mau tidak
mau, dipengaruhi oleh lingkungan kita. Bahkan sebagai makhluk sosial, selera, pikiran serta
kepercayaan kita dibentuk oleh lingkungan kita. 
Iklan merupakan suatu aspek pemasaran yang penting, sebab iklan menentukan
hubungan antara produsen dengan konsumen. Secara konkrit, iklan menentukan pula
hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan pembeli, yang pada gilirannya ikut
pula menentukan harga barang yang dijual dalam pasar.
Kode etik periklanan tentu saja sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan
ini. Akan tetapi, perumusan kode etik ini harus melibatkan berbagai pihak, yang antara lain:
ahli etika, konsumen (lembaga konsumen), ahli hukum, pengusaha, pemerintah, tokoh agama,
dan tokoh masyarakat tertentu, tanpa harus merampas kemandirian  profesi periklanan. Yang
juga penting adalah bahwa profesi periklanan dan organisasi profesi periklanan perlu benar-
benar mempunyai komitmen moral untuk mewujudkan iklan yang baik bagi masyarakat.
Namun, jika ini tidak memadai, kita membutuhkan perangkat legal politis dalam bentuk
aturan perundang-undangan tentang periklanan beserta sikap tegas tanpa kompromi dari
pemerintah melalui departemen terkait untuk menegakkan dan menjamin iklan yang baik
bagi masyarakat.
Sebagaimakhluk sosial kita memang tidak bisa lepas dari pengaruh dan informasi dari
orang lain, tetapi ini tidak berarti bahwa pengaruh tersebut membelenggu dan meniadakan
kebebasan setiap induvidu. Timbulnya kebutuhan tidak semata-mata ditentukan oleh operasi
produsen. Timbulnya kebutuhan ditentukan oleh banyak faktor sebab produsen tidak hanya
satu dan iklanpun tidak hanya satu, itu berarti konsumen masih tetap mempunyai kebebasan
untuk menentukan pilihannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsumen ialah orang yang memakai barang atau jasa guna untuk memenuhi
keperluan dan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan pada golongan
besar suatu rumah tangga yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan
Rumah Tangga Produksi (RTP).

Perlindungan konsumen adalah perangkat yang diciptakan untuk melindungi dan


terpenuhinya hak sebagai contoh para penjual diwajibkan menunjukka tanda harga sebagai
tanda pemberitahuan kepada konsumen. Dengan kata lain, segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Oleh karena itu, Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan
kewajiban. Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak
sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika adanya tindakan yang tidak adil
terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa
bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya
tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.

3.2 Saran

Pelaksanaannya Undang-Undang perlindungan konsumen di Indonesia saat ini harus


lebih di tegakkan lagi agar tujuan dari pada undang undang itu sendiri dapat terlaksana
dengan baik. sehingga undang undang ini betul betul dapat meningkatkan harkat dan
martabat konsumen serta dapat memberikan kepastian hukum yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA

https://dunia.pendidikan.co.id/apa-itu-iklan/

https://pakdosen.pengajar.co.id/iklan-adalah/

https://www.scribd.com/document/363532884/Gerakan-Konsumen

http://alfiawati.blogspot.com/2013/12/etika-bisnis.html

https://www.google.co.id/amp/s/allofky.wordpress.com/2013/06/13/etika-bisnis-persoalan-
dalam-iklan/amp

https://www.scribd.com/doc/155097893/Makna-Etis-Menipu-Dalam-Iklan
https://www.scribd.com/doc/156321290/Kebebasan-Konsumen 

Anda mungkin juga menyukai