Umum
Trauma toraks mencakup area anatomis leher dan toraks serta dapat menyebabkan kelainan
pada sistem respirasi, sistem sirkulasi, dan sistem pencernaan. Menurut salah satu buku
rujukan disebutkan angka mortalitas pada trauma toraks mencapai 10%. Akan tetapi kematian
akibat trauma toraks merupakan 1/4 jumlah kematian total akibat kasus-kasus trauma.
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus atau tumpul.
2. Trauma tumpul
Mekanisme
Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya
perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi); sesuai dengan
hukum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh
yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut.
Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak; penggunaan
senjata dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high velocity (>3000 ft/sec)
pada jarak dekat akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh lebih luas
dibandingkan besar lubang masuk peluru.
Deselerasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya terjadi
pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh
karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian
aorta, organ visera, dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat
tumbukan pada dinding toraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan
pengikat organ tersebut.
Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya deselerasi
organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan pengikat/fiksasi,
seperti Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium. Akibat adanya deselerasi
yang tiba-tiba, organ-organ tersebut dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi
sebagai titik tumpu atau poros-nya.
Blast injury
Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan
penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom.
Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi.
Jenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari perlukaan, akan tetapi sangat
menentukan pada akibat yang diterima tubuh akibat trauma. Seperti adanya fraktur iga
pada bayi menunjukkan trauma yang relatif berat dibanding bila ditemukan fraktur
pada orang dewasa. Atau tusukan pisau sedalam 5 cm akan membawa akibat berbeda
pada orang gemuk atau orang kurus, berbeda pada wanita yang memiliki payudara
dibanding pria, dsb.
Lokasi
Lokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ yang menderita kerusakan,
terutama pada trauma tembus. Seperti luka tembus pada daerah pre-kordial.
Arah trauma
Arah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga sangat mentukan dalam
memperkirakan kerusakan organ atau jaringan yang terjadi.
Perlu diingat adanya efek "ricochet" atau pantulan dari penyebab trauma pada tubuh
manusia. Seperti misalnya : trauma yang terjadi akibat pantulan peluru dapat memiliki
arah (lintasan peluru) yang berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau organ
apa yang terkena sulit diperkirakan.
Berikut adalah keadaan atau kelainan akibat trauma toraks yang berbahaya dan mematikan
bila tidak dikenali dan di-tatalaksana dengan segera:
2. Tension pneumotoraks
4. Tamponade
Tanda: dispnoe, Trias Beck (hipotensi, distensi vena, suara jantung menjauh),
CVP > 15
Ro toraks: pembesaran bayangan jantung, gambaran jantung membulat
5. Ruptur aorta
6. Ruptur trakheobronhial
9. Perforasi esofagus
Prinsip
Primary Survey
Airway
Assessment :
Management :
inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw
thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
re-posisi kepala, pasang collar-neck
lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)
Breathing
Assesment
Management:
Circulation
Assesment
Management
1. Krikotiroidotomi
2. Trakheostomi
3. Tube Torakostomi
4. Torakotomi
5. Eksplorasi vaskular